xxi BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Umum
Banjir merupakan salah satu masalah lingkungan yang sering terjadi di lingkungan
daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. Diakibatkan karena keadaan alur sungai yang belum stabil, bahkan ada beberapa alur yang dipersempit, pendangkalan dasar sungai dan kelongsoran tebing sungai, hal ini
mengakibatkan berkurangnya kapasitas sungai untuk menampung air sehinga terjadilah banjir.
Setiap sungai akan mengalami banjir yang dapat terjadi secara berkala. Sehingga diperlukan adanya suatu untuk meminimalisasi terjadinya banjir dan dampak negatif yang ditimbulkan dari banjir tersebut. Untuk meminimalisasi terjadinya banjir tersebut, maka
dibutuhkanlah adanya suatu perencanaan floodway (saluran banjir) yang mampu mengatur ketinggian muka air sungai, sehingga banjir yang terjadi dapat diatasi dengan baik tanpa
adanya kerugian yang ditimbulkan dan sungai dapat berfungsi dengan baik untuk menampung curah hujan dan mengalirkannya ke laut. Floodway adalah saluran baru yang dibuat untuk mengalirkan ir secara terpisah dari sungai utamanya. Saluran banjir
(floodway) ini dapat mengalirkan sebagian atau bahkan seluruh debit banjir.
Saluran banjir (floodway) dibuat dalam keadaan berbagai kondisi, tetapi tujuan utamanya
xxii seksama perlu dilakukan untuk rencana floodway, terutama untuk floodway yang besar, karena floodway ini dapat mengubah resim bagian hilir sungai yang sudah ada dan daerah
pantai yang akan menjadi muara banjir kanal.
Perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai diadakan, agar disesuaikan dengan tingkat perkembangan suatu lembah sungai serta kebutuhan masyarakat. Sungai diperbaiki dan
diatur sedemikian rupa, sehingga dapat diadakan pencegahan terhadap bahaya banjir dan sedimentasi serta mengusahakan agar alur sungai senantiasa dalam keadaan stabil,
sehingga memudahkan pemanfaatan air yang akan memberikan kemudahan dalam penyadapannya, pelestarian lingkungan dan menjamin kelancaran serta keamanan
lalu-lintas sungai.
Perencanaan pengamanan terhadap banjir disebut juga perencanaan pengendalian banjir yang akan digunakan sebagai landasan yang penting dalam menetapkan berbagai
pekerjaan sipil yang harus dilaksanakan dalam rangka usaha pengamanan terhadap bencana banjir tersebut.
Pekerjaan-pekerjaan pokok dalam rangka pengamanan banjir secara umum dapat dibagi menjadi:
1. Pembangunan sistem pengamanan dan pengendalian banjir seperi bendung,
floodway, tanggul, dan lain-lain.
2. Pekerjaan non-sipil.
Pekerjaan sipil adalah usaha pencegahan bahaya banjir dengan suatu sistem pengaman
banjir yang terdiri dari normalisasi alur sungai seperti perencanaan floodway . Sebaliknya pekerjaaan non-sipil adalah usaha pencegahan banjir dengan
xxiii mungkin terjadi, apabila teradi banjir, antara lain pengaturan penggunaan tanah didaerah bantaran sungai, mendrikan bangunan yang tahan terhadap genangan air, asuransi banjir
dan kegiatan-kegiatan pengamanan terhadap kemungkinan terjadinya bencana banjir.
Dalam perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai yang diutamakan adalah konsep pengaliran banjir sungai secara aman, guna mencegah terjadinya luapan-luapan yang
dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir. Dengan demikian usaha yang penting adalah membuat dan kemudian mempertahankan penampang basah yang cukup memadai
sesuai dengan kapasitas pengaliran rencananya, yakni dengan konsep pencegahan sedimentasi didasar sungai dan mengatur alur sungai agar senantiasa dalam keadaan
stabil.
II.2. Penentuan Debit dan Elevasi Muka Air di Saluran
II.2.1. Debit Banjir Rencana
Debit banjir rencana pada setiap profil sungai merupakan data yang paling penting untuk perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai.
Debit banjir rencana pada setiap profil sungai ditetapkan setelah diadakan perhitungan statistik dari data yang tercatat dan disesuaikan dengan tingkat pengamanan banjir yang
diinginkan.
Biasanya data debit dari sungai-sungai yang akan ditangani jarang yang sudah mencukupi, sehingga debit banjir harus dihitung dari data curah hujan. Untuk perhitungan ini,
formula rasional hanya digunakan apabila dibutuhkan debit maksimumnya saja. Untuk pengendalian banjir atau untuk mengetahui debit suatu anak sungai , selain dari debit
xxiv satuan atau cara fungsi penampungan. Angka debit banjir rencana yang sesuai untuk suatu sungai harus ditentukan sebelum dilakukan tahapan perencanaan selanjutnya. Akan tetapi,
untuk menentukan besarnya debit banjir rencana tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah, lebih-lebih jika dikaitkan dengan tingkat pengembangan daerah-daerah yang akan diamankan.
Dalam penetapan curah hujan rencana, terdapat beberapa masalah teknis yang perlu diperhatika yakni untuk sungai dengan daerah pengalirannya yang luas, terjadinya hujan
rencana untuk seluruh daerah pengaliran tidak dapat dihitung. Dalam keadaan demikian, curah hujan rencana dihitung menggunakan beberapa polahujan dari analisa data yang pernah tercatat. Sesuai dengan prosedur diatas, debit banjir rencana yang mengalir dari tiap anak
sungai ditetapkan terlebih dahulu dan debit banjir rencana dihitung dengan penjumlahan kurva debit anak sungai dan sungai utamanya serta kemungkinan adanya pemotongan debit
oleh waduk pengendalian banjir, kemudian untuk titik yang penting dapat ditentukan.
II.2.2 PENENTUAN ELEVASI MUKA AIR
Elevasi muka air rencana ditentukan dengan perhitungan aliran uniform atau aliran non-uniform. Perhitungan aliran uniform biasanya dipakai formula Manning untuk mendapatkan
kecepatan arus rata-rata.
v = 1
𝑛 .𝑅3
2 . 𝐼21
Dimana:
v: Kecepatan arus rata-rata sungai (𝑚 𝑑𝑒𝑡 )
xxv A: Luas potongan lintang
S: Keliling basah sungai
I: Kemiringan hidrolik
n: Koefisien kekasaran
Untuk sungai yang lebar digunakan lebar sungai (B) sebagai pengganti S. Koefisien
kekasaran menunjukkan kekasaran dasar sungai dan besarnya tergantung dari berbagai macam faktor. Angka-angka koefisien kekasaran tertera dalam tabel 2.1
Aliran saluran terbuka dikatakan seragam bila kedalaman aliran sama pada setiap penampang saluran. Suatu aliran seragam (uniform flow) dapat bersifat tetap atau tidak tetap,
tergantung apakah kedalamannya berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu.
Aliran seragam yang tetap (steady uniform flow) merupakan tipe pokok aliran yang dibahas dalam hidrolika saluran terbuka. Kedalaman aliran tidak berubah selama suatu waktu
tertentu yang telah diperhitungkan. Penetapan bahwa suatu aliran bersifat seragam yang tak tetap (unsteady uniform flow) harus dengan syarat bahwa permukaan air berfluktuasi
sepanjang waktu dan tetap sejajar dasar saluran. Jelas bahwa hal ini merupakan suatu keadaan yang praktis tidak mungkin terjadi. Sebab itu istilah aliran seragam disini hanya digunakan
untuk menyatakan aliran seragam yang tetap.
Apabila air yang mengalir dianggap sebagai aliran uniform dan kecepatan arus rata-rata dihitung dihitung dengan rumus manning, maka tinggi muka berdasarkan debit banjir rencana
dapat dengan mudah ditentukan dengan mengadakan perhitungan coba banding.
xxvi
x: Jarak dari titik referensi
Q: Debit
g: Gravitasi bumi (9,8 𝑚 𝑑𝑒𝑡2)
A: Luas profil melintang sungai
n: Koefisien kekasaran
R: Radius hidrolis
Perhitungan aliran non-uniform ini agak sulit, tetapi harus dilakukan apabila resim
alirannya sangat berubah-ubah.Tinggi muka air rencana sebaiknya lebih rendah dari tinggi muka air maksimum sebelumnya. Jadi apabila muka air dari hasil peritungan terlalu tinggi,
maka sungainya harus diperlebar atau diperdalam.
Tabel 2.1. Koefisien Kekasaran
xxvii Gorong-gorong
Pipa kuningan Pipa besi baja cor
Pipa baja sambungan & berpaku Pipa halus dari semen
Pasangan kering dari batu kasar
Saluran galian tanah, lurus dan berprofil sama
Saluran galian tanah, berkelok-kelok dan berarus lambat
Saluran galian tanah padas, halus Saluran galuan tanah padas, kasar
0,010-0,014
Trase dan profil teratur, air dalam
Trase dan profil teratur, bertanggul kerikil dan berumput
Berbelok-belok dengan tempat-tempat dangkal
Berbelok-belok, air tidak dalam Berumput banyak di bawah air
0,025-0,033 0,030-0,040
0,033-0,45
0,040-0,055 0,050-0,080
xxviii Metode tahapan ini digunakan apabila kemiringan (𝑆𝑂) dan tampang saluran seragam.
Yang mana persamaannya adalah sebagai berikut :
∆𝐸 ∆𝑥 =
∆ ( 𝑦+ 𝑣
2
2𝑔 )
∆𝑥 = 𝑆𝑂− 𝑆𝑓 = 𝑆𝑜−
𝑣2
𝐶2 𝑅 (2.1. )
Dimana :
∆E : Perubahan energi spesifik ( m )
∆x : Perubahan jarak ( m )
y : Kedalaman aliran ( m )
v : Keceapatan aliran ( 𝑚 𝑑𝑒𝑡 )
g : Percepatan gravitasi ( 𝑚 𝑑𝑒𝑡2 )
𝑆𝑜: Kemiringan dasar saluran
𝑆𝑓: Kemiringan gesekan
𝐶 ∶Koefisien Chezy
𝑅 : Jari – jari hidrolis ( m )
xxix Persamaan diferensial aliran berubah lambat laun tidak dapat dinyatakan secara tegas untuk y pada setiap jenis penampang melintang saluran, sehingga suatu integral langsung
yang tepat terhadap persamaan tersebut sesungguhnya praktis tidak dapat dilakukan. Berbagai usaha telah dilakukan, baik untuk menyelesaikan persamaan bagi kejadian-kejadian khusus maupun maupun membuat pemisalan agar persamaan tersebut dapat diintegrasikan
secara matematis. Persamaanya dalah sebagai berikut:
𝑑𝑦
xxx Metode ini digunakan untuk saluran tidak prismatis. Pada saluran tidak prismatis, elemen hidrolis tergantung pada jarak disepanjang saluran. Pada saluran alam, biasanya perlu
dilakukan penelitian dilapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan disetiap penampang yang perlu dihitung. Perhitungan dilakukan tahap demi tahap dari suatu pos pengamat ke pos berikutnya yang sifat-sifat hidrolisnya telah ditetapkan. Dalam hal ini jarak
setiap pos diketahui dan dilakukan penentuan kedalaman aliran di tiap pos. Cara semacam ini biasanya dibuat berdasarkan perhitungan coba-coba.
RUMUS STANDAR STEP METHOD :
𝑍1+ ∝1 𝑉12
2𝑔 = 𝑍2+ ∝2
𝑉22
2𝑔 + 𝑓+ 𝑒 ( 2.3. )
𝐻1 = 𝑍1 + ∝1 𝑉1
2
2𝑔 ( 2.4. )
𝐻2 = 𝑍2+ ∝2 𝑉22
2𝑔 ( 2.5. )
𝐻1 = 𝐻2+ 𝑓 + 𝑒 ( 2.6. )
Dimana:
xxxi V : Kecepatan rata-rata (𝑚 𝑑𝑒𝑡)
g : Percepatan gravitasi (𝑚 𝑑𝑒𝑡2)
𝑓 : Kehilangan energi akibat gesekan dasar saluran
𝑒 : Kehilangan energi akibat pusaran
Dari rumus standar step method ini akan diketahui ketinggian muka air didalam
saluran floodway yang mana hasilnya akan dibandingkan dengan perencanaan awal apakah masih memenuhi syarat atau tidak.
II.4. Bangunan Pengamanan Sungai dan Saluran
II.4.1. Tanggul
Tanggul adalah salah satu bangunan yang paling utama dan paling penting dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat terhadap genangan-genangan yang
disebabkan oleh banjir dan badai ( gelombang pasang ). Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah karena tanggul merupakan bangunan menerus yang sangat panjang serta membutuhkan bahan urugan yang volumenya sangat besar. Kecuali tanah, kiranya
amatlah sukar untuk memperoleh bahan urugan untuk pembangunan tanggul dan bahan tanah dapat diperoleh dari hasil galian di kanan-kiri trase rencana tanggul atau bahkan dapat
diperoleh dari hasil pekerjaan normalisasi sungai, berupa galian pelebaran alur sungai, yang biasanya dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan tanggul. Dalam tahap perencanaan kiranya perlu diperhatikan, agar hasil dari pekerjaan normalisasi sungai dapat dimanfaatkan
xxxii setelah menjadi tanggul sangat mudah pula menyesuaikan diri dengan lapisan tanah pondasi yang mendukungnya serta mudah pula menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan yang
tidak rata, sehingga perbaikan yang disebabkan oleh penurunan tersebut mudah dikerjakan. Selanjutnya tanah merupakan bahan bangunan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama puluhan, bahkan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama puluhan, bahkan ratusan
tahun. Apabila di beberapa tempat terjadi kerusakan tanggul, perbaikannya sangat mudah dan cepat menggunakan tanah yang tersedia di sekitar lokasi kerusakan.
Berbagai Jenis Tanggul
Berdasarkan fungsi dan dimensi tempat serta bahan yang digunakan dan kondisi topografi setempat ( lihat gbr.2.2 ) tanggul dapat dibedakan sebagai berikut :
xxxiii 1. Tanggul Utama
Bangunan tanggul sepanjang kanan-kiri sungai guna menampung debit banjir rencana. 2. Tanggul Sekunder
Tanggul yang dibangun sejajar tanggul utama, baik di atas bantaran di depan tanggul
utama yang disebut tanggul musim panas maupun tanggul disebelah belakang tanggul utama yang berfungsi untuk pertahanan kedua, andaikan terjadi bobolan pada tanggul
utama. Tergantung pada pentingnya suatu areal yang dilindungi kadang-kadang dibangun pula tanggul tersier.
3. Tanggul Terbuka
Pada sungai-sungai yang deras arusnya, biasanya dapat dibangun tanggul-tanggul yang tidak menerus, tetapi terputus-putus. Dengan demikian puncak banjir yang tinggi
tetapi periode waktunya pendek dapat dipotong, karena sebagian banjir mengalir keluar melalui celah-celah antara tanggul-tanggul tersebut memasuki areal-areal di
belakang tanggul yang dipersiapkan untuk penampungan banjir sementara. Biasanya areal-areal penampungan tersebut dikeliingi tanggul-tanggul pula. Setelah banjir mereda, maka air yang tertampung tersebut, kemudian mengalir kembali kedalam ke
dalam sungai melalui celah-celah ini. Jadi tidak diperlukan adanya pintu-pintu atau pelimpah serta bangunan pelengkap lainnya.
4. Tanggul Pemisah
Tanggul semacam ini dibangun di antara dua buah sungai yang berdekatan, agar arus
sungai pada muara kedua sungai tersebut tidak saling mengganggu, terutama pada sungai-sungai yang kemiringannya dan kondisi hidrologinya berbeda. Selain itu pada
xxxiv pengendapan pada pertemuan kedua sungai tersebut dan perbedaan permukaan air di muara masing-masing sungai dapat disesuaikan secara individual.
5. Tanggul Melingkar
Biasanya dibangun untuk melindungi areal-areal yang tidak terlalu luas tetapi penting dan tanggul semacam ini sudah tidak digolongkan sebagai tanggul dalam rangka
perbaikan dan pengaturan sungai. 6. Tanggul Sirip ( Tanggul Melintang )
Pada sungai-sungai yang besar dengan bantaran yang sangat lebar dan tanah bantarannya diusahakan untuk kegiatan pertanian, kadang-kadang dibangun tanggul melintang untuk melindungi areal pertanian tersebut terhadap debit banjir yang lebih
kecil dari debit banjir rencananya. Selain itu tanggul tersebut dapat berfungsi sebagai penghambat kecepatan arus sungai dan areal diantara kedua tanggul tersebut dapat
pula berfungsi sebagai panampung banjir sementara. Tanggul semacam ini biasanya ditempatkan lebih kurang tegak lurus terhadap tanggul utama dan melintang arah alur
sungai.
7. Tanggul Pengarah
Tanggul semacam ini berfungsi sebagai pengarah arus di muara-muara sungai untuk
menjaga agar muara sungai tidak mudah berpindah-pindah dan sebagai pemandu arus sungai.
8. Tanggul Keliling dan Tanggul Sekat
Andaikan pda suatu sungai dibangun penampung banjir sementara ( retarding basin) dengan sistem tanggul, maka tanggulsebelah luar disebut tanggul keliling
xxxv 9. Penyadap Banjir
Bangunan ini berfungsi sebagai penyadap sebagian aliran banjir, pada saat muka air banjir di dalam sungai telah melampui tinggi yang diperkirakan. Biasanya merupakan salah satu komponen utama dari retarding basin atau berfungsi sebagai bangunan atau
pintu pembagi banjir.
10. Tanggul Tepi Danau dan Tanggul Pasang
Tanggul tepi danau dibangun disekeliling danau atau rawa-rawa dan tanggul pasang dibangun di muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Kedua jenis
tanggul tersebut diperhitungkan juga daya tahannya terhadap gaya-gaya hempasan ombak baik dari danau maupun dari laut.
11. Tanggul Khusus
Pada pemukiman yang padat penduduk, biasanya biaya pembebasan tanah untuk
pembangunan tanggul sangat tinggi. Dalam keadaan demikian untuk mengurangi areal tanah yang harus dibebaskan, biasanya tanggul dibuat berupa dinding pasangan atau dinding beton.
12. Tanggul Belakang
Biasanya dibangun pada muara anak-anak sungai untuk mencegah limpasan, akibat
aliaran air pada anak-anak sungai tertahan dan permukaannya naik, karena naiknya permukaan air pada sungai utama di waktu banjir.
xxxvi Perkuatan lereng ( revetments ) adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan suatu lereng guna melindungi suatu tebing alur sungai atau permukaan lereng tanggul dan
secara keseluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul yang dilindunginya.
Telah terjadi pengembangan yang sangat lanjut terhadap konstruksi salah satu
bangunan persungaian yang sangat vital ini dan pada saat ini telah dimungkinkan memilih salah satu konstruksi, bahan dan cara pelaksanaan yang paling cocok disesuaikan dengan
berbagai kondisi setempat. Walaupun demikian konstruksi perkuatan lereng secara terus menerus dikembangkan dan disempurnakan
Klasifikasi dan Konstruksi Perkuatan Lereng
1. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi
Sebagaimana yang tertera pada gbr.2.3. berdasarkan lokasi, perkuatan lereng dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu perkuatan lereng tanggul ( levee revetment ),
xxxvii Gambar 2.3. Jenis-jenis Perkuatan Lereng
a. Perkuatan Lereng Tanggul
Dibangun pada permukaan lereng tanggul guna melindunginya terhadap gerusan arus
sungai dan konstruksi yang kuat perlu dibuat pada tanggul-tanggul yang sangat dekat dengan tebing alur sungai atau apabila diperkirakan terjadi pukulan air ( water hummer).
b. Perkuatan Tebing Sungai
Perkuatan semacam ini diadakan pada tebing alur sungai, guna melindungi tebing tersebut gerusan arus sungai dan mencegah proses meander pada alur sungai. Selain itu
harus diadakan pengamanan-pengamanan terhadap kemungkinan kerusakan terhadap bangunan semacam ini, karena di saat terjadinya banjir bangunan tersebut akan
tenggelam seluruhnya. c. Perkuatan Lereng Menerus
Perkuatan lereng menerus dibangun pada lereng tanggul dan tebing sungai secara menerus ( pada bagian sungai yang tidak ada bantarannya ).
2. Konstruksi Perkuatan Lereng
Konstruksi perkuatan lereng umumnya seperti yang tertera pada gambar 2.4
xxxviii Gambar.2.4. Konstruksi Perkuatan Lereng
a. Pelindung Lereng
Pelindung Lereng merupakan bagian utama dari bangunan perkuatan lereng dan dimaksudkan untuk melindungi permukaan lereng tanggul atau permukaan tebing
sungai terhadap gerusan arus sungai. Pemilihan konstruksi pelindung lereng haruslah didasarkan pada resim sungai atau lokasinya.
b. Pondasi dan Pelindung Kaki
Pondasi adalah semacam konstruksi yang akan berfungsi sebagai landasan atau tumpuan pelindung lereng dan penempatannya pada kaki tanggul atau kaki tebing sungai.
Mengingat sebab utama kerusakan perkuatan lereng diawali dengan kerusakn pondasinya, maka pondasi dan pelindung kaki harus dikerjakan dengan hati-hati.
c. Sambungan
Sambungan dibuat pada setiap jarak 20 m perkuatan lereng, sebagai sambungan
xxxix d. Konsolidasi
Guna lebih menjamin stabilitas pondasi dan melindunginya terhadap gerusan arus
sungai, maka di atas permukaan dasar sungai di depan pondasi ditempatkan hamparan pelindung atau konsolidasi pondasi yang dapat berfungsi pula untuk melindungi permukaan dasar sungai terhadap gerusan. Aadapun jenis, dimensi serta metode
pelaksanaanya sangatlah beraneka ragam dan sangat tergantung pada kondisi setempat. e. Pelindung Mercu
Perkuatan tebing alur sungai dan perkuatan lereng tanggul yang karena fungsi dan dimensinya mungkin tenggelam di saat terjadi banjir besar agar tidak mengalami kerusakan-kerusakan diperlukan adanya pelindung pada bagian mercunya. Salah satu
caranya adalah seperti yang tertera pada skema gbr.2.4.
II.4.3. Bendung
Bendung ditempatkan melintang sungai, guna mengatur aliran air sungai yang melalui bendung tersebut.
Berdasarkan fungsinya bendung dapat diklasifikasikan dalam bendung pembagi banjir, bendung penahan air pasang dan bendung penyadap. Selain itu tergantung dari
konstruksinya bendung dapat pula diklasifikasikan dalam bendung tetap dan bendung bergerak.
Klasifikasi Berdasarkan Fungsi
xl Bendung semacam ini didirikan pada percabangan sungai untuk mengatur muka air, sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir dan debit rendah sesuai dengan
kapasitas yang telah ditetapkan sebelumnya. b. Bendung Penahan Air Pasang
Bendung ini dibangun di bagian sungai yang dipengaruhi pasang-surut air laut untuk
mencegah masuknya air asin dan untuk menjamin, agar aliran air sungai senantiasa dalam keadaan normal.
c. Bendung Penyadap
Bendung ini digunakan untuk mengatur muka air di dalam sungai guna memudahkan penyadapan airnya untuk keperluan air minum, air perkotaan, irigasi dan
pembangunan tenaga listrik.
d. Lain-lain
Terdapat pula beberapa tipe khusus, antara lain bendung untuk mengatur muka air debit sungai dan mengatur resim hidrologi sungai, bendung yang berfungsi sebagai ambang untuk mencegah turunnya dasar sungai yang biasanya dibangun pada suatu
saluran pembuang, saluran banjir atau sudetan, bendung untuk menjaga air sungai pada kedalaman tertentu yang diperlukan bagi lalu-lintas sungai dan bendung serbaguna
yang memiliki beberapa fungsi.
Klasifikasi Berdasarkan Tipe Konstruksi
xli Bendung ini tidak dapat mengatur tinggi dan debit air sungai.
b. Bendung Gerak
Bendung ini dapat digunakan untuk mengatur tinggi dan debit air sungai dengan pembukaan pintu-pintu yang terdapat pada bendung.
c. Bendung Kombinasi
Bendung ini berfungsi ganda, yaitu sebagai bendung tetap dan bendung gerak.
xlii Gambar.2.6. Komponen utama bendung gerak