• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan ke 4 PPh Orang Pribadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertemuan ke 4 PPh Orang Pribadi"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PAJAK PENGHASILAN

ORANG PRIBADI

(2)

DASAR HUKUM

(3)

ARAH DAN TUJUAN

PENYEMPURNAAN UU PPH

lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak;

lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak;

lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan;

lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi, dan

transparansi;

lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka

meningkatkan daya saing dalam menarik investasi

langsung di Indonesia baik penanaman modal asing

(4)

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

[ Pasal 1 ]

Pajak yang dikenakan terhadap

subjek pajak atas penghasilan

yang diterima atau diperolehnya

dalam tahun pajak

(5)

BAGAN SUBJEK PAJAK

• Penghasilan dari kegiatan operasi

dan harta yang dimiliki/dikuasai

• Penghasilan kantor pusat

• Penghasilan lainnya yang diperoleh

sehubungan dengan penghasilan kantor pusat

(6)

SUBJEK PAJAK [ PASAL 2 (1) ]

- ORANG PRIBADI

- WARISAN YG BELUM TERBAGI

BADAN (PT, CV, BUMN/D, FIRMA, KONGSI,

KOPERASI, DAPEN, PERSEKUTUAN, ORMAS

YAYASAN, LEMBAGA, KIK

(7)

ORANG PRIBADI :

- BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDONESIA LEBIH DARI 183 HARI DLM 12 BULAN; ATAU

- DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI

INDONESIA DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT TINGGAL DI INDONESIA

WARISAN YANG BELUM TERBAGI SEBAGAI SATU KESATUAN MENGGANTIKAN YANG BERHAK

SUBJEK PAJAK

DALAM NEGERI

[ PASAL 2 (3) ]

BADAN

(8)

CONTOH SUBJEK PAJAK DALAM

NEGERI

Budi lahir dan bertempat tinggal selama hidupnya

di Indonesia, maka ia adalah Subjek Pajak Dalam

Negeri;

Mr. Alex warga negara Singapore bolak balik

Indonesia - Singapore selama 1 tahun, namun lebih

lama berada di Indonesia ( lebih dari 183 hari ),

maka Mr. Alex merupakan Subjek Pajak Dalam

Negeri.

Mr. David warga negara Canada mulai bekerja di

(9)

ORANG PRIBADI YG TIDAK BERTEMPAT TINGGAL DI

INDONESIA / BERADA DI INDONESIA TIDAK LEBIH DARI 183 HARI DALAM 12 BULAN

BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT

KEDUDUKAN DI INDONESIA

YANG MENJALANKAN USAHA ATAU KEGIATAN

MELALUI

BUT DI INDONESIA

YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH

PENGHASILAN DARI INDONESIA BUKAN DARI MENJALANKAN USAHA ATAU

KEGIATAN MELALUI BUT DI INDONESIA

SUBJEK PAJAK

(10)

ORANG PRIBADI

Menentukan Subjek Pajak OP DN atau LN (Per-43/PJ/2011)

Berada

2. Ordinary course of life

3. Place of habitual abode

(Ps. 7 )

Tempat tinggal di

INDONESIA, bepergian ke

LN, berada di Indonesia lbh

memberikan VISA, KITAS, Kontrak Kerja lbh dari 183 hari. 2. Melakukan tindakan

akan bertempat tinggal di Indonesia

menunjukan Green Card,Student Card, Cap paspor yang disahkan KBRI setempat (Ps. 8 ayat 2)

(11)

MULAI DAN BERAKHIRNYA

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI ORANG PRIBADI

PASAL 2A Ayat (1), (2), (3), (4),(5),& (6)

MULAI:

• SAAT DILAHIRKAN

• BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA

BERAKHIR:

SAAT MENINGGAL DUNIA

(12)

MULAI DAN BERAKHIRNYA

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI

ORANG PRIBADI/BADANPs. 2 : (4) huruf a

PASAL 2A Ayat (1), (2), (3), (4),(5),& (6)

MULAI:

• SAAT MENJALANKAN USAHA/ MELAKUKAN

KEGIATAN MELALUI BUT

BERAKHIR:

(13)

PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL YG

DITETAPKAN DGN KEPMENKEU DGN SYARAT BUKAN WNI DAN TDK MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN/ PEKERJAAN LAIN UTK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA

PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK DAN KONSULAT BESERTA ORANG-ORANG YANG DIPERBANTUKAN DENGAN SYARAT BUKAN WNI DAN TIDAK MENERIMA PENGHASILAN LAIN SELAIN PEKERJAAN SERTA BERLAKU ASAS TIMBAL BALIK

KANTOR PERWAKILAN NEGARA ASING

TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK

[ Pasal 3 ]

ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN SYARAT INDONESIA MENJADI ANGGOTANYA DAN

(14)

Apakah dia Subjek Pajak

Dalam Negeri atau Subjek

Pajak Luar Negeri?

Robert Blake, Dubes AS untuk

Indonesia

WN Amerika Serikat, English Teacher EF

Jakarta

(15)

Apakah mereka Subjek Pajak

Dalam Negeri atau Subjek Pajak

Luar Negeri?

TKI di Malaysia

(16)

TOURIST GUIDE, 2 TAHUN DI INDONESIA, TEMPAT TINGGAL dan KEBERADAANNYA

BERPINDAH-PINDAH.

(17)

PER-02/PJ/2009

Pasal 1

Dalam PerDirJen Pajak ini, yg dimaksud dengan Pekerja Indonesia di Luar Negeri adalah orang pribadi WNI yg bekerja di luar negeri lebih dari 183

hari dalam jangka waktu 12 bulan. Pasal 2

Pekerja Indonesia di Luar Negeri sdd Pasal 1 merupakan Subjek Pajak Luar Negeri.

Pasal 3

Atas penghasilan yg diterima atau diperoleh Pekerja Indonesia di LN sdd Pasal 1 sehubungan dengan pekerjaannya di LN dan telah dikenai pajak di luar negeri, tidak dikenai Pajak Penghasilan di Indonesia.

Pasal 4

Dalam hal Pekerja Indonesia di LN sdd Pasal 1 menerima atau

(18)

WARISA

N

Mengapa warisan yang belum terbagi

sebagai satu kesatuan menggantikan

yang berhak ditunjuk oleh UU sebagai

(19)
(20)

Pasal 32 ayat (1) huruf e UU KUP

Dalam menjalankan hak dan memenuhi

kewajiban menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak

diwakili, dalam hal suatu warisan yang belum

terbagi

oleh salah seorang ahli warisnya

,

(21)

WP DALAM NEGERI VS WP LUAR

NEGERI

No. Uraian WP Dalam Negeri WP Luar Negeri 1. Ruang lingkup penghasilan

yang dapat dikenakan pajak

Penghasilan yang diterima / diperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia

Penghasilan yang diterima / diperoleh dari Indonesia

2. Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Neto Penghasilan Bruto 3. Tarif Tarif Umum Pasal 17 Tarif sepadan / sesuai

treaty

(22)

Bagan Pajak Penghasilan (PPh OP)

Laporan Laba / Rugi

Penghasilan xxx Biaya

(xxx)

Laba xxx

Koreksi Fiskal xxx Penghasilan Neto xxx PTKP (xxx) Penghasilan Kena Pajak xxx Pajak Terutang xxx Pajak dibayar dimuka

(xxx)

Pajak yang harus dibayar xxx

Laporan Laba / Rugi

Penghasilan xxx Biaya

(xxx)

Laba xxx

Koreksi Fiskal xxx Penghasilan Neto xxx PTKP (xxx) Penghasilan Kena Pajak xxx Pajak Terutang xxx Pajak dibayar dimuka

(xxx)

Pajak yang harus dibayar xxx Pasal 23

Pembayaran dari Luar Negeri

(23)

OBJEK PAJAK / PENGHASILAN

[ Pasal 4 (1) ]

Pengertian :

(24)

Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau jasa yg diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,

tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini

Laba Usaha

Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan

OBJEK PAJAK

(25)

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :

1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sbg pengganti

saham/penyertaan modal;

2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya krn pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau anggota;

3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha;

4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat, dan badan

keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yg ditetapkan oleh

Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yg bersangkutan

5.Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan

pertambangan

(26)

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

Dividen, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi

Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta

OBJEK PAJAK

[ Pasal 4 ayat (1) ]

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan pengembalian utang

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala Keuntungan krn pembebasan utang

Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian

kembali aktiva, premi asuransi, iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yg terdiri dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas,

(27)

PMK No.105/PMK.03/2009 stdd PMK No.57/PMK.03/2010

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah

piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00, yang merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat adanya pemberian:

a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra); b. Kredit Usaha Tani (KUT);

c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS; d. Kredit Usaha Kecil (KUK);

e. Kredit Usaha Rakyat (KUR; dan/atau

f. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia

dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.

Piutang yang nyata-nyata tidak ditagih kepada debitur kecil lainnya adalah

(28)

Penghasilan dari Usaha Berbasis Syariah

surplus Bank Indonesia imbalan bunga

(29)

PENGENAAN PAJAKNYA DIATUR DENGAN (PP)

 penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga

obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang

dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi Transaksi saham dan sekuritas di bursa efek;

 penghasilan berupa hadiah undian;

 penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi

derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

 penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau

bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan

 Penghasilan tertentu lainnya

PENGHASILAN DAPAT DIKENAI PAJAK FINAL

(30)

Kalo gitu PAJAK FINAL ??

Jenis pajak yang memiliki sifat final, dimana

si pembayar pajak tidak lagi dikenai kewajiban

untuk memasukkan obyek pajak dan pajak

yang bersangkutan kedalam perhitungan pajak

akhir tahun, karena pajak dan obyek pajak

tersebut sudah dianggap rampung, tuntas,

atau pasti.

lebih pada konteks Pajak Penghasilan (PPh),

karena dalam PPh ada ‘Perampungan’ yang

(31)

Kalau Sudah Kena Pajak

Final ??

Tidak Dapat Dikreditkan Terhadap

Total PPh Terutang

Pengeluaran dalam memperoleh

penghasilan (obyek PPh Final) yang

bersangkutan tidak boleh

(32)

Kenapa Harus Pajak Final ??

Penyederhanaan Administrasi

PPh oleh OP yang belum terdaftar secara

resmi sebagai WP

PPh atas obyek yang timbul atau terjadi

hanya sekali / tidak sering

PPh berkaitan dengan pembayar pajak

tertentu yang dikecualikan dari kewajiban

tertentu seperti pembukuan atau

memasukkan SPT

Obyek Tertentu :

(33)

4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI ( PP No. 131 TAHUN 2000 jo KMK No.51/KMK.04/2001) 3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN (PP No. 48 TAHUN 1994 jo PP No.79 TAHUN 1999)

5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN ( PP No. 29 TAHUN 1996 Jo. PP No. 5 Tahun 2002 )

2. PENGHASILAN DARI HADIAH UNDIAN ( PP No. 132 TAHUN 2000)

1. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK ( PP No. 41 TAHUN 1994 jo PP No. 14 TAHUN 1997)

6. PENGHASILAN BERUPA OBLIGASI YG DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK ( PP No. 139 TAHUN 2000 jo PP No. 6 Tahun 2002 Jo. KMK No.121/KMK.03/2002)

7. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTAN ( PP No. 51 TAHUN 2008)

PENGHASILAN TERTENTU YANG

(34)

NON OBJEK PAJAK

Pasal 4 ayat (3)

Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat

Harta hibahan;

Warisan;

harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh

badan sebagai pengganti saham atau sebagai

pengganti penyertaan modal;

Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang

pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,

asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,

dan asuransi bea siswa;

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan

(35)

NON OBJEK PAJAK

dividen atau bagian laba yang diterima atau

diperoleh PT sebagai WP DN, koperasi, BUMN, atau

BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha

yang didirikan dan bertempat kedudukan di

Indonesia dengan syarat:

1.dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;

dan

2.bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara

dan badan usaha milik daerah yang menerima

dividen

, kepemilikan saham pada badan yang

memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh

lima persen) dari jumlah modal yang disetor.

iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun

(36)

NON OBJEK PAJAK

 penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun,

dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

 bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari

perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

 penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal

ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

(37)

NON OBJEK PAJAK

beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu;

sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau

lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang

pendidikan

dan/atau

bidang

penelitian

dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi

yang membidanginya, yang ditanamkan kembali

dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan

pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,

dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun

sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang

ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan ;

bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan

(38)

38

SOAL KASUS

1.PT Laris Sukses pada tahun 2012 membagikan dividen sebesar Rp 2 milyar. Pemegang saham pada tahun 2012 adalah :

- H. Samsudin (20%)

- Koperasi Arta Prima (10%) - PT Sukses Abadi (10%) - PT Sukses Subur (30%) - CV Boga Arta (30%)

2.PT Laris Sukses menerima pembayaran dividen dari sebuah perusahaan di Australia (kepemilikan 35%). Dividen tsb sudah dipotong pajak di Australia

3.Yanto menerima hibah sebuah mobil Mercedes Benz dari kakeknya 4.Yanti menerima pembayaran dari PT Lippo Life atas asuransi jiwa suaminya yang baru meninggal.

(39)
(40)

Pengeluaran yg

mempunyai

masa manfaat

tidak lebih dari

1 tahun

(41)

B a. Terkait dg kegiatan usaha

baik secara langsung/tidak langsung

h. Piutang yg nyata-nyata tidak dapat ditagih dgn syarat

ttt

b. Penyusutan dan amortisasi sdd Ps. 11 & 11A UU PPh c. Iuran kepada Dana Pensiun

yg

pendiriaannya disahkan MenKeu

d. Kerugian krn penjualan/ pengalihan harta yg dimiliki dan digunakan/dimiliki untuk

3M Ph e. Kerugian selisih kurs mata

uang asing

i. Sumbangan dlm rangka penanggulangan bencana

nasional

f. Biaya litbang perusahaan yg dilakukan di Ind

g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

j. Sumbangan dlm rangka penelitian dan

pengembangan yang dilakukan di Ind k. Biaya pembangunan

infrastruktur sosial

m. Sumbangan dlm rangka pembinaan olah raga

l. Sumbangan fasilitas pendidikan

(42)

a. Biaya yang secara langsung atau tidak

langsung berkaitan dgn kegiatan usaha

antara lain:

1. biaya pembelian bahan;

2. biaya berkenaan dgn pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;

3. bunga, sewa, dan royalti;

4. biaya perjalanan;

5. biaya pengolahan limbah; 6. premi asuransi;

7. biaya promosi dan penjualan yg diatur dgn atau

berdasarkan PMK (PMK No. 02/PMK.03/2010) tgl 08-01-2010 mb-s 01-01-2009);

8. biaya administrasi; dan

(43)

BIAYA PROMOSI

Biaya Promosi adalah bagian dari biaya

penjualan yg dikeluarkan oleh Wajib Pajak

dalam rangka memperkenalkan dan/atau

menganjurkan pemakaian suatu produk

baik langsung maupun tidak langsung

untuk mempertahankan dan/atau

meningkatkan penjualan.

PMK No.

(44)

BIAYA PROMOSI

Besarnya Biaya Promosi yg dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah :

a. biaya periklanan di media elektronik, media cetak,

dan/atau media lainnya;

b. biaya pameran produk;

c.

biaya pengenalan produk baru;dan/atau

d. biaya sponsorship yg berkaitan dgn promosi produk.

PMK No.

(45)

Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas

pengeluaran Biaya Promosi yg dikeluarkan kepada

pihak lain.

Daftar nominatif paling sedikit harus memuat data

penerima berupa nama, NPWP, alamat, tanggal,

bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor

bukti pemotongan dan besarnya PPh yg dipotong.

Daftar nominatif dibuat sesuai format sebagaimana

ditetapkan dalam Lampiran PMK ini.

Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran saat

Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh

Badan.

Dalam hal persyaratan tsb. di atas tidak dipenuhi,

Biaya Promosi tidak dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto.

BIAYA PROMOSI

PMK No.

(46)

No. Urut

Data Penerima:

Nama

NPWP

Alamat

Tanggal

Bentuk dan Jenis Biaya

Jumlah (Rp)

Keterangan

Pemotongan PPh

Jumlah PPh

Nomor Bukti Potong

Tempat, Tanggal, Tanda Tangan dan Nama Wajib Pajak

yang menandatangani

(47)

Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu

dibedakan antara biaya yg benar-benar

dikeluarkan untuk promosi dan biaya yg pada

hakikatnya merupakan sumbangan / suap.

Walaupun terdapat daftar nominatif, jika

(48)

PAJAK YANG DAPAT DIKURANGKAN

DARI PENGHASILAN BRUTO

Pajak-pajak selain PPh, dapat dikurangkan dari Penghasilan

Bruto, sepanjang digunakan untuk 3M Penghasilan objek pajak

tidak final.

(49)

PAJAK MASUKAN YG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN

(1) Pajak Masukan yg tidak dapat dikreditkan sdd Ps. 9 ayat (8) UU PPN dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

sepanjang dapat dibuktikan Pajak Masukan tsb: a. benar-benar telah dibayar; dan

b. berkenaan dgn pengeluaran yg berhubungan dgn kegiatan untuk 3M penghasilan.

(2) Pajak Masukan yg dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sdp ayat (1) sehubungan dgn pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud serta biaya lainnya yg mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun sdd Ps. 11 dan Ps. 11A UU PPh, harus dikapitalisasi dgn pengeluaran atau biaya tsb dan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.

(50)

c. Iuran Pensiun/JHT, JPK, JKK, JKM

Iuran pensiun yg dibayarkan kepada dana pensiun

yg pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan dan JHT yg dibayarkan kepada PT

Jamsostek oleh WP Orang Pribadi boleh dikurangkan

dari penghasilan bruto WP Orang Pribadi tsb.

JPK, JKK, JKM yg dibayarkan kepada PT

(51)

51

KARYAWAN PEMBERI KERJA KARYAWAN =

(52)

d. Kerugian karena Penjualan/ Pengalihan Harta

Boleh dikurangkan:

Kerugian karena penjualan/pengalihan harta yang

dimiliki dan digunakan dalam perusahaan/3M

penghasilan.

Tidak boleh dikurangkan:

(53)

e. Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing

Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang

asing diakui

berdasarkan sistem pembukuan yang

dianut dan dilakukan secara taat asas

sesuai dengan Standar Akuntansi

(54)

f. Biaya Penelitian dan Pengembangan yang

Dilakukan di Indonesia

Yang dimaksud dgn biaya penelitian dan

pengembangan adalah biaya yg nyata-nyata

dikeluarkan untuk pengembangan produksi

(

product development

), serta biaya untuk

meningkatkan efisiensi perusahaan termasuk

teknologi untuk pengembangan proses (

process

technology

).

(55)

Pembebanan biaya penelitian dan pengembangan

dibedakan dalam 3 (tiga) kategori :

1.

Biaya yg dikeluarkan dlm rangka penelitian dan

pengembangan yg menurut ket. peraturan per-UU-an

perpajakan harus disusutkan/diamortisasi.

2.

Biaya yg dikeluarkan dalam rangka penelitian

dan pengembangan yg menurut ketentuan peraturan

per-UU-an perpajakan merupakan biaya usaha

sehari-hari, dibebankan sebagai biaya dalam tahun pajak ybs.

3. Biaya di luar biaya sdd butir 1 dan butir 2 antara lain

biaya konsultan, perlakuan perpajakannya disesuaikan

dgn prinsip-prinsip akuntansi yg berlaku.

Biaya Penelitian dan Pengembangan yang Dilakukan di Indonesia

(56)

g. Biaya Beasiswa, Magang, dan Pelatihan

Biaya yang dikeluarkan u/ keperluan

beasiswa, magang, dan pelatihan dlm

rangka peningkatan kualitas SDM dapat

dibebankan sebagai biaya perusahaan

dgn memperhatikan kewajaran,

termasuk beasiswa yg dapat dibebankan

(57)

h. Piutang yang Nyata-nyata Tidak Dapat Ditagih

Syarat:

1. telah dibebankan sbg biaya dlm laporan laba rugi

komersial;

2. WP harus menyerahkan daftar piutang yg tidak dapat

ditagih kepada DJP; dan

3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada

Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yg menangani

piutang negara; atau

adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/

(58)

Piutang yang Nyata-nyata Tidak Dapat Ditagih

telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau

khusus; atau

adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah

dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;

4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak

berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur

kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

huruf k UU PPh;

(59)

PMK No.105/PMK.03/2009 stdd PMK No.57/PMK.03/2010

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah

piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00, yang merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat adanya pemberian:

a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra); b. Kredit Usaha Tani (KUT);

c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS; d. Kredit Usaha Kecil (KUK);

e. Kredit Usaha Rakyat (KUR; dan/atau

f. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia

dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.

Piutang yang nyata-nyata tidak ditagih kepada debitur kecil lainnya adalah

(60)

PMK No.105/PMK.03/2009 stdd PMK No.57/PMK.03/2010

Apabila Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dibayar

seluruhnya atau dibayar sebagian oleh debitur, jumlah piutang

yang dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian tersebut

(61)

i. Sumbangan

Ps. 6(1) huruf i,j,k,l,m UU PPh jo PP 93/2010

Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana

nasional

Sumbangan dalam rangka penelitian dan

pengembangan yang dilakukan di Indonesia

Biaya pembangunan infrastruktur sosial

Sumbangan fasilitas pendidikan

(62)

Sumbangan dan/atau Biaya Yang Dapat Dikurangkan

Sampai Jumlah Tertentu

a.

Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,

yg mrpk sumbangan untuk korban bencana nasional

yg disampaikan scr langsung melalui badan penanggulangan

bencana atau disampaikan scr tidak langsung melalui lembaga atau

pihak yg telah mendapat izin dari instansi/lembaga yg berwenang

untuk pengumpulan dana penanggulangan bencana;

b.

Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan,

yg merupakan sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yg

dilakukan di wilayah RI

yg disampaikan melalui lembaga penelitian dan pengembangan;

(63)

Sumbangan dan/atau Biaya Yang Dapat Dikurangkan

Sampai Jumlah Tertentu

c. Sumbangan fasilitas pendidikan,

 yg merupakan sumbangan berupa fasilitas pendidikan  yg disampaikan melalui lembaga pendidikan;

d. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga,

 yg merupakan sumbangan untuk membina, mengembangkan dan

mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi cabang/jenis olahraga prestasi

 yg disampaikan melalui lembaga pembinaan olah raga; dan

e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial

 merupakan biaya yg dikeluarkan untuk keperluan membangun sarana dan

prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat nirlaba.

(64)

Syarat Sumbangan dan/atau Biaya

Agar Dapat Dikurangkan

a.

WP mempunyai penghasilan neto fiskal

berdasarkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak

sebelumnya;

b. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak

menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan

diberikan;

c. didukung oleh bukti yang sah; dan

d. lembaga yang menerima sumbangan dan/atau

biaya memiliki NPWP, kecuali badan yg

dikecualikan sebagai subjek pajak sdd UU PPh.

e. Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya

pembangunan infrastruktur sosial yang dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto sdd Pasal 1

untuk 1 (satu) tahun

dibatasi tidak melebihi 5% dari penghasilan neto

fiskal Tahun Pajak sebelumnya.

(65)

Batas Sumbangan dan/atau Biaya

yang Dapat Dikurangkan

Ps. 3 PP 93/2010

Contoh:

Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak adalah tahun lalu Rp60.000.000.000,00 maka berapa jumlah sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto tahun ini ?

Contoh:

(66)

Terdapat Hubungan Istimewa

Sumbangan dan/atau biaya sdd Pasal 1 tidak

dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi

pihak pemberi

apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan

kepada pihak yang mempunyai hubungan

istimewa sdd UU PPh.

Ps. 4 PP 93/2010

(67)

Penentuan Nilai Sumbangan dan/atau Biaya

yang Dapat Dikurangkan

(1) Nilai sumbangan dalam bentuk barang sdd Pasal 5

ayat (1) ditentukan berdasarkan:

a. nilai perolehan, apabila barang yg disumbangkan

belum disusutkan;

b. nilai buku fiskal, apabila barang yg disumbangkan

sudah disusutkan; atau

c. harga pokok penjualan, apabila barang yg

disumbangkan mrpk barang produksi sendiri.

(2) Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial sdd

Pasal 5 ayat (2) ditentukan berdasarkan

jumlah yang

sesungguhnya dikeluarkan untuk membangun sarana

dan/atau prasarana.

(68)

Pengeluaran-pengeluaran yg dapat dikurangkan

dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam

batas-batas yg wajar sesuai dengan adat

kebiasaan pedagang yg baik.

(69)

Pengeluaran Berupa Pembayaran di Muka

misalnya sewa untuk beberapa tahun yang

dibayar sekaligus,

pembebanannya dapat dilakukan melalui

(70)

Metode garis lurus (bagian-bagian yg sama besar)

Kecuali tanah yg berstatus HM, HGB, HGU dan hak

pakai yg pertama kali (nilai tdk berkurang)

Metode saldo menurun (bagian-bagian yg menurun)

atau

declining balance method

(sekaligus pada

akhir masa manfaat)

Dilakukan secara taat asas

Bangunan disusutkan dengan straight-line method

Small tools yg sejenis dapat disusutkan dlm 1

golongan

Penyusuta

n

m

m

(71)

December 31, 2018

PENYUSUTAN DAN AMORTISASI

Harga perolehan (harga perolehan ditambah

biaya-biaya yang dikeluarkan, misalnya bea cukai, biaya-biaya

transportasi, biaya instalasi)

Harga yang wajar (jumlah yang seharusnya dikeluarkan

atau diterima) apabila terdapat hubungan istimewa

Harga pasar (dalam hal terjadi tukar menukar harta)

Nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan

(72)

December 31, 2018

Untuk mengurangi biaya aktiva yang mempunyai masa

manfaat lebih dari 1 tahun

Metode penyusutan

Garis lurus

Saldo menurun

Bangunan disusutkan dengan metode garis lurus

Penyusutan dilakukan untuk setiap bulan

Tanah tidak disusutkan, kecuali jika nilai tanah mengalami

penurunan untuk memperoleh penghasilan

Di akhir masa manfaat, sisa nilai buku disusutkan

seluruhnya

(73)

SAAT MULAI PENYUSUTAN

Pasal 11 ayat (3) & (4)

Pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali

untuk harta yg masih dalam proses pengerjaan,

penyusutannya dimulai pada bulan selesainya

pengerjaan harta tsb.

Pengeluaran pembangunan gedung adalah sebesar Rp100.000.000,00.

Pembangunan dimulai bulan Oktober 2000 dan selesai dikerjakan/dibangun bulan Maret 2001.

Penyusutan atas harga perolehan bangunan gedung tsb dimulai pada bulan Maret tahun pajak 2001.

(74)

December 31, 2018

KELOMPOK HARTA BERWUJUD

Kelompok Harta Berwujud

Masa Mamfaat

I. Bukan Bangunan :

(75)

December 31, 2018

TARIF PENYUSUTAN

Kelompok Harta

Masa

Mamfaat

Garis Lurus

Saldo

Menurun

(76)

Straight line method:

Gedung HP : Rp 100.000.000,00

masa manfaatnya 20 tahun,

penyusutannya / th = Rp. 5.000.000,00

(= Rp 100.000.000,00 : 20).

Straight line method:

Gedung HP : Rp 100.000.000,00

masa manfaatnya 20 tahun,

penyusutannya / th = Rp. 5.000.000,00

(= Rp 100.000.000,00 : 20).

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku

Harga Perolehan 150,000,000.0

0

2000 50% 75,000,000.00 75,000,000.00

2001 50% 37,500,000.00 37,500,000.00

2002 50% 18,750,000.00 18,750,000.00

2003 Sekaligus 18,750,000.00 0.00

Mesin (kel.1) perolehan Januari 2000 , HP Rp

150.000.000,00.

(77)

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku

Harga Perolehan 100,000,000.0

0 2000 1/2 x 50% 25,000,000.00 75,000,000.00

2001 50% 37,500,000.00 37,500,000.00

2002 50% 18,750,000.00 18,750,000.00

2003 50% 9,375,000.00 9,375,000.000

2004 Sekaligus 9,375,000.00 0.00

Contoh

Sebuah mesin (kel.1) yg dibeli dan ditempatkan pada bln Juli 2000. Harga Perolehan : Rp 100.000.000,00.

Masa manfaat 4 (empat) tahun. Tarif penyusutan 50%

Sebuah mesin (kel.1) yg dibeli dan ditempatkan pada bln Juli 2000. Harga Perolehan : Rp 100.000.000,00.

(78)

December 31, 2018

Pengeluaran atas harta tak berwujud yang

mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun

dibebankan melalui amortisasi.

Metode amortisasi

Garis lurus

Saldo menurun

(79)

December 31, 2018

TARIF AMORTISASI

Kelompok Harta

Tak Berwujud

Masa

Mamfaat

Garis Lurus

Menurun

Saldo

(80)

KOMPENSASI KERUGIAAN

Kerugian tahun lalu dapat dibawa dan

dikompensasikan ke penghasilan kena pajak

selama 5 tahun pajak berikutnya

(81)

81

KOMPENSASI KERUGIAN PSL.6(2)

KOMPENSASI VERTIKAL

DENGAN PENGHASILAN

TAHUN TAHUN PAJAK BERIKUTNYA

KOMPENSASI HORISONTAL

DENGAN PENGHASILAN

TAHUN PAJAK YANG SAMA, kecuali

Rugi di Luar Negeri tidak bisa dikompensasikan

dengan di Dalam Negeri

(82)

Kompensasi Kerugian

Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya

sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) UU PPh

didapat kerugian,

kerugian

tersebut

dikompensasikan

dengan

penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut

sampai dengan 5 (lima) tahun.

(83)

Contoh :

PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal

sebesar Rp1.200.000.000,00. Dalam 5 (lima) tahun

berikutnya laba rugi fiskal PT A sebagai berikut :

2010 : laba fiskal Rp200.000.000,00

2011 : rugi fiskal (Rp300.000.000,00)

2012 : laba fiskal Rp N I H I L

(84)

Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :

Rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.200.000.000,00) Laba fiskal tahun 2010 Rp 200.000.000,00 (+)

---Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00) Rugi fiskal tahun 2011 (Rp 300.000.000,00)

---Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00) Laba fiskal tahun 2012 Rp N I H I L (+)

---Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00) Laba fiskal tahun 2013 Rp 100.000.000,00 (+)

---Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 900.000.000,00) Laba fiskal tahun 2014 Rp 800.000.000,00 (+)

(85)

Misalnya PT A tersebut pada tahun 2015 dan 2016

memperoleh laba fskal sbb. Berapakah besarnya PPh

terutang tahun 2015 dan 2016?

(86)

Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp100.000.000,00

yang masih tersisa pada akhir tahun 2014 tidak

boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal

tahun 2015,

sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar

Rp300.000.000,00 hanya boleh dikompensasikan

dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016,

karena jangka waktu lima tahun yang dimulai sejak

tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.

(87)

NPWP : Nama WP : Rugi/Laba neto

fiskal Kompensasi Kerugian Fiskal (Dalam jutaan Rp)

Tahun Jumlah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

2009 (1.200) 200 - 50 100 800

2010 200 - - - - - - -

-2011 (300) - - - - - 200 100

2012 50 - - - - - - -

-2013 100 - - - - - - -

-2014 800 - - - - - - -

-2015 200 - - - - - - -

-2016 400 - - - - - - -

-2017 500 - - - - - - -

-Jumlah 200 - 50 100 800 200 100

-Form SPT

(88)

88

KOMPENSASI KERUGIAN PSL.6(2)

KOMPENSASI HORISONTAL

DENGAN PENGHASILAN

TAHUN PAJAK YANG SAMA, kecuali

Rugi di luar negeri tidak bisa

dikompensasikan

dengan di dalam negeri

KOMPENSASI KERUGIAN

Bagi WP yang mendapatkan fasilitas Pasal 31A UU PPh,

diberikan tambahan kompensasi kerugian vertikal menjadi

(89)

89

(Rp) SEBULAN(Rp) SETAHUN(Rp) SEBULAN(Rp)

WP 36.000.00

0,- 3.000.000,- 24.300.000,- 2.025.00

0,-WP KAWIN 3.000.000

0,- 3.000.000,- 24.300.000,- 2.025.00

0,-TANGGUNGA

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN PADA AWAL TAHUN KALENDER

ATAU

(90)

SEDARAH

ANAK

ADIK KANDUNG KAKAK

KANDUNG

IBU AYAH

(91)

SEMENDA

ANAK TIRI

ADIK IPAR KAKAK

IPAR

IBU MERTUA

AYAH MERTUA

(92)

PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA YANG TELAH KAWIN

DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU KERUGIAN SUAMINYA

KECUALI

1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA

YG TELAH DIPOTONG PPh PASAL 21, DAN

2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA LAINNYA

PENGHASILAN ATAU KERUGIAN

BAGI WANITA KAWIN

(93)

PENGHASILAN SUAMI ISTRI DIKENAI PAJAK SECARA

TERPISAH

[ PASAL 8 (2) ]

a.suami-isteri telah hidup berpisah

berdasarkan putusan hakim;

b.dikehendaki secara tertulis oleh

suami-isteri berdasarkan perjanjian

pemisahan harta dan penghasilan;

c.

dikehendaki oleh isteri yang

memilih untuk menjalankan hak dan

kewajiban perpajakannya sendiri.

(94)

NON DEDUCTIBLE EXPENSES

Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun

Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan

pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota

Pembentukan dana cadangan, kecuali :

Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan

sewa guna usaha dengan hak opsi

Cadangan untuk usaha asuransi

(95)

Pembentukan atau Pemupukan

Dana Cadangan tidak boleh dikurangkan

kecuali:

1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yg

menyalurkan kredit, sewa guna usaha dgn hak opsi, perusahaan

pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;

2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yg

dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;

4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;

6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah

industri untuk usaha pengolahan limbah industri,

(96)

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali

penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta

penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di

daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan

yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada

pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan

istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang

dilakukan

(97)

a.

Pengeluaran untuk penyediaan makanan dan/atau

minuman bagi Pegawai yang meliputi:

pemberian makanan dan/atau minuman yang

disediakan oleh pemberi kerja di tempat kerja, atau

pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi

Pegawai yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat

memanfaatkan pemberian sebagaimana dimaksud

pada huruf a, meliputi Pegawai bagian pemasaran,

bagian transportasi, dan dinas luar lainnya.

Pemberian Natura Dan Kenikmatan Yang Dapat Dikurangkan

Bagi Pemberi Kerja Dan Bukan Penghasilan Bagi Pegawai

(98)

b.

Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan

keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana

keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut

mengharuskannya:

meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja,

pakaian seragam petugas keamanan (satpam), sarana antar

jemput Pegawai, serta penginapan untuk awak kapal, dan

yang sejenisnya.

Pemberian Natura Dan Kenikmatan Yang Dapat Dikurangkan

Bagi Pemberi Kerja Dan Bukan Penghasilan Bagi Pegawai

(99)

c. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan

berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut:

 sarana dan fasilitas di lokasi kerja untuk :

f. olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power boating, pacuan kuda, dan terbang layang,

sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri.

 Pengeluaran untuk pembangunan sarana dan fasilitas tsb di atas yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun disusutkan.

Pemberian Natura Dan Kenikmatan di Daerah

Tertentu

(100)

a. BPHTB adalah pajak yg dibayar merupakan bagian dari biaya pengeluaran untuk memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan;

b. BPHTB atas hak atas tanah yg dimiliki untuk 3m penghasilan  dapat dibebankan melalui amortisasi hak atas tanah sepanjang hak atas tanah tsb dapat diamortisasi, misalnya tanah yang diperoleh untuk usaha genteng  bisa diamortisasi;

c. BPHTB atas bangunan yang digunakan untuk 3M Penghasilan  pembebanannya melalui penyusutan bangunan

d. PBB  dibebankan setiap tahun

e. Butir a, b, c, dan d diatas jika berkaitan dg 3M Penghasilan objek tidak final, dan juga bukan WP yang menggunakan norma penghitungan

Perlakuan PPh atas Pengeluaran BPHTB dan

PBB

(101)

a. Atas biaya perolehan telepon seluler yang dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya  dibebankan 50% melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I.

b. Atas biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler di atas  dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%

c. Atas biaya perolehan atau perbaikan bus,minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai  dibebankan seluruhnya melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II .

d. Atas biaya perolehan atau perbaikan kendaraan sedan ,atau yang sejenis yang dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya  dibebankan 50% melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II.

e. Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan ,atau yang sejenis yang dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya 

dibebankan 50%

Perlakuan PPh Atas Biaya Pemakaian Telepon

Seluler Dan Kendaraan Perusahaan

(102)

a. Perangkat lunak komputer berupa program aplikasi

umum (misal windows, MS Ofce)

dibebankan

periode pengeluaran, kecuali merupakan bagian

dari pembelian komputer

pembebanannya

melalui penyusutan komputer kelompok aktiva I

b. Atas pengeluaran program aplikasi khusus (misal

aplikasi perbankan, SI DJP)

dibebankan melalui

amortisasi kelompok I.

c. Atas pengeluaran untuk upgrade program aplikasi

khusus

ditambahkan dengan nilai buku program

yang di-upgrade, dan diamortisasi kelompok I

secara penuh (masa manfaat 4 tahun)

Perlakuan PPh Atas Biaya

Perolehan Perangkat

Lunak (Software) Komputer

(103)

Hadiah, bantuan atau sumbangan, warisan kecuali zakat

yang dibayarkan kepada badan amil zakat

Pajak penghasilan

Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma,

atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas

saham

Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan

serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan

pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan

.

(104)

NORMA PENGHITUNGAN

PENGHASILAN NETO

Keputusan Perubahan:

Batas peredaran usaha untuk dapat menggunakan norma

penghitungan penghasilan neto bagi WP orang pribadi

dinaikkan menjadi Rp. 4,8 milyar

Pasal 14 UU No. 17 Tahun 2000:

WP orang pribadi yang memiliki peredaran usaha kurang

dari Rp 600 juta

dapat menggunakan norma penghitungan

penghasilan neto

(105)

HANYA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SYARAT

* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000

* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pajak Ybs. Apabila tidak

memberitahukan, dianggap memilih Pembukuan

* Wajib menyelenggarakan Pencatatan

Norma Penghitungan Penghasilan Neto

PENGGUNAAN

NORMA PENGHITUNGAN

(106)

PMK-PPH ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG

DITERIMA

ATAU DIPEROLEH WP YANG MEMILIKI

PEREDARAN BRUTO TERTENTU

WP orang Pribadi atau Badan tidak termasuk

(107)

Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2000

No. Lapisan Penghasilan Tarif

1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%

2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15%

3. Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp 500.000.000,- 25%

4. Di atas Rp500.000.000,- 30%

No. Lapisan Penghasilan Tarif

1. S.d Rp 25.000.000,- 5%

2. Di atas Rp25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000,- 10%

3. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000 15%

4. Di atas Rp100.000.000,- s.d.Rp200.000.000,- 25%

5. Di atas Rp200.000.000,- 35%

Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008

(108)

Pasal 23 (1.a) UU No. 17 Tahun 2000 :

sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah

bruto atas dividen sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (1) huruf g;

TARIF ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA

WP ORANG PRIBADI

Pasal 17 ayat (2c) UU No. 36 Tahun 2008 :

Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa

dividen yang dibagikan kepada Wajib Pajak

(109)

JUMLAH PKP Rp 390.000.000,00

PPh TERUTANG :

5% X Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000 10% X Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000 15% X Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 25% X Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000 35% X Rp 190.000.000 = Rp 66.500.000

Rp 102.750.000,00

CONTOH PENERAPAN

(110)
(111)

Pasal 21

-

Pembayaran pajak melalui pemotongan

pajak yang dilakukan oleh pemberi kerja

tidak

berlaku untuk wajib pajak badan.

Pasal 22

-

Pembayaran pajak melalui pemungut

pajak, seperti pada waktu impor.

Pasal 23

-

Pembayaran pajak melalui pemotongan

oleh pihak ketiga

Pasal 24

-

Kredit Pajak Luar Negeri

pajak yang

dibayar atau terutang di luar negeri

(112)

Untuk menghindari beban pajak ganda atas penghasilan

yang sama

Jumlah yang dapat dikreditkan maksimum sebesar

jumlah yang lebih rendah diantara :

Jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar

negeri; atau

Jumlah pajak yang dihitung menurut perbandingan

antara penghasilan dari luar negeri dan seluruh

penghasilan kena pajak dikalikan PPH terutang

Jumlah pajak terutang atas seluruh penghasilan

kena pajak, apabila penghasilan luar negeri > total

penghasilan (didalam negeri menjalani kerugian)

(113)

Pengakuan penghasilan berdasarkan negara asal sumber penghasilan

Penghasilan dari kegiatan usaha: stelsel akrual

Pendapatan dividen: stelsel kas / ditetapkan

Penghasilan lain-lain: stelsel kas

Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dalam

menghitung penghasilan kena pajak di Indonesia

Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan

ternyata kemudian dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang

terutang menurut Undang-undang ini harus ditambah dengan jumlah

tersebut pada tahun pengurangan atau pengembalian itu dilakukan.

KREDIT PAJAK LUAR NEGERI

[ Pasal 24 ]

(114)

Tidak dapat diperhitungkan dengan PPh terutang tahun

berikutnya;

Tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang

penghasilan;

Tidak dapat dimintakan restitusi;

KELEBIHAN PAJAK YANG DIBAYAR ATAU

TERUTANG DI LUAR NEGERI

(115)

Menyampaikan permohonan ke DJP;

Melampirkan L/K dari penghasilan yang berasal dari LN;

Melampirkan Dokumen Pajak di LN;

SYARAT PENGKREDITAN PPH PASAL 24

(116)

Pasal 25

- Pembayaran angsuran pajak dalam tahun pajak

berjalan untuk setiap bulan.

Fiskal Luar Negeri

- Pajak yang dibayar pada saat seorang karyawan

pergi ke luar negeri

terbatas hanya untuk

perjalanan dinas

(117)

1) Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak

berjalan yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk

setiap bulan adalah sebesar PPh yang terutang

menurut SPT PPh tahun pajak yang lalu, dikurangi

dengan:

a. PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta PPh yang

dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22;

dan

b. PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri

yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 24;

dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam

bagian tahun pajak

(118)

(2)

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri

oleh WP untuk bulan-bulan sebelum SPT Tahunan

Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas waktu

penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan, sama dengan besarnya angsuran pajak

untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu;

(4) Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat

ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu, maka

besarnya angsuran pajak dihitung kembali

berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut, dan

berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan

penerbitan surat ketetapan pajak

(119)

(6) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan

penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun

pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut:

a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;

b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;

c. SPT PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat

batas waktu yang ditentukan;

d. WP diberikan perpanjangan jangka waktu

penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan;

e. WP membetulkan sendiri SPT Tahunan Pajak

Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan

lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan;

dan

f. terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan WP.

(120)

- DILAKUKAN SETIAP BULAN, ATAU

- MASA LAIN YANG

DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN

MERUPAKAN ANGSURAN PAJAK

YANG BOLEH DIKREDITKAN TERHADAP PPh YANG TERUTANG UNTUK TAHUN

PAJAK YBS KECUALI

PEMBAYARAN PPh YANG BERSIFAT

FINAL

 PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK OLEH PIHAK LAIN

(PPh Psl 21,22,23,24)

 PEMBAYARAN OLEH WAJIB PAJAK SENDIRI (PPh Pasal 25)

PELUNASAN PPh

DALAM TAHUN BERJALAN

(121)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pengertian pajak menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Akan tetapi, peningkatan pembayaran pajak terutang hanya dirasakan oleh WP OP yang tergolong kaya atau High Wealth Individual (HWI) dengan penghasilan kena pajak lebih besar dari

atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.

– Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri. – Penghasilan luar negeri : Seluruh penghasilan Kena. Pajak) X PPh atas seluruh Penghasilan yang dikenakan tarif

PEGAWAI TIDAK TETAP / PENERIMA HONORARIUM DAN PENGHASILAN LAINNYA / PENERIMA PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh PASAL 21 BERSIFAT FINAL / PEGAWAI DENGAN STATUS WAJIB PAJAK LUAR

Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh. Penghasilan @P dalam negeri"

Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut

Ketentuan Undang-Undang Cipta Kerja lain yang berbeda dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah penerapan pengecualian pajak terhadap beberapa penghasilan luar negeri serta skema