• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN APOTEK SECARA UMUM - BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN APOTEK SECARA UMUM - BAB II"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang

pekerjaan kefarmasian, pengertian Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian

tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Menurut Keputusan

Menkes Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002, Apotek adalah suatu tempat

tertentu,tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan

farmasi,perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sedangkan Pekerjaan

Kefarmasian itu sendiri adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan

farmasi,pengamanan,pengadaan,penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran

obat,pengelolaan obat,pelayanan obat atas resep dokter,pelayanan informasi

obat,serta pengembangan obat,bahan obat dan obat tradisional.

2.2. Tugas dan Fungsi Apotek Tugas dan Fungsi Apotek:

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyebaran obat serta bahan obat.

(2)

3. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang menyalurkan obat yang

diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

4. Sebagai sarana informasi obat kepada masyarakat.

2.3. Persyaratan Apotek

Untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan

kepentingan masyarakat, maka apotek harus memenuhi syarat yang meliputi

lokasi,bangunan,perlengkapan apotek,perbekalan farmasi dan tenaga

kesehatanyang harus menjunjung penyebaran dan pemerataan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat tanpa mengurangi mutu pelayanan.

1. Lokasi

Lokasi apotek sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha,sehingga

lokasi apotek sebaiknya berada didaerah yang:

a. Ramai

b. Terjamin keamanannya

c. Dekat dengan rumah sakit/klinik

d. Sekitar apotek ada beberapa dokter yang praktek

e. Mudah dijangkau

f. Cukup padat penduduknya

2. Bangunan

Bangunan apotek harus mempunyai luas secukupnya dan memenuhi

(3)

dan fungsi Apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang

farmasi.Luas apotek sekurang-kurang nya 50 m2 terdiri dari ruang

tunggu,ruang peracikan dan penyerahan obat,ruang administrasi,ruang

penyimpanan obat,dan tempat pencucian alat.

Bangunan apotek harus mempunyai persyaratan teknis sebagai berikut:

a. Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah dalam harus

rata,tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan.

b. Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan

permukaan sebelah dalam berwarna terang.

c. Atap tidak boleh lembab, terbuat dari genteng,atau bahan lain yang

memadai

d. Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin, semen, atau bahan lain

yang memadai

e. Setiap apotek harus memasang papan nama pada bagian muka apotek,

yang terbuat dari papan, seng atau bahan lain yang

memadai,sekurang-kurangnya berukuran panjang 60 cm,lembar 40 cm dan tinggi huruf 5

mm. Papan nama harus memuat:

3. Nama Apotek

4. Nama Apotek Pengelola Apotek

5. Surat izin Apotek

6. Alamat Apotek

(4)

8. Perlengkapan Apotek

Apotek harus memiliki perlengkapan sebagai berikut:

a. Alat pembuatan,pengelolaan dan peracikan obat atau sediaan farmasi.

b. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan kesehatan dibidang

farmasi.

c. Tempat penyimpanan khusus Narkotik.

d. Alat dan perlengkapan laboratorium untuk menguji sederhana.

e. Kumpulan peraturan perundang-undang yang berkaitan dengan apotek,

antara lain: Farmakope Indonesia dan Ekstra Farmakope Indonesia edisi

terbaru serta buku lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral.

9. Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan

untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi sediaan farmasi,

alat ksehatan dan perbekalan lainnya. Perbekalan kesehatan dikelola dengan

memperhatikan pemenuhan kebutuhan, kemanfaatan harga dan faktor yang

berkaitan dengan pemerataan penyediaan perbekalan kesehatan. Pemerintah

ikut serta dalam membantu penyediaan perbekalan kesehatan yang menurut

pertimbangan diperlukan oleh sarana kesehatan.

10. Tenaga Kesehatan

Disamping Apoteker Pengelola Apotek (APA) di apotek sekurang-kurangnya

(5)

Pengelola Apotek-nya pegawai instalasi pemerintah lainnya harus ada apoteker

pendamping atau tenaga teknis kefarmasian.

2.4. Tata Cara Pemberian Izin Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1332/MENKES/SK/X/2002, pelimpahan wewenang pemberian izin adalah

sebagai berikut :

1. Izin Apotek diberikan oleh Menteri.

2. Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota;

3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota wajib melaporkan pelaksanaan

pemberian izin,pembekuan izin,pencairan izin,dan pencabutan izin apotek

sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disamping kepada Kepala

Dinas Kesehatan Propinsi.

Adapun Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/

X/2002 adalah sebagai berikut:

1. Permohonan Izin Apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1;

2. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

(6)

menerima permohonan dapat meminta bantuan tekhnis kepada kepala Balai

POM untuk melakukan pemeriksaan setempat untuk melakukan kegiatan;

3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM

selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan

setempat dengan Formulir APT-3;

4. Jika poin 2 dan 3 tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat

surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Profinsi dengan

menggunakan Formulir APT-4;

5. Dalam jangka pemeriksaan belum memenuhi syarat dalam waktu 12 hari

kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan mengeluarkan surat

penundaan (formulir APT-6) kelengkapan dipenuhi pemohon

selambat-lambatnya 1 bulan sejak terbit surat.

a. Jika hasil pemeriksaan belum memenuhi syarat dalam waktu 12 hari

kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan mengeluarkan surat

penundaan (formulir APT-6) kelengkapan dipenuhi pemohon

selambat-lambatnya

b. Jika hasil pemeriksaan memenuhi syarat maka Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota mengeluarkan SIA menggunakan formulir

(7)

c. Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi syarat maka

selambat-lambatnya dalam 12 hari kerja Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota akan mengeluarkan surat penolakan (APT-7).

2.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi di apotek diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja apotek

dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan dengan adanya struktur

organisasi dalam apotek maka setiap pegawai memiliki tugas dan tanggung

jawab masing-masing, sesuai dengan jabatan yang diberikan,serta untuk

mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang. Adanya suatu struktur

organisasi sebuah apotek juga akan memperjelas posisi hubungan antar elemen

orang.

Berikut ini adalah beberapamstrukturmorganisasi yang ada di apotek :

1. Contoh struktur organisasi 1 (data terlampir, lampiran 1)

2. Contoh struktur organisasi II (data lampiran 1)

3. Contoh struktur organisasi III (data lampiran 1)

4. Contoh struktur organisasi IV (data terlampir, lampiran 1)

1) Personalia

Di dalam sebuah apotek perlu adanya job description (uraian tugas)

sehingga setiap pegawai yang bekerja mengetahui apa tugas dan

(8)

a. Apoteker

Tugas apoteker

1. Memimpin seluruh kegiatan apotek.

2. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi yang

meliputi :

a. Administrasi kefarmasian

b. Administrasi keuangan

c. Administrasi penjualan

d. Administrasi barang dagangan atau inventaris

e. Administrasi personalia

f. Administrasi bidang umum

3. Membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan.

Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil

yang optimal sesuai dengan rencana kerja.

a. Tanggung jawab Apoteker :

Apoteker bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek

yang dipimpinnya dan bertanggung jawab kepada pemilik modal.

(Anief.M:2003)

b. Koordinator Apotek

Tugas Koordinator Apotek yaitu :

1. Mengkoordinir dan mengawasi kerja bawahannya termasuk

(9)

jawab (narkotika,pelayanan dokter dan kartu stock di lemari

masing-masing)

2. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk

meningkatkan atau mengembangkan hasil usaha apotek

3. Mengatur dan mengawasi penyimpanan dan kelengkapan obat

sesuai dengan teknis farmasi terutama di ruang peracikan.

4. Memelihara buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan

dijual sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditentukan.

5. Membina serta memberi petunjuk soal teknis farmasi kepada

bawahannya,terutama pemberian informasi kepada pasien.

6. Mempertimbangkan usul-usul yang diterima dari bawahannya

serta meneruskan atau mengajukan saran-saran untuk perbaikan

pelayanan dan kemajuan apotek kepada pemimpin apotek.

7. Mengatur dan mengawasi keuangan setiap hari.

8. Mengusulkan penambahan pegawai

baru,penempatan,peremajaan bagi karyawan bawahnya kepada

pemimpin apotek.

9. Memeriksa kembali resep-resep yang telah dilayani dan

laporan-laporan obat yang harus ditandatangani oleh Apoteker

Pengelola Apotek (APA).

Tanggung jawab koordinator apotek :

(10)

apotek (Apoteker Pengelola Apotek) atas pelaksanaan tugas dan

fungsinya sebagai coordinator Apotek.

c. Tenaga Teknis Kefarmasian

Tugas dan teknis kefarmasian adalah :

a. Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya,yaitu :

1. Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari

penerimaan resep dari pasien sampai menyerahkan obat

yang diperlukan).

2. Menyusun buku defecta setiap pagi(membantu bagian

pembeli) memelihara buku harga sehingga selalu benar dan

rapi.

3. Mengerjakan pembuatan persiapan obat.

4. Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal dan

mengarsipkan.

5. Memelihara kebersamaan ruang peracikan,lemari obat,

gudang dan rak obat.

6. Menyusun obat,mendata dan memeriksa keluar masuknya

obat dengan tertib pada kartu stock.

b. Dalam hal darurat ,dapat menggantikan pekerjaan sebagai

kasir,penjual obat bebas dan juru resep.

Tenaga teknis kefarmasian bertanggung jawab kepada

(11)

atas kebenaran segala tugas yang diselesaikannya,tidak bole

ada kesalahan ,kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan

kerusakan .(Anief, 2003)

1. Kepala tata usaha ( keuangan )

2. Tugas Kepala Tata Usaha, yaitu :

a. Mengkoordinir dan mengawasi kerja.

b. Membuat laporan harian,diantaranya :

c. Pencatatan penjualan kartu kredit (kartu titan)

d. Pencatatan pembelian (kartu hutang) dicocokan dengan

buku penerimaan barang.

e. Pencatatan hasil penjualan,tagihan dan pengeluaran

setiap hari.

f. Dinas luar mengurus pajak,izin-izin,dan asuransi.

g. Membuat laporan tahunan tutup buku (neraca dan

perhitungan rugi laba)

h. Surat menyurat. Kepala tata usaha bertanggung jawab

kepada Apoteker Pengelola Apotek.

3. Pemegang Kas (Kasir) Tugas Kasir adalah :

a. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih

dahulu,begitu pula dengan pengeluaran uang,yang harus

(12)

sudah diparaf oleh Apoteker Pengelola Apotek dan

pejabat yang ditunjuk.

b. Menyetorkan dan mengambil uang, baik dari kasir besar

atau bank.

Tanggung jawab kasir :

1. kasir bertanggung jawab atas kebenaran jumlah uang

yang dipercayakan kepadanya dan bertanggung jawab

langsung kepada Pengelola Apotek.

c. Kegiatan Apotek

Untuk mencapai tujuan yang maksimal di dalam suatu apotek

harus dilakukan pengolahan yang baik, meliputi :

1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pencampuran,

penyimpanan, penyaluran dan penyerahan obat atau bahan

obat.

2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan

perbekalan farmasi lainnya.

3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi

lainnya,yaitu :

a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi

diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya

(13)

b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat,

keamanan, bahaya suatu obat dan perbekalan lainnya.

c. Pelayanan informasi wajib didasarkan pada kepentingan

masyarakat.

2.5. Kegiatan Teknis Farmasi

Pengadaan Barang (Pembelian) Berhasil tidaknya tujuan tergantung kepada

kebijaksanaan pembelian. Pembelian harus menyesuaikan dengan hasil penjualan

sehingga ada keseimbangan antara penjualan dan pembelian. Selain itu harus

sesuai dan cukup ekonomis dilihat dari segi penggunaan dana yang tersedia.

Dalam melakukan pembelian harus memperhitungkan faktor-faktor :

a. Waktu pembelian Waktu pembelian yang dimaksud adalah kapan suatu

obat atau persediaan harus dibeli, hal ini mengenai tanggal,bulan,tahun tetapi

lebih berkait pada keadaan persediaan barang yang masih dimiliki apotek.

b. Lokasi apotek Apotek yang terletak di kota-kota yang terdapat banyak PBF

sangat mudah untuk melakukan pembelian,dibandingkan dengan lokasi

apotek di daerah terpencil,sehingga pembelian dapat dilakukan pada saat

barang hampir habis.

c. Frekuensi dan Volume Pembelian Semakin kecil volume nbarang yang

dibeli, maka semakin tinggi pula frekuensinya dalam melakukan

pembelian,sehingga akan memperbanyak pekerjaan. Barang masuk dari

(14)

berencana,disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan setempat . Jenis obat

yang diperlukan dapat dilihat dari buku defecta, baik dari penerimaan

resep atau obat bebas maupun dari petugas gudang. Prosedur Pembelian

Meliputi :

1. Persiapan

Yaitu pengumpulan data obat-obat yang dipesan, data tersebut diperoleh

dari buku defecta, racikan maupun gudang.

2. Pemesanan

Untuk setiap pemesanan menggunakan surat pesanan minimal rangkap

dua, satu untuk supplier yang dilampirkan dengan faktur pada waktu

mengirim barang,dan yang satu untuk mengontrol kiriman barang yang

kita pesan.

3. Penerimaan

Petugas penerima barang harus mencocokan barang yang diterima

dengan faktur dan surat pesanan. Tanggal kadaluarsa dicatat dalam

buku tersendiri.

4. Penyimpanan

Barang/obat disimpan ditempat yang aman,tidak terkena sinar matahari

langsung,bersih,dan tidak lembab,disusun secra alfabetis. Penyimpanan

obat berdasarkan cara penyimpanan yang direkomendasikan dalam

kemasan obat tersebut. Untuk narkotika didalam lemari

(15)

dingin disimpan didalam lemari es,dan untuk yang mudah terbakar

disimpan ditempat terpisah.

5. Pencatatan

Dari faktur disalin dalam buku penerimaan barang yang mencakup nama

supplier,nama obat,banyaknya harga satuan,potongan harga,jumlah

harga,nomor urut dan tanggal. Setiap hari dijumlah,sehingga diketahui

banyak nya hutang. Faktur-faktur kemudian diserahkan kepada tata

usaha untuk diperiksa,lalu diarsipkan dengan tertib untuk

mempermudah administrasinya sampai waktu jatuh tempo pembayaran.

6. Barang yang sudah diterima dibayar pada saat jatuh tempo, Setelah

faktur dikumpulkan lalu masing-masing dibuatkan bukti khas keluar

serta giro kemudian diserahkan kepada kasir besar untuk ditandatangani

oleh pimpinan sebelum dibayarkan kepada supplier.

Pembelian juga dapat dilakukan dengan cara :

a. Hand to Mouth Buying Yaitu pembelian dalam jumlah terbatas

sesuai dengan kebutuhan,hal ini dilakukan bila dana terbatas dan PBF

berada dalam satu kota.

b. Pembelian secara spekulasi

Pembelian ini dilakukan dengan jumlah yang besar dengan harapan

akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena adanya

(16)

kerusakan persediaan atau kadaluarsa,penurunan harga dan lain

sebagainya.

c. Pembelian berencana Pembelian berencana sangat berkaitan dengan

pengendalian persediaan barang, pembelian berencana dapat

dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Membandingkan jumlah pembelian dengan penjualan tiap bulan.

2. Kartu stock untuk mengontrol mutasi obat dan persediaan lain.

3. Economic Order Quality (EOQ)

Rumus :

EOQ=

2× R × SP× I Keterangan :

R = jumlah kebutuhan dalam satu tahun

P = harga barang per unit

S = biaya memesan barang dalam persatu kali pesan

I = % dari harga persediaan rata-rata

d. Penyimpanan Barang Obat atu persediaan farmasi yang sudah dibeli

tidak semuanya langsung dapat dijual,oleh karena itu harus disimpan

dalam gudang terlebih dahulu dengan tujuan antara lain : agar tidak

mudah rusak,tidak hilang,mudah dalam pengawasan dan aman.

Gudang yang digunakan untuk menyimpan obat harus memenuhi

(17)

I. Tidak dapat terkena matahari langsung.

II. Cukup aman,kuat dan dapat dikunci dengan baik.

III. Tersedia rak yang cukup baik.

IV. Merupakan ruang tersendiri dalam apotek.

V. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran

VI. Kering dan bersih.

Obat yang disimpan dalam gudang tidak diletakkan begitu saja, tetapi

disimpan menurut golongan nya, yaitu :

1. Bahan baku disusun secara abjad dan dipisahkan antara serbuk,setengah

padat,bentuk cairan yang mudah menguap agar disendirikan.

2. Obat jadi disusun menurut abjad,berdasarkan farmakologi, berdasarkan

barang dating atau kombinasi dari ketiga metode tersebut.

3. Sera,vaksin dan obat-obatan yang mudah rusak atau mudah meleleh pada

suhu kamar atau disimpan di lemari es.

4. Obat-obat yang mudah terbakar sebaiknya disimpan tersimpan dari yang

lainnya.

5. Obat-obat narkotika disimpan di lemari khusus sesuai dengan

persyaratan.

6. Obat-obat psikotropika (OKT) sebaiknya disimpan tersendiri.

Metode penyimpanan dan tata letak obat dalam suatu apotek ada beberapa

(18)

a. Penyimpanan berdasarkan abjad

Penyimpanan obat berdasarkan abjad merupakan penyimpanan sediaan

obat dengan didasarkan pada huruf pertama pada nama sediaan.

b. Penyimpanan berdasarkan efek farmakologi

Penyimpanan obat berdasarkan efek farmakologi merupakan

penyimpanan obat berdasarkan fungsi dan khasiat yang dimiliki oleh

masing-masing sediaan obat.

c. Penyimpanan berdasarkan kedatangan

Penyimpanan obat berdasarkan kedatangan ada dua macam yaitu :

1. Berdasarkan FIFO (First In First Out) Barang yang dating terlebih

dahulu menjadi barang yang diletakkan paling depan dan pertama

kali harus dijual.

2. Berdasarkan FEFO (First Expired First Out) Barang yang memiliki

kadaluarsa lebih cepat diletakkan paling depan untuk didistribusikan

terlebih dahulu.

d. Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan Penyimpana berdasarkan

bentuk sediaan merupakan penyimpanan berdasarkan bentuk fisik dan

sifat dari sediaan obat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan obat yaitu :

1. Pencatatan tanggal kadaluarsa setiap macam obat terutama obat

antibiotika,sebaiknya di catat dalam buku tersendiri atau dalam kartu

(19)

2. Untuk persediaan obat yang telah menipis jumlahnya perlu dicatat

dalam buku decocta,yang nantinya diberitahukan kepada bagian yang

bertanggung jawab dalam hal pembelian.

Stock Opname

Stock opname merupakan kegiatan mencocokan antara stock yang

dilihat dari kartu stock atau barang dengan bukti fisik yang ada dalam

satu periode, dengan adanya stock opname akan diketahui jumlah

barang akhir periode. Fungsi dari stock opname adalah untuk

meminimalisasi kebocoran asetbdan inventori atau persediaan yang

dimiliki oleh apotek sehingga kesalahan yang berkaitan dengan

pembelian atau pengadaan barang juga dapat diminimalisasi. Kegiatan

ini biasanya dilakukan setiap satu bulan sekali.

3. Pelayanan Kefarmasian (Penjualan) Dalam melakukan pelayanan suatu

apotek seharusnya mempunyai motto :

I. Pembeli adalah rajayang harus dilayani sebaik mungkin.

II. Pembelian yang membawa resep dokter ke apotek harus

diusahakan semaksimal mungkin sehingga maunmnembus

obatnya di apotek tersebut,dengan kata lain yang masuk keluarnya

harus obat.

III. Pembelian apapun di apotek harus diusahakan agar mereka

(20)

Sebuah apotek perlu memperhatikan hal-hal yang dapat menarik para pembeli

obat,antara lain dengan ruang tunggu yang di atur dengan baik,

menyenangkan, nyaman, penerangan yang cukup pada malam hari,pelayanan

yang ramah,baik dan cepat. Pelayanan di apotek meliputi pelayanan resep dan

non resep.

1. Pelayanan non Resep

Obat-obat bebas membutuhkan penataan di lemari etalase secara

farmakologis atau berdasarkan khasiat obat. Hal-hal penting yang harus

diperhatikan adalah :

a. Harga harus bersaing dengan toko-toko obat di sekitarnya,kurang lebih

10% - 15% dari harga pembelian.

b. Penyetokan dilakukan dengan cara stock tetap yang sering disebut

moeder stock, yaitu obat tertentu harganya tetap.

2. Pelayanan Resep

Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter

hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi

penderita sesuai peraturan perundang-undang yang berlaku. Dalam

melayani suatu resep, apotek harus menyerahkan obat kepada pasien

sesuai dengan yang terdapat dalam resep, apabila resep tidak dapat dibaca

dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker wajib menanyakan kepada

dokter penulis resep. Apabila dalam suatu resep terdapat kekeliruan atau

(21)

maka apoteker harus memberikan kepada dokter penulis resep dan jika

tidak dapat dihubungi penyerahan obat dapat ditunda. Pelayanan resep

sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek. Dalam hal

pasien tidak mampu menembus obat yang ditulis dalam resep,apoteker

wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat alternatif.

Pelayanan resep didahului proses skrining resep yang meliputi

pemeriksaan kelengkapan resep,keabsahan dan tinjauan kerasionalan obat.

Resep yang lengkap harus ada nama,alamat dan nomor izin praktek

dokter,tempat dan tanggal resep,tanda R pada bagian kiri untuk tiap

penulisan resep,nama obat dan jumlahnya,kadang-kadang cara pembuatan

atau keterangan lain (iter,prn,cito)yang dibutuhkan,aturan pakai,nama

pasien,serta tanda tangan atau paraf dokter.

Tinjauan kerasionalan obat meliputi pemeriksaan dosis,frekuensi

pemberian, adanya polifarmasi, interaksi obat, karakteristik pendiri atau

kondisi penyakit yang menyebabkan pasien menjadi kontra indikasi

dengan obat yang diberikan.

Peracikan merupakan kegiatan penyiapan, mencampur, mengemas dan

memberi etiket pada wadah. Pada waktu menyiapkan obat harus

melakukan perhitungan dosis, jumlah obat dan penulisan etiket yang

(22)

pemeriksaan akhir dari resep meliputi tangga,kebenaran jumlah obat dan

cara pemakaian. Penyerahan obat disertai pemberian informasi dan

konseling untuk penderita beberapa penyakit tertentu. Agar dalam

melayani lebih maksimal,sebaiknya seorang tenaga teknis Kefarmasian

jangan mengerjakan lebih dari 100 resep setiap hari dinasnya yang

biasanya berkisar antara 6-7 jam.

Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat yang diserahkan kepada pasien. Informasi meliputi cara penggunaan

obat,dosis dan frekuensi pemakaian,lamanya obat digunakan

indikasi,kontra indikasi,kemungkinan efek samping dan hal-hal lain yang

diperhatikan pasien. Apabila apoteker mengganggap dalam resep terdapat

kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat,harus diberitahukan

kepada dokter penulis resep. Bila karena pertimbangannya dokter tetap

pada pendiriannya,dokter wajib membubuhkan tanda tangan atas resep.

Salinan resep harus ditanda tangani oleh apoteker.

Penjualan obat melalui resep dapat dilakukan dengan alur sebagai beikut :

a. Pasien membawa resep diserahkan kepada Apoteker/Tenaga Teknis

Kefarmasian.

b. Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian

1. Mengontrol apakah resepnya syah dan lengkap

(23)

3. Mengontrol harga obatnya

c. Kasir

1. Menerima uang berdasarkan harga yang telah dihitung

2. Memberi nomor pada resep

3. Pasien diberi karcis nomor resepnya

4. Resep diserahkan pada apoteker / Tenagan Teknis Kefarmasian

d. Apoteker

1. Obatnya dibuat dan dilayani sesuai resep

2. Obatnya diberi etiket dengan dicantumkan tanggal, nomor, nama

dan aturan pakai

3. Dilakukan pengontrolan terhadap obatnya

e. Obat diserahkan pada pasien

1. Pasien mengembalikan karcis nomor resep

2. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasianmemberi informasi

tentang penggunaan obat dan lain-lain.

4. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika

a. Pengertian Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman,baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan perubahan atau perubahan kesadaran,hilangnya rasa,

menguranngi, sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan

(24)

b. Psikotropika adalah zat atau obat,alamiah maupun sintetis maupun

semi sintetis bukan Narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui

pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku.

Untuk keperluan ketersediaan Narkotika setiap tahun, Menteri

kesehatan memberikan izin khusus untuk memproduksi narkotika

kepada pabrik Kimia Farma yang telah memiliki izin sesuai peraturan

perundang-undang yang berlaku dan melakukan pengendalian

tersendiri dalam melaksanakan pengawasan terhadap proses

produksi,bahan baku narkotika dan hasil akhir dari proses produksi

narkotika.

c. Pemesanan

Untuk Narkotika ada lima rangkap yaitu : untuk BPOM,PBF

Penyalur, PBF Kimia Farma,Dinas Kesehatan,dan Arsip. Satu Surat

Pesanan untuk satu obat Narkotika. Untuk Psikotropika ada empat

rangkap yaitu :untuk BPOM,Dinas Kesehatan, PBF Penyalur,dan

Arsip. Satu Surat Pesanan bias untuk beberapa obat Psikotropika.

d. Peredaran

Setiap kegiatan dalam rangka peredaran narkotika wajib dilengkapi

dengan dokumen yang syah. Peredaran narkotika meliputi setiap

kegiatan atau serangkaian kegiatan penyerahan narkotika baik dalam

(25)

kepentingan pelayanan kesehatan dan pengetahuan. Narkotika dalam

bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah terdaftar pada

Departemen Kesehatan.

Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah

sakit dan dokter. Penyerahan narkotika kepada pasien hanya dapat

dilakukan berdasarkan resep dokter. Resep yang mengandung

narkotika harus dipisahkan dan disimpan tersendiri dari resep yang

lain.

e. Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan dalam

lemari khusus menggunakan dua pintu dengan ukuran 40 cm x 80 cm

x 100 cm,jika ukurannya kurang dari ketentuan, maka lemari tersebut

harus ditempel pada dinding atau alasnya ditanam dilantai.

f. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian.

1. Pembukuan Pembukuan diperlukan untuk menampung seluruh

kegiatan perusahaan dan mencatat transaksi-transaksi yang telah

dilaksanakan. Buku-buku harian yang diperlukan antara lain :

a. Buku bank

b. Buku kas

c. Buku permintaan barang apotek

d. Buku penerimaan barang

(26)

f. Buku pembelian

g. Buku penjualan pedagang besar

Tenaga pembukuan yang benar-benar mengerti dalam bidang

pembukuan sangat diperlukan dalam sebuah apotek,karena pada

tiap akhir tahun harus menyiapkan acara per tanggal 31

Desember dan perhitungan laba rugi.

g. Pelaporan

Untuk memudahkan dalam pnulisan laporan yang akan dilaporkan

kepada Kantor Wilayah Departemen Kesehatan maka untuk obat

narkotika diadakan stock opname setiap sebulan sekali pada tanggal

satu dan dibuat laporannya sebanyak tiga rangkap yang ditunjukan ke

Dinas Kesehatan Kota. serta tembusan ke Dinas Kesehatan Propinsi

dan Badan Pom sediaan lainnya diadakan stock opname setiap

setahun sekali tiap akhir tahun.

Apoteker Pengelola Apotek (APA) menyusun resep yang telah

dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep.

Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lain.

Untuk pelaporan resep harus dituliskan jumlah resep yang masuk

dengan mencantumkan harga dari masing-masing resep. Resep yang

telah disimpan melebihi jangka waktu penyimpanan dapat

dimusnahkan dengan cara dibakar atau dengan cara yang ditetapkan

(27)

Berita acara pemusnahan berisi :

a. Nama,jenis,sifat dan jumlah

b. Keterangan tempat,jam,hari,tanggal,bulan dan tahun

c. Identitas dan tanda tangan dari pelaksanaan pemusnahan dan

pejabat yang menyaksikan (ditunjuk oleh Menkes)

d. Dilakukan dalam waktu maksimal 7 hari setelah mendapat

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan dan saudara/i sekalian untuk menjawab dan mengisi kuesioner ini sesuai dengan petunjuk yang sudah ada2. Semua informasi yang saudara/i

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Di $aboratorium , Keselamatan Pasien bertarti semua standar prosedur operasional yang sudah dibuat untuk kegiatan pelayanan laboratorium harus ditaati, tidak ada kesalahan sampling

Pertimbangan Pertamina dalam program ini adalah jika di suatu wilayah yang menjadi target konversi masih ada yang menggunakan minyak tanah bersubsidi dan tetap tidak mau beralih

E. faktor penyebab sekaligus mencari jawaban mengapa terjadi persamaan dan perbedaan gejala geosfer 3. Berikut ini merupakan fenomena sosial budaya dalam obyek studi geografi

Menalar Sis,a Sis,a mem-a0a mem-a0a s!m-er s!m-er lain selain -!k! teks !nt!k  lain selain -!k! teks !nt!k  men)apatkan in.ormasi men)apatkan in.ormasi tam-ahan tentang

Sekolah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah paling sedikit sebesar 90% (sembilan puluh perseratus) dari total jumlah

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian kompos pada tanah bekas tambang emas dan mengetahui jenis kompos mana yang terbaik terhadap pertumbuhan awal