• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pengetahuan ibu dan perilaku memasak air minum dengan kejadian diare balita di Puskesmas Baringin Kabupaten Tapin tahun 2014 Correlation among mother’s knowledge and practice of boiling drinking water to the incidences of toddler diarrhea in Pusk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan pengetahuan ibu dan perilaku memasak air minum dengan kejadian diare balita di Puskesmas Baringin Kabupaten Tapin tahun 2014 Correlation among mother’s knowledge and practice of boiling drinking water to the incidences of toddler diarrhea in Pusk"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

JHECDs, 3 (1), 2017, hal. 10-14

10

Penelitian

Hubungan pengetahuan ibu dan perilaku memasak air minum

dengan kejadian diare balita di Puskesmas Baringin

Kabupaten Tapin tahun 2014

Correlation among mother

’s

knowledge and practice of boiling

drinking water to the incidences of toddler diarrhea in Puskesmas

Baringin Tapin District 2014

Budi Hairani1*, Suriani2, Dicky Andiarsa1, Juhairiyah1

1. Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI 2. Puskesmas Baringin, Kecamatan Candi Laras Selatan, Kabupaten Tapin

*Korespondensi: budihaira@gmail.com

DOI : http://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v3i1.5655.10-14

Tanggal diterima 31 Oktober 2016, Revisi pertama 05 Januari 2017, Revisi terakhir 31 Mei 2017, Disetujui 13 Juni 2017, Terbit daring 07 Agustus 2017

Abstract: Diarrhea is still a health problem in Indonesia particularly those that occur at the age of toddler or children as it can cause mortality. The objective of this study was to find out the relationship among mother’s knowledge and their practice in cooking domestic drinking water with the incidence of diarrhea in toddler that treated in Baringin Public Health Center. This study was analytic method with cross sectional approach, data were collected by questionnaire. There were 80 respondent mother who had brought their toddlers at Baringin Public Health Center in the period January - July 2014 and resided in the Baringin Public Health Center working area. Statistical analysis showed that all knowledge variable and practice of mother in cooking domestic drinking water have a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddler (p < 0,05). Based on the results, we suggest to increase the implementation of health information by health center mainly about diarrheal disease and the importance of good hygiene practices, as well as boiling drinking water properly to prevent of diarrhea.

Keyword: diarrhea, toddler, knowledge, drinking water

Abstrak: Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia terutama yang terjadi pada usia balita karena dapat menyebabkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu balita dan kebiasaan ibu balita dalam memasak air minum rumah tangga dengan kejadian diare pada balita yang berobat di Puskesmas Baringin. Penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dan desain cross sectional, dengan besar sampel sejumlah 80 responden ibu balita yang pernah membawa balitanya berobat di Puskesmas Baringin pada periode bulan Januari – Juli tahun 2014 dan berdomisili di desa wilayah kerja Puskesmas Baringin. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara semua variabel pengetahuan ibu serta perilaku memasak air minum dengan kejadian diare pada balita yang berobat di Puskesmas Baringin pada bulan Januari – Juli tahun 2014 (p < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan adanya peningkatan pelaksanaan penyuluhan kesehatan oleh Puskesmas terutama seputar penyakit diare dan pentingnya perilaku hidup bersih serta memasak air minum dengan benar sebagai usaha pencegahan diare.

Kata Kunci: diare, balita, pengetahuan, air minum

DOI

Cara sitasi : : http://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v3i1.5655.10-14 Hairani B, Suriani, Andiarsa D, Juhairiyah. Hubungan pengetahuan ibu dan prilaku

memasak air minum dengan kejadian diare balita di Puskesmas Baringin Kabupaten Tapin tahun 2014. J.Health.Epidemiol. Commun.Dis. 2017;3(1): 10-14.

(2)

11

Pendahuluan

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi.1 Penyakit diare

adalah penyebab utama kematian dan morbiditas pada anak-anak di bawah usia 5 tahun di negara-negara berkembang.2–4

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingginya kejadian diare adalah belum optimalnya pengetahuan tentang diare, sehingga banyak kasus diare yang terjadi sebenarnya disebabkan karena kurang memadainya pengetahuan orang tua (ibu) balita.5 Pengetahuan ibu mengenal diare meliputi

pengertian, penyebab, gejala klinis, pencegahan, dan cara penanganan yang tepat dari penyakit diare pada balita berperan penting dalam penurunan angka kematian dan pencegahan diare serta malnutrisi pada anak.6

Berdasarkan observasi pendahuluan diketahui

sebagian besar penduduk desa Baringin

mempunyai tempat tinggal di sekitar bantaran

sungai dan untuk keperluan sehari-hari

menggunakan air sungai.

Gambar 1. Peta Desa Baringin Kec. Candi Laras Selatan Kab. Tapin

Data dari Puskesmas Baringin menunjukkan kunjungan berobat di Poli anak Puskesmas Baringin dari Januari–Juli 2014 berjumlah 396 orang di antaranya terdapat sejumlah kasus diare pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu balita dan kebiasaan ibu balita dalam memasak air minum rumah tangga dengan kejadian diare pada balita yang berobat di poli anak Puskesmas Baringin

Kabupaten Tapin pada bulan Januari–Juli tahun 2014.

Metode

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus tahun 2014 di Puskesmas Baringin yang terletak di wilayah Desa Baringin Kecamatan Candi Laras Selatan, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan. Metode penelitian menggunakan desain

cross sectional. Populasi penelitian adalah semua ibu yang mempunyai anak balita di wilayah Puskesmas Baringin Kabupaten Tapin Tahun 2014.

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus seperti di bawah ini :

n = N

1 + N (d)2

Keterangan :

n = perkiraan jumlah sampel

N = perkiraan jumlah populasi = 396 Z = d = presisi/ketepatan yang dipilih dengan

derajat ketepatan 0,1 (10%)

Berdasarkan rumus tersebut, perhitungan jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

n = 396

1 + 396 (0,1)2

n = 396

1 + 396 (0,01)

n = 396

1 + 3,96

n = 79,83

= 80 orang (dibulatkan)

Sampling dilakukan dengan metode simple random sampling. Kriteria inklusi sampel adalah ibu yang mempunyai anak balita yang pernah berobat di Poli anak Puskesmas Baringin dari bulan Januari – Juli 2014. Kriteria eksklusi sampel adalah Ibu yang berdomisili di luar wilayah Desa Baringin dan atau yang menggunakan air yang sudah diolah dengan alat pemurni air yang dijual di pasaran. Data dan alamat calon responden diperoleh dari buku laporan pengobatan Puskesmas periode bulan Januari – Juli 2014.

(3)

12

pilihan jawaban. Petugas pengumpul data

melakukan wawancara dengan terlebih dahulu menjelaskan secara singkat mengenai tujuan wawancara serta menanyakan kesediaan untuk menjadi responden dan menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (informed consent).

Hasil

Jumlah ibu yang bersedia menjadi responden pada penelitian ini telah didapatkan sebanyak 80 orang. Karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan perilaku memasak air minum dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden Ibu balita yang berobat di Puskesmas Baringin Kec. Candi Laras Selatan Kab. Tapin Bulan Januari – Juli Tahun 2014

Karakteristik Responden Frekuensi

(orang) %

Umur <20 20 – 30 31 – 40 41 – 50 Pendidikan

SD SMP SMA DIII/Sarjana Pengetahuan

Baik Cukup Kurang

Perilaku memasak air minum Dimasak

Tidak dimasak Kejadian diare pada balita

Diare Tidak diare

20 38 19 3

34 23 18 5

29 7 44

36 44

46 34

25 47,5 23,75 3,75

42,5 28,75 22,5 6,25

36,25 8,75 55

45 55

57,5 42,5

Berdasarkan tabel 1 diketahui kelompok umur responden yang terbanyak adalah 20 – 30 tahun sejumlah 38 orang dan kelompok pendidikan responden terbanyak adalah Sekolah Dasar (SD) sejumlah 35 orang. Ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 44 orang (55%), sedangkan tingkat pengetahuan baik hanya 29 orang (36,25). Ibu yang memasak air minumnya hanya sebanyak 36 orang (45%) sedangkan sisanya tidak memasak air minumnya. Ibu yang balitanya

mengalami diare sebanyak 46 orang (57,5%) sedangkan yang tidak mengalami diare sebanyak 34 orang (42,5%).

Variabel komposit pengetahuan terdiri dari 6 pertanyaan yang berkaitan dengan pencegahan terhadap diare. Hubungan variabel pengetahuan ibu dan perilaku memasak air minum dengan kejadian diare pada balita dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Variabel pengetahuan ibu dan perilaku memasak air minum dan risiko kejadian diare pada balita yang berobat di Puskesmas Baringin Kec. Candi Laras Selatan Kab. Tapin Bulan Januari – Juli Tahun 2014

Variabel Unadjusted Adjusted

OR 95% CI p OR 95% CI p

Pengetahuan

Apa yang dimaksud dengan diare 10,371 0,237 - 4,441 0,029 10,371 1,268 - 84,833 0,029 Yang paling berisiko terkena diare 3,093 0,003 - 2,256 0,049 3,093 1,003 - 9,542 0,049 Penyebab diare pada anak Balita 21,667 1,908 - 4,244 0,000 21,667 6,738 - 69,670 0,000 Tanda-tanda diare pada balita 14,684 1,364 - 4,009 0,000 14,684 3,913 - 55,104 0,000 Kegiatan apa yang bisa menyebabkan diare 23,864 1,928 - 4,416 0,000 23,864 6,879 - 82,789 0,000 Yang dilakukan untuk mencegah anak terkena diare 9,333 1,007 - 3,461 0,000 9,333 2,736 - 31,833 0,000

(4)

13

Dari tabel 2 dapat diketahui semua variabel pengetahuan ibu serta perilaku memasak air minum menunjukkan hubungan yang signifikan (p

< 0,05) dengan kejadian diare pada balita yang berobat di Puskesmas Baringin pada bulan Januari

– Juli tahun 2014. Nilai OR variabel pengetahuan paling tinggi sebesar 23,864 dan terendah sebesar 3,093, sedangkan variabel perilaku memasak air minum memiliki nilai OR paling tinggi (168,000)

dibandingkan nilai OR semua variabel

pengetahuan.

Pembahasan

Kejadian diare pada balita lebih berbahaya dibanding pada orang dewasa dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian.6

Pengetahuan yang kurang baik terhadap suatu penyakit seringkali menyebabkan kesalahan dalam

penanganannya, sehingga penyakit semakin

bertambah parah. Pengetahuan merupakan hal yang sangat mendukung terjadinya suatu tindakan seseorang, dan berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.7

Pada penelitian ini responden yang memiliki pengetahuan kurang persentasenya cukup tinggi yaitu 55 persen. Hal tersebut menunjukkan masih banyaknya ibu yang belum memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyakit diare, padahal sebagian besar responden pada penelitian ini usianya berkisar antara 20 – 30 tahun yang merupakan usia yang cukup dewasa sehingga dianggap memiliki cukup pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi seorang ibu.5,8

Kurangnya pengetahuan tersebut dapat

disebabkan kurangnya pendidikan yang diperoleh oleh responden yang sebagian besar hanya memiliki pendidikan sampai tingkat SD (42,5%).

Pengetahuan merupakan hasil dari proses belajar, yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu salah satunya didapat melalui pendidikan formal.7

Adanya pendidikan yang dapat menambah pengetahuan responden dalam menerima segala informasi sehingga akan dapat memilih perilaku yang baik untuk dilakukan dan perilaku yang

kurang baik. Pendidikan akan sangat

mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang dalam memelihara kesehatan diri dan balita yang diasuhnya karena seseorang yang

berpendidikan lebih tinggi cenderung

memperhatikan kesehatan diri dan anak asuhnya.9

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 80 balita yang dibawa berobat di Puskesmas Baringin pada bulan Januari–Juli Tahun 2014 sebanyak 46 balita (57,5%) mengalami diare dan sebanyak 34 balita (42,5%) tidak mengalami diare. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis pada lingkungan. Hal ini terlihat dari kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas Baringin yang berawa dan sebagian besar penduduknya tinggal di bantaran sungai sehingga memungkinkan kejadian diare cukup tinggi.

Analisa hasil penelitian secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara semua variabel pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita yang berobat di Poli anak Puskesmas Baringin bulan Januari - Juli Tahun 2014. Variabel

pertanyaan pengetahuan “Kegiatan yang bisa menyebabkan diare” memiliki nilai OR yang paling

tinggi (23,864) di antara variabel pengetahuan yang lain. Hal ini berarti ibu yang tidak mengetahui kegiatan yang bisa menyebabkan diare, balitanya lebih berisiko 23 kali mengalami diare dibandingkan yang mengetahui. Hasil beberapa penelitian lain yang dilakukan di Indonesia maupun di negara lain menunjukkan adanya hubungan persentase kejadian diare pada balita yang cukup tinggi dengan tingginya persentase ibu dengan tingkat pengetahuan kurang.10–13 Mengetahui kegiatan yang dapat menyebabkan diare merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan diare, agar seorang ibu dapat menghindarkan dirinya maupun anaknya dari melakukan kegiatan tersebut. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai penyakit diare yang meliputi penyebab, faktor risiko, dan cara penanganannya pada anak secara tidak langsung akan menyebabkan tingginya risiko kejadian diare pada balita.2

Pada penelitian ini diketahui terdapat hubungan antara kebiasaan ibu dalam memasak air minum dengan kejadian diare pada balita. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian lain yang menyatakan perilaku memasak air minum merupakan faktor risiko terjadinya diare.14,15 Berdasarkan nilai OR

(168,000), Ibu yang tidak memasak air untuk minum, balitanya lebih berisiko 168 kali terkena diare dibanding dengan ibu yang memasak air untuk minum. Lokasi penelitian merupakan daerah bantaran sungai, kebiasaan ibu tidak memasak air minum yang cukup tinggi (44%) akan semakin meningkatkan risiko terkena diare apabila air yang diambil merupakan air sungai. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.16 Air yang

tidak dikelola dengan standar pengelolaan air

minum rumah tangga (PAM-RT) dapat

(5)

14

diolah terlebih dahulu dan wadah air harus bersih dan tertutup.17,18 Diare yang terjadi karena air

minum yang tidak bersih biasanya berkaitan dengan agen mikrobiologis dan kimia yang masuk ke saluran pencernaan. Penularan diare dapat terjadi melalui mekanisme fecal-oral, termasuk

melalui air minum yang tercemar atau

terkontaminasi. Proses memasak/merebus air hingga mendidih, yakni hingga 100oC efektif

membunuh kuman-kuman penyakit, termasuk kuman-kuman penyebab diare yang kemungkinan besar terdapat pada air minum.15

Kesimpulan dan Saran

Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu balita serta kebiasaan ibu balita dalam memasak air minum dengan kejadian diare pada balita yang berobat di Poli anak Puskesmas Baringin periode bulan Januari–Juli tahun 2014. Variabel pengetahuan mengenai kegiatan yang bisa menyebabkan diare serta perilaku ibu yang tidak memasak air minum mempunyai potensi yang paling tinggi meningkatkan risiko balita terkena diare.

Perlu dilakukan penyuluhan secara terfokus kepada ibu yang mempunyai anak balita mengenai aktivitas/kegiatan sehari-hari yang berpotensi meningkatkan risiko terkena diare pada balita, serta pentingnya memasak air minum dengan benar sebagai salah satu cara pencegahan diare.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin, Kepala Puskesmas Baringin beserta staf yang telah membantu dalam kegiatan penelitian.

Kontribusi Penulis

Kontribusi setiap penulis pada artikel ini adalah: BH bertanggung jawab membuat konsep artikel, membuat isi artikel (pendahuluan, metode, dll), dan analisis data. S bertugas mengumpulkan data dan input raw data. DA bertanggung jawab dalam analisis data, membantu dalam interpretasi hasil analisis dan membuat pembahasan. J bertanggung jawab dalam membantu menyesuaikan format tulisan dengan format jurnal dan membantu penulisan pendahuluan

Daftar Pustaka

1. Kemenkes RI. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2011; 1–44. 2. Gupta A, Sarker G, Rout AJ, Mondal T, Pal R. Risk correlates of diarrhea in children under 5 years of age in slums of Bankura, West Bengal. J Glob Infect Dis. 2015; 7(1): 23–9.

3. Wang X, Wang J, Sun H, Xia S, Duan R, Liang J.

Etiology of Childhood Infectious Diarrhea in a Developed Region of China: Compared to Childhood Diarrhea in a Developing Region and Adult Diarrhea in a Developed Region. 2015; 1–15. 4. Pinzón-rondón ÁM, Zárate-ardila C,

Hoyos-martínez A, Ruiz-sternberg ÁM, Vélez-van-meerbeke A. Country characteristics and acute diarrhea in children from developing nations: a

rehydration salt in managing children under 5 y old with diarrhea in the Gambia: Knowledge, attitude, and practice. Nutrition. Elsevier Inc.; 2013; 29(11– 12): 1368–73.

7. Notoatmodjo. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta; 2003.

8. Sriudiyani IA, Soebijanto. Perkawinan Muda Di Kalangan Perempuan: Mengapa...? Pus Penelit dan Pengemb Kependudukan-BKKBN. 2011; I(6):1–4. 9. Sinthamurniwaty. Faktor-faktor risiko kejadian

diare akut pada balita (studi kasus di Kabupaten Semarang). 2006.

10. Astuti, W. P., Herniyatun, & Yudha HT. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Lingkup Kerja Puskesmas Klirong 1. J Ilm Kesehat Keperawatan. 2011; 7(2).

11. Adisasmito W. Adisasm. Fakt Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita di Indones Syst Rev Penelit Akad Bid Kesehat Masyarakat. 2007; 11(1): 1–10. 12. Gul, R., & Amin R. Knowledge, Attitude, and

Practice of Mothers Regarding Management of Diarrhea in Children of Early Age. J Dow Univ Heal Karachi. 2011; 5(3): 129–31.

13. Badowski, N., Castro, C.M., Montgomery, M., Pickering, A.J., Mamuyaa S, & Davis J. Understanding Houshold Behaviour Risk Faktor for Diarrheal Dissease in Dar Es Salam: A photovoice Community Assessment. Hindiawi Publ Corp J Env Public Heal. 2011; 130467.

14. Putu N, Laksmi A, Windiani IGAT, Hartawan INB. Hubungan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati I Periode Bulan November Tahun 2013. J Med Udayana. 2013; 4(7): 1–9.

15. I Wayan Arimbawa, Komang Ayu Trisna Dewi Z bin A. Hubungan Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Desa Sukawati , Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014. Intisari Sains Medis. 2016; 6(1): 8–15. 16. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman

Pelaksanaan Program P2 Diare. Indonesia; 2005. 17. Ercumen A, Naser AM, Unicomb L, Arnold BF.

Effects of Source- versus Household Contamination of Tubewell Water on Child Diarrhea in Rural Bangladesh : A Randomized Controlled Trial. PLoS One. 2015; 10(3): 1–23. 18. Gao W, Dang S, Yan H, Wang D. Care-Seeking

Gambar

Gambar 1. Peta Desa Baringin Kec. Candi Laras Selatan Kab. Tapin
Tabel 2. Variabel pengetahuan ibu dan perilaku memasak air minum dan risiko kejadian diare pada balita yang berobat di Puskesmas Baringin Kec

Referensi

Dokumen terkait

a) Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungs i penerimaan kas. Untuk menciptakan internal check fungsi penagihan yang bertanggung jawab untuk

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I dengan jumlah siswa 33 anak yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.Hasil penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, Robbins (2006,p.149) adalah sebagai berikut. 1) Kerja yang secara mental menantang.Pegawai cenderung lebih menyukai

Tahap terakhir dari pembuatan suatu anggaran keuangan adalah melihat kembali anggaran secara keseluruhan dan menilai kemungkinan keberhasilan penerapan anggaran ini. Tahap ini

Prinsip umum yang digunakan pada proses kompresi citra digital adalah mengurangi duplikasi data di dalam citra sehingga memori yang dibutuhkan untuk

Sedangkan untuk teknik kelompoknya diimplementasikan dengan bukti berupa pertemuan guru (rapat bersama seluruh guru al- Quran SDI Sari Bumi, kepsek dan koordinator

Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun

Komunitas waria tu pada dasarnya begitu mereka menginjak atau merasakan diri menjadi waria dalam bergabung dengan temen2, mereka tu pasti ingin temen2nya pada dandan pada pake