• Tidak ada hasil yang ditemukan

TGS Askep Keluarga Binaan OK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TGS Askep Keluarga Binaan OK"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk di Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yaitu didapatkan karena menderita penyakit lain, disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan Diabetes Mellitus. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Sidabutar, 2009). Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan 50,54% pria dan 49,49 % wanita. Jumlah ini cenderung meningkat tiap tahunnya (Ardiansyah, 2012). Data statistic dari Nasional Health Foundation di Australia memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000 orang Australia (15% penduduk dewasa di Australia) menderita hipertensi. Besarnya penderita di negara barat seperti, Inggris, Selandia Baru, dan Eropa Barat juga tinggi (Maryam, 2008). Di Amerika Serikat 15% ras kulit putih pada usia 18-45 tahun dan 25-30% ras kulit hitam adalah penderita hipertensi (Miswar, 2004). Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 - 14,6%, sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 16-18%. Secara nasional Provinsi Jawa Tengah menempati peringkat ke-tiga setelah Jawa Timur dan Bangka Belitung. Data Riskesdas (2010) juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes, 2010). Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012, kasus tertinggi penyakit tidak menular di Jawa Tengah tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial, yaitu sebanyak 554.771 kasus (67,57%) lebih rendah dibanding tahun 2011 (634.860 kasus/72,13%). Berdasarkan data dari Puskesmas Janti pada bulan Januari tahun 2018 tercatat jumlah

(2)

pasien penderita Hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas janti sebanyak 185 orang, yang terdiri dari 69 penderita berjenis kelamin laki-laki dan 116 penderita perempuan.

Angka kejadian hipertensi ini menunjukkan bahwa penyakit hipertensi menjadi prioritas utama masalah kesehatan yang terjadi di Kecamatan Sukun tersebut. Penyakit hipertensi ini bagi masyarakat sangat penting untuk dicegah dan diobati. Hal ini dikarenakan dapat menjadi pencetus terjadinya stroke yaitu kerusakan pembuluh darah di otak. Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan rutin/saat pasien datang dengan keluhan lain. Dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderitanya. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara rutin dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata (Wolff, 2006).

(3)

melakukan sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Proses untuk menjaga tekanan darah pasien hipertensi tidak hanya dengan perawatan non farmakologi seperti olah raga, namun juga dilakukan dengan cara pengobatan farmakologi. Pengobatan farmakologi diperoleh salah satunya dengan cara melakukan kontrol ke puskesmas. Pengobatan pasien hipertensi lansia di puskesmas yang rutin sesuai jadwal kunjungan, akan mempercepat kondisi tekanan darah pasien hipertensi lansia tetap terjaga dengan normal. Lansia menyatakan hanya merasakan keluhan seperti pusing dan mual. Pasien juga menyatakan bahwa jarang melakukan kontrol ke puskesmas/ klinik terdekat, karena pasien merasa sehat dan tidak merasakan pusing-pusing sehingga tidak melakukan kontrol ke fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil studi awal tersebut menunjukkan bahwa ada berbagai masalah yang menyebabkan pasien hipertensi tidak melaksanakan kontrol darah, diantaranya adalah sebagian besar pasien hipertensi tidak merasakan adanya keluhan, kurangnya pengetahuan pasien hipertensi tentang bahaya penyakit hipertensi itu sendiri, aktiiitas atau kesibukan klien hipertensi sehingga sebagian dari mereka kurang termotivasi untuk melakukan kontrol.

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan umum

Untuk mengenal permasalahan kesehatan keluarga dan memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit hipertensi.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Agar mahasiswa mampu mengenal permasalahan kesehatan keluarga dan dapat memberikan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan penyakit hipertensi.

b. Agar keluarga mampu memodifikasi perilaku yang dapat memperparah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga.

c. Agar keluarga dapat memahami konsep serta penatalaksanaan pada kasus hipertensi dan komplikasinya.

d. Agar keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menangani masalah kesehatan.

(4)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP HIPERTENSI 1. DEFINISI

Hipertensi merupakan penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik di atas tekanan darah normal.Tekanan darah sistolik (angka atas) adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri.Tekanan darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama pada alat pengukur tekanan darah.Tekanan darah distolik (angka bawah) diambil ke ketika tekanan jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali (Sheps,SG 2005)

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg.Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,ginjal dan pembuluh darah,makin tinggi tekanan darah makin besar resikonya (Price 2000).

Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas seseorang.Hipertensi (tekanan darah tinggi) berarti meningkatnya tekanan darah secara tidak wajar dan terus menerus karena rusaknya salah satu atau beberapa faktor yang berperan mempertahankan darah agar tetep normal.Tekanan darah adalah tekanan desakan darah ke dinding pembuluh darah (Jain,2011).

2. ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu : 1. Hipetensi Primer (esensial)

Disebut juga hipertensi idiopatik kerena tidak diketahui penyebabnya Faktor yang mempengaruhinya yaitu :genetik,lingkungan,hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.Faktor-faktor yang meningkatkan resiko yaitu obesitas,merokok,alkohol dan polisitemia.

2. Hipertensi Sekunder

(5)

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :

1) Hipertensi di mana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

2) Hipertensi sistolik terisolasi di mana tekanan darah sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan distolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :

1. Elastisitas pada dinding aorta menurun 2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :

No .

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1. Optimal <120 <80

2. Normal 120-129 80-84

3. High Normal 130-139 85-89

4. Hipertensi

Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109 Grade 3 (berat) 180-209 100-119 Grade 4 (sangat berat) >210 >120

(6)

3. EPIDEMIOLOGI

Hipertensi merupakan masalah global dunia. Data WHO tahun 2000 menunjukan di seluruh dunia,sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk dunia mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.Dari 972 juta pengidap hipertensi 333 juta berada di negara maju dan sisanya 639 sisanya berada di negara berkembang termasuk Indonesia.

Siburian (2004) menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan SKRT (2001) adalah 19,3%. Penyakit ini banyak diderita oleh berumur >40 tahun (28%), pada perempuan (30,7%), pada penduduk yang yang gemuk (36,7%) dan pada perokok (13%). Hipertensi yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan penyakit degeneratif seperti gagal ginjal, gagal jantung dan penyakit pembuluh darah tepi.Hipertensi sering disebut pembunuh yang diam-diam (silent killer), karena penderita hipertensi mengalami kejadian tanpa gejala (asymtomatik) selama beberapa tahun dan kemudian mengalami stroke atau gagal jantung yang fatal (Depkes,2008).

Penderita hipertensi sangat heterogen diderita oleh orang banyak yang datang dari berbagai sub-kelompok berisiko di dalam masyarakat. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor resiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti neurotransmitter, hormon dan genetik, maupun yang bersifat eksogen, seperti rokok, nutrisi,stresor dan lainnya. Hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius,di samping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang,juga karena tingkat keganasan penyakit yang diakibatkan sangat tinggi seperti jantung,stoke,gagal ginjal dan lainnya, juga menimbulkan kecacatan permanen dan kematian yang mendadak. Kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa sangat membebani perekonomian keluarga karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang bahkan seumur hidup.

4. KLASIFIKASI

(7)

tekanan darah sistolik lebih>160 mmHg dan tekanan darah diastolik >100 mmHg (Iskandar, 2004).

Klasifikasi hipertensi menurut WHO

1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg

2) Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg

3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of Hipertension:

1. Diastolik

a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi c. 90 -104 : Hipertensi ringan

d. 105 – 114 : Hipertensi sedang e. >115 : Hipertensi berat 2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)

a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal

b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:

1) Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.

(8)

2) Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

5. PATHOFISIOLOGIS

Syukraini Irza (2009) menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi karena adanya gangguan dalam sistim peredaran darah.Gangguan tersebut dapat berupa gangguan sirkulasi darah,gangguan keseimbangan cairan dalam pembuluh darah atau komponen dalam darah yang tidak normal.gangguan tersebut menyebabkan darah tidak dapat disalurkan ke seluruh tubuh dengan lancar.Untuk itu diperlukan pemompaan yang lebih keras dari jantung.hal ini akan berdampak pada meningkatnya tekanan dalm pembuluh darah atau disebut hipertensi.

Price dan Wilson (2002) menyatakan tekanan darah adalah fungsi berulang dari cardiac output karena adanya resistensi perifeal (resitensi dalam pembuluh darah untuk mengalirkan darah).Diameter pembuluh darah ini sangat mempengaruhi aliran darah.Jika diameter menurun misalnya pada aterosklerosis,resistensi dan tekanan darah meningkat.Jika diameter meningkat misalnya dengan adanya terapi obat vasodilator,resistensi dan tekanan darah menurun.Ada dua mekanisme yang mengontrol homeostatik dari tekanan darah,yaitu :

a. Short term control (sistem saraf simpatik). Mekanisme ini sebagai respon

terhadap penurunan tekanan,system saraf simpatik mensekresikan norepinephrin yang merupakan suatu vasoconstrictor yang akan pada

arteri kecil dan arteriola meningkatkan resistensi peripheral sehingga tekanan darah meningkat.

(9)

Ginjal mengatur tekanan darah dengan cara mengontrol volume cairan ekstraseluler dan mensekresikan renin yang akan mengaktivasi sistem renin dan angiotensin (Rinawang,2011).

Proses terjadinya hipertensi melalui tiga mekanisme,yaitu gangguan keseimbangan natrium,kelenturan atau elasisitas pembuluh darah berkurang (menjadi kaku) dan penyempitan pembuluh darah.Pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukan curah jantung yang meningkat dan diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenikan tekanan darah yang menetap,curah jantung dan tahanan perifer dan atrium kanan mempengaruhi tekanan darah.

PATHWAY HIPERTENSI

9 Faktor predisposisi usia,jenis kelamin,merokok,stress,kurang olahraga,genetic,alkohol,konsentrasi

garam ,obesitas

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

HIPERTENSI Tekanan sistemik

darah

Aliran darah makin cepat ke seluruh tubuh sedangkan nutrisi dalam

sel sudah mencukupi kebutuhan Beban kerja jantung

(10)

6. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : 1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2) Gejala yang lazim

Peubahan srtuktur

Blood flow darah

(11)

Sering dikatakan bahwa gejala tyang paling sering menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya gejala ini yang sering mengenai kebanyakan pasien mencari pertolongan medis.

Beberapa tanda pada pasien yang menderita hipertensi yaitu : a. Mengeluh sakit kepala,pusing

b. Lemas,kelelahan c. Sesak napas d. Gelisah e. Mual f. Muntah g. Epistaksis

h. Kesadaran menurun

7. TATALAKSANA MEDIS

a. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup (Yugiantoro 2006) menyatakan penatalaksanaan non farmakologis yaitu tindakan mengurangi faktor resiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi seperti menurunkan berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol dan mengurangi asam garam, kalsium dan magnesium, sayuran serta olahraga dinamik,seperti lari, berenang, bersepeda, salah satu anjuran yang umumnya sulit dilakukan, anjuran hidup tanpa stress terutama dalam kondisi kehidupan. Terapi non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit lain. b. Penatalaksanaan farmakologis (Yugiantoro 2006) menyatakan bahwa terapi

farmakologis adalah dengan menggunakan obat antihipertensi. Obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi.Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman penanganan hipertensi menyatakan bahwa :

1. Keuntungan pengobatan antihipertensi adalah penurunan tekanan darah. 2. Pengelompokan pasien berdasarkan keperluan pertimbangan khusus yaitu

kelompok indikasi yang memaksa dan keadaan khusus lain.

3. Terapi dimulai secara bertahap dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu,dengan dosis rendah lalu perlahan ditingkatkan dosisnya.

(12)

4. Menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari.

5. Pilihan memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi.

Roslina (2008) menyatakan ada 2 prinsip pengobatan hipertensi yaitu :

1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan pengobatan kausal. Pengobatan hipertensi esensial bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan dapat memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.

2. Upaya menurunkan tekanan darah dapat dicapai dengan menggunakan anti hipertensi dengan pengobatan jangka panjang bahkan seumur hidup

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan Laboratorium

 Hb/Ht :untuk mengkaji hubungan sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,anemia.

 BUN/kreatinin :memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal

 Glucosa :hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

 Urinalisa :darah,protein,glukosa,mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

2. CT Scan :mengkaji adanya tumor cerebral,encelopati

3. EKG :dapat menunjukan pola regangan,dimana luas,peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4. IUP :mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti :batu ginjal, perbaikan ginjal. 5. Foto dada :menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,pembesaran jantung.

(13)

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)

DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

2. KLASIFIKASI

Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)

a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)

Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

b. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

(14)

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.

c. DM tipe lain

Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.

d. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)

Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.

3. ETIOLOGI

1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)  Faktor genetic :

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

 Faktor imunologi :

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

 Faktor lingkungan

(15)

2) Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah: a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun) b. Obesitas

c. Riwayat keluarga d. Kelompok etnik

4. PATOFISOLOGIS

Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam

(16)

urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

(17)

Pelepasan O2

Reaksi Autoimun Idiopatik, Usia, gen, dll

Sel ß pankreas hancur Reaksi Autoimun

Defisiensi Insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein meningkat Liposis meningkat

Fleksibilitas darah merah

Hipoksia perifer

Nyeri

Pembatasan diit Penurunan BB

intake tidak adekuat Resiko nutrisi kurang

Poliuria Defisit vol. cairan

Perfusi jaringan tidak efektif

insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).

PATHWAY DM

DM TIPE I DM TIPE II

(18)

5. MANIFESTASI KLINIS Diabetes Type I

1. Hiperglikemia berpuasa

2. Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia 3. Keletihan & kelemahan

4. Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, bahkan menyebabkan kematian) 2. Diabetes Type II

1. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif

2. Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

3. Gejala umumnya bersifat ringan mencakup keletihan, gampang tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yg sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.

2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.

3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat 4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I

5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.

6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3

7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal

(19)

10.Urine: gula dan aseton positif

11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka.

7. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :

1) Diet

Syarat diet DM hendaknya dapat :

a. Memperbaiki kesehatan umum penderita b. Mengarahkan pada berat badan normal

c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita e. Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah : a. Jumlah sesuai kebutuhan b. Jadwal diet ketat

c. Jenis : boleh dimakan / tidak

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu: a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau

ditambah

b. Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya c. Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :

(20)

1. Kurus (underweight) BBR < 90 % 2. Normal (ideal) BBR 90% - 110% 3. Gemuk (overweight) BBR > 110% 4. Obesitas apabila BBR > 120%

a. Obesitas ringan BBR 120 % - 130% b. Obesitas sedang BBR 130% - 140% c. Obesitas berat BBR 140% - 200% d. Morbid BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :

1. Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari 2. Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari 3. Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari 4. Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari 2) Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :  Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/

2 jam

sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.

 Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore  Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen  Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein

 Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru.

 Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3) Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4) Obat

(21)

 Mekanisme kerja sulfanilurea

Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.

 Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :

1. Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik o Menghambat absorpsi karbohidrat

o Menghambat glukoneogenesis di hati o Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

2. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatDM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapatguan faal hati yang berat

o DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren) o DM dan TBC paru akut

o DM dan koma lain pada DM o DM operasi

o DM patah tulang o DM dan underweight o DM dan penyakit Graves 5) Cangkok pankreas

Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik.

8. KOMPLIKASI

1. Komplikasi Akut

a. Hipoglikemia / Koma Hipoglikemia

Hipoglikemik yakni kadar gula darah yg rendah. Kadar gula darah yg normal 60-100 mg% yg bergantung pada berbagai kondisi. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik yaitu koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yg tak

(22)

diketahui sebabnya sehingga mesti dicurigai sebagai suatu hipoglikemik & merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik kebanyakan disebabkan oleh overdosis insulin. diluar itu dapat juga disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yg berlebih.

b. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNC/ HONK)

HONK yakni kondisi hiperglikemi & hiperosmoliti tanpa timbulnya ketosis. Umumnya konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan hingga mencapai angka 2000, tak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati angka 350 MOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis & fungsi ginjal pada biasanya terganggu di mana BUN berbanding kreatinin lebih dari 30 : 1, Jumlah kadar elektrolit natrium berkisar antara 100 hingga 150 MEq per liter kalium bervariasi.

c. Ketoasidosis Diabetic (KAD)

DM Ketoasidosis yaitu komplikasi akut diabetes mellitus yg ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit & asidosis.

2. Komplikasi kronik

Sebuah komplikasi umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.

a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), dapat mengenai sirkulasi koroner, vaskular serebral & vaskular perifer.

b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), biasanya mengenai mata (retinopati) dan pada ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk dapat memperlambat/menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.

c. Penyakit neuropati, dapat mengenai saraf sensorik-motorik & autonomi serta dapat menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.

d. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

e. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih

9. PENCEGAHAN

Kunci utama pencegahan DM terletak pada tiga titik yang saling berkaitan yaitu: a. Pengendalian berat badan

(23)

c. Makan dengan menu seimbang/ sehat

Dengan menurunkan berat badan antara 5-7% dari total berat badan disertai olahraga 5 hari dalam seminggu selama 30 menit dan makan menu yang sehat mampu mengendalikan terjadinya penyakit DM bagi yang punya riwayat.

Setiap orang mulai berusia 45 tahun, terutama yang berberat badan lebih seharusnya meakukan uji diabetes untuk mengidenifikasi diri terhadap resiko diabetes.

Pencegahan diabetes sepenuhnya meliputi: 1. Pencegahan premordial

Pencegahan ini bagi orang yang sehat untuk berperilaku positif dalam mendukung kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari resiko DM, misalnya tidak merokok, diet yang sehat, dan lain-lain.

2. Promosi kesehatan

Penyuluahan ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat yang beresiko untuk meminimalkan kejadian DM.

3. Pencegahan khusus

Ditujukan kepada kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan pemeriksaan atau upaya sehingga tidak jatuh ke Diabetes Melitus.

4. Diagnoosis awal

Dengan melakukan pemeriksaan gula darah secara dini untuk mendeteksi adanya penyakit DM sejak dini sehingga cepat dilakukan tindakan.

5. Pengobatan yang tepat

Diupayakan bagi kelompok masyarakat yang sudah terkena DM tetapi belum parah agar tidak jatuh dalam DM yang lebih berat/ komplikasinya.

6. Disability limitation

Pembatasan kecacatan yang ditujukan kepada upaya maksimal mengatasi dampak komplikasi DM yang lebih berat.

7. Rehabilitasi

Untuk memperbaiki keadaan yang terjadi akibat komplikasi atau kecacatan yang terjadi karena DM. Upaya rehabilitasi fisik berkaitan dengan akibat lanjutan DM yang menyebabkan adanya amputasi.

(24)

C. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA 1. Pengertian

Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau unit yang terkecil dalam masyarakat, dan biasanya, tetapi tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lain, mereka hidup bersama dalam satu rumah (tempat tinggal) biasanya dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga. (Depkes RI, 2001)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan salng ketergantungan. (Depkes RI, 2003)

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pemangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga dan berinteraksi satu sama laindan didalam peranannya masing-masing menciptakan serta memperhatikan kebudayaan. (SalviclanG. Bailon dan Maglaya)

Kesimpulan dari ketiga pendapat di atas pengertian keluarga adalah : 1. Unit terkecil dari masyarakat

2. Terdiri dari dua orang atau lebih

3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah 4. Hidup dalam satu rumah tangga

5. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga 6. Berinteraksi satu sama lain

7. Setiap anggota keluarga menjalankan perannya masing-masing

a. Struktur Keluarga

Struktur keluarga bermacam-macam diantaranya adalah:

Struktur Keluarga Pengertian

1. patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah

(25)

melalui jalur garis ibu pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami dan istri

b. Ciri-ciri struktur keluarga :

Struktur keluarga oleh Friedman digambarkan sebagai berikut : 1. Terorganisasi

Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga 2. Ada keterbatasan

Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing

3. Ada perbedaan dan kekhususan

Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing c. Bentuk Keluarga

Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :

Bentuk keluarga Pengertian

1. Keluarga Inti (Nuclear family)

Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak 2. Keluarga Besar

(Extended family)

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, paman, bibi, dsb. 3. Keluarga Berantai

(Serial family) Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan inti 4. Keluarga Duda/

Janda (single family)

Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian

5. Keluarga berkomposisi (Composite)

Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama

6. Keluarga Kabitas (Cohabitation)

Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga

(26)

Tipe keluarga di Indonesia umumnya menganut type keluarga besar (extended family) karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat d. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga

1. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah

2. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu

3. Equalilitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah dan ibu

e. Peranan Keluarga

1. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga, kelompok dan masyarakat

2. Peranan Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah, pendidikan, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakatdari lingkungannya

3. Peranan Ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai salah satu kelompok peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung serta sebagai pencari nafkahtambahan dalam keluarganya

4. Peranan Anak

Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

f. Fungsi Keluarga

Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu: Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh keluarga :

1. Fungsi biologis

(27)

- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

- Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi psikologis

- Memberi kasih sayang dan rasa aman

- Memberi perhaian diantara anggota keluarga

- Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga - Memberi identitas keluarga

3. Fungsi Sosial

- Membina sosialisasi pada anak

- Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak

- Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi Ekonomi

- Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

- Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga

- Menabung untuk memenuhi kebutuhan dimasa akan datang misalnya : pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dsb.

5. Fungsi Pendidikan

- Menyekolahkan anak-anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliknya

- Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

- Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya Dari berbagai fungsi di atas ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, yaitu :

a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatankepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tubuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya

b. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak

(28)

c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya

g. Tahap-tahap perkembangan dalam Keluarga

Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvail adalah sebagai berikut :

a. Tahap pembentukan keluarga

Tahap ini dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dalam pembentukan rumah tangga

b. Tahap menjelang Kelahiran anak, tugas keluarga untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan, anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang akan dinantikan c. Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga dapat mengasuh,

mendidik, dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupan sangat bergantung kepada kedua orangtuanya dan kondisinya sangat lemah

d. Tahap menghadapi anak pra-sekolah, pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah muli menanamkan norma-norma sosial budaya

e. Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluarga adalahbagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk memepersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum pada anak f. Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini merupakan tahap yang paling rawan karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas baku dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orangtua dan anak perlu dipelihara dan dikembangkan

(29)

sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga

h. Tahap berdua kembali setelah anak besardan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggalah suami dan istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stres.

i. Tahap masa tua, tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, kedua orangtua mempersiapkan diri untuk kembali dan dekat dengan Tuhannya.

h. Tugas-tugas Keluarga :

Pada dasarnya tugas-tugas keluarga ada 8 tugas Pokok : a. Pemeliharaan fisik keluarga dan anggotanya

b. Pemeliharaan sumber-sumber yang ada dalam keluarga

c. Pembagian tugas masing anggotanya sesuai kedudukan masing-masing

d. Sosialisasi antar anggota keluarga e. Pengaturan jumlah anggota keluarga

f. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakatyang lebih luas g. Membangkitkan semangat anggota keluarga

i. Ciri-ciri Kekeluargaan

- Diikat dalam ikatan perkawinan - Ada hubungan darah

- Ada ikatan batin

- Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya - Ada pengambil keputusan

- Kerjasama diantara anggota keluarga - Komuikasi interaksi antar anggota keluarga - Tinggal dalam satu rumah

j. Ciri-ciri keluarga di Indonesia

a. Suami sebagai pengambil keputusan b. Merupakan suatu keputusan yang utuh c. Berbentuk monogram

d. Bertanggung jawab

(30)

Menurut Friedman (2010) Proses dan strategi koping keluarga berfungsi sebagi proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat. Oleh karena itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung proses yang mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi keluarga yang diperlukan.

3. Keluarga sebagai Klien

Menurut Harmoko (2010) keluarga dijadikan unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling berhubungan masyarakat secara keseluruhan.

1. Alasan keluarga sebagai unitpelayanan

a. Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan sebagai gambaranmanusia

b. Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi dapat pula mencegah masalah kesehatan dan menjadi sumber daya pemecah masalahkesehatan.

c. Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi terhadap individu dalamkeluarga

d. Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu dalamkeluarga

e. Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah

f. Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan mengembangan kesehatan kepadamasyarakat.

2. Siklus penyakit dan kemiskinan dalammasyarakat

(31)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. PENGKAJIAN 1. Data Umum

1. NamaKK : Ny .S 2. UmurKK : 63 tahun

3. Alamat : Jln Kelayatan III Gg Flamboyan No 13 Malang 4. Susunan Anggota Keluarga :

No Nam

a

Umur Sex

(L/P )

Hub Dg KK

Pendidik an

Pekerjaan

1 Ny S 63 th P KK SD IRT

2 Sdr Sd 30 th L Anak SMU Swasta

3 Nn N 24 th P Anak SMP Swasta

(32)

GENOGRAM :

: Pasien : Laki-laki :Perempuan : Meninggal

(33)

5. Tipe Keluarga

Nuclear family (keluarga terdiri dari ibu dan 2 orang anak yang tinggal dalam serumah dalam keluarga mereka )

6. Latar belakang kebudayaan (etnik)

Ny. S dan Alm suaminya merupakan sama-sama berasal dari Malang yaitu tepatnya budaya jawa. Komunikasi dalam keluarga menggunakan Bahasa jawa. Tidak ada kebiasaan khusus mengenai budaya yang berkaitan dengan kesehatan. Budaya jawa yang kental dalam keluarga mereka adalah tentang upacara-upacara yang mengiringi kejadian special misalnya syukuran 7 bulan kehamilan dan “slametan”kematian dan “mudun lemah”. Ny S sering melakukan wisata religi bila ada kegiatan di daerahnya. Ny Spantang dengan makanan yang terlalu panas, dan buah-buahan yang terlalu manis contohnya nangka, kelengkeng, rambutan semenjak terkena DM. Arsitek rumah menggunakan adat jawa. Ny S jarang melakukan pengobatan tradisional contohnya pijat.

7. Identifikasi religius

Ny S dan keluarga besarnya sama-sama beragama Islam, mereka mengatakan melakukan kegiatan ibadah dengan tekun, artinya shalat dan puasa seperti kewajiban orang islam pada umumnya. Setiap subuh, maghrib dan isya Ny S selalu mengikuti solat berjamaah di masjid. Sdr S dan Nn N jarang melakukan shalat di masjid daerah rumahnya karena selalu melakukan di tempat kerja. Ny S rutin mengikuti pengajian bersama ibu-ibu sekitar rumah 2x seminggu yaitu hari jum’at dan senin, serta pengajian bila ada kegiatan bersama warga.

Status kelas sosial Keluarga Sejahtera tahap IKehidupan Ny S sederhana, suaminya dulu merupakan seorang kuli bangunan dan bisa menghidupi istri dan 10 orang anaknya. Rumah merupakan milik pribadi yang sebelumnya didapat dari warisan orang tua Alm suami Ny S. Saat ini perekonomian Ny S didapat dari anak-anaknya yang menyisihkan rezekinya untuk kebutuhan Ny S dipakai keperluan sehari-hari. 8. Mobilitas sosial

(34)

B. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Gerontic family karena dalam keluarga Ny s berusia lebih dari 60 tahun 2. Tahap perkembangan keluarga yang belumterpenuhi

Ny S sebenarnya mempunyai 10 orang anak, tetapi 1 orang meninggal dunia yaitu anak yang ke 4 karena sakit panas dan meninggal pada usia 16 bulan. Jadi sekarang anak Ny S tinggal 9 orang. Sisa 2 orang anak yang belum berumah tangga, harapannya dari Ny S semua anak-anaknya diberikan kesehatan dan sukses dalam kehidupannya, dan Ny S merasa cemas memikirkan kedua anaknya agar segera mendapatkan jodohnya karena melihat usia mereka juga sudah layak untuk berkeluarga.

3. Riwayat keluarga inti

Ny S dan almarhum suami menikah pada tahun 1976, mereka bertemu karena perkenalan sendiri karena lokasi rumah mereka tetanggaan dan setelah serius mereka memutuskan untuk menikah. setahun setelah menikah keluarga dikaruniai anak pertama. Kemudian 1 tahun berikutnya Ny S melahirkan anak keduanya. Keluarga Ny S hidup rukun bersama suami. Pada tahun 1983 Ny S melahirkan anak keempat, dan pada usianya 16 bulan anaknya meninggal dunia, Ny S dan keluarga sangat sedih atas peristiwa ini. Suami Ny S meninggal sudah 10 tahun tepatnya tahun 2008 karena sakit.

4. Riwayat keluarga asal

Orang tua Ny S asli Malang dan keluarga besar Alm suaminya juga dari Malang, sama-sama dari daerah di Kelayatan. Sampai akhirnya mereka menikah memiliki 10 orang anak sisa 9 orang tetap tinggal di Malang tepatnya di daerah kelayatan III.

C. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan 1. Tahap perkembangan keluarga saatini

Gerontic family karena dalam keluarga Ny s berusia lebih dari 60 tahun 2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

(35)

agar segera mendapatkan jodohnya karena melihat usia mereka juga sudah layak untuk berkeluarga.

3. Riwayat keluarga inti

Ny S dan almarhum suami menikah pada tahun 1976, mereka bertemu karena perkenalan sendiri karena lokasi rumah mereka tetanggaan dan setelah serius mereka memutuskan untuk menikah. setahun setelah menikah keluarga dikaruniai anak pertama. Kemudian 1 tahun berikutnya Ny S melahirkan anak keduanya. Keluarga Ny S hidup rukun bersama suami. Pada tahun 1983 Ny S melahirkan anak keempat, dan pada usianya 16 bulan anaknya meninggal dunia, Ny S dan keluarga sangat sedih atas peristiwa ini. Suami Ny S meninggal sudah 10 tahun tepatnya tahun 2008 karena sakit.

4. Riwayat keluarga asal

Orang tua Ny S asli Malang dan keluarga besar Alm suaminya juga dari Malang, sama-sama dari daerah di Kelayatan. Sampai akhirnya mereka menikah memiliki 10 orang anak sisa 9 orang tetap tinggal di Malang tepatnya di daerah kelayatan III.

D. Data Lingkungan

Rumah yang ditempati adalah bangunan permanen yang merupakan milik mertua tua Ny S. Terdapat 3 ruangan , dengan 3 kamar tidur (satu kamar tidur untuk Ny S dan sdr Sd, satu ruang tidur untuk Nn N) , ruang keluarga, kamar mandi, ruang tamu dan dapur sekaligus tempat makan. Penataan ruangan cukup bersih, meskipun tidak ada AC tapi kondisi di dalam rumah sejuk karena ada cukup ventilasi dan halaman rumah yang cukup luas untuk didaerah perkotaan dengan ditanami bunga. Terdapat tenis meja untuk bisa digunakan anak-anak/ cucu disaat senggang ingin berolahraga. Rumah Ny S tanpa keramik namun kondisinya bersih.

(36)

7 6 5

4

8 2

3

1 Denah rumah:

Keterangan:

1.Teras 3,4, 5. Kamar tidur

2.Ruang tamu dan keluarga 6 dapur dan ruang makan 7. Kamar mandi+sumur 8 garasi motor

E. Kondisi lingkungan rumah

Pemukiman sekitar rumah keluarga ny S merupakan daerah perkotaan yang padat penduduk namun tertata rapi lingkungannya. Lebar jalan didepan rumah sekitar 2 meteran sudah di aspal. Sudah terdapat kesadaran warga akan kebersihan, terlihat beberapa tempat sampah di sepanjang jalan. Kondisi lingkungan juga tidak begitu ramai karena bukan jalan raya (masuk ke gang Flamboyan). Kondisi jalan dan transportasi sekitar rumah juga dalam kondisi baik. Kegiatan warga sekitar biasanya adalah pertemuan PKK bagi ibu-ibu dan pengajian serta arisan. Ny S mengatakan sering ikut kegiatan PKK karena hanya dirumah untuk mengisi kegiatan, sedangkan kesibukannya mengurus keperluan anak, biasanya ny S yang pergi ke kegiatan PKK dan pengajianwarga.

F. Struktur Keluarga

Pola dan KomunikasiKeluarga

(37)

Setelah suami Ny S meninggal, Ny S berperan sebagai ibu dan bapak bagi anak-anaknya,kewajiban sebagai KK. Ny S dan anak-anaknya tinggal berdekatan, namun ada juga anaknya yang tinggal di Bali dan Ponorogo namun masih tetap bisa mengunjungi ibunya. Bila ada masalah/selisih pendapat segera diselesaikan melali musyawarah keluarga.

G. Struktur Kekuatan

Keputusan di dalam keluarga selalu diambil dengan musyawarah, yang melibatkan juga Ny S untuk dimintai nasehat. Misalnya dalam hal ketika anak Ny S memutuskan untuk menetap dan tinggal di Bali. Kekuatan dan pengambil keputusan tertinggi tetap dipegang oleh ny S sebagai kepala keluarga, dan tidak ada masalah bagi Ny S karena anak-anak menganggap Ny S sebagai ibu yang baik dan bisa mengayomi keluarga meski seorang janda.

Struktur peran formal

Ny S sebagai kepala keluarga tidak bekerja karena dulu yang bekerja adalah Alm suaminya sebagai buruh Kuli bangunan, Ny S sebagai IRT yang kewajibannya mengurus rumah dan anak-anaknya. Namun setelah suami ny S meninggal kehidupan perekonomian di ambil oleh anak-anak Ny S yang saat itu sudah mulai beranjak dewasa selalu memperhatikan kebutuhan ibunya dirumah. Sdr Sd dan Nn N yang ikut tinggal bersama Ny S juga ikut membantu ibunya. Untuk tugas keluarga Ny S rutin memasak setiap harinya untuk keperluan anak-anak dan untuk kegiatan mencuci baju dan membersihkan rumah anak-anak Ny S yang melakukannya.

Struktur peran informal

Selama ini Ny S berperan sebagai pengasuh bagi cucunya bila anaknya sedang sibuk, dan merawat bila salah satu anggota keluarganya ada yang sakit, Ny S mengatakan hal itu sudah biasa karena dia lebih pengalaman dan disana sebagai yang palingtua

Peran mengasuh anak dilakukan oleh Ny S dilakukan dengan senang, namun Ny S mengatakan bahwa akhir-akhir ini kesehatan Ny Ssedang menurun kemungkinan dari riwayat penyakit yang diderita oleh Ny S.

Nilai-Nilai Keluarga

(38)

keluarga.Keluarga menganggap kesehatan sangatlah penting dan sangat mahal harganya.

H. Fungsi Keluarga 1. Fungsi Afektif

Selama ini tidak pernah ada pertengkaran yang besar antara anggota keluarga, Ny S menyayangi semua anak-anaknya, begitu juga anak-anak sangat menyayangi ibunya sebagai orangtua satu-satunya semenjak ayah mereka meninggal dunia. Pada saat kunjungan, Ny Sberada sendirian dirumah karena Sdr Sd dan Nn N sedang bekerja, dan mereka baru ada dirumah pada petang hari. Prinsip hidup yang dipegang Ny s adalah saling menghargai, mendukung dan mengingatkan. Misal saat Ny S sakit, maka semua anak-anaknya datang untuk menjenguk orangtua.

2. Fungsi Reproduksi

Ny S merupakan single parents semenjak suaminya meninggal sekitar tahun 2008 dan membesarkan anak-anaknya seorang diri. Pasien seorang wanita dan mempunyai 10 orang anak, terdiri dari 5 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan.

3. Fungsi Sosialisasi

Keluarga menanamkan nilai-nilai baik kepada anak mereka dalam bersosialisasi, ketika perawat datang, Ny S sangat menyambut kedatangan Perawat dan mempersilahkan duduk.

Hubungan dengan tetangga dan keluarga juga terbina dengan baik. 4. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga Ny S memahami mengenai makanan yang sehat, meskipun perekonomian tidak berlebihan Ny S mengusahakan ada sayur dan lauk setiap hari untuk menjaga kesehatan,saat anak-anak masih kecil dapat membuat makanan sendiri, sehingga tidak membiasakan anak mereka jajan di luar rumah. Semua anak-anak Ny S selalu diberikan ASI secara eksklusif karena Ny S termasuk IRT yang sehari-hari bekerja dirumah mengurus anak-anak.

(39)

anak-anak masih balita, bila keluarga sakit mereka selalu pergi memeriksakan diri ke puskesmas atau ke dokter. Saat ini Ny S menderita Hipertensi sejak lima tahun yang lalu dan diabetes mellitus sejak satu tahun yang lalu. Pemeriksaan kesehatan jarang dilakukan dengan alasan tidak ada yang mengantar ke fasilitas layanan kesehatan. Jadi obat yang diminum juga tidak teratur, saat ada bisa minum obat, tetapi bila habis menungu kontrol tidak mesti waktunya. Ny S sangat menjaga makanan menghindari makanan asin dan tidak makan gula yang terlalu manis sehubungan dengan hipertensi dan kencing manis yang diderita. Ny S jarang melakukan pijat karena tidak terbiasa dengan dipijat. Kebiasaan olahraga dilakukan di rumah oleh pasien sendiri.

Keluarga tidak memiliki tabungan untuk pembiayaan pengobatan, dan kedua anaknya juga tidak mempunyai kartu bpjs.

I. Stress dan Koping Keluarga 1. Stressor

Stressor yang dialami keluarga saat ini adalahmemikirka kesehatan yang sedang diderita Ny S dan tentang kedua anaknya yang belum menikah padahal usianya dibilang sudah matang. Ketegangan dalam pernikahan dengan suaminya dulunya jarang terjadi, semua bisa diselesaikan dengan musyawarah.

2. Kekuatan apa yang menyeimbangkanstressor

Ny S bersyukur tinggal berdekatan dengan anak-anaknya. Namun ada juga 3 anaknya yang tinggal diluar kota jauh dari pasien tepatnya di Bali dan Ponorogo. Ny S terkadang juga mencemaskan keadaan mereka karena sulit dipantau. Melihat kondisi Ny S yang sudah tua dan tidak kuat lagi ingin selalu berada didekat anak-anak dan cucu. Musyawarah adalah jalan yang diambil apabila ada masalah keluarga yang harus segera diselesaikan. Pasien juga selalu mendekatkan diri dengan Tuhan dengan rajin beribadah.

3. Sejauh mana keluarga menggunakan kopingeksternal

(40)

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada anggota keluarga :

Ny S Sdr Sd Nn N

Keadaan umum : Kesadaran CM, pemeriksaan fisik :

TD = 130/70 mmHg

Nadi = 82 x/mnt RR = 24 x/mnt

Klien selalu tergantung dengan kacamata plus (presbiopi) 3,5

Keadaan umum : Kesadaran CM, tampak lelah karen apulang bekerja

Pemeriksaan fisik : TD = 110/70 mmHg Nadi = 94x/mnt

RR = 18 x/mnt Tb 160cm BB 59 kg

Keadaan umum : kesadaran baik, CM

Pemeriksaan fisik : T 100/70 mmHg N 80x/mnt RR 20x/mnt

TB = 154 cm BB = 52 kg

(41)

No .

DATA SUBYEKTIF DATA OYEKTIF ETIOLOGI MASALAH

1. DS :

- Klien mengatakan jarang kontrol dan tidak rutin minum obat, sering makan gorengan

- Klien mengatakan berobat jika ada kambuh atau saat

ada yang

mengantarnya ke dokter Puskesmas Janti, karena anak – anak

-Riwayat DM 1 th yll -obat tidak rutin

(42)

kekhawatiran

- Gangguan pada perhatian

-Kontak mata yang kurang

SKALA PRIORITAS

MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa keperawatan keluarga :

1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan konflik pengambilan keputusan

N O

KRITERIA PERITUNGAN SCORE PEMBENARAN

1 Sifat masalah tidak /ancaman kesehatan

2/3 x 1 2/3 Klien seharusnya sebelum obat habis harus kontrol

2 Kemungkinan masalah dapat diubah

sebagian

2/2 x 2 2

Dengan kontrol rutin, kekambuhan dapat dicegah

3 Potensial masalah untuk dicegah cukup

2/3 x 1 2/3

Klien diperlukan kontrol dan minum obat teratur

4 Menonjolnya masalah-masalah berat harus segera ditangani

2/2 x 1 1 Jangan menungggu obat habis baru kontrol, tetapi sebelum obat habis sudah disiapkan

Jumlah 4,33

2. Ansietas berhubungan dengan Kebutuhan yang belum terpenuhi N

O

(43)

1 Sifat masalah tidak /ancaman kesehatan

2/3 x 1

2/3

Masalah ini tidak harus dipikirkan terlalu kuat

2 Kemungkinan masalah dapat diubah

sebagian

½ x 2 1 Bila sudah menemukan jodoh bagi anaknya

3 Potensial masalah untuk dicegah cukup

2/3 x 1 2/3

Mendoakan yang terbaik jodoh bagi anaknya

4 Menonjolnya masalah-masalah berat harus segera ditangani

½ x 1 1/2

Orangtua jangan terlalu cemas dengan hal ini

Jumlah 2,84

RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA BERDASARKAN SCORING 1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan konflik

pengambilan keputusan

(44)

Rencana Keperawatan

Nama Kepala Keluarga : Ny. S Tanggal : 30 April 2018

Alamat : Jln Kelayatan III Gg Flamboyan No 13 Malang

No Diagnosa NOC Kriteria Evaluasi NIC

1 Ketidakefektifan

Pengetahuan : manajemen penyakit kronik

Knowledge : Disease Process

Indikator Awal 1 2 3 4 5

Pengertian HT 3 tahu sebagian

 Jelaskan mengenai proses penyakit  Jelaskan tanda dan

gejala umum

 Jelaskan patofisiologi penyakit

 Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada

(45)

Noc

1. Partisipasi keluarga dalam perawatan profesional

Bekerja sama dalam dalam penentuakan perawatan

Berpartisipasi dalam tujuan bersama

manajeman penyakit kronis

 Strategi untuk berhenti merokok  Pilihan pengobatan

yang tersedia  Pentingnya

kepatuhan terhadap regimen obat Aktivitas fisik 3 tahu

sebagian

Tahu seluruhnya Kontrol rutin 3 tahu

sebagian

 Diskusikan pilihan terapi

 Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang

(46)

alternatif ( pilihan )

Pengetahuan : manajemen penyakit kronik

 Penggunaan yang benar dari obat yang

diresepkan

 Diet yang dianjurkan  Tindakan tindakan yang

perlu dilakukan pada saat keadaan darurat  Strategi mengatasi efek

samping

 Efek samping obat  Efek terapeutik obat  Imunisasi yang

direkomendasikan

NOC :

Family partisipation in professional care

Indikator Awal 1 2 3 4 5

 Instruksikan pasien mengenai tindakan untuk mencegah /meminimalkan efek samping penangan dari penyakit

 Edukasi pasien mengenai tindakan untuk mencegah/ meminimalkan gejala Peningkatan keterlibatan keluarga

(47)

Tuk 4

 Anggpota keluarga mengungkapkan keinginan untuk mendukung anggota keluarga yang sakit  Anggota keluarga

mempertahankan komunikasi dengan anggota keluarga yang sakit

 Anggota keluarga

NOC : untuk terlibat dalam perawatan

 Identifikasi defisit perawatan diri pasien  Tentukan sumber daya

fisik, emosinal dan edukasidari pemberi

 Beri ketenangan terkait kondisi pasien

Peningkatan integritas keluarga

(48)

memberi dorongan kepada anggota keluarga yang sakit Ikilim sosial keluarga

 Menetapakan aturan keluarga

 Menetapkan rutinitas keluarga

 Menjaga kebersihan rumah berbagi perasaan dengan satu sama lain

Tuk 5 :

Menggunakan fasilitas kesehatan

Noc

Pengetahuan : manajemen penyakit kronik

 Tes laboratorium yang dibutuhkan

 Tahu kapan untuk

Beritahu keluarga bahwa boleh menggunakan ekspresi kasih sayang

Tuk 5 Nic

Pengajaran proses penyakit

 Berikan informasi mengenai

(49)

mendapatkan bantuan dari seseorang

profesional kesehatan

NOC :

Heath Promotion

Indikator Awal Target Akhir

Mendiskusikan rencana regimen terapeutik dengan tenaga kesehatan

3 5 3

Melaporkan perubahan status kesehatan ke tenaga kesehatan

3 5 3

 Rujuk pasien pada kelompok pendukung Peningkatan keterlibatan keluarga

 Dorong anggota keluarga untuk

bersikap asertif dalam berinteraksi dengan pemberi layanan kesehatan profesional  Dorong perawatan

oleh anggota keluarga selama perawatan.

Referensi

Dokumen terkait

presipitasi , menggunakan larutan ammonium sulfat 90% dengan menimbang 30 g ammonium sulfat yang di larutkan dalam aquades 50 ml.. Pelet di

Official asessment system merupakan suatu system dimana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oelah wajib pajak dihitung dan ditetapkan atau aparat pajak. Maka

Sudirman (Pintu Tol Serang Timur) No. Pangeran Diponegoro No. Otto Iskandardinata No.. 307 Sukabumi Jawa Barat Hermina Sukabumi, RS Jl. Oen Solo Baru, RS Komp. Perumahan Solo

Bentuk ekor simetris.bagian atas sama dengan bagian bawahdan disokong oleh jari- jari sirip ekor.Dua ruas terakhir tulang punggung mengalami perubahan bentuk dan terdapat beberapa

hepatitis virus pada anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Effector and memory T-cell differentiation: implications for vaccine development. Recent updates in hepatitis

Pelaksanaan Kegiatan kunjungan industri diharapkan membuat mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor ikut serta dalam membangun kualitas sumber daya manusia, selain itu

Sehingga seperti apa yang kita lihat sekarang banyak para ahli falak yang membuat sebuah forum atau kelompok untuk mengadakan proyek pembetulan arah kiblat, dan pada

“Suatu benda yang tercelup dalam zat cair baik sebagian ataupun seluruhnya, akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan” merupakan isi