• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKF Balistik n dokumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AKF Balistik n dokumen"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

 lmu Balistik Forensik: Ilmu yang mempelajari tentang

senjata api meliputi anak peluru, laras dan mesiu.

 Balistik Forensik meliputi interior balistik, eksterior

balistik dan terminal balistik.

 Interior balistik : peristiwa sejak picu ditarik sampai

peluru meninggalkan laras.

 Eksterior balistik : peristiwa sejak anak peluru

meninggalkan laras sampai mengenai sasaran

 Terminal balistik : peristiwa sejak peluru mengenai

(2)

 Luka tembak : luka yang ditimbulkan akibat anak peluru yang

dilepaskan dari tembakan senjata api. Anak peluru berada pada lintasan yang sama dengan partikel sisa pembakaran

mesiu(mesiu yang tidak habis terbakar) asap dan udara panas. Perbedaan massa masing-masing partikel menyebabkan daya capai berbeda-beda.

 Jarak luka tembak dibagi lima yaitu : jarak jauh, jarak dekat,

jarak sangat dekat, tidak berjarak dan luka keluar

 Luka tembak masuk jarak jauh : yang mengenai sasaran hanya

anak peluru. Luka yang ditimbulkan berupa luka tunggal

(3)

 Luka tembak masuk jarak dekat : terjadi apabila

jarak penembakan masih dalam batas daya gapai partikel mesiu yang tidak habis terbakar. Gambaran luka seperti luka tembak jarak jauh yang

disekelilingnya terdapat binti-bintik hitam yang akibat dari butir mesiu yang tidak habis terbakar disebut Klim Tato.

 Luka tembak masuk jarak sangat dekat : terjadi

apabila yang turut mengenai sasaran adalah semua partikel yang dihasilkan suatu tembakan. Gambaran luka seperti luka tembak masuk jarak dekat

ditambah dengan klim jelaga yang merupakan

(4)

 Luka tembak masuk tak berjarak/tempel : Merupakan

luka tembak masuk jarak nol. Anak peluru dan partikel lain masuk ke dalam tubuh dan tidak menyebar.

Gambaran luka merupakan suatu lubang yang dikelilingi oleh klim lecet dengan jarak jejak laras merupakan pita luka lecet. Dinding saluran luka berwarna hitam. Apabila tembakan dilepaskan pada daerah yang langsung

terdapat tulang, maka luka disertai robekan kulit berbentuk bintang, mis, di kepala

 Luka tembak keluar : apabila anak peluru masih punya

energi untuk terus menembus keluar pada sisi tubuh yang lain. Merupakan luka terbuka, bentuk tak beraturan

(5)

 Anak peluru merupakan benda terbuat dari logam/camp.logam

dengan berat max dan min spesifik

 Secara umum anak peluru buatan Inggris (20% Pb, 80% Cu), USA

(90 % Cu, 8 % Zn, 2% Sn), Perancis (100% Cu)

(6)

 Mesiu/ serbuk peluru merupakan isi pada bagian tengah

peluru. Dibedakan menjadi dua black powder dan smokeless.

 Mesiu black powder disusun oleh karbon 15%, K2CO3/Na2CO3

75%, Sulfur 15%.

 Mesiu Smokeless disusun oleh nitroselulosa dengan nitrogliserin  Analisis mesiu dapat diketahui dari sisa mesiu yang belum

terbakar. Jika laras dicuci dengan akuades untuk melarutkan sisa mesiu dan menghasilkan warna hitam berarti jenis mesiu black powder. Jika hasil cucian laras tidak berwarna dan pH netral berarti jenis mesiu smokeless

(7)

 Jika mesiu berjenis black powder akan menghasilkan

gas : metan, N2, CO2, CO, H2S dan menghasilkan

padatan : Kalium sulfat, kalium sianida, kalium

sulfida dan material yang belum terbakar. Gas H2S

akan bertahan lama dalam laras sehingga menimbulkan aroma spesifik.

 Jika mesiu berjenis smokeless akan menghasilkan

gas CO, CO2, N2 dan H2. padatan dapat berupa

garam nitrat dan nitrit

 Uji dilakukan : uji kualitaitif mis.untuk K, nitrat,

(8)

 Bom merupakan senjata yang digunakan untuk meledakkan

sesuatu akibat energi yang tercipta saat terjadi reaksi dahsyat. Saat ini banyak macam komposisi kimia dari bahan peledak.

 Salah satu bom kimia adalah KClO3, gula pasir, asam pikrat

dan logam natrium atau serbuk besi ditambah dengan larutan asam sulfat atau asam nitrat.

 Tempat bahan kimia tersebut dapat berasal dari karet atau

gelas. Bahan kimia dan larutan asam terletak pada wadah yang dipisahkan. Bahan luar dapat berupa kaleng.

 Dari hasil ledakan terdapat : Cl, K, nitrat, nitrit, sulfat, serbuk

(9)

 Dokumen adalah : semua bukti tulisan atau tanda baik berupa

yang menjelaskan dimana terdapat, proses pembuatan dan pembuatnya.

 Termasuk dalam dokumen misalnya : akte kelahiran, surat

nikah, surat cerai, surat waris, ijazah, KTP, SIM, cek dsb

 Dokumen yang berupa benda mati dari makhluk hidup misalnya

sidik jari, tanda tangan dan tulisan tangan. Tanda tangan dan tulisan merupakan produk yang mudah dipalsukan

 Grafonomi : ilmu yang mempelajari psikologi seseorang dari

(10)

 Semua dokumen yang ada hubungannya dengan

tindak pidana dan yang disita harus dijaga keasliannya

 Jangan sampai ada kerusakan akibat pengambilan,

pengumpulan dan penyimpanan.

 Lipatlah sesuai dengan klipatan asli

 Jangan ada coretan apapun dalam barang bukti

dokumen

 Tanda/kode diberikan pada sampul/bungkus

dokumen

(11)

 Dokumen rawan dipalsulkan mis: akte kelahiran,

sutrat perjanjian jual beli, surat nikah, surat cerai, surat waris, ijazah, KTP, SIM, cek dsb.

 Bagian yang paling sering dipalsukan adalah tanda

tangan. Apabila pembuat tanda tangan masih hidup maka dapat dipanggil sebagai saksi yang

memberikan pola tanda tangan lagi dihadapan

penyidik. Apabila dokumen sudah sangat lama dan pembuat tanda tangan telah meninggal maka

(12)

 Uang palsu merupakan uang yang tidak dibuat resmi

oleh PERURI. Peredaran uang palsu di Indonsia

sangat banyak. Berbagai perubahan bentuk fisik dari uang resmi selalu diikuti dengan munculnya uang

palsu yang mendekati sifat uang asli.

 Uang menggunakan kertas khusus yang terbuat dari

(13)

 Produk palsu sangat banyak beredar di Indonesia

termasuk obat, kosmetik, keperluan sehari-hari, spare part otomotif sampai pembajakan software

 Produk asli dan palsu ada yang mudah diketahi

namun ada juga yang sulit dibedakan. Cara yang paling mudah membedakan produk palsu adalah kemasan luar dan harga yang tidak wajar.

 Uji komposisi penyusun suatu produk dilakukan di

(14)

KEBAKARAN

 Kondisi yang diperlukan untuk terjadinya pembakaran diwakili oleh cara segitiga api, terdiri dari tiga komponen :

(1) suatu zat yang dapat dioksidasi, bahan bakar

(2) oksidasi agen, biasanya oksigen itu sendiri (3) panas yang cukup untuk memulai reaksi

(15)

 jumlah panas yang dibutuhkan untuk memulai setiap reaksi pembakaran tertentu tergantung terutama pada bahan bakar.

 Jumlah energi yang dibutuhkan untuk pembakaran zat untuk memulai adalah temperatur pengapian nya.

 Suhu pengapian :

suhu terendah dimana suatu zat akan mulai membakar dan kemudian terus menyala

tanpa aplikasi tambahan eksternal panas.  Suhu pengapian juga dikenal sebagai titik

(16)

 pembakaran tidak akan terjadi jika

konsentrasi baik bahan bakar atau agen

oksidator terlalu tinggi atau terlalu rendah.  Sebaliknya, pembakaran terjadi hanya ketika

jumlah relatif dari kedua faktor termasuk

(17)

 Bahan bakar Range mudah terbakar(Persen)

Eter (Etil eter) 1,9-36,0 Benzena 1,3-7,1 Etanol 3,3-19,0 Petroleum eter (benzin,

nafta) 0.8-6.0 Minyak Tanah 0,7-5,0 Bensin 1,5-7,6

(18)

 Investigasi adegan kebakaran biasanya terjadi di dua bagian.

1. Pada tahap pertama, penyidik mencari bukti

fisik yang menunjukkan dari mana api mungkin berasal dan apakah ada

alasan untuk percaya bahwa mungkin kebakaran disengaja.

-Salah satu petunjuk terbaik dalam tahap penyelidikan adalah pola yang terbentuk

ketika kebakaran terjadi. Pola itu biasanya terdiri dari sebuah jalan berbentuk V,

di mana asal api terletak di titik dari V.

(19)

2. Setelah titik asal telah ditemukan, sebuah penyidik dapat memeriksa area di bawah dan sekitar titik untuk tanda-tanda bahwa

(20)

 Berbagai perangkat yang tersedia untuk

investigasi di lokasi dari residu accelerant :

1. Metode Kimia (uji warna)

 Uji Griess

-Reagen Griess berisi campuran sulfanilamide dan N-1 naphthylethylenediamine dihidroklorida (NED) diasamkan dengan asam fosfat.

(21)

2. Catalytic combustion detectors

- berisi kumparan kawat dilapisi dengan platinum.

- Ketika kawat dipanaskan di tempat api, accelerants apapun yang tersisa di udara akan teroksidasi, menghasilkan

panas karakteristik pembakaran.

- Panas pembakaran dihasilkan dapat

(22)

3 Flame ionization detectors

- Sampel dicampur dengan gas hidrogen dan kemudian dinyalakan.

- Ionisasi metode ini menghasilkan

dalam sampel perubahan konduktivitas gas

pembawa dalam perangkat, menghasilkan sinyal listrik yang dapat dihubungkan dengan yang

accelerants dikenal.

4. Ultraviolet fluoroscopes

- seperti namanya, menerangi

adegan kejahatan dengan sinar ultraviolet ("hitam" cahaya) di mana berbeda accelerants bersinar

(23)

5. Infrared spectrometers

- yang merupakan versi portabel dari umum jenis perangkat laboratorium yang

(24)

 Sampel yang diambil dari tempat kejadian ini kemudian mengalami konfirmasi tes yang

dilakukan di laboratorium forensik.

 Setelah asal api telah ditemukan, Tugas penyidik berikutnya adalah untuk mencari materi asing yang mungkin telah digunakan setiap accelerant- dalam memulai api.

 Sejumlah kecil bahan accelerant cenderung diserap oleh bahan hadir pada tempat

(25)

 Setiap accelerants yang hadir harus

diperlakukan sedemikian rupa untuk dapat diekstrak dan mempersiapkannya untuk uji konfirmasi

 Lima metode utama yang digunakan untuk proses ekstraksi:

1. Distilasi uap

2. Distilasi vakum

3. Pelarut ekstraksi

4. Sampling arang

(26)

1. Distilasi Uap adalah salah satu metode

tertua dan paling sederhana dalam mengekstrak accelerant .

 Sampel dihapus dari lokasi kebakaran ditambahkan ke dalam air dalam suatu tabung penyulingan, dan campuran

dipanaskan ke titik didih.

 Setiap bahan volatile dalam sampel yang akan membentuk campuran azeotrop

dengan air mendidih akan selesai dalam uap yang dihasilkan selama perebusan.

(27)

 Campuran azeotropik adalah campuran cair dari dua atau lebih zat yang mempertahankan komposisi yang sama dalam uap seperti dalam keadaan cair

 Keterbatasan yang paling penting dalam

prosedur ini adalah bahwa setiap accelerant harus membentuk sebuah campuran

azeotropik dengan air. Metode

(28)

2. Distilasi vakum

 Distilasi vakum ini mirip dengan destilasi uap, kecuali dilakukan di bawah tekanan yang berkurang.

 Dalam kondisi tersebut, titik mendidih campuran sampel dan air berkurang, sehingga kemungkinan kerusakan untuk sampel api juga berkurang.

 Distilasi vakum digunakan ketika

suhu yang lebih tinggi diperlukan untuk distilasi uap cenderung merusak sampel, misalnya, ketika sampel terdiri dari

(29)

3. Ekstraksi pelarut

 Seperti namanya, menggunakan beberapa

pelarut yang dapat melarutkan accelerants dianggap hadir dalam sampel.

 Pelarut (biasanya n-pentana, n-heksana, karbon

disulfida, atau metilen klorida) ditambahkan ke sampel, dan waktu yang memadai diizinkan

untuk melarutkan setiap saat accelerant.

 Pelarut kemudian diperbolehkan untuk

menguap untuk melihat apakah accelerant diinginkan yang tertinggal untuk analisa.

 Salah satu situasi di mana ekstraksi pelarut

(30)

4. Sampling arang

 merupakan alat yang sederhana dan kuat untuk

mengekstraksi accelerants dari sampel.

 Dalam prosesnya, sepotong arang aktif atau kawat

dilapisi dengan arang ditangguhkan di udara di atas sampel yang akan dianalisis dalam wadah tertutup.

 Selama periode waktu, accelerants dalam sampel ini

teradsorpsi ke permukaan karbon.

 Wadah mungkin dihangatkan untuk meningkatkan

adsorpsi.

 Setelah sekitar satu jam, arang strip atau kawat akan

dihapus dan direndam dalam pelarut, misalnya n-heksana atau karbon disulfida.

 accelerants larut dalam pelarut dan

(31)

5. Sampling HeadSpace

 Metode paling umum yang digunakan di laboratorium forensik untuk mengekstrak accelerant .

 Salah satu bentuk teknik ini, sampel

diletakkan dalam wadah tertutup dengan dua lubang.

 Beberapa gas pembawa, seperti

argon, nitrogen, atau udara ruangan, masuk ke dalam wadah melalui satu lubang.

 Uap dari accelerants hadir dalam campuran sampel dengan gas pembawa dan

(32)

 Wadah mungkin harus dipanaskan untuk mempercepat reaksi di mana accelerants menguap dan dikeluarkan dari wadah.  Setelah campuran gas pembawa dan

accelerant meninggalkan wadah, kemudian dilewatkan melalui filter arang, dimana

(33)

 Metode yang paling populer untuk

menganalisis komposisi bahan diekstraksi dari sampel oleh berbagai prosedur yang baru saja dijelaskan adalah kromatografi gas.

 kromatografi gas memiliki kemampuan untuk

membedakan antara hidrokarbon banyak yang hadir dalam bensin, minyak tanah, dan

accelerants lainnya yang umum digunakan.

 kromatogram spesifik untuk setiap bahan

bakar minyak yang diberikan adalah unik, bensin berbagai sampel, sampel minyak tanah, sampel terpentin, dan sejenisnya

cukup mirip untuk memungkinkan yang relatif positif identifikasi accelerants hadir dalam

(34)

 kromatogram memungkinkan untuk

digunakan sebagai tes konfirmasi hampir untuk semua accelerants.

 Penggunaan kromatografi telah merevolusi ilmu pembakaran penyelidikan.

 Prosedur membuat identifikasi mungkin dari jumlah jejak accelerants yang

(35)

Penyelidikan Bahan Peledak

 Bahan peledak adalah senyawa atau campuran

yang mengalami kimia cepat

atau reaksi nuklir yang menghasilkan

pembentukan volume gas dalam jumlah besar, biasanya pada suhu tinggi.

 Gas-gas yang terbentuk dalam reaksi meluas

keluar cepat, menghasilkan gelombang kejut.

 Gelombang kejut biasanya bertanggung jawab

atas sebagian besar kerusakan yang langsung disebabkan oleh ledakan, seperti pemisahan batuan atau perusakan bangunan.

 Efek sekunder dari ledakan adalah api yang

(36)

 Peledak kimia disebut sebagai mesiu atau bubuk

hitam

 Mesiu adalah campuran arang, belerang,

dan kalium nitrat (sendawa).

 Ketika mesiu dinyalakan, senyawanya

bereaksi satu sama lain untuk membentuk

berbagai gas, termasuk karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur dioksida, dan oksida nitrat.

 Tidak ada persamaan kimia tunggal cukup

mewakili berbagai reaksi yang terjadi antara ketiga reaktan selama ledakan.

 Panas dilepaskan selama reaksi menyebabkan gas

(37)

 Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan berbagai karakteristik, seperti komposisi kimia, laju reaksi, atau kegunaan.

 Sistem yang paling umum untuk

mengklasifikasikan bahan peledak membagi mereka ke dalam bahan peledak rendah dan

(38)

 Bahan peledak rendah adalah senyawa atau campuran yang memiliki efek membakar

daripada meledak.

 Kerusakan disebabkan oleh panas dan

api yang dihasilkan daripada gelombang kejut yang mungkin terjadi.

 Peledak rendah biasanya mulai terbakar pada satu permukaan, setelah itu nyala api

bergerak perlahan melalui massa material.  Bahan peledak rendah digunakan sebagai

(39)

 Bahan peledak tinggi adalah senyawa atau campuran yang cepat meledak di setiap bagian dari massa mereka.

 Reaksi kimia yang menyebabkan ledakan sering diselesaikan dalam beberapa

mikrodetik setelah pengapian.

 Salah satu ukuran efektivitas bahan peledak adalah tingkat ledakannya, kecepatan di

mana sebuah bergerak gas memperluas keluar dari titik peledakan.

 Bahan peledak tinggi dibagi lagi menjadi dua kelas

1. Bahan peledak primer

(40)

1. Bahan peledak primer

 bahan peledak primer sensitif dan

tidak stabil sehingga dapat meledak dengan mudah oleh aplikasi panas, shock mekanik, atau percikan listrik.

 Beberapa primer bahan peledak khas

adalah azida timbal (Pb (N3) 2), marah

merkuri (raksa cyanate; Hg (CNO) 2), lead styphnate (timah trinitroresorcinate;

[C6H (NO2) 3 (PbO2)]), diazodinitrophenol [(NO2) 2C6H2ON2], dan tetracene

(Tetrazene; H2NC (: NH) NHNHN: NC (: NH) NHNHNO).

 Karena senyawa ini sangat tidak stabil,

(41)

2. bahan peledak sekunder

 bahan peledak sekunder lebih stabil dari

bahan peledak primer. Jika dinyalakan di

udara terbuka, mereka cenderung membakar pelan daripada meledak.

 Beberapa bahan peledak sekunder umum

adalah dinamit (istilah generik untuk berbagai macam bahan peledak yang utama komponen nitrogliserin atau amonium nitrat); TNT

(trinitrotoluene; CH3C6H2 (NO 2) 3); RDX

(Cyclotrimethylenetrinitramine; cyclonite; N (NO2) CH2N (NO2) CH2N

(42)

Setidaknya dua lusin bahan peledak sekunder lainnya yang digunakan dan umumnya tersedia, banyak dari mereka kombinasi atau variasi dari empat

bahan peledak dasar yang tercantum.

Contoh :

- Octol adalah campuran yang terdiri dari 75

persen dan 25 persen HMX TNT

- Torpex adalah campuran 37-41 persen TNT,

41-45 persen RDX, dan 18 persen aluminium bubuk;

- Minol-2 mengandung 40 persen TNT,

(43)

 Ilmuwan forensik sekarang telah

mengembangkan sejumlah teknik untuk mencari, mengumpulkan, dan mengidentifikasi bahan

peledak yang mungkin telah digunakan dalam tindak pidana.

 Teknik jatuh ke dalam dua kategori umum.

- Pertama adalah metode yang digunakan untuk menganalisis residu di lokasi pemboman dalam rangka untuk menentukan jenis bahan peledak yang digunakan dalam tindakan itu.

- Kedua adalah yang metode yang digunakan untuk skrining individu dan kargo yang potensi untuk digunakan dalam jenis teroris atau

(44)

 Tujuan ilmuwan forensik dalam memeriksa lokasi ledakan adalah untuk menemukan titik di mana bahan peledak diledakkan,

mengumpulkan sampel bahan peledak yang mungkin telah ditinggalkan di tempat

tersebut, dan melakukan tes yang

(45)

 Sebuah metode di tempat umum dan

lama-digunakan untuk menentukan identitas ledakan adalah tes warna, mirip dengan tes warna yang digunakan dalam penyelidikan pembakaran. Tiga bahan yang digunakan untuk reagen dalam

pengujian adalah reagen Griess, difenilamin, dan kalium alkohol hidroksida (KOH).

 Reagen Griess dibahas sebelumnya dalam bab ini.

 Reagen difenilamin dibuat dengan melarutkan

satu gram (g) dari senyawa dalam 100 mililiter (mL) terkonsentrasi asam sulfat.

 KOH beralkohol dibuat dengan melarutkan

(46)

Substance Griess test Diphenylamine

test AlcoholicKOH test

Chlorates None Blue None Nitrates Pink to red Blue None Nitrocellulose Pink Dark blue None nitroglycerin Pink to red Blue None PETN Pink to red Blue None RDX Pink to red Blue None

TNT None None Red

(47)

Perangkat yang telah banyak digunakan dalam deteksi dan identifikasi bahan peledak

1. Sistem Egis

 Sistem Egis terdiri dari dua bagian,

kromatografi gas dan detektor chemiluminescent.

 Kromatograf gas bekerja dalam cara yang

sama sebagai model laboratorium dijelaskan sebelumnya.

 Sebuah sampel yang diambil dari kejahatan

adegan dipanaskan dan melewati kromatografi, yang memisahkan

(48)

 Komponen kemudian dilewatkan ke dalam detektor chemiluminescent untuk identifikasi akhir.

 Detektor chemiluminescent beroperasi pada prinsip bahwa nitrat kelompok senyawa

bahan peledak ditemukan di sebagian besar, di bawah keadaan tepat, memancarkan

cahaya inframerah panjang gelombang karakteristik

yang dapat dideteksi dan diukur. heat

 molecules of explosive NO

 NO + O3 NO2*

(49)

2. Ion Mobility Spectrometer (IMS)

 Udara di sekitar lokasi ledakan ditarik ke dalam IMS melalui pelabuhan masuk.

 Dalam port ini terdapat bahan radioaktif,

biasanya nikel-63. Radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif mengionisasi

molekul dari setiap menampilkan materi

ledakan, membentuk positif ion bermuatan.  Ion-ion ini dipercepat oleh muatan negatif

di

(50)

 Tingkat di mana ion perjalanan

melalui daerah drift merupakan fungsi dari massa dan muatan.

 Tingkat tersebut telah diukur dan terkenal dengan ion dari semua umum bahan peledak. Seperti drift ion melalui perangkat, mereka akhirnya datang ke dalam kontak dengan pelat detektor pada akhir IMS, dimana

(51)

3. electron capture detector (ECD)

 Udara ditarik ke dalam instrumen pada satu portal dan dicampur dengan gas pembawa inert, seperti argon atau helium.

 Campuran gas masuk ke dalam bagian

tengah dari alat, dimana radioaktif

sumber penyebab ionisasi gas pembawa dan molekul ledakan.

 Elektron dilepaskan selama proses ionisasi perjalanan ke suatu anoda yang berjalan melalui pusat ruangan.

(52)

 Dalam tidak adanya molekul peledak, arus listrik akan

konstan dan diketahui untuk setiap tegangan tertentu diterapkan pada anoda.

 molekul peledak masuk kamar dan terionisasi,

bagaimanapun, mereka mengerahkan daya tarik bagi beberapa elektron dilepaskan dari gas pembawa.

 Kehadiran molekul-molekul bahan peledak,

Oleh karena itu, mengurangi jumlah elektron mencapai anoda hal ini dapat diamati.

 Selanjutnya, penurunan saat ini akan

berbeda untuk berbagai molekul eksplosif karena perbedaan ukuran dan muatan.

 Sebuah ECD dengan sendirinya tidak dapat

mengidentifikasi tertentu ledakan molekul, sehingga umumnya dipasangkan dengan kromatografi gas untuk memilah-milah molekul peledak sebelum mereka

(53)

Referensi

Dokumen terkait

Populasi adalah ibu yang mempunyai balita yang terdapat di desa Kalosi diwilayah kerja Puskesmas Tanrutedong Kecamatan Dua Pitue Kabupaten Sidrap sebanyak 223

Kekuatan acuan yang terbuat dari baja lurus, harus diuji, dan harus memenuhi persyaratan bahwa acuan harus tidak melendut lebih besar dari 6,4 mm (1/4 inch)

ADE SYAHPUTRA L 4 Akademi Kebidanan Pamenang KQD Musabaqah Khaththil Qur'an Golongan Dekorasi 151302043 MELI PUSPITA PAMOLASARI P 5 Institut Seni Indonesia

Alhamdulillahirobil’aalamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senatiasa melimpahkan rahmat taufik dan hidayah- Nya, sehingga

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Hipotesis Penelitian ... Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... Sistematika Skripsi

Simulasi dilakukan untuk mengetahui penyebaran jumlah penderita HIV di setiap kabupaten/kota dan mengetahui daerah yang berpotensi endemik HIV/AIDS di Provinsi Jawa Tengah