• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori - Pemimpin Dan Disiplin Kerja ( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Pemimpin Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Asuransi Ajb Bumi Putera 1912 Wilayah Medan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori - Pemimpin Dan Disiplin Kerja ( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Pemimpin Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Asuransi Ajb Bumi Putera 1912 Wilayah Medan )"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teori

Kerangka teori memberikan gambaran atau batasan – batasan tentang teori – teori

yang dipakai dan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan. Penyusunan teori

merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori merupakan alat untuk menjelaskan dan

memprediksi fenomena yang diteliti.

Teori merupakan jantung utama dalam penelitian kuantitatif yang harus diuji

kebenarannya dalam suatu topik penelitian/ seorang peneliti kuantitatif harus memilih dan

menentukan teori yang cocok dengan permasalahan yang diteliti. Kejelasan landasan berpikir

untuk memecahkan atau menyoroti masalah sangat diperlukan dalam penelitian. Untuk itu

perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari

sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995: 39).

Kerlinger menyatakan bahwa teori adalah himpunan konstruksi (konsep), defenisi

proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala yang menjabarkan relasi

diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2008: 6).

Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah: Komunikasi Organisasi,

Iklim Komunikasi Organisasi, Kepemimpinan, dan Disiplin Kerja.

2.1.1. Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia

dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga,

di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada

manusia yang tidak akan terlibat komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu bentuk

interaksi antar manusia untuk mendapatkan suatu informasi. Dalam melakukan suatu

hubungan sosial diperlukan kemampuan komunikasi yang baik, begitu pula dalam

berorganisasi. Pentingnya komunikasi tidak bisa dimungkiri begitu juga halnya bagi suatu

organisasi. Komunikasi dalam organisasi sangatlah penting karena organisasi merupakan

(2)

Selain komunikasi, sebuah sifat kepemimpinan juga penting dalam menjalankan

sebuah organisasi. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Sejatinya

Kepemimpinan merupakan suatu bentuk sifat seseorang yang berkaitan dengan keterampilan

dan kecakapan seseorang dalam mempengaruhi orang lain/kelompok untuk mencapai suatu

tujuan tertentu.Oleh sebab itu, dalam berorganisasi sifat kepemimpinan ini sangatlah penting

agar tujuan dari organisasi tersebut dapat segera tercapai. Seseorang yang memiliki sifat

kepemimpinan, pasti mampu memimpin orang lain dan dirinya sendiri untuk bekerja atau

melakukan sebuah aktifitas dan juga mengambil keputusan dengan tepat.

Di dalam organisasi memerlukan seorang pemimpin, pemimpin merupakan salah satu

unsur terpenting dalam menentukan perkembangan suatu organisasi atau perusahaan.

Berhasil atau tidaknya suatu organisasi atau perusahaan banyaknya ditentukan oleh kualitas

pemimpin itu sendiri. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam

organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka.

Bermacam – macam defenisi yang dikemukakan orang untuk memberikan batasan apa yang

dimaksud dengan komunikasi, sesuai dari sudut mana mereka memandangnya.

Sementara itu (Dalam Muhammad, 2009) Schein mengatakan bahwa organisasi

adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan

umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab.

Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karekteristik tertentu yaitu:

mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan

tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi

tersebut.

Kemudian Sendjaja 1994 menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah

sebagai berikut:

(3)

pekerjaan , di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

2. Fungsi regulatif, fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu : a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen , yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberikan perintah atau instruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya, b. Berkaitan dengan pesan, pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi interagtif, setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Adapun saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi, b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

Selain itu organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari

organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya. Tanpa

koordinasi sulitlah organisasi itu berfungsi dengan baik.

Adapun fungsi organisasi adalah :

1. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi

Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut.

2. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab

Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat di mana organisasi itu berada. Standar ini memberikan organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi, baik itu ada hubungannya dengan produk yang mereka buat maupun tidak. 3. Memproduksi barang atau orang

Fungsi utama dari organisasi adalah Memproduksi barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai produknya masing-masing.

4. Mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain

Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru, program baru dan arahan baru (Muhammad, 2009: 23-34).

Kemudian untuk membantu memahami organisasi tersebut maka diperlukan elemen-

(4)

1. Struktur organisasi

Struktur organisasi adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan didalam suatu organisasi. Struktur organisasi menurut Davis Scott (1981) dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu: struktur normatif dan struktur tingkah laku. Di mana struktur normatif mencakup nilai, norma dan peranan yang diharapkan. Nilai adalah kriteria yang digunakan dalam memilih tujuan tingkah laku, sedangkan norma adalah aturan umum mengenai tingkah laku yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengejar tujuan, peranan yang diharapkan digunakan sebagai standar penilaian tingkah laku karyawan yang sesuai dengan posisinya. Sementara struktur tingkah laku ini berfokus kepada tingkah laku yang dilakukan dan bukan pada resep bertingkah laku, tingkah laku diperlihatkan manusia dalam organisasi ini mempunyai karakteristik umum yang merupakan pola atau jaringan tingkah laku.

2. Partisipan

Partisipan organisasi adalah individu–individu yang memberikan kontribusi kepada organisasi. Semua individu berpartisipasi lebih daripada suatu organisasi dan ketelibatannya pada masing-masing organisasi tersebut sangat bervariasi.

3. Tujuan

Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan sangat kontroversial dalam mempelajari organisasi. Ahli analisis mengatakan bahwa tujuan sangat diperlukan dalam memahami organisasi.

4. Teknologi

Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan.

5. Lingkungan

Setiap organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi, kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap mana organisasi tersebut harus menyesuaikan diri. Tidak ada organisasi yang sanggup mencukupi kepentingan dirinya sendiri. Semuanya tergantung kepada lingkungan sistim yang lebih besar untuk dapat terus hidup (Muhammad, 2009: 26-28).

Tiap organisasi di samping mempunyai elemen yang umum juga mempunyai

karekteristik yang umum antara lain:

1. Dinamis

Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus menerus mengalami perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungan dan perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah tersebut.

2. Memerlukan informasi

Semua organisasi memerlukan informasi ntuk hidup. Tanpa informasi organisasi tidak dapat jalan.

3. Mempunyai tujuan

Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu setiap organisasi harus mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Tentu saja tujuan organisasi dengan organisasi lainnya bervariasi.

4. Terstruktur

(5)

Barry Cushway mengakui meskipun ada bermacam-macam organisasi, hanya sedikit

terdapat persamaan, tetapi upaya membandingkan organisasi supaya mengetahui kelebihan

dan kekurangannya. Walaupun semua organisasi memiliki karakteristik yang khas (variasi),

semua organisasi memiliki hal-hal tertentu yang sama, yaitu:

1. Satu tujuan bersama

2. Suatu struktur

3. Proses untuk mengkoordinasi kegiatan (Panuju, 2001: 23).

Kemudian organisasi mempunyai fungsi organisasi diantaranya:

1. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi

2. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab, ini berarti bahwa organisasi harus hidup

sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh organisasi maupun standart masyarakat

dimana pun organisasi itu berada.

3. Memproduksi barang atau orang.

4. Mempengaruhi dan dipengaruhi orang ( Muhammad, 2009: 23-32).

Kemudian Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu

sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal.

Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu seperti komunikasi dari

bawahan dan atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan

yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan

organisasi terhadap lingkungan luarnya (Muhammad, 2009: 66).

Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga

pendekatan yaitu :

1. Pendekatan makro adalah suatu organisasi yang dipandang struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi ini organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti : memproses informasi dari lingkungan, mengadakan identifikasi, melakukan integrasi dan menentukan tujuan organisasi.

2. Pendekatan mikro: pendekatan ini terutama memfokuskan kepada komunikasi dalam nit dan subunit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota kelompok, komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan, komunikasi untuk menjaga iklim organisasi, komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan dan komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam organisasi.

(6)

mengkonsep surat, memperdebatkan suatu usulan dan sebagainya ( Muhammad, 2009: 75).

2.1.1.1.) Pentingnya Komunikasi Organisasi

Komunikasi begitu penting bagi manusia sehingga ada yang menyatakan bahwa tanpa

komunikasi kehidupan manusia tidak akan bermakna, atau bahkan manusia tidak dapat

bertahan hidup, demikian juga dalam sebuah organisasi. Komunikasi organisasi ikut andil

dalam membangun iklim komunikasi. Jika ini kita pahami oleh pengelola organisasi maka

perbedaan – perbedaan individu dan ketidak mengertian (missunderstanding) dalam

organisasi bisa diperkecil dan dikurangi yang pada akhirnya konflik bisa dihindari. Atas dasar

itulah maka komunikasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap

yang terlibat dalam organisasi. Apabila komunikasi yang terdapat didalam organisasi tersebut

efektif maka hal tersebut kemungkinan dapat menjamin tercapainya tujuan – tujuan

organisasi.

Jika dilihat dari teori hubungan antarmanusia, komunikasi antarkaryawan merupakan

suatu kegiatan yang penting sehingga semua karyawan yang terdapat didalam suatu

perusahaan harus saling berusaha berkomunikasi guna menggalang kerjasama yang sebaik –

baiknya sehingga melalui kerjasama yang baik itu dapat diharapkan kinerja perusahaan

meningkat dan tujuan perusahaan dapat tercapai (Suranto, 2005 : 35).

Judy C. Pearson mengemukakan ada dua alasan mengapa individu mengadakan

komunikasi didalam suatu organisai yakni manfaat individu dan kelembagaan. Pada tataran

manfaat individu, seorang karyawan dalam suatu perusahaan maupun organisasi dapat

memupuk hubungan baik dengan orang lain, memperoleh kepercayaan, mengklarifikasi suatu

kesalahan, dan sebagainya. Sedangkan pada tataran manfaat kelembagaan, seorang karyawan

dalam suatu perusahaan maupun organisasi dapat memberi manfaat pada perusahaan tersebut,

misalnya dengan saling berkomunikasi karyawan perusahaan dapat menyelesaikan tugas –

tugas perusahaan, mengambil keputusan yang tepat, menghindari terjadinya konflik, dan

dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja serta keharmonisan hubungan unit – unit kerja

di dalam suatu perusahaan tersebut (Mulyana, 2005: 4).

2.1.1.2.) Jaringan Komunikasi Formal

Sejumlah orang – orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu di dalam suatu

(7)

jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi didalam suatu organisasi dapat dilakukan oleh dua

orang, tiga, atau lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang dalam organisasi. Ada

dua sifat jaringan komunikasi yang terdapat didalam suatu organisasi yaitu jaringan

komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal adalah

komunikasi menurut struktur organisasi sedangkan jaringan komunikasi informal adalah

komunikasi tidak bergantung pada struktur organisasi.

Jaringan komunikasi formal merupakan proses penyampaian pesan melalui jalan

resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan (Muhammad,

2009: 107). Komunikasi formal memanfaatkan saluran formal yang tersedia di dalam suatu

organisasi (Sunarto, 2005: 39), pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu,

posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan, dan distribusi pekerjaan yang

ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda.

Ada tiga bentuk utama aliran informasi komunikasi formal dalam suatu organisasi

1. Komunikasi ke bawah (Downward Communication)

Komunikasi ke bawah memiliki arti bahwa informasi mengalir dari tingkatan manajemen puncak ke menajemen menengah atau dari jabatan yang berotoritas lebih rendah (Masmuh, 2008: 64). Fungsi komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi dapat berupa menyampaikan informasi faktual dan non-kontroversial (tidak menjadi pokok pertentangan), dan tujuannya hanya semata – mata memberikan informasi yang berkenaan dengan tugas – tugas dan pemeliharaan, bukan membujuk (persuasive). Pesan – pesan yang disampaikan oleh atasan kepada bawahannya biasanya berhubungan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan, dan kebujakan umum. Dalam bukunya, Suranto (2005) menyebutkan bahwa komunikasi ke bawah mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

a. Fungsi pengarahan

b. Fungsi perintah

c. Fungsi indoktrinasi

d. Fungsi inspirasi

e. Fungsi evaluasi

Menurut Lewis (1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan,

untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kerugiaan yang

timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan

(8)

Perintah atau instruksi biasanya menjadi lebih terperinci dan spesifik karena

diinterpretasikan oleh tingkatan manajemen yang lebih rendah. Manajer – manajer pada

setiap tingkatan bertindak sebagai penyaring (filter) dalam menentukan seberapa banyak

informasi yang mereka terima dari pimpinan yang lebih tinggi yang akan diteruskan kepada

bawahannya. Di samping perintah dan instruksi, komunikasi ke bawah juga berisi informasi

mengenai tujuan organisasi, kebujaksanaan – kebijaksanaan perusahaan, peraturan,

pembatasan, insentif, tunjangan, hak – hak karyawan.

Bawahan dapat menerima umpan balik tentang seberapa jauh mereka telah

melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik. Menurut R.Wayne Pace Don F. Paules (1998),

ada lima jenis informasi yang biasanya dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan,

diantaranya adalah:

a. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan

b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan

c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi

d. Informasi mengenai kinerja karyawan

e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission)

Seluruh fungsi maupun jenis informasi yang dikomunikasikan oleh atasan kepada

bawahan yang telah dipaparkan di atas, Arni Muhammad dalam bukunya komunikasi

organisasi (2009) mengklasifikasikannya dalam lima tipe komunikasi ke bawah, yaitu:

a. Instruksi tugas, yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang

diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan tersebut dapat berupa perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tersebut, alat – alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan – pesan tugas dan sebagainya, instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman yang minimal, biasanya digunakan tugas – tugas yang kompleks, dimana karyawan diharapkan mempergunakan pertimbangannya, keterampilan, dan pengalamannya (Muhammad, 2009: 109).

b. Rasional pekerjaan, yaitu pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan

bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas yang lain dalam objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila atasan menganggap bawahannya pemalas maka pesan rasional yang diberikan sedikit sedangkan bila atasan menganggap bawahan dapat memotivasi diri sendiri maka pesan rasional yang diberikan banyak. c. Ideologi, yaitu perluasan rasional yang penekanannya ada pada penjelasan tugas dan

(9)

d. Informasi, yaitu informasi dari atasan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik – praktik organisasi, peraturan – peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional.

e. Balikan, yaitu pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam

melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhananya adalah pembayaran gaji karyawan yang telah selesai melakukan pekerjaannya dan tidak ada informasi dari atasannya yang mengkritik pekerjaannya. Tetapi apabila hasil pekerjaan karyawan kurang baik maka balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan kepada karyawan tersebut.

2. Komunikasi ke atas (Upward Communication)

Komunikasi ke atas merupakan aliran informasi dari hirarki wewnang yang lebih rendah ke yang lebih tinggi. Biasanya mengalir di sepanjang rantai komando(Masmuh, 2008: 11). Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran, dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi dari bawahan ke atasan ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaruan (Muhammad, 2009: 117). Fungsi utama komunikasi ke atas antara lain untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Pace (1989) menggambarkan fungsi komunikasi ke atas seperti di bawah ini:

a. Komunikasi ke atas membuat atasan mengetahui kapan bawahannya siap untuk memberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.

b. Komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan. c. Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi

dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.

d. Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas-desus muncul dan membiarkan atasan mengetahuinya.

e. Komunikasi ke atas menjadikan atasan dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi ke bawah.

f. Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibataan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi.

Kebanyakan dari hasil-hasil penelitian mengenai komunikasi ke atas mengatakan

bahwa atasan mendapatkan informasi dari bawahannya mengenai hal-hal berikut:

a. Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka

dan recana masa yang akan datang.

b. Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin

memerlukan bantuan tertentu.

c. Menawarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan unitnya masing-masing

atau organisasi secara keseluruhan.

d. Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka mengenai pekerjaannya, teman

(10)

Masmuh (2008) dalam bukunya menyederhanakan bentuk-bentuk pesan yang

dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan seperti dibawah ini:

a. Laporan prestasi kerja (performance report)

b. Saran-saran dan rekomendasi

c. Usulan anggaran

d. Pendapat dan opini

e. Keluhan

f. Permohonan bantuan

g. Instruksi

Seperti halnya dalam komunikasi ke bawah, karyawan yang berada dalam manajemen

menengah bertindak sebagai penyaring informasi yang disalurkan melalui mereka. Karyawan

manajemen menengah tersebut memadukan, memadatkan dan meringkas informasi mengenai

kejadian dan pelaksanaan pekerjaan pada tingkat karyawan yang lebih rendah.

3. Komunikasi ke samping (Horizontal Communication)

Komunikasi ke samping (Horizontal Communication) terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama (Masmuh, 2008: 12). Komunikasi ke samping secara teratur terjadi diantara karyawan yang bekerjasama dalam suatu tim, diantara para anggota kelompok karyawan yang berbeda para anggota departemen atau bagian yang secara fungsional terpisah, begitu juga diantara lini dan staff. Peranan komunikasi ke samping ini dalam organisasi sesungguhnya sangat penting, namun relatif sering diabaikan. Pertukaran informasi antarbagian sangat membantu menjadi satu kesatuan yang utuh. Komunikasi ke samping dalam jaringan kerja komunikasi formal adalah sebagai alat utama dalam mengkoordinir dan mempersatukan semua bagian. Fungsi utama komunikasi ke samping dalam jaringan kerja komunikasi formal adalah pengkoordinasian dan pemecahan masalah.

Suranto (2005) dalam bukunya menyebutkan beberapa tujuan komunikasi yang

dilakukan antar sesama karyawan dalam suatu organisasi:

a. Berbagai pengalaman dan perasaan

b. Solidaritas dan kerjasama

c. Menserasikan pelaksanaan kerja

d. Menghindari kekembaran (kegandaan) pengerjaan tugas

e. Menggalang kerukunan

f. Membahas cara-cara menanggulangi kendala yang timbul

g. Saling koreksi untuk menghindari kekeliruan

(11)

2.1.2. Iklim komunikasi organisasi

Iklim komunikasi dan organisasi merupakan hal yang perlu menjadi perhatian seorang

pemimpin organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada

tingkah laku karyawan. Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi dan organisasi yang baik

perlu memahami kedua hal tersebut serta keadaan karyawan.

Tagiuri (1968) mengatakan iklim organisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari

lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya, mempengaruhi

tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik

tertentu dari lingkungan. Selanjutnya Litwin dan Stringers (1968) memberikan dimensi iklim

organisasi sebagai berikut:

1. Rasa tanggung jawab

2. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan

3. Ganjaran atau reward

4. Rasa persaudaraan

5. Semangat tim dalam (dalam Muhammad, 2009: 82).

Hillrieger dan Slocum mengemukakan defenisi iklim organisasi dengan

mempertimbangkan subsistem dalam organisasi. Mereka mengatakan iklim organisasi adalah

suatu set atribut organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota organisasi,

yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subsistem, terhadap anggota

lingkungannya.

Kemudian Iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku

individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan

pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikat diri mereka dengan organisasi, untuk

bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara bersemangat,

untuk mendukung para rekan dan anggota organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas

secara kreatif, dan utuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurna organisasi

(12)

Iklim yang negatif dapat merusak keputusan yang dibuat anggota organisasi mengenai

bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi. Iklim komunikasi dapat

menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim

mempengaruhi usaha anggota organisasi. Usaha dalam hal ini merujuk kepada penggunaan

tubuh secara fisik dalam bentuk berpikir, menganalisa, dan memecahkan masalah.

Usaha biasanya terdiri atas empat unsur :

1. Aktivitas (yang merupakan pekerjaan tersebut)

2. Langkah-langkah (pelaksanaan kerja)

3. Kualitas (hasil)

4. Pola waktu (kerja).

Anggota organisasi memilih berbagai jumlah usaha yang mereka curahkan untuk

kegiatan organisasi. Mereka membuat pilihan ini karena usaha-usaha yang diarahkan tidak

dibayar secara langsung sebagai bagian dari perjanjian untuk tenaga kerja dalam organisasi

(Pace, 2005: 155).

2.1.2.1) Kepuasan komunikasi organisasi

Kepuasan komunikasi organisasi mempunyai hubungan yang cukup erat dengan iklim

komunikasi organisasi. Di mana kepuasan komunikasi organisasi ini adalah semua tingkat

kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan.

Konsep kepuasan ini memperkaya ide iklim komunikasi. Iklim mencakup kepuasan anggota

organisasi terhadap informasi yang tersedia. Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan

kepada bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan

anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara disebarluaskan,

bagaimana di terima, diproses dan apa respons orang yang menerima. Kepuasan komunikasi

adalah satu fungsi dari apa yang seorang dapatkan dengan apa yang dia harapkan

(Muhammad, 2009: 87).

2.1.3. Kepemimpinan

Di dalam kegiatan manusia itu selalu membutuhkan kepemimpinan. Jadi harus ada

pemimpin demi sukses dan efesien kerja. Untuk bermacam-macam usaha dan kegiatan

manusia yang jutaan banyaknya ini diperlukan upaya yang terencana dan sistematis untuk

melatih dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin baru (Kartono: 2005: 31). Istilah “

(13)

kehidupan sehari – hari. Didalam pengertian umum, Kepemimpinan menunjukkan proses

kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran,

perasaan atau tingkah laku orang lain. Kepemimpinan yang bersifat tatap muka berlangsung

melalui kata – kata secara lisan. Kepemimpinan jenis ini bersifat langsung, karena sang

pemimpin dalam usahanya mempengaruhi orang lain, bergiat langsung kepada sasarannya

(Effendy, 1981: 1)

Defenisi lainnya tentang Kepemimpinan adalah proses pemberian inspirasi kepada

semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk menghasilkan yang diharapkan.

Kepemimpinan adalah cara mengajak karyawan agar bertindak secara benar, mencapai

komitmen dan memotivasi untuk mencapai tujuan bersama.

Selanjutnya persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal

penting, yaitu:

a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada

pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “

mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin,

dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/keterampilan

teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

Dari hubungan antara pemimpin sengan para bawahannya, secara lambat laun akan

berkembang metode kepemimpinan. Metode adalah prosedur yang sistematis dan khusus

yang digunakan dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep, dilihat dari satu pandangan

tertentu. Metode juga disebut sebagai cara bekerja, berbuat dan bertingkah laku khususnya

dalam kegiatan kejiwaan/mental.

Metode kepemimpinan adalah cara bekerja dan bertingkah laku pemimpin dalam

membimbing para bawahannya untuk berbuat sesuatu. Maka metode kepemimpinan ini

diharapkan bisa membantu keberhasilan pemimpin dalam melakukan tugas-tugasnya

sekaligus juga dapat memperbaiki tingkah laku serta kualitas kepemimpinannya.

Ordway Tead dalam bukunya (The Art of Administration) mengemukakan metode

(14)

a. Memberi perintah

Perintah itu timbul dari situasi formal dan relasi kerja, karena itu perintah adalah fakta fungsional pada organisasi, kedinasan atau jawatan perintah dan swasta, berbentuk instruksi, komando, peraturan tata tertib, standar praktik atau perilaku yang harus dipatuhi. Perintah biasanya sudah tercakup dalam tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh setiap individu anggota kelompok.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian perintah antara lain: - Kondisi pribadi individu yang diberi perintah

- Situasi lingkungan sekitar yang harus ikut dipertimbangkan dalam pemberian perintah

- Perintah harus jelas, ringkas, namun tegas, dan tidak mengandung kemajemukan arti sehingga bisa membingungkan, serta mudah dimengerti

- Penggunaan nada suara yang wajar, netral, tidak dipaksakan, cukup ramah, agar mudah dan enak ditangkap

- Kesopan santunan dalam penyampaian perintah memberi pengaruh pada pelaksanaan perintah agar bisa dipatuhi

- Perintah tidak terlalu banyak diberikan sekaligus, untuk tidak membingungkan dan tidak menghambat pengambilan keputusan untuk memprioritaskan tugas atau perintah yang paling penting

b. Memberikan celaan dan pujian

Celaan harus diberikan secara objektif dan tidak bersifat objektif. Juga tidak disertai emosi-emosi yang negatif (benci,dendam, curiga, dan lain-lain). Sebaiknya celaan itu berupa teguran dan dilakukan secara rahasia, tidak secara terbuka dimuka banyak orang. Sebaliknya pujian supaya diberikan, sebab pribadi yang bersangkutan telah melakukan tugasnya dengan baik, dan mampu berprestasi. Pujian ini bisa memberikan semangat, kegairahan kerja, tenaga baru, dan mendorong emosional yang segar. c. Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin yang benar

Pemimpin harus bersifat objektif dan jujur. Ia harus menjauhan diri dari rasa pilih kasih atau favoritisme karena hal ini bisa menurunkan moral anggota-anggota lainnya. Menumbuhkan keraguan, kemuakan serta kecemburuan sosial. Juga bisa mengurangi respek anggota pada pemimpin.

d. Peka terhadap saran-saran

Sifat pemimpin itu harus luwes dan terbuka,dan peka pada saran-saran eksternal yang positif sifatnya. Dia harus menghargai pendapat-pendapat orang lain, untuk kemudian mengkombinasikannya dengan ide-ide sendiri. Dengan begitu dia bisa membangkitkan inisiatif kelompok untuk memberikan saran-saran yang baik.

e. Memperkuat rasa kesatuan kelompok

Untuk menghadapi macam-macam tantangan luar dan kekomplekan situasi masyarakat modern, perli pemimpin bisa menciptakan rasa kesatuan kelompoknya, dengan loyalitas tinggi dan kekompakan yang utuh.

f. Menciptakan disiplin diri dan disiplin kelompok

Setiap kelompok akan mengembanhkan tata cara dan pola tingkah yang hanya berlaku dalam kelompok sendiri, yang harus ditaati oleh seluruh anggota. Hal ini penting untuk membangkitkan rasa tanggung jawab, uniformitas, dan disiplin kelompok. Disiplin kelompok bisa berhasil bila pemimpin bersikap arif bijaksana, memberikan teladan, berdisiplin, dan menerapkan seluruh prosedur dengan konsekuen.

g. Meredam kabar angin dan isu-isu yang tidak benar

(15)

itu ditujukan untuk mengacau dan mengganggu tatanan kerja yang sudah lancar. Maka pemimpin berkewajiban untuk mengusut sampai tuntas sumber kabar angin tadi. Dan memberikan peringatan keras atau sanksi pada orang-orang yang mampunyai rasa dendam, mengalami frustasi, dan mungkin tengah terganggu ingatannya, sehingga tanpa sadar menyebarkan kabar-kabar angin yang buruk ( Dalam Kartono, 2005: 62-66).

Selanjutnya G.R Terry mengemukakan sejumlah teori kepemimpinan yaitu teori-teori sendiri ditambah dengan teori-teori penulis lain, sebagai berikut:

a. Teori otokratis dan pemimpin otokratis

Kepemimpinan menurut teori didasarkan atas perintah-perintah, paksaan, dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung secara efesien. Kepemimpinan berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas.

Ciri khasnya adalah:

- Dia memberikan perintah-perintah yang dipaksakan, dan harus dipatuhi

- Dia menentukan policies/kebijakan untuk semua pihak tanpa berkonsultasi dengan para anggota

- Dia tidak pernah memberikan informasi mendetail tentang rencana-rencana yang akan datang, akan tetapi Cuma memberitahukan pada setiap anggota kelompoknya langkah-langkah segera yang harus mereka lakukan

- Dia memberikan pujian atau kritik pribadi terhadap setiap anggota kelompoknya dengan inisiatif sendiri

b. Teori psikologis

Teori ini menyatakan, bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dengan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk merangsang kesedian bekerja dari para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan, agar mereka mau bekerja, guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi.

Maka kepemimpinan yang mampu memotivasi orang lain akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia seperti pengakuan martabat, status sosial, kepastian emosional, memperhatikan keinginan dan kebutuhan karyawan, kegairahan kerja, minat, suasana hati, dan lain-lain.

c. Teori sosiologis

Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar-relasi dalam organisasi, dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya, agar tercapai kerja sama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. Setiap anggota mengetahui hasil apa, keyakinan apa, dan kelakuan apa yang diharapkan dari mereka oleh pemimpin dan kelompokny. Pemimpin diharapkan dapat mengambil tindakan-tindakan korektif apabila terdapat kepincangan-kepincangan dan penyimpangan-penyimpangan dalam organisasi.

d. Teori suportif

(16)

e. Teori laissez faire

Kepemimpinan laissez faire ditampilkan oleh seorang tokoh “ketua dewan” yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya. Sedangkan kedudukan sebagai pemimpin (direktur, ketua dewan,kepala, komandan, dan lain-lain) dimungkinkan oleh sistem nepotisme, atau lewat praktik penyuapan).

f. Teori kelakuan pribadi

Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan, bahwa seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, dia harus mampu bersikap fleksibel, luwes, bijaksana, “tahu gelagat” dan mempunyai daya lenting yang tinggi karena dia harus mampu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk sesuatu masalah. Sedang masalah sosial itu tidak akan pernah identik sama di dalam runtunan waktu berbeda.

Pola tiingkah laku pemimpin tersebut erat berkaitan dengan: - Bakat dan kemampuannya

- Kondisi dan situasi yang dihadapi

- Good-will atau keinginan untuk memutuskan dan memecahkan permasalahan

yang timbul

- Derajat supervisi dan ketajaman evaluasinya. g. Teori sifat orang-orang besar

Sudah banyak usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasikan sifat-sifat unggul dan kualitas superior serta unik, yang diharapkan ada pada seorang pemimpin, untuk meramalkan kesuksesan kepemimpinannya. Ada beberapa ciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan memiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki inteligensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi, dan lain-lain.

h. Teori situasi

Teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi/luwespada pemimpin untuk menyesuaikan diri terhadap tuntunan situasi, lingkungan sekitar dan zamannya. Faktor lingkungan itu harus dijadikan tantangan untuk diatasi. Maka pemimpin itu harus mampu menyelesaikan masalah-masalahaktual.

i. Teori humanistik/ populastik

Fungsi kepemimpinan menurut teori ini ialah merealisir kebebasan manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk hal ini perlu adanya organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau memperhatikan kepentingan dan kebutuhan rakyat (Dalam Kartono: 2005: 72-79).

2.1.3.1.) Gaya kepemimpinan

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian

sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dengan

orang lain.. Gaya kepemimpinan merupakan yang akan berpengaruh terhadap cara-cara

berkomunikasi serta proses pengambilan keputusan didalam organisasi atau perusahaan.

(17)

Menurut Stoner ada 2 gaya kepemimpinan yang biasa digunakan seorang pemimpin

dalam mengarahkan atau mempengaruhi bawahannya yaitu :

1. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas. Dalam gaya kepemimpinan ini, seorang manajer akan mengarahkan dan mengawasi bawahannya secara ketat agar mereka bekerja sesuai harapannya. Manajer dalam gaya ini lebih mengutamakan keberhasilan pekerjaan daripada pengembangan kemampuan bawahan.

2. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pekerja. Manajer dengan gaya kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi bawahannya untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikut sertakan bawahan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut tugas/ pekerjaan bawahan. Disini hubungan pemimpin dan bawahan terasa sangat akrab, saling percaya,dan saling menghargai.

Menurut Koontz, O”Donnell dan Weihrich gaya kepemimpinan dapat digolongkan

berdasarkan cara si pemimpin menggunakan kekuasaannya. Dengan demikian terdapat 3

kepemimpinan :

1. Otokratik : pemimpin dipandang sebagai orang yang memberi perintah dan dapat menuntut. Keputusan ada ditangan pemimpin

2. Demokratik atau partisipatif : pemimpin dipandang sebagai orang yang tidak akan melakukan suatu kegiatan tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu pada bawahannya.pemimpin disini mengikut sertakan pendapat bawahan sebelum membuat keputusan

3. Free rein : pemimpin hanya menggunakan sedikit kekuasaan dan memberikan banyak kebebasan kepada bawahan untuk melakukan kegiatan. Jadi disini pemimpin memberi keleluasaan pada bawahan untuk menentukan tujuan perusahaan dan cara untuk mencapainya. Pemimpin hanya sebagai fasilitator melalui pemberian informasi dan sebagai orang yang berhubungan dengan kelompok lain (Dalam Kadarman, 2001: 143).

2.1.3.2.) Pemimpin

Tidak ada organisasi tanpa adanya pemimpin, organisasi atau perusahaan yang tidak

mempunyai pemimpin seperti tubuh tanpa kepala, mudah menjadi sesat, panik, kacau dan

anarkis. Jadi pemimpin merupakan unsur terpenting di dalam organisasi atau perusahaan.

Pemimpin adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.

Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi

(Robbins, 2002: 163). Adapun menurut beberapa ahli pengertian pemimpin adalah sebagai

berikut:

Kartini Kartono (1994: 33) Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki

(18)

mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu,

demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Henry Pratt Faiechild ( dalam Kartini Kartono,

1994: 33) menyatakan defenisi Pemimpin adalah seseorang yang membimbing, memimpin

dengan bantuan kualitas-kualitas persuasif dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh

pengikutnya.

Selanjutnya Menurut Djanaid (1996) ada tiga teori lahirnya pemimpin yaitu sebagai

berikut :

1. Teori keturunan, bahwa pemimpin itu muncul karena sifat yang dibawanya sejak lahir. Ini berarti seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan.

2. Teori pengaruh lingkungan, menurut teori ini pemimpin itu dibentuk karena lingkungan hidupnya bukan keturunan. Ini berarti setiap anggota mampu menjadi pemimpin apabila diberi kesempatan.

3. Teori kelompok campuran, menurut teori ini pemimpin itu memiliki bakat yang dibawa sejak lahir kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman terutama dalam berinteraksi dengan orang lain dalam ( dalam Ardana, 2008: 90).

Banyak perusahaan, mereka terkenal bukan lain adalah karena memiliki sosok

pemimpin yang baik. Bukan hanya seluruh perusahaan, tetapi pemimpin perusahaan memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap perusahaan. Bagaimana sebuah perusahaan atau

organisasi memberikan pengaruh yang besar terhadap kesuksesan atau keberlangsungan

perusahaan itu sendiri. Upaya untuk melihat sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain

dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang

dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya.

Sementara itu menurut Ordway Tead dalam tulisannya mengemukakan 10 sifat

pemimpin yaitu sebagai berikut:

1. Energi jasmani dan mental (Physical and nervous energy)

Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya seperti tidak akan pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan-kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin kerja, kesabaran, ketahanan batin dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.

2. Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction)

Memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan. Mengetahui kemana arah yang akan ditujunya, serta memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang dipimpinnya.

(19)

Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat serta esprit de corps, semua ini membangkitkan antusiasme, optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun para anggota kelompok.

4. Keramahan dan kecintaan (Friendlinessan affection)

Affection itu berarti kesayangan, kasih sayang, cinta, simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi. Sebab pemimpin ingin membuat mereka senang, bahagia dan sejahtera. Maka kasih-sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak.

Sedang kerah tamahan itu mempunyai sifat mempengaruhi orang lain juga membuka setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi keramahan tersebut. Keramahan juga memberikan pengaruh mengajak, dan kesediaan untuk menerima pengaruh pemimpin untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama, mencapai satu sasaran tertentu.

5. Integritas (Integrity, keutuhan, kejujuran, ketulusan hati)

Pemimpin itu harus bersifat terbuka, merasa utuh barsatu, berjiwa dan seperasaan dengan anak buahnya bahkan merasa senasib dan sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama. Karena itu dia bersedia memberikan pelayanan dan pengorbanan kepada para pengikutnya. Sedangkan kelompok yang dituntun menjadi semakin percaya dan menghormat pemimpinnya.

Dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan, agar dia dipatuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya.

6. Penguasaan teknis (Technical mastery)

Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya. Serta memiliki kemahiran-kemahiran sosial untuk memimpin dan memberikan tuntunan yang tepat serta bijaksana. Terutama teknik untuk mengkoordinasikan tenaga manusia, agar tercapai maksimalisasi efektivitas kerja dan produktivitasnya.

7. Ketegasan dalam mengambil keputusan (Decisiveness)

Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya, selanjutnya dia mampu meyakinkan para anggotanya akan kebenaran keputusannya. Ia berusaha agar para pengikutnya bersedia mendukung kebijakan yang telah diambilnya. Dia harus menampilkan ketepatan hati dan tanggung jawab, agar ia selalu dipatuhi oleh bawahannya.

8. Kecerdasan (Intelligence)

Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan u ntuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. Maka orang yang cerdas akan mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam waktu yang jauh lebih pendek dan dengan cara yang lebih efektif daripada orang yang kurang cerdas.

9. Keterampilan mengajar (Teaching skill)

(20)

samping menuntun dan mendidik muridnya dia diharapkan juga menjadi palaksana eksekutif untuk mengadakan latihan-latihan, mengawasi pekerjaan rutin setiap hari, dan menilai gagal atau suksesnya satu proses atau treatment. Ringkasnya, dia juga harus mampu menjadi manajer yang baik.

10.Kepercayaan (Faith)

Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buahnya. Yaitu kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif, dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar. Ada kepercayaan bahwa pemimpin bersama-sama dengan anggota-anggota kelompoknya secara bersama-sama rela berjuang untuk mencapai tujuan yang bernilai ( Dalam Kartono, 2005: 44-47).

Sementara itu Menurut W.J Reddin dalam artikelnya what kind of manager, dan di

sunting oleh Wahjosumidjo menentukan watak dan tipe pemimpin atas tiga pola dasar yaitu:

- Berorientasikan tugas (task orientation)

- Berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation)

- Berorientasikan hasil yang efektif (effectivess orientation)

Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan delapan tipe

kepemimpinan, yaitu:

1. Tipe deserter

Sifatnya bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan.

2. Tipe birokrat

Sifatnya correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma, ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin, dan keras.

3. Tipe misionaris

Sifatnya terbuka, penolong, lembut hati, ramah-tamah. 4. Tipe developer

Sifatnya kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan.

5. Tipe otokrat

Sifatnya keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong, bandel.

6. Benevolent autocrat

Sifatnya lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri. 7. Tipe compromiser

Sifatnya selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.

8. Tipe eksekutif

(21)

Kemudian agar suatu kelompok dapat dipimpin dengan efektif, seorang pemimpin paling sedikit harus menjalankan 2 fungsi utama yaitu :

1. Fungsi pemecahan masalah : fungsi ini berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yaitu memberikan jalan keluar, pendapat dan informasiterhadap masalah yang dihadapi kelompok.

2. Fungsi sosial : fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompok, yaitu memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai tujuandan menciptakan suasana kerja bagi kelompoknya (Kadarman, 2001 : 143).

Selain itu Pemimpin memiliki dua peran penting yaitu:

1. Menyelesaikan tugas adalah tujuan utama dibentuknya kelompok di bawah pemimpin.

Para pemimpin harus memastikan bahwa tujuan kelompok akan tercapai.

2. Menjaga hubungan yang efektif, yaitu hubungan pemimpin dengan anggota

kelompoknya maupun hubungan antara anggota kelompok. Suatu hubungan disebut

efektif apabila hubungan tersebut berkontribusi pada penyelesaian tugas. Dalam

kaitannya dengan menjaga hubungan yang efektif, pemimpin dibagi dalam dua

ketegori: Pertama, golongan yang memberi perhatian pada semngat kerja dan

pencapaian tujuan. Kedua, pemimpin yang memfokuskan perhatian pada individu dan

bagaimana memotivasinya (Sunarto, 2007: 23).

Sementara menurut Wadsworth (2005) karekteristik seorang pemimpin adalah:

1. Mempunyai kemauan untuk memimpin bukannya mengelola Memelihara moral yang tinggi diantara pekerja mereka 2. Menginspirasikan komitmen dan kerja sama tim

3. Menunjukkan pada saat yang sama, energi,gairah, dan antusiasme 4. Terfokuskan dan mampu memfokuskan orang yang mereka pimpin 5. Memandang masa depan dengan harapan dan optimisme.

2.1.4. Disiplin kerja

Disiplin berasal dari bahasa latin yaitu disciplina, yang berarti atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Umumnya disiplin yang baik terdapat

apabila karyawan datang ke kantor dengan tepat waktu, apabila mereka mempergunakan

peralatan dan perlengkapan dengan teratur dan baik, mereka menghasilkan jumlah dan

kualitas pekerja yang memuaskan dan mengikuti cara bekerja yang ditentukan oleh

perusahaan. Karena setiap pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar kebiasaan, dapat dikatakan

bahwa orang yang dilatih dalam kebiasaan yang baik adalah orang yang mempunyai disiplin

yang baik (Sulastri, 2004).

(22)

Disiplin kerja adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan

peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis. Betapa perlunya menegakkan

disiplin kerja terhadap karyawan (Nitisemito, 1981: 199 ). Disiplin kerja adalah suatu alat

yang digunakan para pemimpin dalam berkomunikasi dengan karyawannya agar mereka

bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan

kesediaan seseorang menaati semua peraturan organisasi dan norma-norma yang berlaku

(Rivai, 2009: 825).

Kemudian Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar

organisasi. Menurut Wahjono (2008: 135) Ada dua tipe kegiatan pendisiplinan yaitu:

preventif dan korektif.

1. Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para

karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan sehingga

penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah, tujuannya adalah mendorong dan menguatkan disiplin

diri.

2. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran

terhadap aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut serta

menjaga konsistensi standar kelompok (Wahjono, 2008: 135).

Selanjutnya menurut Hasibuan (2007: 44) faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin

kerja seseorang karyawan adalah :

1. Seseorang karyawan harus mengerti tujuan dan kemampuannya dalam bekerja.

Tujuan ( pekerjaan)yang dibebankan kepada karyawan yang bersangkutan, agar para karyawan bekerja sungguh – sungguh dan disiplin dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Akan tetapi jika pekerjaannya diluar kemampuan karyawan maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan akan rendah.

2. Teladan pemimpin

Pemimpin harus memberikan contoh yang baik, jujur,adil serta sesuai dengan kata dan perbuatan. Dengan pemimpin yang baik, kedisiplinan bawahan akan ikut baik. 3. Balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap pemimpin/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan karyawan akan semakin baik juga.

4. Keadilan

(23)

5. Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata yang paling efektik untuk mencegah/mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan pretasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali sistem-sistem yang paling efekfif, serta menciptakan sistem internal control yang baik dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

6. Sanksi dan hukuman

Berat atau ringannya sanksi hukum yang diterapkan dalam suatu organisasi, berarti memelihara kedisiplinan karyawan. Karyawan akan takut untuk melanggar peraturan-peraturan perusahaan dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.

7. Ketegasan

Ketegasan pemimpin dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan. Pemimpin harus berani dan tegas dalam bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang tidak disiplin sesuai dengan sanksi hukuman yang diterapkan. 8. Hubungan kemanusian

Pemimpin harus berusaha menciptakan suasana kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal diantara semua karyawan.

Unsur-unsur Disiplin kerja anatara lain, menurut Dharma (2003: 397) unsur utama

dalam pendisiplinan kerja karyawan yang efektif adalah:

1. Karyawan tahu adanya “ aturan main” disuatu perusahaan tempat ia bekerja dan

memahaminya dengan baik

2. Pemimpin menerapkan pendekatan pemecahan masalah dalam pendisiplinan,bukan

pendekatan yang menghukum

3. Tindakan pendisiplinan dilakukan sesegera mungkin

4. Tindakan pendisiplinan tidak memihak, fair, dan konsiten

5. Adanya tindak lanjut.

Ukuran disiplin kerja bagi karyawan menurut (Simanjuntak 1998) dapat ditentukan

melalui indikator- indikator berikut:

a. Kehadiharan karyawan sehari-hari kerja

b. Ketepatan jadwal masuk dan pulang kerja

c. Ketaatan karyawan terhadap peraturan yang telah ditentukan

d. Menaati peraturan prosedur kerjayang telah ditentukan.

e. Melaksanakan segala tugas dan kewajiban yang telah ditentukan

( Purwoko, 2011).

Dengan adanya disiplin kerja dapat diharapkan bahwa pekerjaan akan dilakukan

seefektif dan seefisien mungkin untuk menegakkan disiplin kerja. Untuk lebih

(24)

pemimpin. Karena teladan pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

menegakkan disiplin kerja, sebab pemimpin merupakan suatu anutan dan sorotan kepada

bawahan.

Adapun macam-macam disiplin kerja yaitu:

a. Disiplin diri

Disiplin diri merupakan disiplin yang dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri.

Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggung jawab pribadi, yang

berarti mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Melalui disiplin

diri karyawan merasa bertanggung jawab dan dapat mengatur diri sendiri untuk

kepentingan perusahaan atau organisasi. Disiplin diri ini merupakan proses belajar

dari keluarga dan masyarakat.

b. Disiplin kelompok

Di dalam kelompok kerja memiliki standar ukuran prestasi yang telah ditentukan oleh

perusahaan atau organisasi. Hal itu berarti setiap karyawan akan berusaha semaksimal

mungkin memenuhi standar prestasi tersebut. Maka disiplin kelompok tercapai

apabila disiplin diri telah tumbuh dalam diri karyawan, yang artinya, kelompok akan

menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing kelompok dapat

memberikan andil yang sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (Helmi, 1996).

2.2. Kerangka konsep

Teori yang dijadikan landasan dalam kerangka teori harus dapat menghasilkan

beberapa konsep. Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian

yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dalam

mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995: 33). Kerangka konsep yang

dapat dikemukakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah segala gejala, faktor atau unsur yang menenntukan atau

mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat (Nawawi,

1995: 57).

variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemimpin

2. Variabel terikat (Y)

(25)

(Bungin, 2011: 72). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Disiplin Kerja

3. Karakteristik responden: jenis kelamin, masa bekerja, usia.

2.3. Model Teoritis

Variabel – variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk

menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Tabel 1.1.

Model Teoritis

2.4. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas maka

unuk memudahkan penelitian dibuat variabel operasional sebagai berikut: Variabel terikat ( y )

Disiplin Kerja Variabel bebas ( X )

Pemimpinan

(26)

Tabel 1.2. Operasional Variabel

2.5. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan suatu penjabaran yang lebih lanjut mengenai konsep

– konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Untuk memudahkan peneliti

dalam meletakkan konsep-konsep dalam bentuk operasional maka dibuat beberapa defenisi

operasional sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X) yaitu Pemimpin:

a. Jujur artinya dimana pemimpin menampilkan ketulusan dan integritas dalam semua tindakannya kepada bawahan di dalam organisasi, dalam hal ini perilaku manipulatif tidak akan menumbuhkan kepercayaan.

b. Kompeten merupakan tindakan para pemimpin yang berbasis pada akal fikiran, sikap dan prinsif-prinsif moral atau tidak membuat keputusan berdasarkan keinginan, perasaan, atau faktor emosional lainnya yang bersifat subjektif.

c. Berpandangan ke depan yaitu pemimpin yang memiliki visi masa depan. Pemimpin yang efektif membayangkan (memiliki obsesi dan imajinasi) apa Variabel Teoritis Operasional Variabel

Variabel Bebas ( X )

Pemimpin

Variabel Terikat ( y )

Disiplin kerja

Karakteristik

responden

a. Jujur b. kompeten

c. Berpandangan ke depan d. Menginspirasi

e. Cerdas f. Adil

g. Berwawasan luas h. Berani

i. Lugas j. Imajinatif

a. Kehadiharan karyawan sehari-hari kerja b. Ketepatan jadwal masuk dan pulang kerja

c. Ketaatan karyawan terhadap peraturan yang telah ditentukan d. Menaati peraturan prosedur kerjayang telah ditentukan

e. Melaksanakan segala tugas dan kewajiban yang telah ditentukan

a. Jenis kelamin

b. Masa kerja

(27)

yang pemimpin inginkan dan bagaimana mendapatkannya. Pemimpin biasanya memilih prioritas yang berasal dari nilai-nilai dasar mereka. Suatu visi harus dimiliki oleh totalitas organisasi.

d. Menginspirasi yaitu seorang pemimpin yang mampu menunjukkan kredibilitas dan orijinalitas dalam segala hal yang ia lakukan. Menunjukkan keteladanan keteladanan dan ketahanan dalam mental, fisik, dan stamina spiritual, yang dengan bekal kredibilitas ini seorang pemimpin akan mudah menginspirasi orang lain untuk meraih puncak prestasi baru, dan akan mempertaruhkan reputasinya bila diperlukan.

e. Cerdas yaitu seorang pemimpin yang gemar membaca, suka belajar, dan senantiasamencari tugas yang menantang.

f. Adil adalah seorang pemimpin yang mampu menunjukkan perlakuan yang adil bagi semua bawahannya. Menyadari bahwa prasangka adalah musuh keadilan, bersikap empati dan peka terhadap perasaan, nilai-nilai, kepentingan, dan kesejahteraan bawahannya.

g. Berwawasan luas dimana pemimpin yang suka keragaman, kaya perspektif, dan memiliki panfdangan jauh kedepan

h. Berani pemimpin yang memiliki ketekunan untuk mencapai tujuan, meskipun menghadapi resiko atau rintangan yang berat. Selalu menampilkan ketenangandan kepercayaan diri meski dalam kondisi stres

i. Lugas pemimpin yang memiliki penilaian yang baik tentang berbagai persoalan, dan menggunakannya untuk membuat keputusan yang baik pada waktu yang tepat

j. Imajinatif yaitu seorang pemimpin yang mampu melakukan perubahan pada waktu yang tepat, dengan menggunakan pemikiran, rencana, dan metode yang tepat pula. Dan juga seorang pemimpin yang mampu menampilkan kreativitas dengan menciptakan tujuan baru yang lebih baik, sekaligus menemukan ide inovatif dan solusi baru untuk memecahkan masalah (Afif, 2013).

2. Variabel Terikat ( y ) yaitu disiplin kerja :

a. Kehadiharan karyawan sehari-hari kerja

b. Ketepatan jadwal masuk dan pulang kerja.

c. Ketaatan karyawan terhadap peraturan yang telah ditentukan.

d. Menaati peraturan prosedur kerjayang telah ditentukan.

e. Melaksanakan segala tugas dan kewajiban yang telah ditentukan (Purwoko, 2011).

3. Karakteristik responden adalah jenis kelamin, masa kerja, usia.

Jenis kelamin: Pria dan Wanita

Masa Kerja: Sampai Batas Pensiun

(28)

2.6. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau lebih

yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diuji kebenarannya (Sinulingga,

2011: 94).

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut:

𝐻𝐻0 ∶ Tidak terdapat Hubungan antara Pemimpin dan Disiplin Kerja Karyawan di Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan.

Gambar

Tabel 1.1.
Tabel 1.2.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang ada tidak ada strategi khusus yang dilakukan oleh Pemprov Banten, tetapi memang Humas Pem- prov Banten ini tidak dalam keadaan diam atau pasiv selamanya,

Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Komunikasi Sekolah, Budaya Sekolah dan Kinerja Guru Terhadap Kinerja Sekolah.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Purwoko, SpAn, KAKV KAO,selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif FK UNS/RSDM yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti

Usaha etnik Tionghoa ini beradaptasi bahkan mau dipanggil orang Padang sangat terlihat dari bahasa sehari-hari yang mereka gunakan yaitu campuran antara bahasa

Hasil dari studi pendahuluan di Posyandu Balita Temu Ireng RW IX, Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjodidapatkan data sebagai berikut: jumlah balita umur 6

Prosedur shutdown akan mengikuti secara automatic melalui pengurangan beban generator, perubahan kecepatan turbin, penutupan bahan bakar pada bagian- bagian kecepatan

Pemakai (user), kemampuan intelektual yang tinggi dan skbagainya akan sangat menentukan keberhasilan pelayanan perpustakaan. Disamping petugasnya perpustakaan juga

Pada tahap ini, membutuhkan ketekunan dalam observasi dan wawancara untuk mendapatkan data tentang berbagai hal yang dibutuhkan dalam penelitian; pengecekan