• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGARUH METODE DISKUSI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN SOFT SKILLS SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS XI IPS SMAN 3 JEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PENGARUH METODE DISKUSI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN SOFT SKILLS SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS XI IPS SMAN 3 JEMBER"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE DISKUSI KELOMPOK TERHADAP

KEMAMPUAN SOFT SKILLS SISWA PADA MATA PELAJARAN

EKONOMI DI KELAS XI IPS SMAN 3 JEMBER

Moh. Usman Kurniawan IKIP PGRI Jember

usmankurniawan@ikipjember.ac.id

Abstract

This research aimed to know thw differences the students soft skills ability in economic lesson using group discussion method and conventional method. The method used in this research was experiment. The data analysis showed that tcount =

7,37 dan ttable was know price criticism at t0,05= 2,92 and at t0,01 = 6,96. (7,37 > 6,96

> 2,92). Therefore, the value of tcount > ttable, so that H0 was rejected and Ha was

accepted. The students soft skills ability taught by group discussion method better than the student soft skills ability taught by conventional method can be used to help students in learning process especially from the enhancement students soft skills (cooperation and responsibilities), so that students could get the maximum result.

Keywords: Group Discussion Method, Conventional Method, Soft skills, economic lesson

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan soft skills siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan metode diskusi kelompok dan metode konvensional.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Hasil analisis data diperoleh bahwa thitung = 7,37 dan ttabel diketahui

harga kritik pada t0,05 = 2,92 dan pada t0,01 = 6,96. ( 7,37 > 6,96 > 2,92). Dengan

demikian, nilai thitung > ttabel sehingga hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis kerja

(Ha) diterima. Kemampuan soft skills siswa yang diajarkan melalui metode diskusi

kelompok lebih baik daripada kemampuan soft skill siswa yang diajarkan melalui metode konvensional. Oleh karena itu, metode diskusi kelompok dapat digunakan untuk membantu siswa di dalam proses pembelajaran khususnya dari peningkatan soft skills siswa (kerjasama dan tanggung jawab), sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Kata Kunci:Metode Diskusi Kelompok, Metode Konvensional, Soft skills, Pelajaran

Ekonomi.

I. Pendahuluan

Indonesia sangat memerlukan sumberdaya manusia yang mempunyai mutu memadai untuk mendukung proses pembangunan.

(2)

pendidikan menjadi fenomena global, semua negara dewasa ini berlomba-lomba meningkatkan mutu pendidikannya termasuk kita sebagai bangsa yang tidak ingin ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pendidikan bermutu dianggap sebagai instrumen penting bagi semua pihak untuk mewujudkan sosok sumberdaya manusia bermutu. Tanpa melalui pendidikan sebagaimana yang dimaksud di atas, seorang anak diyakini tidak akan dapat menjadi manusia yang bermanfaat dan bermartabat.

Rahardja dan Lasulo (dalam Rohman, 2009:88) menyatakan bahwa tujuan pendidikan bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, akan tetapi tidak bertentangan dengan hakekat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. Menurut Rohman (2009:89) tujuan pendidikan adalah mengarahkan, memberikan orientasi, dan memberikan pedoman kearah mana pendidikan diselenggarakan sebaik-baiknya.

Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan nasional adalah dengan diselenggarakannya pendidikan di sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah dapat menjalankan tujuan pendidikan secara optimal dengan cara mengembangkan kemampuan anak. Untuk menjalankan tujuan tersebut, maka sekolah membutuhkan koordinasi dengan semua pihak yang ada di lingkungan sekolah. Salah satunya adalah guru,

karena guru adalah orang yang terlibat langsung dalam mengajar dan mendidik anak didik di sekolah.

Guru dalam proses

pembelajaran mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pembelajaran hanya merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar. Menurut Slameto (2003:97) tugas guru berpusat pada : 1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang; 2. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai; dan 3. Membantu perkembangan apek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Guru dan anak didik (siswa) adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan di dunia pendidikan (sekolah).

Mata pelajaran ekonomi di SMA menekankan pada kompetensi yang tidak hanya mencakup ranah

(3)

mengajar yang dapat mencakup kedua ranah tersebut. Jika kedua ranah tersebut dapat tercakup maka diharapkan tujuan dari pendidikan akan tercapai, tetapi jika dalam proses pembelajaran guru hanya menanamkan ranah hard skills

(prestasi kognitif) saja, maka dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya soft skills (kerjasama dan tanggung jawab) siswa. Permasalahan pembelajaran tersebut juga terjadi di kelas XI IPS SMAN 3 Jember.

Secara umum, permasalahan yang terjadi di SMAN 3 Jember yaitu : 1. siswa selalu terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan

oleh guru dan bahkan

mangabaikannya; 2. siswa kurang bisa bekerjasama dalam memecahkan masalah, sehingga terkesan individualis antara siswa yang satu dengan siswa yang lain; 3. Siswa selalu berkeluh kesah saat guru memberikan tugas; dan 5. siswa juga selalu melanggar tata tertib yang dibuat oleh sekolah.

Permasalahan yang dialami oleh siswa dan penguasaan hard skills

yang lebih dominan ini bukanlah kesalahan guru semata namun sudah sistemik, sehingga hal ini membelenggu kreatifitas guru dalam penanaman soft skills ke siswa. Adanya Ujian Nasional yang memforsir tenaga dan fikiran guru dan siswa, keharusan penguasaan berbagai keterampilan (dalam ujian praktik berbagai mata pelajaran) merupakan bukti bahwa sistem pendidikan kita lebih menekankan kemampuan teknik yang bersifat hard skills. Idealnya

pembelajaran menemukan

keseimbangan antara hard skills

dengan soft skills sehingga peserta

didik menjadi pribadi yang cerdas, pintar, namun terbuka dan dinamis. Pribadi yang terbuka dan dinamis itu penting karena pribadi yang demikian cenderung adaptif dengan perkembangan dan perubahan zaman.

Adanya beberapa realita tersebut, maka guru harus menggunakan metode yang tepat. Sanjaya (2008:147) menyatakan bahwa keberhasilan guru dalam proses pembelajaran tergantung pada cara guru dalam menggunakan metode pembelajaran1. Suono dan

Hariyanto (2011:7) menyatakan bahwa metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan soft skill siswa adalah metode diskusi kelompok. Menurut pendapat lain Anitah (2007:2.17) mengatakan bahwa metode diskusi kelompok adalah metode mengajar yang dalam pembahasannya dan penyajian materi disampaikan melalui suatu problem atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan bersama, dengan mengkondisikan peserta didik dalam satu group atau kelompok dalam satu kesatuan yang diberi tugas untuk didiskusikan.

(4)

pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Serta menurut Hamdani (2010:159) Metode diskusi adalah interaksi antarsiswa atau interaksi siswa dengan guru, untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali, atau memperdebabkan topik atau permasalahan tertentu. Selanjutnya menurut Taniredja (2011) menyatakan bahwa metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.

Menurut Bahri & Zain (2006:88) kelebihan metode diskusi adalah sebagai berikut: (1) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide gagasan-prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah; (2) Mengembangkan

soft skills siswa; (3) Memperluas wawasan; (4) Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.

Uraian tersebut di atas menjadi landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Diskusi Kelompok terhadap Kemampuan Soft Skills

Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas XI IPS SMAN 3 Jember”.

II. MetodePenelitian

Desain dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control

Group. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan.

Tabel 1 Desain pretest-posttest control group yaitu sebagai berikut :

Kelompok

Pre-test

Perlakuan

Post-test

KE K – 1 Metode

diskusi Kelompok

K –2

KK K – 1 Metode

Konvensional

K – 2

Penentuan daerah penelitian, peneliti menggunakan metode

(5)

Rumus homogenitas adalah

Kriteria homogenitas populasi yang diambil sebagai berikut:

1. jika FoF5% maka populasi bersifat tidak homogen

2. jika F0  F 5% maka

populasi bersifat homogen. (Arikunto, 2013:293)

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode nontes yang meliputi observasi dan wawancara

A.Analisis Data Observasi

Observasi pada metode nontes lebih menekankan pada perilaku yang ditampilkan oleh para peserta didik yang berkaitan dengan aspek atau ranah afektif (kerjasama dan tanggung jawab siswa). Dalam pelaksanaan observasi peneliti dibantu oleh observer yang diisi lembar observasi dengan membubuhkan skor pada setiap kotak yang sesuai dengan aspek yang diamati yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran.

Tabel 2 Lembar observasi kerjasama

N

Kriteria Penilaian Kerjasama Siswa Partisipasi Komunika

Tabel 3 Lembar observasi tanggung jawab siswa

Kriteria Penilaian Tanggung jawab Siswa digunakan dalam mengolah data diatas adalah dengan uji t. Sebelum dilakukan uji t, akan dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data-data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi-kuadrat sebagai berikut:

Analisis statistik yang digunakan jika data berdistribusi normal adalah menggunakan rumus uji ttes. Perolehan nilai rata-rata

tersebut dimasukkan dalam rumus uji ttes untuk mengetahui perbedaan

(6)

melihat kenaikan nilai antara kedua kelas tersebut.

Adapun rumus uji ttes adalah

sebagai berikut:

Selanjutnya hasil dari perhitungan thitung dikonsultasikan

dengan ttabel. dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. thitung ttabel maka Ha diterima,

Ho ditolak

b. thitung  ttabel maka Ha ditolak,

Ho diterima.

Analisis kerjasama dan tanggung jawab siswa dapat

Keterangan: A : jumlah skor yang diperoleh siswa

N : jumlah skor maksimum

dengan kriteria seperti pada tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3 Kriteria kemampuan siswa Persentase

B.Analisis Data Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan untuk mendapatkan

tangapan guru tentang kemampuan soft skill siswa dengan menggunakan metode diskusi kelompok dengan metode kovensional. Serta informasi yang mendalam tentang perpsepsi, pandangan, wawasan atau aspek kepribadian para peserta didik yang diberikan secara lisan dan spontan. Serta Kegiatan wawancara agar lebih terarah dilengkapi dengan pedoman

pembuatan wawancara

(wawancara bebas terpimpin).

III.Hasil dan Pembahasan

A.HASIL

1. Hasil Uji Chi Kuadrat

Hasil perhitungan chi kuadrat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4 Hasil Chi Kuadrat Kelas Jumlah Hasil perhitungan chi kuadrat tersebut harga χ2 hitung lebih kecil dari harga χ2 dalam

Tabel 4.2, maka data yang di peroleh tersebar dalam distribusi normal. Jadi, hipotesis nihil (H0)

ditolak sedangkan hipotesis alternatif diterima yang artinya data yang digunakan berdistribusi normal, sehingga dapat diterapkan pada teknik statistik parametrik yang mensyaratkan adanya data berdistribusi normal.

(7)

Hasil perhitungan Ttes

Sumber: Data primer yang diolah Hasil perhitungan menunjukkan harga thitung = 7,37

3. Hasil Observasi dan Analisis

Data

Observasi pada penelitian ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk mengetahui kemampuan kerjasama dan tanggung jawab siswa dan kemampuan guru dalam mengimplementasikan suatu pembelajaran. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh 3 observer yang

merupakan teman peneliti. Adapun aspek-aspek yang diamati meliputi kerjasama dan tangung jawab siswa.

a) Hasil Observasi Kelas Eksperimen

Hasil observasi pada pertemuan pertama dapat dilihat dari hasil persentase

softskills siswa untuk kelas eksperimen, meliputi: kerjasama (partisipasi sebesar 50,00%, komunikasi sebesar 47,91%, membangun saling percaya sebesar 45,83%, serta

terampil mengelola

kontroversi sebesar 41.66%), dan tanggung jawab (mengerjakan tugas sebesar 57,40%, berkonstribusi pada kelompok belajar sebesar 53,70%, serta mengumpulkan tugas sebesar 61,11%).

Hasil observasi pada pertemuan kedua ini siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan yaitu kerjasama (partisipasi sebesar 57,00%, komunikasi sebesar 52,77%, membangun saling percaya sebesar 45,83,%, serta terampil mengelola kontroversi sebesar 47,91%), dan tanggung jawab (mengerjakan tugas sebesar 72,22,%, berkonstribusi pada kelompok belajar sebesar 67,59%, serta mengumpulkan tugas sebesar 83,33%).

(8)

percaya sebesar 77,77%, serta

terampil mengelola

kontroversi sebesar 81,48%), dan tanggung jawab (mengerjakan tugas sebesar 78,70%, berkonstribusi pada kelompok belajar sebesar 75,92%, serta mengumpulkan tugas sebesar 83,33%)

Hasil observasi terhadap guru pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan skenario pembelajaran, penyampaian indikator pembelajaran,

pengorganisasian siswa, penyampaian informasi tentang langkah-langkah pembelajaran. Kemampuan guru dalam menerapkan metode diskusi kelompok dikategorikan cukup dengan hasil skor 66,66%.

Kemampuan guru dalam menerapkan metode diskusi kelompok mengalami peningkatan pada pertemuan kedua dikategorikan baik dengan skor 83,33%. Hal ini tampak pada kemampuan guru dalam memotivasi siswa, pengorganisasian terhadap siswa di kelas, bimbingan dan arahan yang dilakukan oleh guru dalam memberikan perhatian terhadap siswa. Serta pada pertemuan ketiga. Kemampuan guru dalam menerapkan metode diskusi

kelompok mengalami

peningkatan. Hal ini tampak dari hasil observasi yang bisa

dikategorikan sangat baik dengan skor 91,66%.

Tabel 6 Hasil Observasi Kelas Eksperimen Aspek yang

diamati

Eksperimen

Kerjasama Pert.1 55,55% Pert.2 63,88% Pert.3 91,66% Tangung Jawab Pert.1 47,22% Pert.2 86,11% Pert.3 100,00%

Jumlah 444,42%

Rata-rata 74,07%

b) Hasil Observasi Kelas Kontrol

Kemampuan siswa pada kelas kontrol pada pertemuan pertama yaitu meliputi: kerjasama (partisipasi sebesar 44,11%, komunikasi sebesar 39,70,%, membangun saling percaya sebesar 42,64%, serta terampil mengelola kontroversi sebesar 39,70%), dan tanggung jawab (mengerjakan tugas sebesar 58,82%, berkonstribusi pada kelompok belajar sebesar 52,94%, serta mengumpulkan tugas sebesar 50,98%). Sedangkan persentase kemampuan siswa pada pertemuan kedua yaitu kerjasama (partisipasi sebesar 52,94%, komunikasi sebesar 48,52%, membangun saling percaya sebesar 45,58,%, serta

terampil mengelola

(9)

62,74%, serta mengumpulkan tugas sebesar 55,58%).

Observasi kemampuan siswa pada pertemuan ketiga mengalami peningkatan. persentase kemampuan siswa pada pertemuan ketiga yaitu kerjasama (partisipasi sebesar 56,61%, komunikasi sebesar 52,94 %, membangun saling percaya sebesar 49,26%, serta

terampil mengelola

kontroversi sebesar 52,94%), dan tanggung jawab (mengerjakan tugas sebesar 63,72%, berkonstribusi pada kelompok belajar sebesar 67,64%, serta mengumpulkan tugas sebesar 66,66%)

Tabel 7 Hasil Observasi Kelas Kontrol Aspek yang

diamati

Kontrol

Kerjasama Pert.1 20,58% Pert.2 55,88% Pert.3 61,74% Tangung Jawab Pert.1 29,41% Pert.2 50,00% Pert.3 64,70%

Jumlah 282,31%

Rata-rata 47,05%

c) Hasil Wawancara dan Analisis Data

Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan informan, yaitu guru bidang studi ekonomi kelas XI IPS, Siswa kelas XI IPS 1 sebagai siswa kelas eksperimen dan siswa kelas XI IPS 2 sebagai siswa kelas kontrol. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan baik dengan guru ataupun

dengan siswa dapat diketahui bahwa proses pembelajaran melalui melalui metode diskusi memerlukan waktu yang lama di dalam persiapannya, diperlukan suatu kejelasan di dalam penyampaian informasi tentang langkah-langkah pelaksanaan pembelajarannya kepada siswa. Siswa menunjukkan adanya suatu peningkatan kemampuan kerjasama dan tanggung jawab.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa dapat diketahui bahwa pada awalnya siswa masih merasa malu atau takut untuk bertanya, menjawab, mengemukakan

gagasan/pendapat tetapi untuk selanjutnya siswa merasa senang dan lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran melalui metode diskusi kelompok.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru bidang studi IPS (ekonomi) pada kelas kontrol yaitu kelas yang pada proses pembelajarannya

menggunakan metode

konvensional. Strategi pembelajaran ini juga

menunjukkan adanya

peningkatan yang positif. Akan tetapi peningkatan tersebut tidak sebagus kelas eksperimen.

(10)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang memiliki tujuan untuk melihat perbedaan soft skill (kerjasama dan tanggung jawab) siswa dalam proses pembelajaran melalui metode diskusi dan metode konvensional. Adanya perbedaan dalam penerapan kedua strategi pembelajaran tersebut karena adanya suatu perlakuan yang berbeda, yaitu pada kelas eksperimen dikenai suatu perlakuan melalui metode diskusi dan kelas kontrol yang dikenai metode konvensional.

Penerapan metode diskusi dapat membuat siswa aktif karena mereka dituntut untuk memecahkan masalah melalui diskusi yang diberikan oleh guru serta dituntut saling bekerjasama dan bertanggung jawab dalam melakukan proses diskusi. Hal ini senada dengan elfindri,.dkk (2010:162) yang menyatakan bahwa cara untuk menumbuhkan keterampilan bekerjasama yaitu dengan bentuk penugasan berkelompok (diskusi kelompok). Penugasan kelompok (diskusi kelompok) adalah media untuk melatih bekerjasama, yang sangat penting adalah adanya petunjuk pekerjaan dalam berkelompok. Selain untuk

meningkatkan kemampuan

kerjasama dan tangung jawab siswa, pembelajaran ini juga menitik beratkan pada perkembangan siswa, baik nilai, sikap, moral dan perilaku individu. Menurut Solihatin dan Raharjo (2007:8) menyatakan bahwa dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotan kelompok harus bersifat heterogen sehingga interaksi yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik individu

yang berbeda sehingga suasana belajar seperti ini akan tumbuh dan berkembang nilai, sikap, moral dan perilaku individu.

Metode diskusi juga menuntut agar guru dapat sebagai fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan, membimbing dan membantu siswa secara efektif, saling berkomunikasi, sehingga dapat mengembangkan pola pikir siswa, sehingga siswa dapat bekerjasama serta bertangung jawab dengan baik. Menurut Slameto (2003:97) tugas guru berpusat pada : 1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang; 2. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai; dan 3. Membantu perkembangan apek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Guru dan anak didik (siswa) adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan di dunia pendidikan (sekolah).

Observasi awal sebelum tindakan menunjukan bahwa perilaku siswa masih belum menunjukkan perilaku yang diharapkan. Hal ini dibuktikan siswa selalu terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan

oleh guru dan bahkan

(11)

Setelah dilakuakan observasi awal, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan yang diikuti oleh 36 siswa untuk kelas eksperimen dan 34 siswa untuk kelas kontrol. Siswa di kelas eksperimen pada pertemuan pertama masih belum bisa bekerjasama dan bertangung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini dibuktikan pada saat guru memberikan materi untuk didiskusikan suasana kelas menjadi gaduh karena banyak siswa yang mengeluh karena diberikan tugas dan pada saat diskusi berlangsung beberapa siswa terlihat berbicara sendiri di luar materi pelajaran, bermain HP, kurang serius dalam diskusi, dan beberapa siswa terlihat mencari informasi sendiri tentang permasalahan yang dihadapi melaui buku pengangan yang dimiliki dan teman diskusinya hanya mencatat hasil dari pencarian informasi. Jika dipersentase maka kemampuan belajar siswa pada pertemuan pertama untuk kerjasama yaitu siswa mampu sebesar 55,55%, siswa yang tidak mampu sebesar 44,44% dan untuk tanggung jawab siswa mampu 47,22%, siswa tidak mampu 57,77%.

Proses pembelajaran pada pertemuan kedua siswa sudah mulai bisa bekerjasama dan bertangung jawab meskipun persentase perubahannya masih rendah. Siswa masih sedikit gaduh pada saat guru memberikan tugas untuk didiskusikan, akan tetapi guru segera menegurnya sehingga kelas masih tetap terkendali dengan baik. Pada saat proses diskusi berlangsung, siswa sudah tidak lagi bekerja sendiri, siswa saling memberikan dorongan positif

untuk anggota kelompok, mengemukakan gagasan/pendapatnya, dan siswa sudah mulai fokus pada kegiatan pembelajaran. Secara persentase kemampuan belajar siswa untuk kerjasama yaitu siswa mampu 63,88% dan tidak mampu 36,11% dan untuk tangung jawab siswa mampu 86,11% dan tidak mampu sebesar 13,88%.

Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga, siswa sudah bisa bekerjasama dan bertangung jawab. Siswa sudah tidak gaduh pada saat guru memberikan tugas untuk didiskusikan, dan proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Secara persentase kemampuan belajar siswa untuk kerjasama yaitu siswa mampu 91,66% dan tidak mampu 8,33% dan tangung jawab siswa mampu sebesar 100% dan siswa tidak mampu sebesar 0%. Pada pertemuan ketiga ini, hasil dari observasi akan dibandingkan dengan hasil observasi di kelas kontrol yang nantinya akan diketahui perbedaan kemampuan siswa dalam bekerjasama dan bertangung jawab.

(12)

mampu 50%, siswa tidak mampu 50%.

Kemampuan guru dalam menerapkan metode diskusi kelompok sudah baik meskipun pada awal pembelajaran (pertemuan 1) guru masih kurang bisa menjadi fasilitator bagi siswa. Selain itu, Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru bidang studi pembelajaran IPS (ekonomi) dengan metode diskusi menunjukkan hasil yang positif. Dengan adanya pembelajaran ini menjadikan siswa dapat bekerjasama dengan teman sebayanya serta dapat bertangung jawab. Hal tersebut tampak pada antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya. Kemauan siswa dalam bertanya, menjawab, mengemukakan gagasan/penendapat lebih baik, siswa juga menaruh perhatian lebih pada proses pembelajaran, serta siswa lebih fokus dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru serta tidak selalu mengeluh dan tidak individualis.

Beberapa hasil dari analisis data tentang perbedaan kemampuan soft skill siswa (kerjasama dan tangung jawab) tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan tangung jawab siswa. Kemampuan guru dalam menerapkan metode diskusi baik. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator, dan siswa melakukan diskusi bersama teman diskusinya. Metode ini dapat melatih siswa agar bisa bekerjasama dan bertangung jawab. Diharapkan dengan adanya perubahan proses pembelajaran siswa yang baik, maka

fungsi dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, hipotesis yang diajukan terbukti bahwa terdapat perbedaan antara kemampuan soft skill siswa yang diajarkan melalui metode diskusi kelompok dan kemampuan soft skill siswa yang diajarkan melalui metode konvensional (ceramah).

IV.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kemampuan soft skills siswa yang diajarkan melalui metode diskusi kelompok dan kemampuan soft skills siswa yang diajarkan melalui metode konvensional. Kemampuan soft skill (kerjasama dan tangung jawab) siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan motode diskusi kelompok lebih baik daripada kemampuan soft skills (kerjasama dan tangung jawab) siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional. Oleh karena itu, metode diskusi kelompok dapat digunakan untuk membantu siswa di dalam proses pembelajaran khususnya dari peningkatan soft skills siswa (kerjasama dan tanggung jawab), sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Daftar Pustaka

Anitah, Sri. (2007). Strategi belajar di SD. Jakarta : Penerbit UT Jakarta.

(13)

Jakarta: Rineka Cipta.

Bahri, D. & Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Elfindri et al. (2010). Soft Skill Untuk Pendidik. 2010: Baduose Media.

Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Rohman, A. (2009). Buku Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Jakarta: Laksbang Mediatama.

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Slameto. (2003). Belajar dan

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Solihatin, dan Raharjo. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Suono & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Taniredja. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Yamin, Martinis. (2012). Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Referensi.

Gambar

Tabel 3 Lembar observasi tanggung
Tabel 4 Hasil Chi Kuadrat
Tabel 5 Hasil Uji ttes

Referensi

Dokumen terkait

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas IX di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Anyer-Banten Tahun Ajaran

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, data yang telah direduksi akan

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti, keterangan Penggugat dan dua orang saksi yang diajukan oleh Penggugat sebagaimana diuraikan di atas, jika dihubungkan

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yakni ada pengaruh pemberian senam Tai Chi terhadap peningkatan kapsitas

Those with complex jobs and lower levels of growth need strength to draw upon in a nonsupportive context will exhibit lower levels of creative performance because the internal

menghapus  giudice isfrnc/toYt' (model  hakim komisari~   Pcrancis  dan  Bela;,da)  dan  menggantikannya  dengan  lembaga  baru  yang  disebut  giudice per Ie intltlgini

[r]

Epitel pipih selapis Epitel pipih berlapis banyak Epitel silindris selapis Epitel silindris berlapis banyak Epitel kubus selapis Epitel kubus berlapis banyak Epitel