• Tidak ada hasil yang ditemukan

SECARA RESEPTIF DAN PRODUKTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SECARA RESEPTIF DAN PRODUKTIF"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

APRESIASI SASTRA ANAK-ANAK

SECARA RESEPTIF DAN PRODUKTIF

Abd. Halik

presiasi sastra anak-anak secara reseprif dan produktif ini merupakan

unit VIII dari mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia di SD. Unit ini terdiri atas 2 subunit yaitu: (1) Apresiasi sastra anak-anak secara reseptif dan (2) apresiasi sastra anak-anak secara produktif. Dengan memahami materi ini, diharapkan Anda mampu menjelaskan apresiasi sastra anak-anak secara reseptif, melalui pengkajian dan penerapan pendekatan emotif, didaktis, analitis, dan parafrastis terhadap karya sastra anak-anak Dengan demikian, secara lebih khusus setelah mempelajari unit ini diharapkan Anda dapat:

1. Menjelaskan perbedaan pendekatan emotif, didakatis, analitis, dan

paraftastis dalam hubungannya dengan apresiasi sastra anak-anak.

2. Menerapkan pendekatan emotif, didaktis, analitis dalam mengapresiasi

sastra anak-anak secara reseptif.

3. Menerapkan pendekatan analitis dan parafrastis dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara produktif.

Materi ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik di SD, karena dengan dikuasainya materi ini Anda telah memiliki kompetensi yang dapat mendukung tugasnya dalam membimbing murid SD secara edukatif sehingga dia semakin mahir mengapresiasi sastra anak-anak, baik secara reseptif maupun secara produktif. Selain itu, Anda akan semakin luas wawasannya tentang nilai-nilai pengalaman kemanusiannya dan semakin tumbuh sikap positifnya terhadap bahasa Indonesia, khususnya terhadap sastra anak-anak.

A

(2)

Setelah memahami tujuan mempelajari unit ini, ikutilah bagian-bagian bahan ajar ini secara bertahap-berkelanjutan. Pelajari setiap bagian secara cermat dan seksama. Mulailah dengan membaca konsep, uraian, dan contoh-contoh yang terdapat di dalamnya. Untuk menambah pemahaman dan wawasan Anda, pelengkap materi unit ini juga terdapat di internet, yaitu berupa video.

Bukalah internet. Masih ingat kan, caranya? Jangan lupa mengerjakan

latihan/tugas. Setiap latihan/tugas disertai dengan rambu pengerjaan atau jawaban latihan. Rambu-rambu tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada Anda tentang bagaimana latihan dikerjakan dan seperti apa hasil pengerjaan latihan yang dianggap benar. Tapi ingat, jangan terburu-buru membuka rambu-rambu atau kunci jawaban. Karena, bila hal itu Anda lakukan, Anda akan terbiasa tidak akan pernah belajar.

Jangan lupa pula membaca rangkuman. Pahamilah rangkuman dengan baik. Bila Anda mendapat kesulitan dalam memahami kata atau istilah yang terdapat pada unit ini, lihatlah glosarium dalam unit ini atau manfaatkanlah Kamus Sastra atau Kamus Besar Bahasa Indonesia

Setelah melakukan kegiatan secara bertahap-berkelanjutan seperti disebutkan di atas, dan merasa telah menguasai materi unit ini, sekarang kerjakan soal-soal tes formatif. Setelah itu, cocokkan jawaban tes formatif Anda dengan kunci jawaban yang tersedia di akhir unit ini sehingga dapat mengetahui kemampuan Anda yang sesungguhnya. Analisislah materi mana yang telah Anda kuasai dengan baik dan materi mana yang belum Anda kuasai. Untuk materi yang belum Anda kuasai, bacalah kembali konsep, uraian, contoh-contoh, dan rangkuman yang ada.

(3)

Subunit 1

Apresiasi Sastra Anak-Anak Secara Reseptif

audara, pengertian apresiasi sastra anak-anak telah Anda pahami dengan baik, bukan! Sekarang, bagaimana mengapresiasi sastra anak-anak secara reseptif ? Pemahaman dan penguasaan tentang hal tersebut sangat fungsional dan menujang pelaksanaan tugas dan tangung jawab Anda dalam menyukseskan amanat amanah Kurikulum yang berkaitan dengan apresiasi sastra. Tentu kita sepaham bahwa kualitas apresiasi sastra anak didik di SD antara lain ditentukan oleh taraf pemahaman dan pengalaman apresiasi sastra yang Anda miliki sebagai guru kelas. Oleh karena itu, perlu Anda kaji dan berlatih tentang berbagai pende-katan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara reseptif. Untuk memperoleh pemahaman dan pengalaman bermakna tentang berbagai pendekatan tersebut, silakan baca dengan sungguh-sungguh uraian berikut.

Pendekatan Emotif

Sebelum kita bahas pengertian pendekatan emotif, perlu kita mengajukan beberapa pertanyaan. Apakah Anda merasa senang pada saat membaca puisi atau membaca karya sastra lainnya? Kalau ya, bagaimana bentuk keindahan yang Anda rasakan itu? Tentu kita berharap bahwa Anda merasa senang saat membaca atau mendengarkan pembacaan puisi/karya sastra lainnya sekaligus dapat mengungkapkan bentuk kidahan yang dirasakan.

Apa yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan emotif? Tidak lain karena karya sastra adalah salah satu bagian dari karya seni yang sarat berbagai nilai-nilai estetis. Nilai estetis tersebut diharapkan dapat dinikmati oleh masyarakat luas termasuk murid SD dalam berbagai media cetak dan elektronik agar mereka dapat memperoleh hiburan yang mendidik.

Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi. Kaitannya dengan pendekatan emotif, Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa:

(4)

“Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu atau menarik”

Sebagai contoh penerapan pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra ank secara reseptif, kita perhatikan puisi berikut.

Dalam termangu

Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh

Mengingat kau penu seluruh

...

Jika kita cermati dan resapi larik demi larik puisi di atas akan terasa nilai keindahan bentuknya, kususnya dari segi persamaan bunyi akhirnya.

Selanjutnya, kita cermati keindahan penggalan puisi W.S. Rendra yang berjudul Sajak Sebatang Lison berikut.

...

Delapan juta kanak-kanak

menghadapi suatu jalan panjang. tanpa pilihan

tanpa pepohonan.

tanpa dangau persinggahan tanpa ada bayangan ujungnya. ...

Penggalan puisi Rendara di atas dapat membersitkan keindahan irama (nada, tempo, tekanan), keindahan diksi, gaya bahasa repetisi, dan keindahan pengungkapan rasa iba-pilu melihat derita 8 juta kanak-kanak Indonesia yang tak diketahui kapan berakhir.

Contoh ketiga, kita ambil larik terakhir puisi Chairil Anwar yang

berbunyi “Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Keindahan yang dapat kita

(5)

tinggi; kita harus memiliki ide-ide yang tidak cukup 100 –200-300 tahun untuk merampungkannya melainkan 1000 tahun lamanya, alangkah akbar dan tingginya ide itu!

Anda sudah pahami materi di atas, bukan? Kalau sudah, baca puisi berikut lalu kemukakan nilai keindahan (emotif) yang Anda rasakan sebagai latihhan untuk mempermantap pemahaman Anda tentang penerapan pendekatan emotif.

DESAKU

Hagu Sebuah nama selalu merdu

Di telingaku Di relung qalbuku Setiap waktu

Alammu Nyiurmu Pantaimu

Memanggil daku selalu

Agar selamanya dekat di sisimu

Di pagi dan siang

Kuayun kaki menuntut ilmu Bersama teman-temanku lewat jalan berliku

Dinaungi pepohonan rindang

Karena itu kubertekad Akan selalu memeliharamu Akan selalu menjagamu Akan selalu melindungi Selama nafas dalam jasad

(Pedoman Rakyat, 2002 oleh Nurfikri)

Rambu-rambu pengerjaan latihan

(6)

keindahan yang berkaitan keindaan bentuk (rima, irama, diksi) dan pengungkapan makna yang dikandungnya.

Pendekatan Didaktis

Mengapa ada pendekatan didaktis?” Pertanyaan itu mungkin muncul dalam hati Anda, bukan! Pendekatan tersebut ada karena mutu karya sastra antara lain ditentukan oleh ada tidaknya nilai kemanfaatan didaktis yang terkandung di dalamnya. Semakin banyak mengandung nilai kemanfaatan didaktis-humanistik semakin tinggi pula mutu karya sastra itu .

Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. Aminuddin (2004:47) mengemukakan bahwa:

“Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukaan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.”

Sebagai contoh penerapan pendekatan didaktis dalam mengapresiasi sastra anak-anak di sekolah Dasar kita perhatikan dan baca penggalan bait puisi berikut secara saksama.

...

Pada hari Sabtu sore

Sesudah salat bersama ayah, ibu, nenek Saya dan kawan-kawanku

Pergi main layang-layang Di tanah lapang

(7)

kecelakaan ada yang menolong, (5) biasakan hidup kebersamaan jangan biasakan hidup jalan sendiri (egois), (6) sebagai anak-anak perlu bermain jangan hanya belajar supaya perkembangan jiwanya normal, dan (7) jika bermain layangan kiranya di tanah lapang, bukan di jalan raya, berbahaya.

Latihan.

Bacalah puisi berikut lalu kemukakan minimal 5 pesan yang terkandung di dalamnya!

KAKEKKU

Carollah Indah C.

Kakekku

Aku sayang padamu Aku suka dongengmu Aku senangi penampilanmu Aku bangga kepribadianmu

Tapi itu dulu

Kini tak kudengar lagi Semua dongengmu Tawa candamu Kini yang kulihat

Hanya batu nisan yang kokoh Sekokoh dirimu

Ya Allah, ya Rabbi Ampunilah dosa kakekku Balaslah amal ibadahnya Dengan surgamu-Mu

Rambu-rampu pengerjaan latihan

(8)

Pendekatan Analitis

Salah satu pendekatan yang perlu Anda pahami supaya dalam mengapresiasi sastra anak semakin baik dan komprehensif adalah Pendekatan Analitis. Pendekatan ini membimbing Anda untuk memahami secara lebih lengkap dibanding pendekatan emotif dan didaktis. Aminuddin (2004:44) mengungkapkan bahwa:

“Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur instrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya.

Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran sastra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti yang dipaparkan di atas. Telah memadai, jika telah dapat mengungkapkan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dibaca, dan dapat menujukkan hubungan antarunsur yang saling mendukung/saling bertentangan, serta mampu memaparkan pesan-pesan yang dapat memperkaya pengalaman rokhaniah.

Yang mana unsur-unsur yang membangun karya sastra prosa tersebut

dan bagaiaman esensi unsur tersebut? Aminuddin (2004) mengemukakan

bahwa unsur dalam prosa atau cerita fiksi adalah tema, latar, alur, penokohan, dan titik pandang, dan gaya. Keenam unsur itulah yang dimanfaatkan oleh pengarang untuk membangun suatu cerita yang menyenangkan dan bermakna.

1. Tema cerita

Sebagai langkah awal yang harus ditempuh oleh pengarang dalam mencipta-kan sebuah karya sastra prosa adalah menentukan tema. Hal ini karena tema oleh Sumardjo (1984:57) adalah pokok pembicaraan dalam sebuah cerita”. Tentu saja pokok pembicaraan artau ide tersebut melandasi lahirnya karya sastra mulai dari awal sampai akhir.

(9)

dan sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dalam karyanya.

2. Alur Cerita (plot)

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan plot atau alur cerita. Untuk memperoleh jawaban pertanyaan tersebut , mari kita cermati berbagai definisi plot yang dipaparkan Tirtawirya (1995:79) dalam bukunya Apresiasi Puisi dan Prosa sebagai berikut.

Rene Wellek mengatakan bahwa plot adalah struktur penceritaan. Sedangkan Hudson mengatakan bahwa plot adalah rangkaian kejadian dan perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku-pelaku sepanjang roman/nover berasangkutan. Dan akhirnya Oemarjati mengambil kesimpulan bahwa plot adalah struktur penyusunan kejadian-kejadian dalam cerita tapi disusun secara logis.”

Berdasarkan kutipan tersebut dapatlah kita menyatakan bahwa plot merupakan cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara berentetan dengan memperhatikan hukum sebab akibat sehingga membentuk suatu kesatuan cerita yang yang utuh dan padu. Artinya peristiwa terdahulu menjadi sebab munculnya peristiwa kemudian dan peristiwa yang muncul kemudian merupakan akibat peristiwa terdahulu

Plot dilihat dari segi sifatnya terbagi atas plot rapat dan plot longgar.

Plot rapat adalah plot yang seluruh peristiwa yang ditampilkan setiap pelaku hanya berpusat pada satu alur, misalnya. Sedang plot longgar adalah plot yang setiap pelakunya mempunyai alur peristiwa tersendiri; di dalamnya ada beberapa alur cerita seperti dalam Kisah Mahabrata. Dilihat dari segi bentuknya, plot terdiri atas beberapa macam seperti plot/alur maju, mundur

(10)

Plot atau rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita menurut Aminuddin (2004) bahwa alur cerita dapat dikelompokkan atas lima tahapan: (1) eksposis pengenalan masalah dengan memperkenalkan konflik pada bagi-an awal cerita., (2) komplikasi, yakni pelaku menghadapi masalah

tertentu yang berupaya untuk dipecahkan pada bagian tengah cerita, (3)

klimaks, yakni konfliks memuncak yang diharapkan dapat terselesaikan pada menjelang bagian-bagian akhir cerita , (4) denoument masalah yang terdapat pada bagian akhir cerita.

.

3. Penokohan (character)

Penokohan merupakan pelaku yang dapat berbentuk manusia atau binatang yang terlibat dalam rangkaian peristiwa cerita. Pelaku dan sifat-sifatnya merupakan unsur yang penting karena merupakan ciri utama sebuah cerita dan pengalaman penulis dikreasikan kepada pembaca terpusat pada pelaku dan sifatnya. Pengarang mengembangkan karakter dalam cerita melalui keadaan pelaku, (penampilan), prilaku yang ditampilkan (lakuan), dari apa yang diucapkan (dialog), dari apa yang dipikirkan (monolog).

Secara umum, pelaku dapat dikelompokkan atas pelaku utama dan pelaku tambahan. Pelaku utama adalah pelaku yang paling menonjol perannya, terlibat secara penuh dari awal hingga akhir peristiwa dalam cerita. Sedang pelaku tambahan adalah pelaku yang hanya muncul pada peristiwa tertentu.

Di samping itu, ada cerita tertentu yang mempunyai tiga macam

pelaku, yakni (a) pelaku protogonis yakni pelaku menampilkan berbagai

sifat yang baik misalnya, bijaksana, penolong, dermawan, pemaaf dan sebagainya, (b) pelaku antagonis yakni pelaku yang aktif dalam beberapa peristiwa dengan menampilkan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat pelaku utama atau sifat jahat, misalnya misalnya: licik, khianat, bohong, serakah, dan sebagainya, (c) pelaku tritogonis adalah pelaku yang berfungsi melerai perseteruan antara pelaku antagonis dan pelaku protogonis.

(11)

4. Latar Cerita (setting)

Setiap peristiwa atau perbuatan selalu berlangsung pada waktu, dan tempat tertentu. Waktu dan tempat berlangsungnya peristiwa disebut latar, baik berupa latar fisik maupun berupa latar sosial. Penggambaran latar yang rinci dalam narasi dapat membantu penyusunan alur, memperjelas pelaku narasi, dan memudahkan pembaca menangkap amanat atau pesan yang disampaikan oleh penulisnya. Namun demikian, kadangkala ada cerita yang tidak dapat diketahui secara jelas waktu kejadiannya tetapi latar fisik dan latar sosial masayarakat tempat terjadinya peristiwa dapat diketahui dengan jelas.

Latar cerita tidak hanya berkaitan dengan tempat kejadian perisitwa tetapi juga dengan waktu dan suasana saat peristiwa yang terjadi peristiwa tersebut. Waktu terjadinya peritiwa dapat dibagi atas: siang-malam (time of day), priode waktu sekarang, yang akan datang, atau waktu yang telah lalu (time of period). Penentuan latar waktu yang tepat akan mendukung gambaran suasana cerita yang menarik. Misalnya suasana cerita yang menakutkan (horor) akan lebih tepat memilih waktu malam “Jumat Kliwon”. Lain halnya untuk jenis cerita fantasi biasanya merujuk pada latar waktu lampau sehingga digunakan “pada zaman duhulu”.

5. Sudut Pandang (point of View)

Cara penulis menyajikan peristiwa dalam cerita banyak ditentukan oleh sudut pandang yang digunakan. Sudut pandang adalah posisi penulis dalam cerita yang ditulisnya. Secara garis besar ada dua sudut pandang yang digunakan dalam menulis cerita (a) sudut pandang orang pertama atau gaya saya (aku atau kami) dan (b) sudut pandang orang ketiga atau gaya dia (

manusia atau binatang). Sudut pandang gaya saya atau aku, penulis

melibatkan dirinya dalam peristiwa yang disampaikan baik sebagai pelaku

utama maupun sebagai pelaku tambahan. Adapun sudut pandang gaya dia,

penulis menghadirkan orang lain atau nama lain sebagai pelaku untuk menggambarkan idenya atau gagasannya .

Pada umumnya cerita menggunakan gaya dia dibandingkan dengan

cerita yang bergaya aku. Hal ini gaya aku cenderung menggurui pembaca

dan kelihatan lebih tahu segala-galanya. Sedangkan gaya dia relatif

(12)

6. Gaya Pengungkapan

Gaya merupakan teknik pengarang menyampakain gagasanya lewat cerita dengan untaian kalimat atau kata- kata yang khas. Pengungkapan tersebut dengan jelas tercermin pada pengolahan persoalan yang ditampilkan, tema yang dicairkan dalam cerita. Gaya tersebut relatif tidak ditemukan pada pengarangan yang lain.

Berbicara tentang gaya pengarang dalam bercerita, ada yang bersifat lemah lembut, kata-kata yang indah, rangkaian kalimat yang penuh cinta kasih. Sebaliknya, ada pula yang bergaya keras, pemberontakan terhadap hal yang telah ada, ingin melihat perubahan sesuatu secara cepat atau secara revolusioner. Di samping itu, ada pula yang bergaya moderat, tidak terlalu lembut dan tidak terlalu keras dalam menyampaikan gagasannya. Intinya gaya merupakan teknik penyampaian gagasan pengarang tertentu dalam bercerita sebagai karakteristik tersendiri bagi dirinya yang tidak ditemukan pada pengarang yang lain.

KESABARAN PUN ADA BATASNYA

Anak anak kelas enam SD Utama Karya sempat terheran-heran melihat sikap Dedet sejak hari pertama masuk, ia sudah dikerjain oleh Danang yang terkenal berandalnya. Pertama tas Dedet disembunyikan Bondan dan Agil, komplotan Si Danang, tapi Dedet tak marah. Kemarin pun ketika bajunya dikotori oleh Danang, ia malahan tersenyum. Ah cuma noda lumpur, masih bisa dibersihkan!” Demikian katanya kepada teman mereka saat itu.

Tanpaknya kesabaran Dedet justeru membuat penasaran dan panas hati Danang serta komplotannya .Sebaliknya, teman-teman yang lain semakin simpati pada Dedet karena dia juga suka membantu temannya. Oleh karena itu, mereka menasihati Dedet agar hati-hati menghadapi Danang serta komplotannya yang tidak bosan mengganggu teman-temannya, maka ketika melihat Dedet menjadi penghuni baru kelas 6, sasarannya beralih kepadanya..

“Wah, sialan. Ini pasti ulah si anak baru itu1” Kata Danang suatu ha ri setelah menghadap Bu Dita untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya atas perlakuannya terhadap Dedet

(13)

“Anak itu harus diberi pelajaran, biar dia tahu sia kita,”kata Agil menambah.

“Teng...teng...!” lonceng tanda pulang telah berbunyi, anak-anak pun bersorak kegirangan. Mereka segera berhamburan dari kelas masing-masing setelah memberi penghormatan kepada guru. Danang dan komplotannya pun tak ketinggalan, mereka segera melesat meninggalkan temannya. Kelihatannya ada suatu yang akan dilakukan oleh mereka.

Di tengah jalan, Dedet yang diwarnai canda ria bersama temannya saat itu mendadak berhenti. Tiba-tiba Danang dan komplotannya sudah ada di depan Dedet.

“Hei pengecut!” Kau mengadu kepada Bu Dita, ya?” kata Agil sambil menarik kerah baju Dedet de-ngan keras.

“Dasar banci! Berani-berani-nya kamu mengadukan kami ke Bu Dita, ha!” Danang menimpali.

“Mengadu apa? Aku tak katakan apa-apa pada Bu Dita, sungguh!” kata Dedet meyakinkan Danang dan komplotannya. Dan memang Dedet tak mengadukan apa pun ke Bu Dita. Mungkin temannya yang telah mengadukannya. Mungkin saja temannya tak tega melihat Dedet terus dipermainkan oleh Danang dan komplotannya.

“Alasan!” Baru kali ini ada orang yang berani kepada kami. Ayo teman segera kita beresin!” kata Agil sambil menendang tubuh Dedet. Dedet terhunyung-hunyung ke belakang. Baru saja akan berdiri tegak Dedet menerima lagi sebuah tendang dari Danang yang bersarang di perutnya. Dedet menjadi limbung lalu tersungkur jatuh.

“Anak-anak yang melihat kejadian itu hanya terpaku bagai patung. Mereka tidak berani melerai, karena takut ancaman dari Danang dan komplot-annya. Sementara itu, Dedet yang tadi tersungkur kini sudah berdiri tegap.

“Kesabaran seseorang ada batasnya! Kalian ini memang perlu di beri pelajaran!” Dedet berkata demikian sambil bersikap kuda-kuda.

“Hei kawan! Lihat dia mau berlagak!” Seru Bondan “Udah sana pulang, cuci kaki dan tidur!” Agil menambahi.

(14)

mengirimkan tendang taekwondonya ke tubuh Bondang. Rupanya tendangn Dedet cukup keras, sampai-sampai Bondang sempoyongan dan menabrak tubuh Agil. Kedua anak tersebut terjatuh bersama-sama.

Melihat temannya jatuh, Danang segera menyerang Dedet. Nasib Danang pun sama dengan Bondan dan Agil. Dia terpaksa mencium tanah yang kotor. Beberapa saat kemudian tiga anak tersebut bangun. Mereka kemudian menyerang secara bersama-sama. Dedet terpaksa bekerja keras untuk meladeni Danang dan komplotannya itu. Tak sis-sialah ia berlatih selama dua tahun selama ini.

Danang dan kawan-kawannya kini benar-benar kena batunya. Walaupun mereka bertiga, toh mereka kewalahan juga menghadapi kelincahan Dedet yang hanya seorang diri. Semua pukulan yang mereka lancarkan dengan mudah dapat ditangkis oleh Dedet. Sebaliknya, pukulan Dedet membuat ketiga anak tersebut jatuh bangun. Dan kini mereka tak berkutik lagi. Mereka hanya bisa mengerang kesakitan dengan badan terkapar di tanah.

Melihat lawannya tak berkutik lagi Dedet pun menghentikan serangannya. Setelah beberapa saat menghadapi ketiga anak yang terkapar itu, memandangi ketiga anak yang terkapar itu, Dedet lalu berjalan menghampiri mereka. Bukannya untuk memukul lagi, tetapi Dedet malah membimbing mereka satu satu untuk bangun

“Maaf teman-teman, aku terpaksa melakukan ini. Sebelumnya aku tak mau melukai kalian!” kata Dedet sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan ketiga-nya setelah semuanya berdiri.

“Kami Det, yang seharusnya meminta maaf kepadamu” selama ini kami telah mengganggumu!” kata Danang dengan menundukkan kepalanya.

“Det, mungkin hari akhir dari keberandalan kami, kini kami benar-benar sadar,” kata Bondang sambil menundukkan kepalanya.

“Det, kamu mau kan memaafkan kami?” Agil berkata sambil menjabat tangan Dedet.

“Tentu! Syukurlah kalian mau mengubah sikap! Eh... sudah siang nih! Perutku sudah keroncongan.” Yo kita pulang bersama-sama.”

(15)

KESABARAN PUN ADA BATASNYA

(1) Tema cerita

Perlu sikap berani dan sabar dalam menyadarkan orang yang nakal. (2) Latar cerita

Cerita ini berlangsung di Sekolah Dasar yang berada di pinggiran kota. Seko-lah tersebut berada pada lingkungan masyarakat yang masih jauh dari kehidupan kota yang modern.

(3) Plot cerita.

Plot cerita ini bersifat maju dan tungal dengan rangkaian peristiwa sebagai berikut:

(a) Pengenalan masalah: Dedet sebagai murid baru SD kelas VI sejak

hari pertama dan kedua diganggu oleh Komplotan Bondang dkk. dengan menyembunyikan tasnya dan melempari lumpur bajunya. Namun Dedet tetap sabar atau tidak marah

(b) Permasalahan: Bondan dkk dihukum oleh Bu Dita karena itu beserta

komplotannya karena itu Dedet dituduh oleh Bondang dkk mengadu kepada Bu Dita.

(c) Klimaks: Dedet melawan Bondan, Agil, dan Danang. Mereka dihajar

oleh Dedet de-ngan tendangan taekwondo dan tinjunya hingga mereka tidak berkutik.

(d) Penyelesaian masalah: Dedet memaafkan kesalahan Bondang dkk.

setelah mereka meminta maaf dan akhirnya mereka dapat bersahabat dengan baik. Dilihat dari segi bentuk alurnya, cerita di atas menggunakan alur maju karena peristiwa demi peristiwa beranjak terus-menerus ke depanSedangkan dilihat dari segi sifat alurnya, cerita menggunakan alur rapat karena seluruh peristiwa yang ditampilkan pelaku berpusat pada satu alur.

(4) Penokohan

(a) Pelaku utama ( protogonis) dan sifatnya. Dedet dan sifatnya:

penyabar, pemaaf, pengasih, senang berteman, suka menolong, pemberani, tidak sombong.

(b) Pelaku antagonis dan sifat-sifatnya. Bondang, Agil, dan Danang.

Ketiganya senang mengganggu teman seke-lasnya, pemarah, dan nakal.

(c) Pelaku tambahan. Bu Dita, guru yang penuh perhatian kepada

(16)

(d) Pelaku dinamis adalah Bondan bondan dan kawan-kawan karena mengalami perubahan dari sifat, dari yang kurang baik menjadi baik.

(5) Gaya Penyampaian

Gaya pengarang dalam menyajikan cerita menggunakan gaya yang berimbang atau moderat. Pengarang tidak hanya menggambarkan sesuatu secara keras melalui toko Bondan dan kawan kawan, tetapi juga menggambrkna sesuatu yang dengan penuh lemah lembut melalu tokoh Dedet.

Anda sudah pahami materi di atas, bukan? Kalau sudah, baca cerita berikut lalu analisis/kemukakan unsur instrinsiknya. Latihan ini bertujuan untuk mempermantap pemahaman Anda tentang penerapan pendekatan analitis dalam mengapresiasi sastra.

Kartini Oh Kartini

Mama kaget luar biasa ketika Ocha mengutarakan keinginannya meng-ikuti Pemilihan Putri Kartini Cilik ‘97 di Super Market terbesar di Bandung. Bukan lantaran tajkut tidak menang, tetapi lebih karena pembawa-an Ocha yang tomboy.

“Kamu hanya bercanda, kan?” tanya Mama masih terkaget-kaget. “Ya, enggak dong, Ma. Ocha sudah menginginkannya dari tahun ke-marin. Lagi pula Ocha sudah belajar berjalan di atas cat walk pada Sisil.” Jawabnya.

“Sisil yang mana? Tanya Mama lagi.

“Putri Bu Dewi, yang rumahnya di Blok P. Dia kerap menang lom-ba putri-putrian sampai jadi bin-tang iklan segala,” Ocha berusaha meyakinkan.

“Tap kamu...”Mama meng gantungkan kalimatnya. “Ah, sudah-lah, lupakan pemilihan itu”” Mama menepis tangan.

“Tapi, ma, meskipun tomboy, Ocha juga ingin sesekali tampil lemah lembut!” Ocha tetap ngotot.

(17)

“Ma biar jago tea kwondo, tapi ocha bisa tampil lemah lembut kalau mama mengizinkan”, Ucap ocha membaca pikiran Mama. “Kata Sisil, Ocha sudah punya modal keperca-yaan diri, tinggal belajar membawakannya sebaik mungkin,” lanjutnya.

Melihat kesungguhan yang ter-pancar dari mata putri semata wa-yangnya, akhirnya Mama mengiyakan. Hari itu juga, dia mengajak Ocha mendaftar ketempat persewaan pakaiaan tradisional yang tidak jauh dari rumah. Ocha memilih pakaian adat daerah Jawa Tengah.

Ternyata, kertika Ocha mendaftar, Selly, teman sekolahnya yang selalu tampil cantik dan se-ring mengikuti pemilihan putri-put-rian itu juga mendaftar. Di sekolah diceritakan pada teman-temannya.

“Orang tomboy ikut pemilihan putri-putrian? Apa tidak salah de-ngar?” Sindir Oni, saat Ocha berjalan di depan mereka.

“Kalau pun tidak salah de-ngar, pasti dia sudah tidak waras!” kali ini suara Teni, sipembuat ulah dan pembual besar.

Karuan membuat telinga Ocha merah. “kamu bilang apa?” tanya Ocha mendekati mere-ka. Keempat teman Ocha yang memang jago ngerumpi dan ngomongin orang itu langsung diam.

“Hei, anak-anak manis, kalau ngo-mong jangan sembarangan, ya. Kena batunya baru tahu rasa!” ujar Ocha memperingatkan, sebelum masuk ke-las dan membiarkan mereka bungkam.

Hari yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Peserta Pemilihan Puti Kartini Cilik 97 itu ternyata banyak sekali. Ocha, yang duduk di kelas IV mnasuk kategori C. antara kelas IV sampai kelas VI SD.

Di daerah bangku tengah, Mama melihat penampilan Ocha dengan haru campur senang. Sesekali dia mengisap mata yang tiba-tiba lembab dengan sapu tangan.

Yang dikatakan Ocha memang benar. Dia bisa berjalan di atas pentas dengan luwes, seperti layaknya putri Solo. Tidak sia-sialah dia belajar berjalan selama sebulan lebih pada Sisil.

“Itu putri Ibu?” tunjuk seorang penonton yang duduk di samping Mama Ocha. Mama mengangguk.

“Penampilannya sempurna se-kali. Saya yakin, dia pasti dapat salah satu juara,” komentar penon-ton tadi.

(18)

terpilih sebagai The Best Putri Kartini Cilik ‘97, sementara Silly hanya meraih juara harapan.

Selamat, ya” salah seorang penonton memberikan ucapan selamat pada Mama Ocha.

Ternayata dia seorang wartawan. Dia tanya macam-macam pada Mama Ocha. Saat sedang asyik nya difoto, dari arah belakang tiba-tiba ada seorang ibu yang berteriak minta tolong. Dia kecopetan.

Secepat kilat, Ocha meng-angkat kain tinggi-tinggi, lantas tanpa menghiraukan penampilannya me-nerjang seorang laki-laki bertopi yang ditunjuk Ibu yang berteriak-teriak tadi.

Laki-laki itu terjengkang dan seketika ditangkap Pak Satpam. Tapi konde Ocha ikut juga terjeng-kang, lepas dari rambutnya. Orang- yang sedang belanja dan melihat kejadian itu tertawa cekikikan..

“Aduh, konde kamu, Ocha” jerit Mama terus memungutnya. Ocha tidak merasa malu atau merasa ditertawakan. Dengan cueknya, dia meminta mamanya membetulkan konde-nya seperti semula.

Om wartawan geleng kepala. “Ocha-Ocha, kamu memang Kartini zaman sekarang” gumamnya pelan.

Rambu-rambu pengerjaan latihan

Untuk mengerjakan latihan Anda perlu membaa cerita tersebut minimal dua kali lalu mencermati setiap unsur dan hubungan antar unsur serta sikap setiap pelaku untuk mengemuekakan pesan cerita. Dan jangan lupa menganalisis persoalan inti uyang mendasari rangkaian peristiwa untuk menentukan tema cerita.

Rangkuman

(19)

Tes Formatif 1

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

1. Urutan alur cerita yang benar adalah..

A. pengenalan- permasalahan- penyelesaian – klimaks

B. pengenalan-permasalahan-klimaks- penyelesaian

C. Permasalahan – klimaks-pengenalan-penyelesaian

D. Pengenalan- penyelesaian- permaslahan-klimaks

2. Latar (setting) cerita berkaitan dengan…

A. tempat-waktu kejadian

B. suasana–tempat-waktu kejadian

C. tempat– pelaku – waktu kejadian

D. tempat- bahasa – waktu kejadian

3. Pendekatan yang membantu pembaca memahami unsur-unsur instrinsik

suatu karya sastra dan hubungan antara unsur tersebut sebagai suatu kesatuan yang padu dan utuh adalah…

A. Pendekatan emotif B. Pendekatan didaktis C. Pendekatan analitis

D. Pendekatan terpadu

4. Sambung sinambung peritiwa yang membentuk suatu kesatuan utuh

dalam suatu cerita disebut… A. Latar B. tema

C. Penokohan

D. alur

5. Pendekatan yang dapat mengarahkan pembaca untuk menikmati dan

menentukan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam suatu karya sastra di sebut pendekatan...

A. emotif B. analitis C. didaktis

(20)

6. Pendekatan yang mengarahkan pembaca suatu karya sastra untuk memperleh sejumlah pemahaman tentang pesan, petuah, atau nasihat yang dapat memperkaya pengalaman rokhania disebut...

A. Pendekatan emotif B. Pendekatan analitis C. Pendekatan didaktis

D. Pendekatan terpadu

7. Segala menebal, Segala mengental Segala tak kukenal Selamat tinggal

Keindahan yang relatif cepat dapat dinikmati setelah membaca penggalan puisi Chairil Anwar di atas adalah...

A. keindahan irama

B. keindahan tema

C. Keindahan diksi

D. Keindahan rima

8. ...

Ah, apa guna kusesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menamba luka sukma Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di pagi hari Menuju padang bakti

...

Pesan-pesan yang dapat dipahami setelah membaca penggalan puisi di atas ...

kecuali:

A. Tidak ada gunanya menyesal di hari tua.

B. Menyesal di masa tua hanya semakin menyakitkan.

C. Yang muda perlu siap mengahadapi tantangan masa depan.

D. Di masa tua harus terus berjuang di padang bakti.

9. Pelaku ayang selalu muncul sejak awal sampi akhir cerita disebut...

A. pelaku utama

B. pelaku tambahan

C. pelaku antagonis

(21)

10. Pelaku yang hanya menampilkan sifat yang buruk atau perlawanan terhadap pelaku utama disebut..

A. pelaku protogonis

B. Pelaku tritogonis

C. Pelaku antagonis

D. Pelaku statis

Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Apakah semua soal sudah Anda kerjakan?. Kalau sudah, sekarang

cocok-kanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif subunit 1 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit 1 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 1.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat penguasaan = x 100%

10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100% = baik sekali

80 – 89% = baik

70 – 79% = cukup

< 70% = kurang

(22)

Subunit 2

Apresiasi Sastra Anak-Anak Secara Produktif

nda telah memahami dan mengapresiasi sastra secara reseptif. Menyenangkan, bukan? Sekarang, bagaimana dengan apresiasi sastra anak-anak secara produktif? Pemahaman dan penguasaan tentang apresiasi sastra produktif sangat fungsional dan menunjang pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Anda dalam menyukseskan amanah Kurikulum tentang apresiasi sastra. Tentu kita sepaham bahwa kualitas apresiasi sastra anak di SD antara lain ditentukan oleh taraf pemahaman dan pengalaman apresiasi sastra yang Anda miliki sebagai guru kelas. Oleh karena itu, perlu Anda kaji dan berlatih tentang pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara produktif. Untuk memperoleh pemahaman dan pengalaman bermakna tentang berbagai pendekatan tersebut, silakan baca dengan sungguh-sungguh uraian berikut.

Pendekatan Parafrastis

Parafrase merupakan salah keterampilan yang dapat meningkatkan apre-siasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau gagasan pokoknya, misalnya prosa menjadi puisi, puisi menjadi prosa , prosa menjadi drama atau seba-liknya. Dengan melalui pengubahan bentuk tersebut, siswa dapat semakin memahami isi karya sastra tersebut. Aminuddin (2004) menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk karya sastra dengan cara mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu dengan menggu-nakan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang.

Mengapa pendekatan parafrastis perlu dipahami dan dialami oleh siswa? Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa para pengarang sering menggunakan kata yang konotatif, kias, elipsis atau menghilangkan sebagian unsur, dan

kurang menaati tatabahasa karena adanya hak licentia poetica pengarang

Kesemuanya itu dapat menyulitkan pembaca untuk memahami karya sastra tertentu. Melalui parafrase, pembaca dapat semakin memahami karya sastra tertentu.

(23)

Di samping itu, Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa (a) pengubahan bentuk karya sastra tententu ke dalam bentuk sastra yang lain (puisi ke prosa atau sebaliknya) akan semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman pembaca yang bersangkutan (b) gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda, misalnya puisi ke prosa, (c) simbol yang konotatif (mengandung ketaksaan makna atau abstrak) dapat diganti dengan kata yang lebih konkret dan mudah dipahami, (d) pengungkapan yang eliptis dapat ditambah sehingga semakin lengkap dan mudah dimengerti.

I.G.P. Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni sebagai berikut.

(a) Teknik larik yakni perubahan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa dengan

mendasarkan kepada kalimat demi kalimat yang terdapat dalam puisi tersebut.

(b) Teknik bait yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa didasarkan

kepada susunan bait demi bait yang menyusun puisi yang diparafrasekan.

(c) Teknik global yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa yang

didasarkan kepada keseluruhan unsur yang membentuk puisi itu. Makna yang tercermin dalam puisi itu dituangkan ke dalam bentuk prosa . Berikut disajikan contoh parafrase puisi ke prosa.

HARI LIBUR Hatiku gembira Ujian usai sudah Rapor ku terima Aku rangking pertama

Esok amulai libur

Liburan kuhabiskan di rumah nenek Liburan sambil melepas rindu Kunikmati damainya desa

Tiap hari

Kutelusuri pematang sawah Bernyanyi riang

(24)

Aku harus pulang Selamat tinggal Selamat tinggal nenek

Puisi yang berjudul “Hari Libur” di atas dapat diubah menjadi sebuah cerita seperti berikut.

HARI LIBUR

Selain hari minggu, saya selalu menyelesaikan tugas PR selama 1-2 jam sesudah bangun tidur siang hari. Setelah itu, baru pergi main bersama teman-teman. Setelah salat magrib secara berjamaah dengan Bapak, Ibu dan Kakek, Nenek, dan Kakak, saya belajar selama satu jam untuk mengulangi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah, kemudian pergi menonton dan tidur. Dengan demikian, pada waktu ujian cawu, seluruh pertanyaan dapat saya jawab dengan baik dan tepat. Dengan ketekunan dan kedisiplinan belajar tersebut, pada waktu menerima rapor, di , lalu saya buka, di dalamnya tertulis sebagai peringkat I . langsung saya mengucapkan Alhamdulillah, betapa senangnya dan puasnya saya saat itu. Begitu pun, mama ,bapak, dan nenek di rumah.

Sesaat setelah pembagian rapor, ada siswa bertanya, “Kapan mulai libur cawu , Bu?,” tanya Imran.

“Libur cawu mulai besok,” jawab Bu Guru. Ady sambung bertanya, “Berapa lama libur, Bu?”

Jawab bu Guru, “Sembilan hari. Jadi kita mulai sekolah pada hari Rabu”

Pada malam harinya, bapak bertanya, “Berapa lama kau libur, Nak?” “Sembilan hari , Pak!” Jawabku singkat. “Lalu di mana akan berlibur?” tanya bapak Lagi.“ “Saya mau berlibur ke rumah nenek di desa sambil melepas rindu, sekaligus menikmati damai dan indahnya panorama desa.“ Jawabku dengan wajah yang ceria.“ Itu ide yang bagus. Insya Allah nanti bapak-ibu antar besok sekalian melepas rindu juga dengan nenek dan kelu-arga lainnya di desa kelahiran bapak.

(25)

sambil berkata “Kenapa baru datang, Nak. Lama sekali rasanya baru bertemu. Nenek sudah rindu sekali”. Baru libur, Nek! Jawabku.

Selama di rumah nenek, setiap hari aku berjalan bersama nenek, mene-lusuri pematang sawah sambil menyanyi dengan riang gembira. Utamanya pada pagi hari setelah shalat subuh, kami berjalan-jalan bersama nenek mengelilingi desa sambil mendengarkan kicauan berbagai macam burung yang begitu mengasyikkan. Alangkah indahnya berlibur di rumah nenek.

Pada malam Selasa, saya menyampikan kepada nenek bahwa besok saya akan pulang karena sudah beberapa hari di sini . “Mengapa cepat sekali pulang cucuku? Rindu nenek masih...” ” Lusa hari sekolah sudah mulai, Nek!” sambungku cepat. “Kalau begitu, nenek tidak bisa

menahanmu, nanti bapakmu marah.” Nek, bisa antar saya besok sekalian jalan ke kota. Sudah lama juga nenek tidak ke kota. Nanti kita jalan-jalan menikmati ramai dan hiruk pikuknya kendaraan dan megahnya ba-ngunan di kota Makassar .“ “Nenek sudah tua, dan ada sepupumu akan dinikahkan minggu depan” Jawabnya.

Keesokan harinya, Bapak dan Ibu menjemputku. Sekiat 20 meter dari rumah nek, Saya melambaikan tangan kepada nenek sambil

mengucapkan dalam hati “Selamat tinggal panorama desaku yang indah dan permai, sela-mat tinggal nenek tersayang , sampai jumpa nek di libur cawu mendatang.”

Bagaimana? Anda telah memahami uraian materi subunit 2 di atas?

Jika ya, kerjakan latihan berikut untuk meningkatkan pemahamannya tentang parafrase puisi.

Parafrasekan puisi berikut ini menjadi prosa!

MENYESAL

Ali Hasymi

Pagiku hilang melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi

(26)

Beta lengah di hari pagi Kini hidup meracuni hati Miskin ilmu miskin harta

Ah, apa guna kusesalka Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di pagi hari Menuju ke arah padang bakti

Rambu-rambu penyelesaian latihan.

Untuk mengerjakan latihan di atas, Anda perlu membaca puisi tersebut secara berulang-ulang lalu mencermati kata-kata yang konotatif pada setiap larik/bait, kemudian memahami makna inti atau tema puisi tersebut, terakhir mencermati alur cerita yang akan dibuat berdasarkan puisi tersebut.

Pendekatan Analitis

Pendekatan analitis telah dibahas teori dan penerapannya pada unit subunit 1 yang tujuannya untuk meningkatkan taraf apresiasi sastra anak SD secara reseptif. Oleh karena itu, pendekatan analitis pada subunit 2 ini akan diarahkan pembahasan dan penerapannya untuk meningkatkan taraf apresiasi sastra anak SD secara produktif.

Sebagaimana yang telah diuraikan pada subunit 1 bahwa pendekatan analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami unsur-unsur instrinsik yang menangun suatu karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh (Aminuddin, 2004). Diharapkan dengan pemahaman tersebut pembaca menulis karya sastra tertntu dengan baik. Untuk itu, sebelum siswa ditugasi menulis puisi misalnya lebih dahulu dibelajarkan tentang unsur-unsur instrinsik puisi.

Menurut I.A Richard (dalam Situmorang,1980) ada dua hal pokok yang membangun puisi, yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat puisi meliputi tema, rasa, nada, dan amanat, sedang metode puisi meliputi diksi, gaya bahasa, kata konkret, imagery, ritme dan rima. Hubungan keduanya erat, oleh Tarigan (1989) seperti hubungan jiwa dan tubuh.sehingga hakikat puisi dapat disebut sebagai unsur batiniah dan metode puisi dapat disebut sebagai unsur lahiriah puisi.

(27)

(1) Diksi. Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat menurut tempatnya yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga sejalan dengan maksud puisinya, baik secara denotatif maupun secara konotatif. Misalnya:

Sekali berarti (bukan: bermakna, berguna, bermanfaat)

Sudah itu mati (bukan: wafat, meninggal, tewas, mampuas, dll.

...

(2) Gaya bahasa. Gaya bahasa ialah cara atau gaya tertentu yang digunakan

penyair untuk menciptakan kesan tertentu, daya bayang, dan nilai keindahan, seperti:

- gaya personifikasi : “Kerling danau di pagi hari” (Situr Situmorang) - Gaya simbolisme : Ah, rumput, akarmu jangan turut mengering

(Waluyati)

(3) Kata konkret. Kata konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat

mewakili suatu pengertian secara konkret dengan memilih kata yang khusus; bukan yang umum, misal:

- Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus) - Aak itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya (kata umum)

(4) Daya bayang (imagery). Daya bayang (imagery) ialah kemampuan

penyair mendeskripsikan atau melukiskan suatu benda atau peristiwa sehingga seolah-olah pembaca menyaksikan benda atau mengalami peristiwa seperti yang disaksikan atau dialami penyair tersebut. Daya bayang terwujud sebagai manifestasi dari pemakaian kata konkret, diksi, dan gaya bahasa yang tepat. Misalnya:

Sajak Kecil Buat Penggalang

Dengan gagah perkasa Engkau berdiri siap siaga

Bersenjata tongkat dibalut kain selempang Berhias tanda-tanda kecakapan

Tali merah tali sempritan

Tersandang di lengan tangan kiri Kepala dibalut baret

Lengkap lencana tunas kelapa

(28)

(5) Irama dan rima.

(a) Irama adalah berkaitan dengan keras lembutnya suara (tekanan), panjang pendeknya suara (tempo), dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian sejenak (jeda) dan lainnya. Misalnya sebagai berikut.

KASIH IBU

Siti Atika

Penuh kasih engkau nina bobokkan aku Penuh cinta engkau suapi aku

Tangisku, rintihanku dan rengekanku Tetap membuatmu tersenyum

Kasihmu seluas samudra Cintamu sedalam lautan Sayangmu setinggi gunung

Dengan apa aku harus membalasnya Ibu....

Di dunia ini tiada banding kasihmu Dalam deritamu

Engkau tetap tabah mengasuh dan mendidik aku Ibu...

Engkau adalah matahariku Engkau adalah rembulanku Doaku bersamamu selalu Semoga rahmat Ilahi atasmu

(b) Rima ialah persaman bunyi awal, akhir, awal-akhir. Misalnya:

Caya bulan di ombak menitik

Embun berdikit turun menitik (J.E.Tatengkeng)

Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal

Selamat tinggal... (Chairil Anwar) b. Unsur batiniah puisi (hakikat puisi)

(1) Tema ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik

puisi. Misalnya, Ayip Rosidi menuangkan tema “Ketidakpuasan “ dalam puisi “Di Akuarium”:

(29)

Di Akuarium

(2) Rasa (feeling) ialah sikap pandang (pendapat) penyair terhadap pokok persoalan/tema tertentu. Ada penyair yang bersikap simpati-antipati, setuju-tidak setuju, dll. Misalnya Chairil Anwar dalam masih bersikap menerima terhadap gadis yang telah mengecewakannya dengan persyaratan tertentu. Sebaliknya Armyn Pane bersikap menolak terhadap gadis yang telah mengecewakannya. Hal itu terungkap dalam puisinya masing-masing sebagai berikut.

PENERIMAAN

Chairil Anwar

KEMBANG SETENGAH JALAN

Armyn Pane Kalau kau mau, kuterima kembali

Dengan sepenuh hati Aku masih tetapi sendiri

Kutahu kau yang bukan dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi Jangan tunduk! Tantang Aku

(3) Nada (tone) ialah sikap bahasa penyair terhadap penikmat karyanya.

(30)

Aku lalai di hari pagi Beta lengah di hari pagi Kini hidup meracuni hati Miskin ilmu miskin harta Ah, apa guna kusesalkan

Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di pagi hari Menuju ke arah padang bakti

(4) Amanat. Amanat adalah pesan, nasihat, petuah, yang disampaikan oleh penyair dalam karyanya baik secara langsung atau taklangsung . Pesan tersebut dapat dijadikan sebagai perluasan wawasan, memperkaya pengalaman, dan memperhalus budi pekerta, serta mempertinggi nilai-nilai kemanusiaan. Misalnya larik puisi Chairil Anwar yang berbunyi “/pilih kuda liar/ pacu sampai melaju / jangan tambatkan pada siang dan malam/”, antara lain mengandung amanat bahwa kita harus hidup dengan penuh semangat, selalu memanfatkan waktu secara dinamis-kreatif.

Penerapan pendekatan analitis dalam upaya menignkatkan apresiasi sastra anak SD seara produktif sejalan dengan pendapat Badriyah (2000) tentang langkah-langkah menulis puisi sebagai berikut.

(1) Mengamti suatu objek secara cermat.

(2) Tentukan tema lalu dijadikan judul puisi

(3) Susun alur (kronologis / spasial) lalu kembangkan menjadi cerita (4) Susunlah berurutan ke bawah, satu baris satu kalimat pendek.

(5) Jika ada kalimat yang panjang, pendekkan dengan membuang kata-kata

sambung yang tidak penting.

(6) Cari kata/kalimat yang intesitas keindahannya dan maknanya kurang kuat

dan deang kata-kata yang lebih indah (konotatif) dan imajinatif, misalnya

angin, hitam, diganti dengan bayu, pekat/kelam,

(7) Cemati terus menerus tiap kalimat/kata dengan memperhatikan keindahan

bunyi dan penggunaan gaya baya bila memungkinkan. Sebagai contoh:

(31)

BAJU KESUKAANKU

Warnamu sungguh sangat baik Mataku senang melihatmu Selalu aku kupakai Pergi kegiatan penting

Denganmu aku gembira dan riang Dan bisa bergaul dengan baik Tanpa ada rasa malu dan rendah diri Namun sekarang ini

Kau sudah penuh banyak debu Kau sudah penuh banyak lumpur Aku selalu lupa mencucimu

Puisi di dapat diperbaiki seperti berikut ini.

BAJU KESAYANGNKU

Warnamu sungguh menawan Elok mata memandangmu Tiap saat kupakai

Di pertemuan penting Denganmu aku ceria Dapat bergaul leluasa Dengan rasa percaya diri Namun kini

Kau berdebu Kau berlumpur Aku lupa baktimu

Anda telah memahami uraian di atas bukan! Memang Anda pebelajar

yang tekun! Sekarang, supaya taraf apresiasi sastra produktif Anda semakin tinggi silakan menyelesaikan latihan berikut!

Perbaikilah puisi berikut sehingga menjadi puisi yang baik!

POHON KELAPA

Di sebuah padang yang cukup luas

(32)

Dengan batangmu yang berdiri kokoh dan besar

Serta akar serabutmu mu tertanam jauh ke dalam tanah Kau sekarang telah berbuah banyak

Ada yang sudah tua, Ada pula yang belum tua Ada juga yang kecil

Buahmu yang tua aku buat minyak untuk menggoreng Buah yang muda kubuat es kelapa sirop untuk diminum Buahmu yang kecil aku buat menjadi obat penyakit Kau memang tumbuhan banyak manfaat

Bagi keperluan hidup banyak orang

Rambu-rambu penyelesaian latihan

Untuk mengerjakan latihan ini Anda perlu selalu mengingat bahwa

menulis puisi bukan hanya keindahan bahsanya (unsur lahiriah) yang perlu diperhatikan melainkan juga unsur makna yang dikandungnya (unsur batiniah). Keduanya harus Anda seimbangkan secara proporsional.

RANGKUMAN

Pengertian apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan bermain dengan sastra anak-anak sehingga muncul pengertian, ketepatan dan ketelitian pemahaman, kepekaan perasaan dan penghargaan yang baik dalam diri anak terhadap sastra anak-anak.

(33)

Tes Formatif Subunit 2

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

1. Pendekatan yang menuntun siswa mengubah bentuk karya sastra tertentu

seperti puisi ke dalam bentuk prosa di sebut ... A. Pendekatan parafrastis

B. Pendekatan analitis

C. Pendekatan emotif

D. Pendekatan terpadu

2. Persaman bunyi apada awal, akhir, awal-akhir disebut... A. irama

B. rima C. sajak

D. larik

3. Mengubah bentuk suatu puisi ke dalam bentuk prosa tanpa mengubah

gagasan intinya disebut .. A. parafrase prosa B. Parafrase puisi

C. Parafrase drama

D. Bagian a dan c.

4. Berikut ini unsur lahiriah puisi... Kecuali

A. Daya bayang

B. Sikap pengarang

C. Gaya bahasa

D. Pilihan kata

5. Pilih memilih kata yang dianggap susuai dan tepat dalam konteks

kalimat/bait tertentu disebut... A. rima B. irama C. diksi

(34)

6. Gayamu Citamu

Kepribadianmu Dan Pengambdianmu

Membuatku semakin mencintaimu

...

Penggalan puisi di atas menggunakan persamaan bunyi atau ....

A. rima akhir

B. rima awal

C. rima awal akhir

D. rima awal-tengah, akhir

7. Sikap pandang penyair terhadap pokok persoalan tentang karya yang

ditulisnya disebut..

A. diksi B. tone

C. tema

D. feeling

8. Berikut adalah prinsip yang mendasari penerapan pendekatan parafrastis

adalah... kecuali:

A. Pengubahan bentuk karya sastra tententu ke dalam bentuk sastra

yang lain akan semakin meningkatkan ketajaman pemahaman pembaca itu sendiri.

B. Gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda.

C. Simbol yang denotatif dapat diganti dengan kata yang lebih jelas

sehingga mudah dipahami.

D. Pengungkapan yang eliptis dapat dilengkapi sehingga semakin

mudah dimengerti pembaca.

9. Sikap bahasa penyair terhadap pembaca karya sastra yang ditulisnya disebut A. diksi

B. feeling

C. tone

D. tema

10.Berikut adalah unsur-unsur yang bukan bagian dari metode puisi... kecuali:

(35)

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Saya yakin Anda telah menyelesaikan soal-soal di atas dengan baik, bukan!. Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif subunit 1 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit 1 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 2.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat penguasaan = x 100%

10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100% = baik sekali

80 – 89% = baik

70 – 79% = cukup

< 70% = kurang

(36)

Kunci Jawaban Tes Formatif

Urutan alur cerita yang benar adalah dmulai dari pengenalan, lalu permasalahan, kemudian klimaks, terakhir penyelesaian.

Yang terlingkup dalam latar (settng) cerita adalah suasana,

waktu, dan tempat kejadian.

Pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami unsur instrinsik suatu prosa/puisi adalah pendekatan analitis bukan emotif dan didaktis.

Alur adalah suatu rangkaian peristiwa yang saling berkaitan da merupakan suatu kesatuan.

Pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk menikmati dan menentukan nilai-nilai estetis yang terkandung dalam suatu karya sastra di sebut pendekatan emotif.

Pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memperleh sejumlah pemahaman tentang pesan, petuah, atau nasihat yang

dapat memperkaya pengalaman rokhania disebut pendekatan

didaktis.

Yang cepat dapat dinikmati jika membaca penggalan puisi tersebut adalah keindahan berkaitan dengan persamaan bunyi awal dan akhir atau rima.

Pesan yang tidak ada hbungannya dengan penggalan

puisitersebut adalah bagan D atau Di masa tua harus terus

berjuang di padang bakti.

Pelaku yang selalu muncul sejak awal, tengah, sampai cerita berakhir adalah pelaku utama dan merupakan pusat pengisahan gagasan.

(37)

Tes Formatif 2

Pendekatan parafrastis madalah satu stratgi yang menuntun siswa mengubah bentuk karya sastra tertentu seperti puisi ke dalam bentuk prosa.

Rima adalah salah unsur lahiriah puisi yang berkaitan dengan persamaan bunyi baik persamaan bunyi awal-akhir, awal tengah dan akhir, atau akhir saja.

Suatu puisi yang diubah ke dalam bentuk prosa tanpa mengubah gagasan inti adalah parafrase puisi.

Sikap pengarang adalah salah satu unsur puisi dari segi batiniah Pilih memilih kata secara tepat untuk ditempatkan dalam bait suatu puisi adalah diksi.

Rima akhir adalah peramaan bunyi pada akhir bait, apakah persamaan bunyi atau sajak aa aa, sajak ab ab, atau sajak ab ba. Feeling adalah sikap pro-kontra atau sikap pandang penyair terhadap suatu persoalan tertentu.

Yang seharusnya adalah simbol konotatif bukan simbol denotatif karena pada dasarnya yang membuat cerita kurang jelas maknanya adalah simbol konotatif.

Nada adalah sikap bahasa penyair terhadap pembaca apakah persuasif, paedagogis atau menggurui.

(38)

Glosarium

reseptif : bersifat menerima atau memahami suatu gagasan secara tepat dan komprehensif

apresiasi : Penilaian atau penghargaan terhadap sesuatu

sastra : Suatu karya yang mengandung nilai keindahan dan nilai kegunaan

puisi : karya sastra yang berbentuk untaian bait demi bait

prosa : Karya sastra yang bentuk rangkaian paragraf dalam ngungkapkan gagasan atau perasaan kepada orang lain

drama : Karya sastra yang menggunkan dialog antar pelaku dalam menyampaikan gagasan atau perasaan kepada orang lain.

amanat : hal-hal yang baik untuk dilakukan atau hal yang negatif untuk tidak dilaksanakan yan terdapat dalam karya sastra

produktif : bersifat menghasilkan sesuatu yang bermakna

apresiasi : penilaian atau penghargaan positif terhadap karya sastra merevisi : mengubah isi atau bentuk karya sastra

menyunting : memperbaiki aspek mekanik / bahasa

(39)

Daftar Pustaka

Aminuddin. 1988. Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: Y.A.3 Malang

Antara, I.G.P. 1985. Apresiasi Puisi.Denpasar: CV. Kayu Mas.

Badriyah, Ratu. 2000. Apresiasi Puisi dan Cerita Anak secara Produktif.. Jakarta: Universitas Terbuka

Liothe, Wimanjaya. 1991. Petunjuk Praktis Mengarang Cerita Anak. Jakarta: Balai Pustaka.

Rendra. W.S. 1980. Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta Lembaga Studi Pembangunan

Pramuki, Esti. 2000. Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif. Jakatra. Universitas Terbuka.

Situmorang, B.P. 1980. Sistem Pengajaran Puisi. Flores: Nusa Ende

Sumardjo, Yakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung. Penerbit Alumni.

Tarigan, H.G. 1989. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tirtawirya, Putu Arya. 1983. Apresiasi Puis dan Prosa. Flores NTT: Nusa Indah

Referensi

Dokumen terkait

Pendahuluan Drama dan teater merupakan salah satu jenis karya sastra yang bertujuan sebagai proyeksi masyarakat dan ditampilkan dalam bentuk pementasam sebagai pandangan kehidupan,

Robert J. Clements melihat sastra bandingan sebagai disiplin akademis yang memiliki pendekatan yang mencakup aspek (1) tema, (2) jenis/bentuk, (3) gerakan/trend, (4) keterhubungan sastra dengan disiplin dan media seni lain, dan (5) sejarah teori sastra. Obyek (1), (2), (3) dan (5) sebenarnya merupakan wilayah sastra. Teori-teori sastra dapat dimanfaatkan, terutama teori struktural, formalisme, semiotik, untuk membandingkan beberapa karya sastra. Yang diharapkan, kelak dapat menyusun pula sejarah sastra, kritik sastra, dan teori baru tentang sastra. Adapun obyek (4) merupakan analisis yang terkait dengan interdisipliner sastra. Bangunan teoritik yang dikehendaki merupakan studi sastra dalam multidisiplin. Sastra bandingan adalah studi sastra yang memiliki perbedaan bahasa dan asal negara dengan suatu tujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan dan pengaruhnya antara karya yang satu terhadap karya yang lain, serta ciri-ciri yang dimilikinya (dalam Endraswara, 2011: 192). Pendapat ini lebih menekankan bahwa penelitian sastra bandingan harus berasal dari negara yang berbeda sehingga mempunyai bahasa yang berbeda pula. 3. Sapardi Djoko Damono Menurut Damono (2009:1) sastra bandingan adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Boleh dikatakan teori apapun bisa dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan juga disebut sebagai studi dan kajian. Dalam langkah-langkah yang dilakukannya, metode perbandinganlah yang utama. Lanjut Damono (2009:1) perbandingan yang sebenarnya merupakan salah satu metode juga selalu dilaksanakan dalam penelitian seperti halnya memberikan dan menguraikan, tetapi dalam sastra bandingan metode itu merupakan langkah utama. Jadi menurut Damono, sastra bandingan bukan hanya sekedar mempertentangkan dua sastra dari dua negara atau bangsa. Sastra bandingan juga tidak terpatok pada karya-karya besar walaupun kajian sastra bandingan sering kali berkenaan dengan penulis-penulis ternama yang mewakili suatu zaman. Kajian penulis baru yang belum mendapat pengakuan dunia pun dapat digolongkan dalam sastra bandingan. Batasan sastra bandingan tersebut menunjukkan bahwa perbandingan tidak hanya terbatas pada sastra antarbangsa, tetapi juga sesama bangsa sendiri, misalnya antarpengarang, antargenetik, antarzaman, antarbentuk, dan

Fokus kajian dalam penelitian ini adalah 1 bagaimana bentuk penyimpangan prinsip kerja sama wacana kartun pada buku Politik Santun dalam Kartun karya Muhammad Mice Misrad, dan 2

vi ABSTRAK Herli Dewana Putra: Analisis Bentuk dan Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Pada Film Dua Garis Biru Karya Gina S Noer, Skripsi, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, UN