• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERHADAP PENGE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERHADAP PENGE"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL DI BPM NY. “V”,

SIDOARJO TAHUN 2015

PENELITIAN PRE EKSPERIMEN

ARINASARI EKA PRATIWI NIM : 14614187

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) MINAT KLINIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

SKRIPSI

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL DI BPM NY. “V”,

SIDOARJO TAHUN 2015

PENELITIAN PRE EKSPERIMEN

ARINASARI EKA PRATIWI NIM : 14614187

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) MINAT KLINIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(3)

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL DI BPM NY. “V”,

SIDOARJO TAHUN 2015

PENELITIAN PRE EKSPERIMEN

SKRIPSI

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Terapan dalam Program Studi Bidan Pendidik Minat Klinik

pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri

Oleh :

ARINASARI EKA PRATIWI NIM : 14614187

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) MINAT KLINIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(4)

ORISINALITAS PENELITIAN

Saya bersumpah bahwa Skripsi ini adaah hasil sendiri dan belum pernah diteliti orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang

pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Kediri, 10 Juli 2015 Yang Menyatakan

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL DI BPM NY. “V”,

SIDOARJO TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh

ARINASARI EKA PRATIWI NIM. 14614187

Disetujui Tanggal : 11 Juli 2015

Pembimbing I

Eva Dwi Ramayanti, S.Kep.Ns.,M.Kep.,Sp.,M.Kep.,MB NIDN. 070108202

Pembimbing II

(6)

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL DI BPM NY. “V”,

SIDOARJO TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh

ARINASARI EKA PRATIWI NIM. 14614187

Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan disahkan Pada tanggal, 11 Juli 2015

PANITIA PENGUJI SKRIPSI Tanda Tangan

Ketua : SRI HARYUNI, S.Kep, Ns, M.Kep (...) NIDN : 0701058301

Anggota : 1. EVA DWI R, S.Kep.Ns,M.Kep.,Sp.Kep.MB (...) NIDN : 0701098202

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Alhamdulillah bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Edukasi Suportif Terhadap Pengetahuan dan Sikap Konsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015” dengan baik dan tepat waktu.

Skripsi ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan kebidanan (D4). Dalam penyusunan Skripsi ini, peneliti mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Ir. Djoko Raharjo, MP, selaku Rektor Universitas Kadiri Kediri.

2. Eva Dwi R S.Kep Ns.,Sp.Kep MB, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri dan Dosen Pembimbing I.

3. Siswi Wulandari, SST., S.Pd., M. Keb., selaku ketua program Studi Kebidanan (D4).

4. Erna Setiyaningrum, SST, M.M, M.A, selaku Dosen Pembimbing II. 5. Seluruh staf BPM Ny. “V”, Sidoarjo atas bantuannya.

6. Kedua orang tua tercinta atas do’a, dukungan dan segala pengorbanannya. 7. Kakakku tercinta atas do’a, dukungan dan segala pengorbanan serta

pengertiannya.

8. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri besertas staf yang ikut membantu sampai terselesainya penyusunan skripsi ini.

(8)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan baik isi maupun kalimatnya oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan usulan penelitian ini.

Kediri, 27 Juni 2015

Peneliti

RINGKASAN

(9)

“V”, Sidoarjo mengatakan tidak mengetahui manfaat dari mengkonsumsi tablet Fe dan diantaranya mengatakan tidak menyetujui kebijakan pemerintah untuk mengkonsumsi 90 tablet Fe selama masa kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi suportif terhadap pengetahuan dan sikap konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015.

Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental dengan 30 responden. Sampel penelitian ini adalah ibu hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo pada periode bulan Mei 2015. Pemilihan sampel yang digunakan adalah total sampling. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Untuk mengidentifikasi berbagai tingkat pengetahuan da sikap dalam konsumsi tablet Fe pre dan post edukasi suportif dianalisis dengan menggunakan wilcoxon statistik non-parametrik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan edukasi suportif pengetahuan sebagian besar responden (60%) yaitu kurang dan sikap sebagian besar responden (53,3%) yaitu tidak mendukung. Setelah dilakukan edukasi suportif mengalami peningkatan yaitu pengetahuan sebagian besar responden (60%) adalah baik dan sikap sebagian besar responden (53,3%) yaitu mendukung. Hasil uji statistik didapatkan hasil ρ = 0,02 (ρ value < 0,05).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh edukasi suportif terhadap pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi tablet Fe pada ibu hamil. Oleh karena itu dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk para petugas kesehatan, dimana petugas kesehatan harus melaksanakan edukasi suportifsecara optimal pada ibu hamil.

Kata kunci : edukasi suportif, pengetahuan, sikap, ibu hamil, tablet Fe.

ABSTRACT

(10)

not know the benefits of consuming Fe tablet and do not approve of them said the government's policy to consume 90 tablets Fe during pregnancy. The purpose of this study was to determine the effect of education on knowledge and attitudes supportive Fe tablet consumption in pregnant women in the BPM Ny. "V", Sidoarjo 2015.

This study uses a pre-experimental design with 30 respondents. Samples were pregnant women in BPM Ny. "V", Sidoarjo in the period of May 2015. The sample used was total sampling. Data collection techniques with a questionnaire. To identify the different levels of knowledge and attitudes in tablet consumption Fe supportive pre and post education were analyzed using the Wilcoxon non-parametric statistics.

The results showed that prior to the supportive educational knowledge the majority of respondents (60%) are less and the attitude of the majority of respondents (53.3%) that do not support. After the education that is supportive to increase knowledge of the majority of respondents (60%) is good and the attitude of the majority of respondents (53.3%) are supportive. Statistical test results showed ρ = 0.02 (ρ values <0.05).

The conclusion from this study is that there are supportive of the educational influence knowledge and attitudes towards consumption Fe tablets in pregnant women. Therefore, the research is expected to provide benefits for health care workers, where health care workers should implement supportive educational optimally in pregnant women.

Keywords: supportive education, knowledge, attitude, pregnant women, Fe tablet.

DAFTAR ISI

(11)

SAMPUL DEPAN... i

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH... ...xviii

2.2.2 Manfaat Fe Bagi Ibu Hamil... 16

2.2.3 Kebutuhan Fe Bagi Ibu Hamil... 17

2.2.4 Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe... 17

(12)

2.3 Pengetahuan... 18

2.3.1 Definisi pengetahuan... 18

2.3.2 Tingkat pengetahuan... 20

2.3.3 Pengukuran pengetahuan... 22

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan... 22

2.4 Sikap... 24

2.4.9 Jeins-jenis skala sikap... 33

2.5 Edukasi Suportif... 35

2.5.1 Pengertian suportif (motivasi)... 35

2.5.2 Teori Motivasi... 38

2.5.3 Perangsang Motivasi... 40

2.6 Pengaruh Edukasi Suportif pada Pengetahuan dalam Konsumsi Tablet Fe... 40

2.7 Pengaruh Edukasi Suportif pada Sikap... 41

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA 3.1 Kerangka Konseptual... 43

3.2 Hipotesis... 44

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian... 45

4.2 Populasi, sampel, besar sampel dan teknik pengambilan Sampel... 45

4.2.1 Populasi... 45

4.2.2 Sampel... 45

4.2.3 Besar Sampel... 46

4.2.4 Tenik Pengambilan Sampel... 46

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 46

4.4 Bahan Penelitian... 47

4.5 Instrument Penelitian... 47

4.6 Lokasi dan Tempat Penelitian... 48

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengolahan Data... 48

4.7.1 Pengumpulan Data... 48

4.7.2 Tahap pemberian pengetahuan ibu hamil terhadap konsumsi tablet Fe... 48

4.7.3 Tahap pemberian sikap ibu hamil terhadap konsumsi tablet Fe... 49

(13)

4.8 Teknik Analisis Data... 52

4.8.1 Analisi Univariate... 52

4.8.2 Analisi Bivariate... 53

BAB 5 HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Data Umum... 54

5.1.1 Data Responden Berdasarkan Usia... 54

5.1.2 Data Responden Berdasarkan Pendidikan... 54

5.1.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan... 55

5.1.4 Data Responden Berdasarkan Paritas... 55

5.1.5 Data Responden Berdasarkan Usia Kehamilan... 55

5.2 Data Khusus... 56

5.2.1 Pengetahuan ibu hamil sebelum diberikan edukasi suportif... 56

5.2.2 Pengetahuan ibu hamil sesudah diberikan edukasi suportif... 56

5.2.3 Tabulasi silang antara Pengaruh Edukasi Suportif Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil ... ... 57 5.2.4 Sikap ibu hamil sebelum diberikan edukasi suportif... 57

5.2.5 Sikap ibu hamil sesudah diberikan edukasi suportif... 58

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Definisi

Operasional………... 46

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia ibu hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun

2015………. 54

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun

(15)

2015……….

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun

2015………. 55

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas ibu hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun

2015………. 55

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia kehamilan ibu hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun

2015………... 55

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan pengetahuan ibu hamil sebelum diberikan edukasi suportif di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun

2015………... 56

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan sesudah diberikan edukasi suportif di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun

2015………

… 56

Tabel 5.8 Pengaruh Edukasi Suportif Terhadap Pengetahuan Konsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015………

… 57

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap sebelum diberikan edukasi suportif di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015………

… 57

Tabel 5.10

Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap sesudah diberikan edukasi suportif di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015………

… 58

Tabel 5.11

Pengaruh Edukasi Suportif Terhadap Sikap Konsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Edukasi Suportif Terhadap

Pengetahuan dan Sikap Konsumsi Tablet Fe pada Ibu

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Jadwal Penelitian... 56 Lampiran 2 Surat Ijin

Penelitian………... 57

Lampiran 3 Halaman Informed

Consent………... 58

Lampiran 4 Halaman Persetujuan Menjadi Responden…..

……….. 59

Lampiran 5 Lembar Kuisioner………..

……… 60

Lampiran 6 SAP………..

……….. 77

Lampiran 7 Lembar Konsultasi…….

(18)

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Arti Lambing < : Kurang dari > : Lebih dari

± : Kurang lebih

= : Sama dengan

- : Sampai dengan

/ : Atau

% : Persentase

Daftar Singkatan

Fe : Feros / zat besi

Hb : Hemoglobin

BPM : Bidan Praktek Mandiri

IUFD : Intra Uterine Fetal Death (Kematian Janin Dalam Kandungan) IUGR : Intrauterine Growth Restriction (keterbatasan pertumbuhan dalam

rahim)

HPP : Hemorrhagic Post Partum (perdarahan setelah melahirkan) HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

USG : Ultrasonografi

(19)

ANC : Antenatal Care

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen essensial bagi tubuh yang diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme sel. Jika ibu kekurangan Fe selama hamil, maka persediaan zat besi pada bayi saat dilahirkan pun tidak akan memadai, padahal zat besi sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi di awal kelahirannya (Kautshar, 2013). Di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang di konsumsi yaitu ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi tablet perhari, pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia khususnya zat besi. Sedangkan pengetahuan dan sikap ibu juga sangat berpengaruh dalam konsumsi tablet Fe.

Kehamilan dapat menimbulkan perubahan fisiologi darah sehingga dapat menyebabkan kesulitan dalam menegakkan diagniosis penyakit dan kelainan darah pada ibu hamil (Manuaba, 2007). Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel darah normal pada kehamilan. Peningkatan volume darah ibu terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan akibat peningkatan jumlah sel darah

(20)

merah. Walaupun ada peningkatan jumlah sel darah merah didalam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar Hb (Hemoglobin) (Varney, 2010).

Hasil studi pendahuluan yang diperoleh di BPM Ny. “V”, Sidoarjo pada bulan Januari 2015, menyatakan bahwa terdapat 10 orang ibu hamil, 7 orang (70%) diantaranya mengatakan tidak mengetahui manfaat dari mengkonsumsi tablet Fe. Serta terdapat 10 orang ibu hamil, 6 orang (60%) diantaranya mengatakan tidak menyetujui kebijakan pemerintah untuk mengkonsumsi 90 tablet Fe selama masa kehamilan. Hal diatas menyatakan bahwa masih banyak ibu hamil yang tidak mengerti manfaat mengkonsumsi tablet Fe serta masih banyak ibu hamil yang tidak menyetujui program pemerintah untuk mengkonsumsi 90 tablet Fe selama masa kehamilan.

Penyebab tidak mengkonsumsi tablet Fe adalah latar belakang pendidikan ibu hamil, kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang dampak dan manfaat dari tablet Fe, adanya sikap tidak mendukung program pemerintah dalam mengkonsumsi tablet Fe, serta kepatuhan pemeriksaan ANC secara teratur.

(21)

premature, partus lama karena inersia uteri, mudah terjadi HPP, mudah terjadi preeklampsia/eklampsia. Selain itu menurut Winkjosastro (2007), anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4g/100ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Kesehatan darah ibu hamil sangat menentukan keberhasilan tumbuh kembang janin dalam uterus. Dengan demikian, pemeriksaan umum dan laboratorium seharusnya dilakukan sebelum kehamilan sehingga dapat ditemukan penyakit dan kelainan darah dan diobati sehingga tercapainya well born baby dan well health mother (Manuaba, 2007). Selain itu, dampak yang diakibatkan bila tidak mengkonsumsi tablet Fe secara rutin yaitu penyerapan atau respon tubuh terhadap tablet Fe kurang baik sehingga tidak terjadi peningkatan kadar Hb sesuai dengan yang diharapkan.

Solusi untuk memenuhi kebutuhan akan zat besi selama hamil, ibu harus mengkonsumsi tablet Fe sekitar 45-50 mg sehari. Untuk penyerapan zat besi, ibu hamil vegetarian hanya cukup makan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (Amiruddin, 2007). Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam mengkonsumsi tablet Fe, maka diperlukan sistem evaluasi dan monitoring yang dapat dipercaya (Broek, 2003). Pemberian edukasi suportif mampu membantu meningkatkan pengetahuan dan sikap konsumsi tablet Fe secara teratur sehingga kebutuhan akan zat besi selama kehamilan dapat tercukupi.

(22)

Pengetahuan dan Sikap Konsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil di BPM Ny. V, Sidoarjo Tahun 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada Pengaruh Edukasi Suportif Terhadap Pengetahuan dan Sikap Konsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh edukasi suportif terhadap pengetahuan dan sikap konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasikan pengetahuan ibu hamil tentang tablet Fe sebelum diberikan edukasi suportif di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015. 2. Mengidentifikasikan pengetahuan ibu hamil tentang tablet Fe sesudah

diberikan edukasi suportif di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015. 3. Mengidentifikasikan sikap ibu hamil tentang tablet Fe sebelum

diberikan edukasi suportif di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015. 4. Mengidentifikasikan sikap ibu hamil tentang tablet Fe sesudah

(23)

5. Menganalisis pengaruh pengetahuan ibu hamil tentang tablet Fe sebelum dan sesudah diberikan edukasi suportif di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015.

6. Menganalisis pengaruh sikap ibu hamil tentang tablet Fe sebelum dan sesudah diberikan edukasi suportif di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai tambahan pengetahuan berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh edukasi suportif terhadap kepatuhan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil dan sebagai bahan atau sumber data dari peneliti berikutnya, serta pendorong bagi pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh edukasi suportif terhadap kepatuhan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil.

1.4.2 Bagi Instansi Pelayanan

Sebagai bahan masukan tentang pengaruh edukasi suportif terhadap kepatuhan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil.

1.4.3 Bagi Responden

Meningkatkan pengetahuan serta lebih termotivasi dalam mengkonsumsi tablet Fe sehingga tidak terjadi anemia pada kehamilan. 1.4.4 Bagi Peneliti

(24)

penerapan dari ilmu yang sudah di dapat selama di bangku kuliah terutama mengenai pengaruh edukasi suportif terhadap pengetahuan dan sikap konsumsi Tablet Fe pada ibu hamil, serta sebagai penerapan ilmu pengetahuan dalam pembuatan skripsi dan sebagai salah satu pengalaman belajar di Program Studi Kebidanan D.4 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal periode antepartum (Helen Varney, 2006). Masa kehamilan dimuulai dari konsepsi sampai lahinya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2006).

2.1.2 Diagnosis Kehamilan

(25)

1. Tanda dugaan hamil, menurut Manuaba (2007), tanda dugaan antara lain yaitu amenorea, ngidam, sinkope, mual dan muntah, payudara tegang, sering kencing, konstipasi atau obstipasi.

(1) Amenhorea, Progesterone yang terus menerus diproduksi oleh korpus luteum pada masa luteum pada masa hamil akan mempertahankan lapisan uterus hingga siap implantasi dan tahap awal kehamilan. Bila lapisan uterus tetap dapat dipertahankan maka menstruasi tidak akan terjadi (Varney, 2006).

(2) Ngidam, wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam (Manuaba, 2007).

(3) Sinkope, terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu (Manuaba, 2007).

(4) Mual dan muntah, pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan akan menimbulkan mual muntah di pagi hari yang disebut morning sickness (Manuaba, 2007). (5) Payudara tegang, pengaruh estrogen - progesterone dan somatomamotropin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara sehingga payudara membesar dan tegang. Jika ujung syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit (Manuaba, 2007).

(6) Sering kencing, desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada trimester kedua sudah menghilang (Manuaba, 2007).

(7) Konstipasi atau obstipasi, pengaruh pogesteron dapat menghambat peristaltic usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar (Manuaba, 2007).

(26)

2 Tanda tidak pasti kehamilan, menurut Manuaba (2007), tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan dengan rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan, tanda hegar, tanda chadwicks, tanda piskacek, kontraksi Braxton hiks, teraba ballotemen.

(1) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan, pertumbuhan uterus yang fenomenal pada TM I berlanjut sebagai respons terhadap stimulus kadar hormon estrogen dan progesteron yang tinggi. Pembesaran terjadi akibat peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hiperplasia dan hipertrofi, dan perkembangan desidua (Bobak, 2004).

(27)

(4) Tanda piskacek adalah uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut (Wiknjosastro, 2007). Pembesaran uterus pada awal kehamilan mungkin tidak simetris. Ovum pada kondisi normal berimplantasi pada bagian atas dinding uterus, lebih sering pada sisi posterior. Jika lokasi implantasi lebih dekat dengan salah satu area kornu, maka kornu tempat ovum berimplantasi membesar sebagai respons terhadap perkembangan embriologi yang berlangsung di lokasi tersebut (Varney, 2006).

(5) Kontraksi Braxton hicks, yaitu peregangan sel-sel otot uterus. Peningkatan konsentrasi aktomiosin pada sel-sel otot juga diduga disebabkan kontraktilitas uterus. Kontraksi Braxton hicks merupakan kontraksi uterus yang tidak seirama, sporadis dan menimbulkan nyeri. Kontraksi ini dimulai pada minggu keenam kehamilan, tetapi tidak dapat dideteksi selama pemeriksaan panggul bimanual dan berlangsung hingga trimester ke dua dan selama pemeriksaan abdomen pada trimester ke tiga. Kontraksi ini akan mengalami peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas, dan mulai mencapai ritme dan keteraturan mendekati persalinan. Pada kurun waktu ini, kontraksi sering disalah artikan sebagai kontraksi persalinan (Varney, 2006).

(28)

lembut ke arah atas, janin terdorong ke atas. Kemudian janin turun kembali, dan jari merasakan benturan lunak (Bobak, 2004).

3. Tanda pasti kehamilan

Menurut Manuaba (2007), tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan gerakan janin dalam rahim, terdengar denyut jantung janin. Wiknjosastro (2007), menambahkan tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan terlihat hasil konsepsi dengan USG.

(29)

(3) Terlihat hasil konsepsi dengan USG, pada kehamilan 5 minggu terlihat struktur kantong gestasi berdiameter 5-10 mm. Struktur mudigah belum dapat dideteksi dengan alat USG. Pada kehamilan 6 minggu diameter kantong gestasi mencapai 15 mm (Wiknjosastro, 2007).

2.1.3 Perubahan Fisiologi Kehamilan

Pada kehamilan terdapat perubahan yang terjadi pada ibu hamil yaitu pada uterus, serviks uteri, vagina dan vulva, mammae, sistem respirasi, traktus urinarius, kulit (Wiknjosastro, 2007). Manuaba (2007), menambahkan Perubahan yang terkait dengan kejadian anemia adalah volume darah, sel darah, proses hemodilusi, peningkatan curah jantung, eritropoesis, traktus digestivus.

1. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus, disamping itu, serabut-serabut kolagen yang ada pun menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin, bila ada kehamilan ektopik, uterus akan membesar pula, karena pengaruh hormon-hormon itu. Begitu pula endometrium menjadi desidua (Wiknjosastro, 2007).

2. Serviks Uteri

(30)

jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks ini benyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak (Wiknjosastro, 2007).

3. Vagina dan Vulva

Vagina dan vulva akibat hormone estrogen mengalami perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan. Warna portio pun tampak livide. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar (Wiknjosastro, 2007).

4. Mamma

Mamma akan membesar dan tegang akibat hormone somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada mamma. Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus. Dengan demikian, mammae dipersiapkan untuk laktasi. Di samping ini, dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak disekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mammae menjadi lebih besar (Wiknjosastro, 2007).

5. Sistem Respirasi

(31)

yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak (Wiknjosastro, 2007).

6. Traktus urinarius

Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri mengalami pembesaran karena pengaruh progesteron. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar dari pada ureter kiri, karena mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan dengan ureter kiri (Wiknjosastro, 2007).

7. Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanohore stimulating hormone (MSH) yang meningkat. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi pipi, dan hidung, dikenal dengan kloasma gravidarum (Wiknjosastro, 2007).

8. Volume darah

Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30%. Dan hemodilusi mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu (Wiknjosastro, 2007).

9. Sel darah

(32)

hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml, dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal. Protein darah dalam bentuk albumin dan gammaglobulin dapat menurun pada triwulan pertama, sedangkan fibrinogen meningkat (Manuaba, 2007).

10. Proses hemodilusi

Pada kehamilan relative terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%, bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr%, maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr% (Manuaba, 2007).

11. Peningkatan curah jantung

(33)

12. Eritropoesis

Eritrobast (sel induk CFU-E, BFU-E) berasal dari sel induk primitive myeloid dalam sum-sum tulang. Proses diferensiasi dari sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh hormon eritropoetin yang diproduksi oleh ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia maka produksi hormon ini meningkat dan produksi sel darah merah juga meningkat. Secara normal produksi sel darah merah dalam sum-sum tulang membutuhkan bahan zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin B6 (piridoksin), protein dan faktor lain. Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akan mengalami proses penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya atau kurang dari 120 hari disebut hemolisis (Tarwoto, 2007).

13. Traktus digestivus

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enak (nausea). Mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Tidak jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis) (Wiknjosastro, 2007).

(34)

Pengertian Zat besi adalah mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia. Zat besi merupakan komponen dari hemoglobin, mioglobin, sitokran enzim katalase, serta peroksidase. Besi merupakan mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram dalam tubuh manusia dewasa. Zat besi adalah garam besi dalam bentuk tablet/kapsul yang apabila dikonsumsi secara teratur dapat meningkatkan jumlah sel darah merah. Wanita hamil mengalami pengenceran sel darah merah sehingga memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk sel darah merah janin (Almatsier, 2009).

2.2.2 Manfaat Fe Bagi Ibu Hamil

a. Metabolisme Energi, di dalam tiap sel besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi. Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi penghasil energi ke oksigen sehingga membentuk air. Dalam proses tersebut dihasilkan molekul protein yang mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot (Almatsier, 2009).

(35)

b. Pelarut Obat-obat, yang tidak larut oleh enzim yang mengandung besi dapat dilarutkan sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh (Almatsier, 2009).

2.2.3 Kebutuhan Fe Bagi Ibu Hamil

Semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Sebagai gambaran kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan bagan berikut:

Meningkatkan sel darah ibu 500 mg Fe Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe Untuk darah janin 100 mg Fe

Jumlah 900 mg Fe

2.2.4 Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe

(36)

cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.

2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Fe

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi (Wipayani, 2008) yaitu :

1. Tingkat Pendidikan

Latar belakang pendidikan ibu hamil juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi.

2. Pengetahuan

Pengetahuan ibu hamil tentang dampak dan manfaat dari konsumsi zat besi didapat dari penyuluhan yang diberikan bidan pada waktu ibu hamil tersebut melakukan pemeriksaan ANC. Tingkat pengetahuan ibu juga mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi. 3. Sikap

Adanya sikap tidak mendukung program pemerintah dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 90 tablet.

4. Pemeriksaan ANC

Pemeriksaan ANC mempengaruhi tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe, karena dengan melakukan pemeriksaan kehamilan ibu hamil akan mendapat informasi tentang pentingnya tablet Fe bagi kehamilannya.

(37)

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh darimata dan telinga. Pengetahuan dapat diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indra atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Hastutik, 2011).

(38)

pengalaman, latihan atau proses belajar (proses berfikir). Bentuk pengetahuan atau model untuk memahami dunia yang dimiliki manusia, dapat terbentuk dalam tiga katagori, yaitu : (a) Pengetahuan Kultural, merupakan model untuk memahami dunia yang diekspresikan dalam asumsi-asumsi, nilai-nilai dan norma-norma yang dimiliki manusia, (b) Pengetahuan Tasit, model untuk memahami dunia dalam bentuk konsep, diekspresikan dalam bentuk teori dan pengalaman yang dimiliki, (c) Pengetahuan Eksplisit, model untuk memahami dunia dalam bentuk keahlian atau kognitif, diekspresikan dalam bentuk sistem, peraturan -peraturan, prosedur - prosedur dan tata cara kerja yang dipahaminya.

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), Difinisi lain yang disampaikan yaitu pengetahuan adalah hasil dari suatu produk sistem pendidikan dan akan mendapatkan pengalaman yang nantinya akan memberikan suatu tingkat pengetahuan atau ketrampilan dapat dilakukan melalui pelatihan. Pengetahuan diperoleh dari proses belajar, yang dapat membentuk keyakinan tertentu. Intensitas atau tingkat pengetahuan seseorang terhadap obyek tertentu tidak sama. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :

(39)

2. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis), merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis), menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

(40)

penelitian itu didasari pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.3.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin di ketahui atau di ukur dapat di sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan yang ada di atas (Hastutik, 2011).

Menurut Arikunto (2006), untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, pembagian kriteria pengukuran data di bagi menjadi 3 tingkat, yaitu :

1. Pengetahuan baik : jika didapat hasil >75% 2. Pengetahuan cukup : jika didapat hasil 60%-75% 3. Pengetahuan kurang : jika didapat hasil <60%

2.3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil :

1. Usia, bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur -umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampun penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Hastutik, 2011).

(41)

berbagai informasi tentang konsumsi tablet Fe secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahauan konsumsi tablet Fe yang benar (Hastutik, 2011).

3. Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang dapat mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang konsumsi tablet Fe (Hastutik, 2011).

4. Pendidikan, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya (Hastutik, 2011). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan dapat meningkatkan intelegensi dan berpengaruh pada pengetahuan seseorang tentang konsumsi tablet Fe (Notoadmodjo, 2010).

(42)

2.4 Konsep Dasar Sikap 2.4.1 Pengertian

Sikap adalah pernyataan evaluatif. Baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu (Stephen, 2008). Sumber sikap bisa diperoleh dari orang tua, guru atau rekan kerja. Model sikap dapat meniru sikap orang yang kita kagumi, hormati atau mungkin sikap orang yang kita takuti. Pendapat yang disampaikan oleh louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood dalam Azwar bahwa sikap adalah bentuk evaluasi reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung/memihak atau perasaan tidak mendukung/tidak memihak pada obyek tertentu (Azwar, 2008). Dalam buku yang sama disebutkan juga sikap sebagai sesuatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sedehana sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap obyek tertentu yang bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju (Azwar, 2008).

2.4.2 Struktur sikap

(43)

apa yang dipercayai oleh individu. Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku dan apa yang benar bagi obyek sikap dan hal ini sudah terpolakan dalam pikirannya. Komponen affektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional atau evaluasi. Pada umumnya reaksi emosional sebagai komponan affektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai sesuatu yang benar dan berlaku bagi obyek tersebut. Komponen konatif adalah aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang yang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individu. Konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen affektif, dengan tendensi perilaku sebagai komponen konatif menjadi landasan dalam upaya menyimpulkan sikap yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap. Bentuk perilaku yang mencerminkan komponen konatif tidak hanya dilihat secara langsung saja tetapi juga meliputi bentuk-bentuk perilaku berupa pernyataan atau perkataan yang disampaikan seseorang (Steven L, 2009).

(44)

seseorang memberikan nilai yang positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti mau membahas dengan orang lain bahkan mempengaruhi orang lain untuk ikut merespon, (4) Bertanggung jawab, artinya seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus berani menghadapi resikonya (Azwar, 2011).

2.4.3 Pembentukan sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu. Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap obyek psikologis yang dihadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi pendidikan atau agama dan faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2011).

(45)

moral sehingga mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap seseorang (Azwar, 2011).

2.4.4 Unsur-Unsur Sikap

Sikap mengandung unsur-unsur, yaitu : (a) Adanya objek: tanpa adanya objek sikap tidak akan terbentuk, (b) Bentuk sikap berupa pandangan, perasaan, kecenderungan untuk bertindak (respon terhadap objek), (c) Tanpa adanya individu suatu sikap tidak akan terjadi walau adanya objek, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, unsur yang terdapat dalam sikap ini merupakan hal yang mempengaruhi sikap itu sendiri. Karna unsur merupakan hal terpenting dalam pembentuk sikap, baik itu sikap positif atau negatif (Azwar, 2011).

2.4.5 Bentuk Sikap

Selanjutnya sikap dapat dibedakan atas bentuknya dalam sikap positif dan sikap negatif (W. A. Gerungan, 2009), yaitu:

(46)

tetapi juga dapat melalui bagaimana cara ia berbicara, berjumpa dengan orang lain, dan cara menghadapi masalah.

2. Sikap negatif Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini tercermin pada muka yang muram, sedih, suara parau, penampilan diri yang tidak bersahabat. Sesuatu yang menunjjukan ketidakramahan, ketidak mentenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri.

2.4.6 Ciri-Ciri Sikap

Seperti yang telah kita ketahui, sikap merupakan keadaan sikap, bertingkah laku, atau respon yang diberikan atas apa yang terjadi, serta bereaksi dengan cara tertentu yang dipengaruhi oleh keadaan emosional terhadap objek, baik berupa orang, lembaga atau persoalan tertentu.

W. A. Gerungan mengemukakan bahwa: untuk dapat membedakan antara attitude, motif kebiasaan dan lain-lain, faktor psychis yang turut menyusun pribadi orang, maka telah dirumuskan lima buah sifat khas dari pada attitude (W. A. Gerungan, 2009).

Adapun ciri-ciri sikap itu adalah:

a. Attitude ini bukan dibawa orang sejak ia lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.

b. Attitude itu dapat berubah-ubah.

c. Attitude itu tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap objek.

(47)

e. Attitude tidak mempunyai segi-segi motivasi dan segi perasaan, sifat inilah yang membedakan attitude dari pada kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

2.4.7 Fungsi Sikap

Menurut Katz dalam Zaim Elmubarok (2008) ada empat fungsi sikap yaitu Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat ungsi pertahanan ego, fungsi pernyataan nilai, fungsi pengetahuan. Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan pengertiannya sebagai berikut, pertama memiliki fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukkan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkannya dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya. Dengan demikian, maka individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang merugikannya.

Fungsi kedua adalah pertahanan ego yang menunjukkan keinginan individu untuk menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam egonya atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan, maka sikap dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

(48)

mengekspresikan rasa ingin tahunya, mencari pebalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.

Sikap memiliki fungsi penting dalam hidup. Bagi individu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di tempat tinggalnya. Agar sesuai dengan tata cara kebiasaan setempat serta dapat merubah sikap individu untuk terus berubah ke kebaikan.

Menurut Walgito (2010) terdapat empat fungsi sikap, antara lain: pertama adaah, sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Dalam hal ini dikatakan bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Yang kedua adalah sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku. Sedangkan yang etiga sikap berfungsi sebagai alat pengukur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Yang terakhir sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya.

(49)

serta merupakan alat pengatur tingkah laku dan perekam pengalaman-pengalaman yang terjadi di dalam diri pribadi seseorang.

2.4.8 Perubahan Sikap

Menurut Davidoff dalam Zaim Elmubarok (2008), sikap dapat berubah dan berkembang karena hasil dari proses belajar, proses sosialisasi, arus informasi, pengaruh kebudayaan dan adanya pengalaman-pengalaman baru yang dialami oleh individu. Sedangkan menurut Sarlito W. Sarwono (2009), sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat cara yaitu :

1. Adopsi, yaitu kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

2. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang sebelumnya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula. 3. Integrasi, pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai

dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.

(50)

Menurut Kelman dalam Azwar S (2012) ada tiga proses yang berperan dalam proses perubahan sikap yaitu :

1. Kesediaan (Compliance)

Terjadinya proses yang disebut kesediaan adalah ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau kelompok lain dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi positif, seperti pujian, dukungan, simpati, dan semacamnya sambil menghindari hal-hal yang dianggap negatif. Tentu saja perubahan perilaku yang terjadi dengan cara seperti itu tidak akan dapat bertahan lama dan biasanya hanya tampak selama pihak 19 lain diperkirakan masih menyadari akan perubahan sikap yang ditunjukkan.

2. Identifikasi (Identification)

Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku atau sikap seseorang atau sikap sekelompok orang dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan menyenangkan antara lain dengan pihak yang dimaksud. Pada dasarnya proses identifikasi merupakan sarana atau cara untuk memelihara hubungan yang diinginkan dengan orang atau kelompok lain dan cara menopang pengertiannya sendiri mengenai hubungan tersebut.

3. Internalisasi (Internalization)

(51)

memuaskan oleh individu. Sikap demikian itulah yang biasanya merupakan sikap yang dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah untuk berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri individu yang bersangkutan masih bertahan.

2.4.9 Jenis-Jenis Skala Sikap

Menurut Arikunto (1993) ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, antara lain:

1. Skala Likert

Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang menunjukkan tingkatan. Misalnya seperti yang telah dikutip, yaitu:

SS = Sangat setuju S = Setuju

TB = Tidak berpendapat TS = Tidak setuju STS = Sangat tidak setuju 2. Skala Jhon West

Skala ini penyederhana dari skala Likert yang mana disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh tiga respons yang menunjukkan tingkatan. Misalnya:

(52)

TS = Tidak setuju

3. Skala Pilihan Ganda

Skala ini bentuknya seperti soal pilihan ganda yaitu suatu pernyatan yang diikuti oleh sejumlah alternative pendapat.

4. Skala Thurstone

Skala Thurstone merupakan skala mirip skala Likert karena merupakan suatu instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B C D E F G H I J

Very favourable Neutral Very unfavourable

Pernyataan yang diajukan kepada responden disarankan oleh Thurstone kira-kira 10 butir, tetapi tidak kurang dari 5 butir.

5. Skala Guttman

Skala ini dengan yang disusun oleh Bergadus, yaitu berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus dijawab “ya” atau “tidak”.

Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan sehingga bila respoden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1. Selanjutnya jika responden setuju dengan nomor 3, berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2.

6. Semantic Differential

(53)

dalam tiga kategori. Baik-tidak baik, kuat-lemah, cepat-lambat dan aktif–pasif, atau dapat juga berguna–tidak berguna.

2.5 Edukasi Suportif

Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indra atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Hastutik, 2011). Motivasi merupakan inisiatif penggerak perilaku seseorang secara optimal, hal ini di sebabkan karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas perbuatannya.

Tingkat pengetahuan yang cukup tentang manfaat dan dampak yang mungkin timbul akibat kekurangan tablet Fe pada ibu hamil sangat berpengaruh dalam kepatuhan konsumsi tablet Fe (Ramawati, 2008). Kepatuhan dalam konsumsi tablet Fe juga karena motivasi untuk pencapaian kesehatan yang lebih baik setelah mengkonsumsi tablet Fe. Hal ini karena motivasi merupakan dorongan yang digunakan untuk memulai dan mengarahkan perilaku.

Edukasi suportif merupakan pemberian kegiatan yang bersifat informative dalam 2 sesi, sesi pertama yaitu penyuluhan dalam waktu 45 menit bersifat masal, sesi kedua yaitu konseling dalam waktu 15-40 menit bersifat individu. Kegiatan ini dilakukan dalam 1 hari tanpa asisten.

(54)

Motivasi berasal dari perkataan motif (motive) yang artinya adalah rangsangan dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi ialah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun kelompok masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 2011). Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku seseorang secara optimal, hal ini di sebabkan karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas perbuatannya.

Motivasi juga merupakan konsep yang di pakai untuk menguraikan keadaan ekstrinsik yang ditampilkan dalam perilaku. Respon instrinsik disebut juga sebagai motif (pendorong) yang mengarahkan perilaku ke rumusan kebutuhan atau pencapaian tujuan. Stimulus ekstrinsik dapat berupa hadiah atau insentif, mendorong individu melakukan atau mencapai sesuatu. Jadi motivasi adalah interaksi instrinsik dan ekstrinsik yang dapat dilihat berupa perilaku atau penampilan (Sadili, 2006).

(55)

Mc Clelland (Sigit, 2003) mengemukakan bahwa yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga kebutuhan dasar yaitu:

a. kebutuhan akan prestasi (achievement) dorongan untuk mengungguli atau berprestasi,

b. kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan karib,

c. kebutuhan akan kekuasaan (power) kebutuhan yang mendorong seseorang untuk menguasai atau mendominasi orang lain.

Selanjutnya motivasi akan dikaitkan dengan tindakan, sebab motif yang besar tidak efektif tanpa ada tindakan yang merupakan follow-up dari motif tersebut. Oleh karena itu, perlu dipahami terlebih dahulu apa sebenarnya tindakan itu. Tindakan apapun merupakan satu jenis perbuatan manusia.

Akan tetapi, perbuatan tersebut mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki oleh orang yang melakukan kegiatan. Ada dua macam perbuatan yaitu (Sadili, 2006) : pertama, pemikiran (thinking), yaitu perbuatan rohani yang menghendaki bekerjanya daya piker (otak) manusia dan yang kedua adalah tindakan (action), yakni perbutan jasmani yang amat membutuhkan gerak otot tubuh manusia. Perbuatan ini mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki oleh yang bersangkutan.

(56)

2.5.2 Teori Motivasi

1. Teori Abraham Maslow

Motivasi manusia timbul karena adanya kebutuhan- kebutuhan, yaitu (Notoatmojo, 1993) (Sadili, 2006) :(a) fisiologis, antara lain rasa lapar, haus, dan kebutuhan jasmani lainnya, (b) keamanan, antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional, (c) sosial, meliputi di terima baik, rasa memiliki, kasih sayang, (d) penghargaan, meliputi faktor penghormatan dari luar seperti status, pengakuan dan perhatian, aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi seseorang sesuai ambisinya yang meliputi pencapaian potensi dan pemenuhan kebutuhan diri.

2. Teori Herzberg

(57)

administrasi, pengawasan dan mutu pengawasan (supervisi), hubungan pribadi sesama pegawai, atasan dan bawahan, kondisi lingkungan kerja dan keamanan kerja, gaji dan insentif, status.

3. Teori Mc. Clelland

Menurut David Mc Clelland (Robert, 2002) teori motivasi dibagi menjadi tiga macam yaitu : motif berprestasi, yaitu dorongan untuk mencapai sukses dalam berkompetensi dengan standar sendiri selalu berusaha meningkatkan kemampuan dalam mewujudkan cita-citanya, berikutnya adaah affiliasi, yaitu dorongan untuk diterima orang lain dan bersatu, pegawai yang bermotif affiliasinya diterima, diakuai dan dihargai orang lain, yang terakhir adalah motif berkuasa, yaitu dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain.

4. Teori Morgan

(58)

didorong untuk berperilaku tertentu yang akan memberinya perasaan senang dan menghindari perasaan tidak menyenangkan.

2.5.3 Perangsang Motivasi

Menurut Azwar (2011), agar seseorang mau dan bersedia melakukan seperti yang diharapkan, kadang kala perlu di sediakan perangsang (insentive). Dua macam perangsang motivasi yaitu; perangsang positif (positive insentive) adalah imbalan yang menyenangkan yang disediakan untuk karyawan yang berprestasi. Rangsangan positif ini banyak macamnya, antara lain hadiah, pengakuan promosi, dan ataupun melibatkan karyawan tersebut pada kegiatan yang bernilai gengsi yang lebih tinggi.

Perangsang negative (negative incentive) ialah imbalan yang tidak menyenangkan berupa berupa hukuman bagi karyawan yang tidak berprestasi dan ataupun yang berbuat tidak seperti yang di harapkan. Macam perangsang yang negatif banyak pula jenisnya, antara lain denda, teguran, pemindahan tempat kerja (mutasi) dan ataupun pemberhentian.

2.6 Pengaruh Edukasi Suportif pada Pengetahuan dalam Konsumsi Tablet Fe

(59)

dilakukan untuk meningkatkan kualitas status gizi pada ibu hamil. Tingkat pengetahuan yang cukup tentang manfaat dan dampak yang mungkin timbul akibat kekurangan tablet Fe pada ibu hamil sangat berpengaruh dalam kepatuhan konsumsi tablet Fe (Ramawati, 2008).

Pengetahuan berpengaruh terhadap kepatuhan konsumsi table Fe karena pengetahuan merupakan pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan perilaku. Perilaku akan bertahan lama jika didasari oleh pengetahuan. Edukasi suportif yang diperoleh melalui pengindraan ibu hamil terhadap kesehatan selama kehamilan akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil dalam menjaga kesehatannya (Hastutik, 2011).

2.7 Pengaruh Edukasi Suportif pada Sikap

Sikap merupakan respon tertutup ibu hamil terhadap objek tertentu yang dapat menggambarkan suka atau tidak suka. Sikap ibu hamil terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan ibu hamil terhadap objek yang bersangkutan. Sehingga semakin baik edukasi suportif yang diberikan maka akan semakin positif sikap yang terbentuk dalam kepatuhan konsumsi tablet Fe. Pengaruh edukasi suportif yang baik dapat menimbulkan rasa kepercayaan serta motivasi pada ibu hamil, sehingga dapat menimbulkan sikap pada ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet Fe dalam menjaga kesehatannya beserta janinnya. Edukasi suportif sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses kehamilan (Azwar, 2011).

(60)
(61)

Keterangan :

: Diteliti : Tidak Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Edukasi Suportif Terhadap Pengetahuan dan Sikap Konsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil Berdasarkan kerangka konseptual diatas tampak bahwa ibu hamil tidak memiliki pengetahuan dan sikap tentang konsumsi tablet Fe karena tidak mendapatkan pengetahuan dan sikap yang baik dalam konsumsi tablet Fe. Intervensi kebidanan dibutuhkan karena tidak adanya pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam mengkonsumsi Tablet Fe. Salah satu bentuk intervensi kebidanan yang dapat dilakukan adalah edukasi suportif yang dilakukan oleh bidan sebagai tenaga kesehatan. Pengetahuan dan sikap dalam mengkonsumsi tablet Fe dapat membuat kehamilan berjalan dengan lancar. Sebelum dilakukan intervensi, peniliti melakukan test awal (pre test) untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap dalam mengonsumsi tablet Fe. Setelah itu dilakukan edukasi suportif kepada kelompok untuk memberikan pengetahuan dan support dalam mengkonsumsi tablet Fe dan akhirnya setelah dilakukan intervensi maka peneliti melakukan test akhir (post test) untuk kembali mengukur pengetahuan dan sikap konsumsi tablet Fe.

3.1 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini H1 yang berbunyi Ada pengaruh

edukasi suportif terhadap pengetahuan dan sikap konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo tahun 2015. Selanjutnya hipotesis diatas diubah dalm bentuk hipotesis statistik atau H0 yang berbunyi : Tidak ada

(62)

pengaruh edukasi suportif terhadap pengetahuan dan sikap konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di BPM Ny. “V”, Sidoarjo tahun 2015.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

1. Berdasarkan lingkup penelitiannya termasuk jenis penelitian inferensial (kuantitatif).

2. Berdasarkan tempat penelitian termasuk penelitian klinik.

3. Berdasarkan waktu pengumpulan data termasuk jenis rancangan cross sectional.

4. Berdasarkan ada tidaknya perlakuan termasuk jenis pre eksperiment,

berupa one group pre-test and post-test design.

5. Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk data observasional. 6. Berdasarkan tujuan penelitian termasuk jenis penelitian analitik

komparatif.

7. Berdasarkan sumber data termasuk jenis data primer.

(63)

Populasi penelitian ini semua ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe pada trimester 2 dan 3 pada bulan Mei sampai Juni di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015, sebanyak 30 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel dalam penilitian ini adalah semua ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di BPM Ny. “V”, Sidoarjo Tahun 2015.

4.2.3 Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang. 4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan tenik total sampling yang digunakan yaitu total populasi.

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 4.3.1 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu variabel terikat/dependent dan variabel tergantung/independent. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap konsumsi Tablet Fe sebelum dilakukan edukasi suportif (Y1) dan pengetahuan dan sikap konsumsi Tablet Fe

sesudah dilakukan edukasi suportif pada Ibu Hamil. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah edukasi suportif (X1).

4.3.2 Definisi operasional

Tabel 4.1 Definisi operasional dari “Pengaruh Edukasi Suportif Terhadap Pengetahuan dan Sikap Konsumsi Tablet Fe (Puskesmas) pada Ibu Hamil di BPM Ny. Vivin Martono, SST, Sidoarjo Tahun 2015”

Variabel Definisi Operasional Parameter Skala Kategori

(64)

Edukasi

(65)

dari total item

4.4 Bahan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan bahan penelitian booklet dalam bentuk penyuluhan dan pemberian motivasi.

4.5 Instrumen Penelitian

Intrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPM Ny. “V”, Sidoarjo. Waktu penelitiannya dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2015.

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengolahan Data

4.7.1 Proses pengumpulan data dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut : 1. Mendapatkan surat rekomendasi dari Program Studi Kebidanan (D4)

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri untuk melakukan penelitian.

(66)

3. Melakukan studi pendahuluan di BPM Ny. “V”, Sidoarjo.

4. Mengambil surat balasan izin melakukan penelitian di BPM Ny. “V”, Sidoarjo.

5. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. 6. Menentukan sampel penelitian.

4.7.2 Tahap pemberian pengetahuan ibu hamil terhadap konsumsi tablet Fe

1. Penyusunan materi konsumsi tablet Fe, dimana konsumsi tablet Fe

diberikan selama 30 menit.

2. Memberikan tes awal (pre-test) untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil sebelum diberikan perlakuan.

3. Memberikan informasi tentang pentingnya konsumsi tablet Fe berupa booklet dalam penyuluhan.

4. Memberikan tes akhir (post-test) untuk mengetahui peningkatan pengetahuan ibu hamil setelah diberikan penyuluhan tentang konsumsi tablet Fe.

4.7.3 Tahap pemberian sikap ibu hamil terhadap konsumsi tablet Fe

1. Memberikan tes awal (pre-test) untuk mengetahui sikap ibu hamil sebelum diberikan perlakuan.

2. Memberikan konseling tentang pentingnya konsumsi tablet Fe yang bersifat individu.

3. Memberikan tes akhir (post-test) untuk mengetahui peningkatan sikap ibu hamil setelah diberikan konseling tentang konsumsi tablet Fe.

4.7.4 Pada penelitian ini prosedur pengolahan data dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Editing

(67)

lengkap maka peneliti harus melengkapi data sesuai dengan keadaan yang ada.

2. Coding

Memberi kode dengan cara menuliskan angka dalam lembar pengumpul data yang akan diproses. Hal ini bertujuan untuk memudahkan tabulasi dan analisis data. Pertama, menuliskan identitas pasien dan kode pada setiap lembar pengumpul data mulai dari nomor urut 1 pada lembar pengumpul data pertama, nomor urut 2 pada lembar pengumpul data berikutnya, begitu seterusnya sampai lembar pengumpul data yang terakhir. Lalu menuliskan kode sebagai berikut :

Data umum : 1. Usia

16-25 tahun : Kode 1

26-35 tahun : Kode 2

36-45 tahun : Kode 3 2. Pendidikan

Dasar : Kode 1

Menengah : Kode 2

Tinggi : Kode 3

3. Pekerjaan

Ibu rumah tangga : Kode 1

Karyawan swasta : Kode 2

Wiraswasta : Kode 3

Pegawai Negeri Sipil (PNS) : Kode 4 4. Paritas

(68)

5 keatas : Kode 3 5. Usia Kehamilan

0 – 12 minggu : Kode 1 13 – 24 minggu : Kode 2

24 – 40 minggu : Kode 3 Data khusus

1. Pengetahuan ibu hamil terhadap konsumsi tablet Fe (Puskesmas)

Kurang : kode 1 Cukup : kode 2 Baik : kode 3

2. Sikap ibu hamil terhadap Konsumsi Tablet Fe (Puskesmas) Tidak Mendukung : Kode 1

Kurang Mendukung : Kode 2

Mendukung : Kode 3

6. scoring

Setelah data lengkap kemudian dilakukan scoring untuk tiap lembar kuesioner. Terdapat 10 soal pada kuisioner pengetahuan dimana setiap pertanyaan memiliki 4 pilihan jawaban. Untuk jawaban benar diberi skor 1 untuk jawaban salah diberi skor 0. Terdapat 11 soal pada kuisioner sikap dimana setiap pertanyaan memiliki 3 pilihan jawaban yaitu “setuju”, “ragu-ragu” dan “tidak setuju”. Untuk jawaban setuju diberi skor 3, untuk jawaban ragu-ragu diberi skor 2, untuk jawaban tidak setuju diberi skor 1.

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia ibu hamil di BPM
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia kehamilan ibu hamil di BPM Ny
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap sebelum
Tabel 5.11 Pengaruh Edukasi Suportif Terhadap Sikap Konsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil di BPM Ny

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap warga yang ada di Perumahan Graha Natura Surabaya mengenai program CSR. “Bakti

OTA Surabaya merupakan salah satu dari empat kota dengan tingkat emisi gas buang yang tinggi menurut data yang dirilis oleh World Health Organization (WHO) pada tahun

Jika dilihat pada gambar 9, urutan dari motif batik banyak yang bergeser, namun posisi empat tertinggi tidak banyak berubah dan masih didominasi oleh motif “Tugu

Intisari — Tujuan makalah ini adalah untuk melakukan fabrikasi sensor kelembaban dari bahan semikonduktor organik dan untuk melihat pengaruh struktur transistor terhadap

Mayoritas anggota Direksi tidak memiliki hubungan Kepengurusan sampai dengan derajat kedua dengan anggota Dekom, Anggota Direksi lain, Pemegang Saham Pengendali atau hubungan

Salah satu upaya pemerintah untuk menanggapi problematika tersebut yaitu dengan melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH). PKH dalam Praktiknya memberlakukan program Family

Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2010:271) jika peluang investasi perusahaan banyak jumlahnya, persentase laba yang dibayarkan perusahaan akan cendrung nol. Di lain