Peracangan Kota “Teori Fungsionalisme”
Fungsionalisme memiliki sejarah yang panjang dan memiliki outline yang paling komperhensif asalnya dari bauhouse dan teori le Corbusier. Fungsionalisme memandang kota sebagai kumpulan fungsi fungsi yang dapat ditampung: tempat tinggal, pekerjaan, rekreasi, dan system lalu lintas yang melayani penduduknya. Dalam masa awal fungsionalisme. Kota di kenali seperti sebuah mesin pada pemikiran tahun ahun setelahnya kota dikenali sebagai organisme kompleks dan sebagai jaringan atau konstelasi pusat-pusat komunitas terkait dan dikendalikan oleh pusat kota.
Teori Kota fungsionalis itu “adil” tidak mendukung maupun tidak mengabaikan komunitas social semua orang dapat menikmati sinar matahari yang cukup, udara yang bersih, dan akses ruang yang terbuka. Teori fungsionalis menganggap tempat tinggal, tempat kerja, dan tempat rekreasi sebagai elemen diskrit. Kegiatan seharusnya tidak bercampur maka zonasi merupakan elemen kunci kota fungsionalis karena dalam lingkungan yang di zonasi kegiatan dapat di lakukan dengan sedikit atau bahkan tanpa gangguan dari kegiatan lain. Dalam perencanaan kota fungsionalis mengatur dalam hubungan fungsional dalam rencana 2 dimensi lebih diutamakan dari pada mengatur hubungan lainnya.
Skema fungsionalis sangat bergantung pada gambar rencana, berbeda dengan sistemik, formalis, dan humanis. Meskipun teori fungsionalis menitik beratkan pada pemisahan kegiatan dalam 1 point pusat kota harus bercampur/berbaur. Tujuan ideal dari pusat kota adalah untuk memungkinkan orang bertemu satu sama lain untuk bertukar pikiran. oleh sebab itu opusat kota harus menarik bagi semua jenis orang pada wilayah yang dilayaninya –tempat pertemuan, spontanitas, aktivitas terorganisir, dan tempat berlindung-. Singkatnya pusat kota harus menimbulkan kesadaran “sipil”.
Pendekatan fungsionalis dalam urban design
1. Para penganut pendekatan ini melihat ruang perkotaan atau kawasan sebagai suatu kesatuan unit fungsi, misal : fungsi komersial, hunian, pariwisata, dsb
2. Perubahan ruang harus terjadi secara harmonis yang dapat dicapai melalui penciptaan ruang-ruang komunikasi antar unit-unti fungsi
Fungsi dalam rancang kota menekankan manusia sebagai subyek dan juga pengguna dari lingkungan. Sebuah kota yang fungsional memiliki jiwa yang menimbulkan keterikatan hubungan emosional antar manusia dan lingkungan serta manusia lainnya. Sehingga muncul dorongan interaksi di dalamnya. Jiwa pada suatu tempat ini sering kita kenal dengan istilah genius loci, meyakini bahwa sebuah lingkungan fisik memiliki sifat atau karakter bawaan yang unik. Hal ini kerap kali kita jumpai pada ruang publik yang memberi makna pada interaksi sosial yang terjadi disana.
Pendekatan fungsionalis dalam urban design
1. Para penganut pendekatan ini melihat ruang perkotaan atau kawasan sebagia suatu kesatuan unit fungsi, misal : fungsi komersial, hunian, pariwisata, dsb
2. Perubahan ruang harus terjadi secara harmonis yang dapat dicapai melalui penciptaan ruang-ruang komunikasi antar unit-unti fungsi
3. Pendekatan ini sangat sensitif dan akomodatif terhadap intervensi nilai-nilai baru dan nilai-nilai yang akan berlaku di masa depan