PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI
DASAR HUKUM
ARAH DAN TUJUAN
PENYEMPURNAAN UU PPH
lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak;
lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak;
lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan;
lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi, dan
transparansi;
lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka
meningkatkan daya saing dalam menarik investasi
langsung di Indonesia baik penanaman modal asing
PAJAK PENGHASILAN (PPh)
[ Pasal 1 ]
Pajak yang dikenakan terhadap
subjek pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak
BAGAN SUBJEK PAJAK
• Penghasilan dari kegiatan operasi
dan harta yang dimiliki/dikuasai
• Penghasilan kantor pusat
• Penghasilan lainnya yang diperoleh
sehubungan dengan penghasilan kantor pusat
SUBJEK PAJAK [ PASAL 2 (1) ]
- ORANG PRIBADI
- WARISAN YG BELUM TERBAGI
BADAN (PT, CV, BUMN/D, FIRMA, KONGSI,
KOPERASI, DAPEN, PERSEKUTUAN, ORMAS
YAYASAN, LEMBAGA, KIK
ORANG PRIBADI :
- BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDONESIA LEBIH DARI 183 HARI DLM 12 BULAN; ATAU
- DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI
INDONESIA DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT TINGGAL DI INDONESIA
WARISAN YANG BELUM TERBAGI SEBAGAI SATU KESATUAN MENGGANTIKAN YANG BERHAK
SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI
[ PASAL 2 (3) ]
BADAN
CONTOH SUBJEK PAJAK DALAM
NEGERI
Budi lahir dan bertempat tinggal selama hidupnya
di Indonesia, maka ia adalah Subjek Pajak Dalam
Negeri;
Mr. Alex warga negara Singapore bolak balik
Indonesia - Singapore selama 1 tahun, namun lebih
lama berada di Indonesia ( lebih dari 183 hari ),
maka Mr. Alex merupakan Subjek Pajak Dalam
Negeri.
Mr. David warga negara Canada mulai bekerja di
• ORANG PRIBADI YG TIDAK BERTEMPAT TINGGAL DI
INDONESIA / BERADA DI INDONESIA TIDAK LEBIH DARI 183 HARI DALAM 12 BULAN
• BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT
KEDUDUKAN DI INDONESIA
YANG MENJALANKAN USAHA ATAU KEGIATAN
MELALUI
BUT DI INDONESIA
YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH
PENGHASILAN DARI INDONESIA BUKAN DARI MENJALANKAN USAHA ATAU
KEGIATAN MELALUI BUT DI INDONESIA
SUBJEK PAJAK
ORANG PRIBADI
Menentukan Subjek Pajak OP DN atau LN (Per-43/PJ/2011)
Berada
2. Ordinary course of life
3. Place of habitual abode
(Ps. 7 )
Tempat tinggal di
INDONESIA, bepergian ke
LN, berada di Indonesia lbh
memberikan VISA, KITAS, Kontrak Kerja lbh dari 183 hari. 2. Melakukan tindakan
akan bertempat tinggal di Indonesia
menunjukan Green Card,Student Card, Cap paspor yang disahkan KBRI setempat (Ps. 8 ayat 2)
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI ORANG PRIBADI
PASAL 2A Ayat (1), (2), (3), (4),(5),& (6)
MULAI:
• SAAT DILAHIRKAN
• BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA
BERAKHIR:
•SAAT MENINGGAL DUNIA
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
ORANG PRIBADI/BADANPs. 2 : (4) huruf aPASAL 2A Ayat (1), (2), (3), (4),(5),& (6)
MULAI:
• SAAT MENJALANKAN USAHA/ MELAKUKAN
KEGIATAN MELALUI BUT
BERAKHIR:
PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL YG
DITETAPKAN DGN KEPMENKEU DGN SYARAT BUKAN WNI DAN TDK MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN/ PEKERJAAN LAIN UTK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA
PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK DAN KONSULAT BESERTA ORANG-ORANG YANG DIPERBANTUKAN DENGAN SYARAT BUKAN WNI DAN TIDAK MENERIMA PENGHASILAN LAIN SELAIN PEKERJAAN SERTA BERLAKU ASAS TIMBAL BALIK
KANTOR PERWAKILAN NEGARA ASING
TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK
[ Pasal 3 ]
ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN SYARAT INDONESIA MENJADI ANGGOTANYA DAN
Apakah dia Subjek Pajak
Dalam Negeri atau Subjek
Pajak Luar Negeri?
Robert Blake, Dubes AS untukIndonesia
WN Amerika Serikat, English Teacher EF
Jakarta
Apakah mereka Subjek Pajak
Dalam Negeri atau Subjek Pajak
Luar Negeri?
TKI di Malaysia
TOURIST GUIDE, 2 TAHUN DI INDONESIA, TEMPAT TINGGAL dan KEBERADAANNYA
BERPINDAH-PINDAH.
PER-02/PJ/2009
Pasal 1
Dalam PerDirJen Pajak ini, yg dimaksud dengan Pekerja Indonesia di Luar Negeri adalah orang pribadi WNI yg bekerja di luar negeri lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan. Pasal 2
Pekerja Indonesia di Luar Negeri sdd Pasal 1 merupakan Subjek Pajak Luar Negeri.
Pasal 3
Atas penghasilan yg diterima atau diperoleh Pekerja Indonesia di LN sdd Pasal 1 sehubungan dengan pekerjaannya di LN dan telah dikenai pajak di luar negeri, tidak dikenai Pajak Penghasilan di Indonesia.
Pasal 4
Dalam hal Pekerja Indonesia di LN sdd Pasal 1 menerima atau
WARISA
N
Mengapa warisan yang belum terbagi
sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak ditunjuk oleh UU sebagai
Pasal 32 ayat (1) huruf e UU KUP
Dalam menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak
diwakili, dalam hal suatu warisan yang belum
terbagi
oleh salah seorang ahli warisnya
,
WP DALAM NEGERI VS WP LUAR
NEGERI
No. Uraian WP Dalam Negeri WP Luar Negeri 1. Ruang lingkup penghasilan
yang dapat dikenakan pajak
Penghasilan yang diterima / diperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia
Penghasilan yang diterima / diperoleh dari Indonesia
2. Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Neto Penghasilan Bruto 3. Tarif Tarif Umum Pasal 17 Tarif sepadan / sesuai
treaty
Bagan Pajak Penghasilan (PPh OP)
Laporan Laba / Rugi
Penghasilan xxx Biaya
(xxx)
Laba xxx
Koreksi Fiskal xxx Penghasilan Neto xxx PTKP (xxx) Penghasilan Kena Pajak xxx Pajak Terutang xxx Pajak dibayar dimuka
(xxx)
Pajak yang harus dibayar xxx
Laporan Laba / Rugi
Penghasilan xxx Biaya
(xxx)
Laba xxx
Koreksi Fiskal xxx Penghasilan Neto xxx PTKP (xxx) Penghasilan Kena Pajak xxx Pajak Terutang xxx Pajak dibayar dimuka
(xxx)
Pajak yang harus dibayar xxx Pasal 23
Pembayaran dari Luar Negeri
OBJEK PAJAK / PENGHASILAN
[ Pasal 4 (1) ]
Pengertian :
Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau jasa yg diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini
Laba Usaha
Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan
OBJEK PAJAK
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sbg pengganti
saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya krn pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat, dan badan
keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yg ditetapkan oleh
Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yg bersangkutan
5.Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
Dividen, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi
Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta
OBJEK PAJAK
[ Pasal 4 ayat (1) ]
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan pengembalian utang
Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala Keuntungan krn pembebasan utang
Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian
kembali aktiva, premi asuransi, iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yg terdiri dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas,
PMK No.105/PMK.03/2009 stdd PMK No.57/PMK.03/2010
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah
piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00, yang merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat adanya pemberian:
a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra); b. Kredit Usaha Tani (KUT);
c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS; d. Kredit Usaha Kecil (KUK);
e. Kredit Usaha Rakyat (KUR; dan/atau
f. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia
dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.
Piutang yang nyata-nyata tidak ditagih kepada debitur kecil lainnya adalah
Penghasilan dari Usaha Berbasis Syariah
surplus Bank Indonesia imbalan bunga
PENGENAAN PAJAKNYA DIATUR DENGAN (PP)
penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi Transaksi saham dan sekuritas di bursa efek;
penghasilan berupa hadiah undian;
penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan
Penghasilan tertentu lainnya
PENGHASILAN DAPAT DIKENAI PAJAK FINAL
Kalo gitu PAJAK FINAL ??
Jenis pajak yang memiliki sifat final, dimana
si pembayar pajak tidak lagi dikenai kewajiban
untuk memasukkan obyek pajak dan pajak
yang bersangkutan kedalam perhitungan pajak
akhir tahun, karena pajak dan obyek pajak
tersebut sudah dianggap rampung, tuntas,
atau pasti.
lebih pada konteks Pajak Penghasilan (PPh),
karena dalam PPh ada ‘Perampungan’ yang
Kalau Sudah Kena Pajak
Final ??
Tidak Dapat Dikreditkan Terhadap
Total PPh Terutang
Pengeluaran dalam memperoleh
penghasilan (obyek PPh Final) yang
bersangkutan tidak boleh
Kenapa Harus Pajak Final ??
Penyederhanaan Administrasi
PPh oleh OP yang belum terdaftar secara
resmi sebagai WP
PPh atas obyek yang timbul atau terjadi
hanya sekali / tidak sering
PPh berkaitan dengan pembayar pajak
tertentu yang dikecualikan dari kewajiban
tertentu seperti pembukuan atau
memasukkan SPT
Obyek Tertentu :
4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI ( PP No. 131 TAHUN 2000 jo KMK No.51/KMK.04/2001) 3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN (PP No. 48 TAHUN 1994 jo PP No.79 TAHUN 1999)
5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN ( PP No. 29 TAHUN 1996 Jo. PP No. 5 Tahun 2002 )
2. PENGHASILAN DARI HADIAH UNDIAN ( PP No. 132 TAHUN 2000)
1. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK ( PP No. 41 TAHUN 1994 jo PP No. 14 TAHUN 1997)
6. PENGHASILAN BERUPA OBLIGASI YG DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK ( PP No. 139 TAHUN 2000 jo PP No. 6 Tahun 2002 Jo. KMK No.121/KMK.03/2002)
7. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTAN ( PP No. 51 TAHUN 2008)
PENGHASILAN TERTENTU YANG
NON OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)
Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat
Harta hibahan;
Warisan;
harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
NON OBJEK PAJAK
dividen atau bagian laba yang diterima atau
diperoleh PT sebagai WP DN, koperasi, BUMN, atau
BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
1.dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
dan
2.bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara
dan badan usaha milik daerah yang menerima
dividen
, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun
NON OBJEK PAJAK
penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun,
dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
NON OBJEK PAJAK
beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu;
sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan
dan/atau
bidang
penelitian
dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi
yang membidanginya, yang ditanamkan kembali
dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan ;
bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
38
SOAL KASUS
1.PT Laris Sukses pada tahun 2012 membagikan dividen sebesar Rp 2 milyar. Pemegang saham pada tahun 2012 adalah :
- H. Samsudin (20%)
- Koperasi Arta Prima (10%) - PT Sukses Abadi (10%) - PT Sukses Subur (30%) - CV Boga Arta (30%)
2.PT Laris Sukses menerima pembayaran dividen dari sebuah perusahaan di Australia (kepemilikan 35%). Dividen tsb sudah dipotong pajak di Australia
3.Yanto menerima hibah sebuah mobil Mercedes Benz dari kakeknya 4.Yanti menerima pembayaran dari PT Lippo Life atas asuransi jiwa suaminya yang baru meninggal.
Pengeluaran yg
mempunyai
masa manfaat
tidak lebih dari
1 tahun
B a. Terkait dg kegiatan usaha
baik secara langsung/tidak langsung
h. Piutang yg nyata-nyata tidak dapat ditagih dgn syarat
ttt
b. Penyusutan dan amortisasi sdd Ps. 11 & 11A UU PPh c. Iuran kepada Dana Pensiun
yg
pendiriaannya disahkan MenKeu
d. Kerugian krn penjualan/ pengalihan harta yg dimiliki dan digunakan/dimiliki untuk
3M Ph e. Kerugian selisih kurs mata
uang asing
i. Sumbangan dlm rangka penanggulangan bencana
nasional
f. Biaya litbang perusahaan yg dilakukan di Ind
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
j. Sumbangan dlm rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Ind k. Biaya pembangunan
infrastruktur sosial
m. Sumbangan dlm rangka pembinaan olah raga
l. Sumbangan fasilitas pendidikan
a. Biaya yang secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dgn kegiatan usaha
antara lain:
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dgn pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah; 6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yg diatur dgn atau
berdasarkan PMK (PMK No. 02/PMK.03/2010) tgl 08-01-2010 mb-s 01-01-2009);
8. biaya administrasi; dan
BIAYA PROMOSI
Biaya Promosi adalah bagian dari biaya
penjualan yg dikeluarkan oleh Wajib Pajak
dalam rangka memperkenalkan dan/atau
menganjurkan pemakaian suatu produk
baik langsung maupun tidak langsung
untuk mempertahankan dan/atau
meningkatkan penjualan.
PMK No.
BIAYA PROMOSI
Besarnya Biaya Promosi yg dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah :
a. biaya periklanan di media elektronik, media cetak,
dan/atau media lainnya;
b. biaya pameran produk;
c.
biaya pengenalan produk baru;dan/atau
d. biaya sponsorship yg berkaitan dgn promosi produk.
PMK No.
Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas
pengeluaran Biaya Promosi yg dikeluarkan kepada
pihak lain.
Daftar nominatif paling sedikit harus memuat data
penerima berupa nama, NPWP, alamat, tanggal,
bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor
bukti pemotongan dan besarnya PPh yg dipotong.
Daftar nominatif dibuat sesuai format sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran PMK ini.
Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran saat
Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh
Badan.
Dalam hal persyaratan tsb. di atas tidak dipenuhi,
Biaya Promosi tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
BIAYA PROMOSI
PMK No.
No. Urut
Data Penerima:
Nama
NPWP
Alamat
Tanggal
Bentuk dan Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Keterangan
Pemotongan PPh
Jumlah PPh
Nomor Bukti Potong
Tempat, Tanggal, Tanda Tangan dan Nama Wajib Pajak
yang menandatangani
Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu
dibedakan antara biaya yg benar-benar
dikeluarkan untuk promosi dan biaya yg pada
hakikatnya merupakan sumbangan / suap.
Walaupun terdapat daftar nominatif, jika
PAJAK YANG DAPAT DIKURANGKAN
DARI PENGHASILAN BRUTO
Pajak-pajak selain PPh, dapat dikurangkan dari Penghasilan
Bruto, sepanjang digunakan untuk 3M Penghasilan objek pajak
tidak final.
PAJAK MASUKAN YG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
(1) Pajak Masukan yg tidak dapat dikreditkan sdd Ps. 9 ayat (8) UU PPN dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
sepanjang dapat dibuktikan Pajak Masukan tsb: a. benar-benar telah dibayar; dan
b. berkenaan dgn pengeluaran yg berhubungan dgn kegiatan untuk 3M penghasilan.
(2) Pajak Masukan yg dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sdp ayat (1) sehubungan dgn pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud serta biaya lainnya yg mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun sdd Ps. 11 dan Ps. 11A UU PPh, harus dikapitalisasi dgn pengeluaran atau biaya tsb dan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.
c. Iuran Pensiun/JHT, JPK, JKK, JKM
Iuran pensiun yg dibayarkan kepada dana pensiun
yg pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan dan JHT yg dibayarkan kepada PT
Jamsostek oleh WP Orang Pribadi boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto WP Orang Pribadi tsb.
JPK, JKK, JKM yg dibayarkan kepada PT
51
KARYAWAN PEMBERI KERJA KARYAWAN =
d. Kerugian karena Penjualan/ Pengalihan Harta
Boleh dikurangkan:
Kerugian karena penjualan/pengalihan harta yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan/3M
penghasilan.
Tidak boleh dikurangkan:
e. Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing
Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang
asing diakui
berdasarkan sistem pembukuan yang
dianut dan dilakukan secara taat asas
sesuai dengan Standar Akuntansi
f. Biaya Penelitian dan Pengembangan yang
Dilakukan di Indonesia
Yang dimaksud dgn biaya penelitian dan
pengembangan adalah biaya yg nyata-nyata
dikeluarkan untuk pengembangan produksi
(
product development
), serta biaya untuk
meningkatkan efisiensi perusahaan termasuk
teknologi untuk pengembangan proses (
process
technology
).
Pembebanan biaya penelitian dan pengembangan
dibedakan dalam 3 (tiga) kategori :
1.
Biaya yg dikeluarkan dlm rangka penelitian dan
pengembangan yg menurut ket. peraturan per-UU-an
perpajakan harus disusutkan/diamortisasi.
2.
Biaya yg dikeluarkan dalam rangka penelitian
dan pengembangan yg menurut ketentuan peraturan
per-UU-an perpajakan merupakan biaya usaha
sehari-hari, dibebankan sebagai biaya dalam tahun pajak ybs.
3. Biaya di luar biaya sdd butir 1 dan butir 2 antara lain
biaya konsultan, perlakuan perpajakannya disesuaikan
dgn prinsip-prinsip akuntansi yg berlaku.
Biaya Penelitian dan Pengembangan yang Dilakukan di Indonesia
g. Biaya Beasiswa, Magang, dan Pelatihan
Biaya yang dikeluarkan u/ keperluan
beasiswa, magang, dan pelatihan dlm
rangka peningkatan kualitas SDM dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan
dgn memperhatikan kewajaran,
termasuk beasiswa yg dapat dibebankan
h. Piutang yang Nyata-nyata Tidak Dapat Ditagih
Syarat:
1. telah dibebankan sbg biaya dlm laporan laba rugi
komersial;
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yg tidak dapat
ditagih kepada DJP; dan
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada
Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yg menangani
piutang negara; atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/
Piutang yang Nyata-nyata Tidak Dapat Ditagih
telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak
berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur
kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf k UU PPh;
PMK No.105/PMK.03/2009 stdd PMK No.57/PMK.03/2010
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah
piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00, yang merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat adanya pemberian:
a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra); b. Kredit Usaha Tani (KUT);
c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS; d. Kredit Usaha Kecil (KUK);
e. Kredit Usaha Rakyat (KUR; dan/atau
f. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia
dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.
Piutang yang nyata-nyata tidak ditagih kepada debitur kecil lainnya adalah
PMK No.105/PMK.03/2009 stdd PMK No.57/PMK.03/2010
Apabila Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dibayar
seluruhnya atau dibayar sebagian oleh debitur, jumlah piutang
yang dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian tersebut
i. Sumbangan
Ps. 6(1) huruf i,j,k,l,m UU PPh jo PP 93/2010
Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional
Sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia
Biaya pembangunan infrastruktur sosial
Sumbangan fasilitas pendidikan
Sumbangan dan/atau Biaya Yang Dapat Dikurangkan
Sampai Jumlah Tertentu
a.
Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,
yg mrpk sumbangan untuk korban bencana nasional
yg disampaikan scr langsung melalui badan penanggulangan
bencana atau disampaikan scr tidak langsung melalui lembaga atau
pihak yg telah mendapat izin dari instansi/lembaga yg berwenang
untuk pengumpulan dana penanggulangan bencana;
b.
Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan,
yg merupakan sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yg
dilakukan di wilayah RI
yg disampaikan melalui lembaga penelitian dan pengembangan;
Sumbangan dan/atau Biaya Yang Dapat Dikurangkan
Sampai Jumlah Tertentu
c. Sumbangan fasilitas pendidikan,
yg merupakan sumbangan berupa fasilitas pendidikan yg disampaikan melalui lembaga pendidikan;
d. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga,
yg merupakan sumbangan untuk membina, mengembangkan dan
mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi cabang/jenis olahraga prestasi
yg disampaikan melalui lembaga pembinaan olah raga; dan
e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial
merupakan biaya yg dikeluarkan untuk keperluan membangun sarana dan
prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat nirlaba.
Syarat Sumbangan dan/atau Biaya
Agar Dapat Dikurangkan
a.
WP mempunyai penghasilan neto fiskal
berdasarkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak
sebelumnya;
b. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak
menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan
diberikan;
c. didukung oleh bukti yang sah; dan
d. lembaga yang menerima sumbangan dan/atau
biaya memiliki NPWP, kecuali badan yg
dikecualikan sebagai subjek pajak sdd UU PPh.
e. Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya
pembangunan infrastruktur sosial yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto sdd Pasal 1
untuk 1 (satu) tahun
dibatasi tidak melebihi 5% dari penghasilan neto
fiskal Tahun Pajak sebelumnya.
Batas Sumbangan dan/atau Biaya
yang Dapat Dikurangkan
Ps. 3 PP 93/2010
Contoh:
Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak adalah tahun lalu Rp60.000.000.000,00 maka berapa jumlah sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto tahun ini ?
Contoh:
Terdapat Hubungan Istimewa
Sumbangan dan/atau biaya sdd Pasal 1 tidak
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi
pihak pemberi
apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan
kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sdd UU PPh.
Ps. 4 PP 93/2010
Penentuan Nilai Sumbangan dan/atau Biaya
yang Dapat Dikurangkan
(1) Nilai sumbangan dalam bentuk barang sdd Pasal 5
ayat (1) ditentukan berdasarkan:
a. nilai perolehan, apabila barang yg disumbangkan
belum disusutkan;
b. nilai buku fiskal, apabila barang yg disumbangkan
sudah disusutkan; atau
c. harga pokok penjualan, apabila barang yg
disumbangkan mrpk barang produksi sendiri.
(2) Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial sdd
Pasal 5 ayat (2) ditentukan berdasarkan
jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan untuk membangun sarana
dan/atau prasarana.
Pengeluaran-pengeluaran yg dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam
batas-batas yg wajar sesuai dengan adat
kebiasaan pedagang yg baik.
Pengeluaran Berupa Pembayaran di Muka
misalnya sewa untuk beberapa tahun yang
dibayar sekaligus,
pembebanannya dapat dilakukan melalui
Metode garis lurus (bagian-bagian yg sama besar)
Kecuali tanah yg berstatus HM, HGB, HGU dan hak
pakai yg pertama kali (nilai tdk berkurang)
Metode saldo menurun (bagian-bagian yg menurun)
atau
declining balance method
(sekaligus pada
akhir masa manfaat)
Dilakukan secara taat asas
Bangunan disusutkan dengan straight-line method
Small tools yg sejenis dapat disusutkan dlm 1
golongan
Penyusuta
n
m
m
December 31, 2018
PENYUSUTAN DAN AMORTISASI
Harga perolehan (harga perolehan ditambah
biaya-biaya yang dikeluarkan, misalnya bea cukai, biaya-biaya
transportasi, biaya instalasi)
Harga yang wajar (jumlah yang seharusnya dikeluarkan
atau diterima) apabila terdapat hubungan istimewa
Harga pasar (dalam hal terjadi tukar menukar harta)
Nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan
December 31, 2018
Untuk mengurangi biaya aktiva yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun
Metode penyusutan
Garis lurus
Saldo menurun
Bangunan disusutkan dengan metode garis lurus
Penyusutan dilakukan untuk setiap bulan
Tanah tidak disusutkan, kecuali jika nilai tanah mengalami
penurunan untuk memperoleh penghasilan
Di akhir masa manfaat, sisa nilai buku disusutkan
seluruhnya
SAAT MULAI PENYUSUTAN
Pasal 11 ayat (3) & (4)
Pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali
untuk harta yg masih dalam proses pengerjaan,
penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
pengerjaan harta tsb.
Pengeluaran pembangunan gedung adalah sebesar Rp100.000.000,00.
Pembangunan dimulai bulan Oktober 2000 dan selesai dikerjakan/dibangun bulan Maret 2001.
Penyusutan atas harga perolehan bangunan gedung tsb dimulai pada bulan Maret tahun pajak 2001.
December 31, 2018
KELOMPOK HARTA BERWUJUD
Kelompok Harta Berwujud
Masa Mamfaat
I. Bukan Bangunan :
December 31, 2018
TARIF PENYUSUTAN
Kelompok Harta
Masa
Mamfaat
Garis Lurus
Saldo
Menurun
Straight line method:
Gedung HP : Rp 100.000.000,00
masa manfaatnya 20 tahun,
penyusutannya / th = Rp. 5.000.000,00
(= Rp 100.000.000,00 : 20).
Straight line method:
Gedung HP : Rp 100.000.000,00
masa manfaatnya 20 tahun,
penyusutannya / th = Rp. 5.000.000,00
(= Rp 100.000.000,00 : 20).
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku
Harga Perolehan 150,000,000.0
0
2000 50% 75,000,000.00 75,000,000.00
2001 50% 37,500,000.00 37,500,000.00
2002 50% 18,750,000.00 18,750,000.00
2003 Sekaligus 18,750,000.00 0.00
Mesin (kel.1) perolehan Januari 2000 , HP Rp
150.000.000,00.
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku
Harga Perolehan 100,000,000.0
0 2000 1/2 x 50% 25,000,000.00 75,000,000.00
2001 50% 37,500,000.00 37,500,000.00
2002 50% 18,750,000.00 18,750,000.00
2003 50% 9,375,000.00 9,375,000.000
2004 Sekaligus 9,375,000.00 0.00
Contoh
Sebuah mesin (kel.1) yg dibeli dan ditempatkan pada bln Juli 2000. Harga Perolehan : Rp 100.000.000,00.
Masa manfaat 4 (empat) tahun. Tarif penyusutan 50%
Sebuah mesin (kel.1) yg dibeli dan ditempatkan pada bln Juli 2000. Harga Perolehan : Rp 100.000.000,00.
December 31, 2018
Pengeluaran atas harta tak berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
dibebankan melalui amortisasi.
Metode amortisasi
Garis lurus
Saldo menurun
December 31, 2018
TARIF AMORTISASI
Kelompok Harta
Tak Berwujud
Masa
Mamfaat
Garis Lurus
Menurun
Saldo
KOMPENSASI KERUGIAAN
Kerugian tahun lalu dapat dibawa dan
dikompensasikan ke penghasilan kena pajak
selama 5 tahun pajak berikutnya
81
KOMPENSASI KERUGIAN PSL.6(2)
KOMPENSASI VERTIKAL
DENGAN PENGHASILAN
TAHUN TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
KOMPENSASI HORISONTAL
DENGAN PENGHASILAN
TAHUN PAJAK YANG SAMA, kecuali
Rugi di Luar Negeri tidak bisa dikompensasikan
dengan di Dalam Negeri
Kompensasi Kerugian
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya
sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) UU PPh
didapat kerugian,
kerugian
tersebut
dikompensasikan
dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut
sampai dengan 5 (lima) tahun.
Contoh :
PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal
sebesar Rp1.200.000.000,00. Dalam 5 (lima) tahun
berikutnya laba rugi fiskal PT A sebagai berikut :
2010 : laba fiskal Rp200.000.000,00
2011 : rugi fiskal (Rp300.000.000,00)
2012 : laba fiskal Rp N I H I L
Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :
Rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.200.000.000,00) Laba fiskal tahun 2010 Rp 200.000.000,00 (+)
---Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00) Rugi fiskal tahun 2011 (Rp 300.000.000,00)
---Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00) Laba fiskal tahun 2012 Rp N I H I L (+)
---Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00) Laba fiskal tahun 2013 Rp 100.000.000,00 (+)
---Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 900.000.000,00) Laba fiskal tahun 2014 Rp 800.000.000,00 (+)
Misalnya PT A tersebut pada tahun 2015 dan 2016
memperoleh laba fskal sbb. Berapakah besarnya PPh
terutang tahun 2015 dan 2016?
Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp100.000.000,00
yang masih tersisa pada akhir tahun 2014 tidak
boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal
tahun 2015,
sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar
Rp300.000.000,00 hanya boleh dikompensasikan
dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016,
karena jangka waktu lima tahun yang dimulai sejak
tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.
NPWP : Nama WP : Rugi/Laba neto
fiskal Kompensasi Kerugian Fiskal (Dalam jutaan Rp)
Tahun Jumlah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
2009 (1.200) 200 - 50 100 800
2010 200 - - - - - - -
-2011 (300) - - - - - 200 100
2012 50 - - - - - - -
-2013 100 - - - - - - -
-2014 800 - - - - - - -
-2015 200 - - - - - - -
-2016 400 - - - - - - -
-2017 500 - - - - - - -
-Jumlah 200 - 50 100 800 200 100
-Form SPT
88
KOMPENSASI KERUGIAN PSL.6(2)
KOMPENSASI HORISONTAL
DENGAN PENGHASILAN
TAHUN PAJAK YANG SAMA, kecuali
Rugi di luar negeri tidak bisa
dikompensasikan
dengan di dalam negeri
KOMPENSASI KERUGIAN
Bagi WP yang mendapatkan fasilitas Pasal 31A UU PPh,
diberikan tambahan kompensasi kerugian vertikal menjadi
89
(Rp) SEBULAN(Rp) SETAHUN(Rp) SEBULAN(Rp)
WP 36.000.00
0,- 3.000.000,- 24.300.000,- 2.025.00
0,-WP KAWIN 3.000.000
0,- 3.000.000,- 24.300.000,- 2.025.00
0,-TANGGUNGA
PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN PADA AWAL TAHUN KALENDER
ATAU
SEDARAH
ANAK
ADIK KANDUNG KAKAK
KANDUNG
IBU AYAH
SEMENDA
ANAK TIRI
ADIK IPAR KAKAK
IPAR
IBU MERTUA
AYAH MERTUA
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA YANG TELAH KAWIN
DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU KERUGIAN SUAMINYA
KECUALI
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA
YG TELAH DIPOTONG PPh PASAL 21, DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA LAINNYA
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
PENGHASILAN SUAMI ISTRI DIKENAI PAJAK SECARA
TERPISAH
[ PASAL 8 (2) ]
a.suami-isteri telah hidup berpisah
berdasarkan putusan hakim;
b.dikehendaki secara tertulis oleh
suami-isteri berdasarkan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan;
c.
dikehendaki oleh isteri yang
memilih untuk menjalankan hak dan
kewajiban perpajakannya sendiri.
NON DEDUCTIBLE EXPENSES
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota
Pembentukan dana cadangan, kecuali :
Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan
sewa guna usaha dengan hak opsi
Cadangan untuk usaha asuransi
Pembentukan atau Pemupukan
Dana Cadangan tidak boleh dikurangkan
kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yg
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dgn hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yg
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri,
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan
a.
Pengeluaran untuk penyediaan makanan dan/atau
minuman bagi Pegawai yang meliputi:
pemberian makanan dan/atau minuman yang
disediakan oleh pemberi kerja di tempat kerja, atau
pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi
Pegawai yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat
memanfaatkan pemberian sebagaimana dimaksud
pada huruf a, meliputi Pegawai bagian pemasaran,
bagian transportasi, dan dinas luar lainnya.
Pemberian Natura Dan Kenikmatan Yang Dapat Dikurangkan
Bagi Pemberi Kerja Dan Bukan Penghasilan Bagi Pegawai
b.
Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan
keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana
keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut
mengharuskannya:
meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja,
pakaian seragam petugas keamanan (satpam), sarana antar
jemput Pegawai, serta penginapan untuk awak kapal, dan
yang sejenisnya.
Pemberian Natura Dan Kenikmatan Yang Dapat Dikurangkan
Bagi Pemberi Kerja Dan Bukan Penghasilan Bagi Pegawai
c. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut:
sarana dan fasilitas di lokasi kerja untuk :
f. olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power boating, pacuan kuda, dan terbang layang,
sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri.
Pengeluaran untuk pembangunan sarana dan fasilitas tsb di atas yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun disusutkan.
Pemberian Natura Dan Kenikmatan di Daerah
Tertentu
a. BPHTB adalah pajak yg dibayar merupakan bagian dari biaya pengeluaran untuk memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan;
b. BPHTB atas hak atas tanah yg dimiliki untuk 3m penghasilan dapat dibebankan melalui amortisasi hak atas tanah sepanjang hak atas tanah tsb dapat diamortisasi, misalnya tanah yang diperoleh untuk usaha genteng bisa diamortisasi;
c. BPHTB atas bangunan yang digunakan untuk 3M Penghasilan pembebanannya melalui penyusutan bangunan
d. PBB dibebankan setiap tahun
e. Butir a, b, c, dan d diatas jika berkaitan dg 3M Penghasilan objek tidak final, dan juga bukan WP yang menggunakan norma penghitungan
Perlakuan PPh atas Pengeluaran BPHTB dan
PBB
a. Atas biaya perolehan telepon seluler yang dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dibebankan 50% melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I.
b. Atas biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler di atas dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%
c. Atas biaya perolehan atau perbaikan bus,minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai dibebankan seluruhnya melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II .
d. Atas biaya perolehan atau perbaikan kendaraan sedan ,atau yang sejenis yang dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dibebankan 50% melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II.
e. Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan ,atau yang sejenis yang dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya
dibebankan 50%
Perlakuan PPh Atas Biaya Pemakaian Telepon
Seluler Dan Kendaraan Perusahaan
a. Perangkat lunak komputer berupa program aplikasi
umum (misal windows, MS Ofce)
dibebankan
periode pengeluaran, kecuali merupakan bagian
dari pembelian komputer
pembebanannya
melalui penyusutan komputer kelompok aktiva I
b. Atas pengeluaran program aplikasi khusus (misal
aplikasi perbankan, SI DJP)
dibebankan melalui
amortisasi kelompok I.
c. Atas pengeluaran untuk upgrade program aplikasi
khusus
ditambahkan dengan nilai buku program
yang di-upgrade, dan diamortisasi kelompok I
secara penuh (masa manfaat 4 tahun)
Perlakuan PPh Atas Biaya
Perolehan Perangkat
Lunak (Software) Komputer
Hadiah, bantuan atau sumbangan, warisan kecuali zakat
yang dibayarkan kepada badan amil zakat
Pajak penghasilan
Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma,
atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham
Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan
serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan
.NORMA PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO
Keputusan Perubahan:
Batas peredaran usaha untuk dapat menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto bagi WP orang pribadi
dinaikkan menjadi Rp. 4,8 milyar
Pasal 14 UU No. 17 Tahun 2000:
WP orang pribadi yang memiliki peredaran usaha kurang
dari Rp 600 juta
dapat menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto
HANYA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
SYARAT
* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000
* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pajak Ybs. Apabila tidak
memberitahukan, dianggap memilih Pembukuan
* Wajib menyelenggarakan Pencatatan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto
PENGGUNAAN
NORMA PENGHITUNGAN
PMK-PPH ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG
DITERIMA
ATAU DIPEROLEH WP YANG MEMILIKI
PEREDARAN BRUTO TERTENTU
•
WP orang Pribadi atau Badan tidak termasuk
Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2000
No. Lapisan Penghasilan Tarif
1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%
2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15%
3. Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp 500.000.000,- 25%
4. Di atas Rp500.000.000,- 30%
No. Lapisan Penghasilan Tarif
1. S.d Rp 25.000.000,- 5%
2. Di atas Rp25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000,- 10%
3. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000 15%
4. Di atas Rp100.000.000,- s.d.Rp200.000.000,- 25%
5. Di atas Rp200.000.000,- 35%
Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008
Pasal 23 (1.a) UU No. 17 Tahun 2000 :
sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah
bruto atas dividen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf g;
TARIF ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA
WP ORANG PRIBADI
Pasal 17 ayat (2c) UU No. 36 Tahun 2008 :
Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa
dividen yang dibagikan kepada Wajib Pajak
JUMLAH PKP Rp 390.000.000,00
PPh TERUTANG :
5% X Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000 10% X Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000 15% X Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 25% X Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000 35% X Rp 190.000.000 = Rp 66.500.000
Rp 102.750.000,00
CONTOH PENERAPAN
Pasal 21
-
Pembayaran pajak melalui pemotongan
pajak yang dilakukan oleh pemberi kerja
–
tidak
berlaku untuk wajib pajak badan.
Pasal 22
-
Pembayaran pajak melalui pemungut
pajak, seperti pada waktu impor.
Pasal 23
-
Pembayaran pajak melalui pemotongan
oleh pihak ketiga
Pasal 24
-
Kredit Pajak Luar Negeri
–
pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri
Untuk menghindari beban pajak ganda atas penghasilan
yang sama
Jumlah yang dapat dikreditkan maksimum sebesar
jumlah yang lebih rendah diantara :
Jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar
negeri; atau
Jumlah pajak yang dihitung menurut perbandingan
antara penghasilan dari luar negeri dan seluruh
penghasilan kena pajak dikalikan PPH terutang
Jumlah pajak terutang atas seluruh penghasilan
kena pajak, apabila penghasilan luar negeri > total
penghasilan (didalam negeri menjalani kerugian)
Pengakuan penghasilan berdasarkan negara asal sumber penghasilan
Penghasilan dari kegiatan usaha: stelsel akrual
Pendapatan dividen: stelsel kas / ditetapkan
Penghasilan lain-lain: stelsel kas
Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dalam
menghitung penghasilan kena pajak di Indonesia
Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan
ternyata kemudian dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang
terutang menurut Undang-undang ini harus ditambah dengan jumlah
tersebut pada tahun pengurangan atau pengembalian itu dilakukan.
KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
[ Pasal 24 ]
Tidak dapat diperhitungkan dengan PPh terutang tahun
berikutnya;
Tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang
penghasilan;
Tidak dapat dimintakan restitusi;
KELEBIHAN PAJAK YANG DIBAYAR ATAU
TERUTANG DI LUAR NEGERI
Menyampaikan permohonan ke DJP;
Melampirkan L/K dari penghasilan yang berasal dari LN;
Melampirkan Dokumen Pajak di LN;
SYARAT PENGKREDITAN PPH PASAL 24
Pasal 25
- Pembayaran angsuran pajak dalam tahun pajak
berjalan untuk setiap bulan.
Fiskal Luar Negeri
- Pajak yang dibayar pada saat seorang karyawan
pergi ke luar negeri
–
terbatas hanya untuk
perjalanan dinas
1) Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk
setiap bulan adalah sebesar PPh yang terutang
menurut SPT PPh tahun pajak yang lalu, dikurangi
dengan:
a. PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta PPh yang
dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22;
dan
b. PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri
yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24;
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam
bagian tahun pajak
(2)
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri
oleh WP untuk bulan-bulan sebelum SPT Tahunan
Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan, sama dengan besarnya angsuran pajak
untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu;
(4) Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat
ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu, maka
besarnya angsuran pajak dihitung kembali
berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut, dan
berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan
penerbitan surat ketetapan pajak
(6) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan
penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun
pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut:
a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
c. SPT PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat
batas waktu yang ditentukan;
d. WP diberikan perpanjangan jangka waktu
penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan;
e. WP membetulkan sendiri SPT Tahunan Pajak
Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan
lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan;
dan
f. terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan WP.
- DILAKUKAN SETIAP BULAN, ATAU
- MASA LAIN YANG
DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN
MERUPAKAN ANGSURAN PAJAK
YANG BOLEH DIKREDITKAN TERHADAP PPh YANG TERUTANG UNTUK TAHUN
PAJAK YBS KECUALI
PEMBAYARAN PPh YANG BERSIFAT
FINAL
PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK OLEH PIHAK LAIN
(PPh Psl 21,22,23,24)
PEMBAYARAN OLEH WAJIB PAJAK SENDIRI (PPh Pasal 25)