PENDAHULUAN A. Latar belakang
Salah satu keunikan yang ditemukan dalam Al-Qur’an, terletak pada segi metode pengajaran dan penyampaian pesan-pesannya ke dalam jiwa manusia. Metode penyampaian pesan-pesan tersebut adalah metode yang paling singkat, mudah dan jelas. Dalam pada itu, metode pengajaran Al-Qur’an bermacam-macam pula, satu di antaranya adalah metode penyampaian melalui ungkapan matsal terhadap hal-hal yang bersifat sangat mendasar dan bersifat abstrak.
Hal-hal abstrak tersebut diungkapkan melalui perumpamaan yang
bersifat konkret. Metode ini dimaksudkan menjelaskan dan menegaskan makna pesan yang terkandung di dalamnya.
Dengan menggunakan perumpamaan berbentuk konkret tersebut, para pendengar dan pembaca Al-Qur’an akan merasakan seolah-olah pesan yang disampaikan Al-Qur’an itu terlihat secara langsung.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Amtsal dalam Al-Qur’an?
2. Apa saja macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an? 3. Apa unsur-unsur Amtsal?
PEMBAHASAN A. Pengertian Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl, dan matsil
serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafadz maupun maknanya.1 Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari mitsl dan matsal yang berarti serupa atau sama, dapat juga berarti contoh, teladan, peribahasa atau cerita perumpamaan.2
Secara terminologi, matsal sebagai istilah dalam ilmu sastra yang berarti suatu ungkapan perkataan yang dihikayatkan dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang
karenanya perkataan itu diucapkan. Maksudnya, menyerupakan sesuatu, seseorang atau keadaan dengan apa yang terkandung dalam perkataan itu.3
Makna amtsal secara terminologi dapat ditemukan dalam berbagai pendapat ulama berikut.4
Menurut Ibnu Qayyim, sebagaimana dikutip oleh Manna’ al-Qattan,
amtsal ialah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal
hukumnya, mendekatkan sesuatu yang bersifat abstrak dengan yang bersifat indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua hal yang indrawi atas yang lain, dengan menganggap yang satu sebagai yang lain.
Menurut as-Suyuthi dalam al-Itqan, amtsal ialah mendeskripsikan makna yang abstrak dengan gambaran yang konkret karena lebih mengesan di dalam hati, seperti menyerupakan yang samar dengan yang tampak, yang ghaib dengan yang hadir.5
Kata matsal juga di gunakan untuk menunjukkan arti keadaan dan kisah yang menakjubkan. Dengan pengertian ini kata matsal ditafsirkan dalam banyak Al-Qur’an. Misalnya firman Alloh:
1Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an; penerjemah: H. Aunur Rofiq El-Mazni,
Lc. Muhammad Ihsan, ed. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), hlm. 353.
2 Al-Munjid fi al-Lughah wa al `Alam (Beirut: Dar al-Masyriq, 1973), hlm. 747.
3Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an, (Riyad: Mansyurat al-Asr al-Hadits, 1973), hlm.
282.
4 Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah M. Quraish Shihab: Kajian Atas Amtsal Al-Qur’an, (Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR, 2012), hlm. 40.
5
سا رْيغ ام ْنم اه ْن اهيف قَت
ْا ع تَلا َنج
ْ
لا لثم
ْ
َ ل ْمخ ْنم اه ْن مْعط ْرَيغتي ْ ل بل ْنم اه ْن ن
ه ْنمك ْ ه ب ْنم فْغم ا مَثلا لك ْنم اهيف ْ هل ى ًفصم لسع ْنم اه ْن يب ا َشلل
قس اَنلا يف لاخ
ا
ميمح ام
ْ ه اع ْم عَطقف ا
.
“Perumpamaan surga yang di janjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang di dalamnya terdapat sungai-sungai dan air yang tiada berubah rasa dan
baunya, sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya,
sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan
sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala
macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang
yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air ya ng mendidih
sehingga memotong-motong ususnya.”6
Ayat tersebut menggambarkan keadaan dan sifat surga yang sangat mengagumkan.7
B. Macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an
Di kalangan para ulama terdapat perbedaan tentang macam-macam
amtsal Al-Qur’an, adanya perbedaan tersebut disebabkan banyak dan
beragamnya amtsal dalam al-Qur’an.8
Manna’ Khalil al-Qattan membagi amtsal Al-Qur’an menjadi tiga macam,9 yaitu: Amtsal Musharrahah, Amtsal Kaminah dan AmtsalMursalah. Dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Amtsal Musharrahah, maksudnya sesuatu yang dijelaskan dengan lafadz
matsal atau dengan sesuatu yang menunjukkan tasybih (penyerupaan).
Amtsal ini seperti banyak ditemukan dalam Al-Qur’an, dan berikut ini
beberapa di antaranya : a. Tentang orang munafik:
6QS. Muhammad (47): 15.
7Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits, hlm. 282.
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Alloh menghilangkan
cahaya yang menyinari mereka dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka
tidaklah mereka akan kembali ke jalan yang benar. Atau seperti yang
ditimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan
kilat...sampai dengan-Sesungguhnya Alloh berkuasa atas segala sesuatu.”10
Di dalam ayat ini Alloh membuat dua perumpamaan bagi orang munafiq; matsal yang berkenaan dengan api dalam firman-Nya,”adalah seperti orang yang menyalakan api,,,” karena di dalam api terdapat unsur cahaya. Matsal yang lain adalah berkenaan dengan air,”atau
seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit....” karena
di dalam air terdapat materi kehidupan. Dan wahyu yang turun dari langit pun bermaksud untuk menerangi hati dan menghidupkannya. Alloh juga menyebutkan kondisi orang munafiq dalam dua keadaan. Di satu sisi mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk penerangan dan kemanfaatan. Dalam hal ini mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab masuk Islam. Namun keislaman mereka tidak memberi pengaruh terhadap hati mereka karena Alloh menghilangkan cahaya yang ada dalam api itu, “Alloh menghilangkan cahaya yang
menyinari mereka.” Kemudian membiarkan unsur api “membakar”
yang ada padanya. Inilah perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api.
Adapun dalam matsal air, Alloh menyerupakan mereka dengan
keadaan orang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh dan kilat, kekuatannya terkuras habis. Lalu ia menyumbat telinga dengan
jari-jemarinya, sambil memejamkan mata karena takut petir menimpanya. Gambaran ini laksana Al-Qur’an dengan peringatan, perintah, larangan dan khithabnya bagi mereka seperti petir yang turun menyambar.
b. Alloh juga menyebutkan dua matsal air dan api, untuk menggambarkan yang hak dan yang batil.
“Alloh telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih
yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api
untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti
buih arus itu. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan bagi yang
benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu
yang tidak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada
manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Alloh membuat
perumpamaan-perumpamaan.”11
2. Amtsal Kaminah, yaitu yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas
lafadz tamtsil, tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam redaksinya singkat padat, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contohnya:
a. Ayat-ayat yang senada dengan suatu ungkapan “Sebaik-baik perkara adalah yang tidak berlebihan, adil dan seimbang.”Yaitu:
1) Firman Alloh tentang sapi betina: “Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan di antara itu...” (Al-Baqarah: 68)
2) Firman Alloh tentang nafkah: “Dan mereka yang apabila
membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak
pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) seimbang.” (Al-Furqan: 67)
3) Firman Alloh mengenai shalat: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (Al-Isra: 110)
4) Firman Alloh mengenai infaq: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan pula terlalu
mengulurkannya.” (Al-Isra: 29)
b. Ayat yang senada dengan ungkapan “orang yang mendengar itu tidak sama dengan yang menyaksikannya sendiri.” Misalnya firman Alloh tentang Ibrahim:”Alloh berfirman:Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab:”Saya telah percaya,akan tetapi agar bertambah tetap hati saya.”12
c. Ayat yang senada dengan ungkapan “seperti yang telah kamu lakukan,
maka seperti itu kamu akan dibalas.”
d. Ayat yang senada dengan ungkapan “orang mukmin tidak akan masuk
dua kali lubang yang sama.”
3. Amtsal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan
lafadz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat itu berlaku sebagai matsal. Seperti:
a. “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu.”(QS. Yusuf: 51)
b. “Tidak ada yang akan bisa menyatakan terjadinya hari itu selain dari
Alloh.”(QS. An-Najm: 58)
c. “Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya
(kepadaku).”(QS. Yusuf: 41)
d. “Bukankah shubuh itu sudah dekat?”(QS. Hud: 81)
e. “Tiap-tiap khabar berita mempunyai masa yang menentukannya (yang
membuktikan benarnya atau dustanya); dan kamu akan
mengetahuinya.”(QS. Al-An’am: 67)
f. “Dan rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri.”(QS. Fathir: 43)
g. “Katakanlah;’Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.”(QS. Al-Isra’: 84)
h. “Boleh kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu.” (QS.
Al-Baqarah: 216)
i. “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”
(QS. Al-Mudatstsir: 38)
j. “Adakah balasan kebaikan selain dari kebaikan (pula)?” (QS. Ar-Rahman: 60)
k. “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi
mereka (masing-masing)”(QS. Al-Mukminun: 53)
l. “Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.”(QS. Al-Hajj: 73)
m. “Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang
bekerja.”(QS. Ash-Shaffat: 61)
n. “Tidak sama yang buruk dengan yang baik.”(QS. Al-Maidah: 100)
o. “Betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Alloh.”(QS. Al-Baqarah: 249)
p. “Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah.”
(QS. Al-Hasyr: 14)
Muhammad Jabir al-Fayad mengatakan bahwa secara garis besar ada dua macam matsal, yaitu:13
1. Al-Amtsal azh-Zhahirah, yaitu matsal yang secara eksplisit menggunakan kata
matsal, baik dalam bentuk tasybih maupun muqaranah,baik dalam ungkapan
yang ringkas dan pendek maupun dalam bentuk uraian cerita yang panjang.
2. Al-Amtsal Al-Kaminah. Matsal ini sebenarnya hampir sama dengan Al-Amtsal
azh-Zhahirah, hanya saja tidak secara eksplisit mencantumkan kata matsal.
Dengan pengertian ini, maka semua kisah dalam Al-Qur’an dapat dipandang sebagai Amtsal Kaminah.
C. Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an
Adapun unsur-unsurnya menurut balaghah adalah sebagai berikut:14 1. Harus ada musyabbah (yang diserupakan) yaitu, sesuatu yang akan
diserupakan atau diumpamakan.
2. Harus ada musyabbahbih (asal penyerupaan) yaitu, sesuatu yang dijadikan sebagai tempat untuk menyerupakan.
3. Harus ada wajhuasy-Syabah (segi persamaan) yaitu, arah persamaan antara kedua hal yang diserupakan tersebut.
13
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah M. Quraish shihab: Kajian Atas Amtsal Al-Qur’an, hlm. 43.
4. Harus ada adat at-tasybih (kata yang digunakan untuk menyerupakan) misalnya huruf kaf.
Contohnya:
ْ
نس لك يف لبانس عْبس ْتتبْن َبح لثمك ه لْيبس يف ْ هلا ْم ْ قفْني نْي َلا لثم
َبح ئام لب
ه
ْيلع عسا ه شي ْنْ فعاضي
.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia -Nya) lagi Maha
Mengetahui.”15
Wajhu Syabah yang terdapat pada ayat ini adalah pertumbuhan yang berlipat-lipat. Tasybihnya adalah kata matsal. Musyabahnya adalah infaq atau shodaqoh dijalan Allah, sedangkan musyabbahbihnya adalah benih.
D. Ciri-ciri Spesifik Amtsal dalam Al-Qur’an
Samih Atif Az-Zain mengemukakan bahwa amtsal Al-Qur’an memilki ciri-ciri spesifik yang menonjol,16 yaitu:
1. Amtsal Al-Qur’an kadang-kadang bersifat haqiqi (menggambarkan
fakta yang sebenarnya), dan kadang-kadang bersifat fardhi (ilustratif). Contohnya:
ك
م
ْن
َم
ث ل
ف
ظ ي
ل
م
ا
ب
17
ك
لا
ك
ي
ْض
ب
ه
ل
َنل
ا
ا
ْم
ث ل
ه
ْب
18
Sementara amtsal yang fardhi biasanya diungkapkan dalam bentuk tasybih (penyerupaan). Contohnya:
15 QS. Al-Baqarah (2): 261.
16Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah M. Quraish shihab: Kajian Atas Amtsal Al-Qur’an, hlm. 45. 17 QS. Al-An’am (6): 122.
م
3. Amtsal Al-Qur’an memiliki dua ciri atau aspek, yaitu yang tersurat
dan yang tersirat.
Matsal yang tersurat adalah matsal yang jelas eksplisit dengan kata
matsal, contohnya: kata matsal. Contohnya:
ل
ayatnya telah “berlaku di masyarakat sebagai peribahasa yang telah
di kenal, seperti firman Alloh:
ْ
5. Spesifikasi lainnya ialah amtsal Al-Qur’an bersifat muthlaqah, dengan pengertian bersifat menyeluruh dan tidak hanya bersifat parsial atau sebagian. Contohnya:
ْضا
E. Urgensi Amtsal dalam Al-Qur’an
1. Menampilkan sesuatu yang rasional dalam bentuk konkrit yang dapat dirasakan indra manusia, sehingga akal mudah menerimanya.28 Sebab pengertian-pengertian abstrak tidak akan tertanam dalam benak kecuali jika ia dituangkan dalam bentuk indrawi yang dekat dengan pemahaman. Misalnya Alloh membuat perumpamaan bagi keadaan orang yang
menafkahkan hartanya secara riya’ bahwa ia tidak akan mendapatkan pahala
sedikit pun dari perbuatannya itu.
اَنلا ائ لام قفْني َلاك
لا ن
ْ
ْاب ْ كَاق ص ا لطْبَ ل ا نما ني َلا اه ي اي
ْ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih
(tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka
usahakan…”29
2. Mengungkapkan hakekat-hakekat sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu yang tampak.
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seper ti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila , keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”30
3. Menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan yang padat.
4. Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai dengan isi
matsal, jika ia merupakan sesuatu yang disenangi jiwa.
لب
نس لك يف لبانس عْبس ْتتبْن َبح لثمك ََا ليبس يف ْ هلا ْم قفْني ني َلا لثم
ْ
َبح ئام
ََا
يلع عسا ََا اشي ْنْ فعاضي
.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
butir, pada tiap-tiap butir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”31
5. Menjauhkan dan menghindarkan, jika isi matsal berupa sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya tentang larangan bergunjing.
يخ ْحل لك
أي ْ ْ ك ح حي اضْعب ْ كضْعب ْ تْغي ل
ْ
ه مت ْه كف اتْيم
…
(
يلا
ب)
“…Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya….”32
6. Untuk memuji orang yang diberi matsal.
ت ْساف لْغت ْساف ه ف هأ
طش ْخ ْ ك ليجْن
ْ
ْا يف ْ هلثم ا ْ َتلا يف ْ هلثم كل
ْ
ي ق س لع
ج ْْ
ا َفك
لا هب يغيل ا َ لا
ْ
…
(
يلا
ب)
“…Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min)…”33
7. Untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh banyak orang.
ها ه عبََا ْ
لا لإ ل ْخ َنكل اهب هانْعف ل انْئش ْ ل
ْ
ْكرْتَ ْ ْ ه
لي ْيلع ْلم ْحَ ْ إ
ْ
لك
ْ
لا لثمك لثمف
ْ
انَاي ب ا ب َ ك ني َلا م ْ ق
لا لثم كل ْ ه
ْ
لي
ْ
…
(
يلا
ب)
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang
rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian
itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami…”34
8. Amtsal lebih berbekas dalam jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat,
lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati.
هَلعل لثم لك ْنم ا ْ ق
لا ا ه يف اَنلل انْب ض ْ قل
ْ
َك تي ْ
ب
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam
perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.”35
PENUTUP Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa:
Amtsal Al-Qur’an adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk
yang indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun
majazmursal (ungkapan bebas).
Amtsal Al-Qur’an lebih mampu dinalar karena hal-hal yang masih abstrak
diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati.
Dari ciri-ciri spesifik sebagaimana dikemukakan di atas, terlihat bahwa makna
amtsal Al-Qur’an demikian luas, yang dapat memunculkan berbagai pemahaman yang
tak terbatas. Inilah yang menyebabkan amtsal Al-Qur’an menjadi kaidah dari berbagai prinsip kebenaran. Seperti firman Alloh:
ل
ق
ْ
ض
ْب
ن
ل ا
َنل
ا
ف
ه ي
ْ
ا ا
قل
ْ
م
ْن
ك
ل
م
ث
ل
ل
ع
َل ه
ْ ي
ت
َك
ْ
ب
Macam-macam amtsal Al-Qur’an adalah amtsal yang jelas dengan menggunakan lafazh mitslu atau sesamanya, amtsal yang terselubung tanpa menggunakan lafazh mitslu dan amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa ada adat tasybih.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Munjid fi al-Lughah wa al `Alam. Beirut: Dar al-Masyriq, 1973.
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Mabahitsfi‘Ulumal-Qur’an.Riyad: Mansyurat al-Asr al- Hadits, 1973.
Al-Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.
As-Suyuthi, Jalal ad-Din, al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, 1951.
Az-Zain, Samih Atif. Mu’jam al-Amtsal fi Al-Qur’an al-Karim. Libanon: Dar al-Kitab al-Lubnani, 2000.
Dahlan, Abd. Rahman. Kaidah-Kaidah Tafsir. Jakarta: AMZAH, 2010.
Masduki, Mahfudz. Tafsir Al-Mishbah M. Quraish Shihab: Kajian Atas Amtsal