• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMP NEGERI 8 SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMP NEGERI 8 SURAKARTA"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA

DI SMP NEGERI 8 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh:

NUR TAUFIK SUSILO NUGROHO

NIM K1208110

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA

DI SMP NEGERI 8 SURAKARTA

Oleh:

NUR TAUFIK SUSILO NUGROHO

K1208110

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(4)

commit to user

(5)

commit to user

(6)

commit to user

vi

ABSTRAK

NUR TAUFIK SUSILO NUGROHO. K1208110. PEMBELAJARAN

KETERAMPILAN BERBICARA DI SMP NEGERI 8 SURAKARTA Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) perencanaan pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara; (2) pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara; (3) kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara; dan (4) upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta.

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang ada berdasarkan konsep, kategori, dan tidak berdasarkan angka. Sumber data yang digunakan adalah hasil wawancara, observasi, dan arsip tertulis. Informan terdiri dari guru dan siswa. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode, dan review informan. Analisis data dilakukan dengan model analisis interaktif.

Berdasarkan penelitian dapat ditarik kesimpulan: (1) perencanaan pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan silabus dan RPP dari MGMP dan diimplementasikan dalam pembelajaran; (2) pembelajaran berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta dapat berlangsung dan berhasil dengan baik. Hal ini diindikatori oleh: (a) persiapan sebelum pembelajaran; (b) guru melaksanakan prosedur pembelajaran sesuai RPP; (c) guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pemimpin kelompok belajar; (d) guru menerapkan metode kooperatif dan inquiri; (e) guru menggunakan materi ajar dari modul, buku referensi berbicara, dan LKS; dan (f) penilaian terhadap unjuk kerja siswa; (3) kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta di antaranya: (a) kurangnya buku tentang keterampilan berbicara di perpustakaan; (b) siswa sulit diatur ketika berdiskusi; (c) waktu pembelajaran terbatas; (d) minimnya kosakata bahasa baku siswa; (e) siswa kurang percaya diri; (f) siswa kurang serius ketika praktik berbicara; dan (g) siswa kurang antusias mengikuti pelajaran; dan (4) usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pembelajaran berbicara di antaranya: (a) sekolah bekerjasama dengan komite untuk pengadaan buku perpustakaan; (b) guru terlebih dahulu menentukan kelompok untuk diskusi sebelum masuk kelas; (c) guru mengurangi waktu pembelajaran pada materi yang dianggap lebih mudah; (d) siswa mendapat tugas untuk membaca di perpustakaan sekolah; (e) guru memotivasi siswa dengan memberi pujian dan tepuk tangan dari siswa yang lain; (f) guru menegur siswa yang tidak serius; dan (g) menggunakan strategi pembelajaran yang menarik dengan memberikan materi yang siswa telah banyak mengerti.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? (Q. S. Ar Rahman, 13)

-baiknya, bukan untuk

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi penulis persembahkan kepada:

1. Ibunda Sri Sumarni dan ayahanda Samino, tak terukur kasih sayang yang diberikan kepada

saya, dan semoga tak terhenti hingga akhir hayat.

Terima kasih ayah, terima kasih ibu.

2. Adikku, Nur Khoirul Anwar, semoga kita selalu

dalam lindungan Allah, dan tak kan lupa

mengucap syukur atas nikmat yang diberikan-Nya.

3. Rossy Youdhari, teman sekaligus penyemangat

selama kuliah. Ardhi Mardianto, Nur Arif

Hidayat Sutrisno, dan semua teman Kos Griya

Nuansa, serta teman-teman Prodi Pend. Bahasa

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah , atas rahmat-Nya dan

hidayah-Nya karena penulis mendapatkan kekuatan untuk dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang turut membantu, terutama

kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang

telah mengesahkan skripsi ini;

2. Dr. Muhammad Rohmadi, S. S., M. Hum., selaku Ketua Jurusan PBS FKIP

UNS yang telah memberikan kemudahan dalam perizinan penelitian;

3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M. Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

4. Dra. Sumarwati, M. Pd., selaku pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan, nasehat, dan dorongan motivasi selama peneliti

kuliah;

5. Dr. Andayani, M. Pd., dan Budi Waluyo, S. S. M. Pd. selaku Pembimbing

Skripsi yang telah sabar memberikan bimbingan, dukungan, dan motivasi

selama menyusun skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Bahasa dan Sastra Indonesia yang secara tulus

memberikan ilmunya kepada peneliti;

7. SMP Negeri 8 Surakarta, Ibu Wahyu Prihatin Sayekti, S. Pd. dan Ibu Siti

Martabatul Aliyah, S. Pd. yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian dan telah banyak membantu memberikan informasi kepada peneliti; 8. Kedua orang tua, yang tak henti-hentinya selalu memberikan doa dan

(10)

commit to user

x

9. Mahasiswa Bastind angkatan 2008, yang telah memberi semangat dan

motivasi dalam proses penelitian ini;

Semoga amal kebaikan semua pihak mendapatkan imbalan dari Allah

. Harapan penulis, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca dan ilmu pengetahuan terutama dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia.

Surakarta, Mei 2012

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

A. Pembelajaran Keterampilan Berbicara ... 6

1. Hakikat Berbicara ... 6

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Pembelajaran Keterampilan Berbicara ... 14

3. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa ... 19

(12)

commit to user

A. Deskripsi Latar Penelitian ... 35

B. Temuan Penelitian ... 36

1. Perencanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta ... 36

2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta ... 39

3. Kendala dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta ... 43

4. Upaya Guru dan Sekolah untuk Mengatasi Kendala Pembelajaran Berbicara ... 46

C. Pembahasan 1. Orientasi Pembelajaran Berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta .. 49

2. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian Pembelajaran Berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta ... 51

3. Kelebihan dan Kelemahan Upaya Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMP Negeri 8 ... 60

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 61

(13)

commit to user

xiii

B. IMPLIKASI ... 62

C. SARAN ... 63

DAFTAR PUSTAKA

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian ... 28

Gambar 2. Model Analisis Interaktif ... 34

Gambar 3. Buku referensi dan modul yang digunakan dalam

(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan

berbicara di SMP/MTs (semester genap) ... 15 Tabel 2 : Rubrik Pengamatan Penilaian Kemampuan Berbicara ... 23

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR SINGKATAN

CL : Catatan Lapangan

JA : Jovanka Addin P. A.

Nar. : Narasumber

NIM : Nomor Induk Mahasiswa

NIP : Nomor Induk Pegawai

NIS : Nomor Induk Siswa

Pen. : Peneliti

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

S. Pd. : Sarjana Pendidikan

SM : Siti Martabatul A., S. Pd.

(17)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aset paling berharga bagi bangsa. Kesadaran

tentang pentingnya pendidikan dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang

lebih baik di masa mendatang. Sekarang, berbagai cara telah dilakukan oleh

pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, misalnya

pemerintah membuat perubahan-perubahan baru di dalam kebijakan, diantaranya

dengan menciptakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP

menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk menghadapi

permasalahan dalam berbahasa yang meliputi (1) keterampilan menyimak; (2)

keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca; (4) keterampilan menulis.

Keempat aspek tersebut selalu berkaitan erat.

Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan

sebagai keterampilan berbahasa lisan (Munawaroh, 2008: 36). Seseorang yang

memiliki keterampilan berbicara yang baik akan memiliki kemudahan dalam

pergaulan di masyarakat. Penguasaan keterampilan berbicara membantu

seseorang dalam menyampaikan pesan untuk dapat dicerna oleh lawan tutur

sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

Dalam berkomunikasi antara guru dan siswa atau antarsiswa dalam proses

belajar mengajar, keterampilan berbicara dan menyimak merupakan unsur yang

penting. Melalui berbicara guru atau murid menyampaikan informasi melalui

suara dan bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak, siswa akan mendapatkan

informasi melaui tuturan yang diterima dari guru atau rekannya (Tarigan dan

Tarigan, 1986: 86). Kemampuan berbicara tidak hanya digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia akan tetapi pembelajaran yang lain juga

membutuhkan jenis keterampilan ini.

Menurut Hafizah (2008: 1), selama ini pengajaran keterampilan berbicara

(18)

commit to user

seperti yang diharapkan. Para siswa belum sepenuhnya mempunyai keterampilan

komunikatif. Mereka masih takut, malu, dan ragu ketika harus berbicara di depan

umum dan menyampaikan gagasan-gagasannya. Salah satu penyebabnya karena

metode yang digunakan oleh guru belum sepenuhnya disesuaikan dengan situasi

dan kondisi siswa serta kelas. Sebagaimana yang diungkapkan Sarono (2002: 2)

bahwa guru yang kurang memberi perhatian khusus pada pembelajaran bercerita

dapat dilihat dari materi dan metode pembelajaran yang kurang bermakna dan

menyentuh.

Keberhasilan pembelajaran berbicara salah satunya dapat dilihat dari cara

siswa tampil atau praktik berbicara di depan kelas. Sebagaimana yang disebutkan oleh Tarigan (1992: 143) bahwa ada sejumlah siswa yang masih takut berdiri di

hadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak jarang terlihat beberapa siswa

berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa yang akan dikatakan apabila berhadapan

dengan sejumlah siswa yang lainnya. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran

keterampilan berbicara belum memperoleh hasil yang maksimal.

Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh

sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan

oleh guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten

akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan

dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar para siswa berada

pada tingkat optimal (Hamalik, 2004: 36). Kurang adanya interaksi antara guru

dan murid juga menjadi salah satu penyebab gagalnya pembelajaran berbicara.

Padahal berbicara merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dilakukan secara

mandiri, artinya seseorang membutuhkan teman atau partner ketika akan

berbicara.

Lemahnya cara guru mengajar juga disebabkan sistem dan menejemen

pendidikan yang kurang tertata, sehingga membuat posisi guru sebagai pendidik

semakin tersisihkan. Mujiran (2002: 127) mengungkapkan bahwa sekarang ini

sistem pendidikan yang ada masih kaku, sentralis, serta dibelenggu oleh

kurikulum dan penyeragaman. Guru menjadi pasif dan tidak berpartisipasi penuh

(19)

commit to user

pegangan mengajar daripada mengembangkan potensi anak didik dengan lebih

dinamis dan kreatif.

Di lembaga pendidikan, tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar.

Agar tugas utama tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, guru perlu memiliki

kualifikasi tertentu, yaitu profesionalisme; memiliki kompetensi dalam ilmu

pengetahuan, kredibilitas moral, dedikasi dalam menjalankan tugas, kematangan

jiwa (kedewasaan), dan memiliki keterampilan teknis mengajar serta mampu

membangkitkan etos dan motivasi peserta didik dalam belajar dan meraih

kesuksesan (Marno dan Idris, 2008: 21). Dengan demikian peran guru benar-benar dapat dirasakan siswa.

Selain faktor pendidik, dukungan sarana dan prasarana juga menjadi salah

satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Sekolah yang mempunyai sarana

dan prasarana yang baik akan memudahkan guru dan siswa dalam proses belajar

mengajar. Terbatasnya sarana dan prasarana dari sekolah pun tentunya akan

memberikan hambatan pengembangan kreativitas dan inovasi-inovasi dalam

pembelajaran. Namun demikian, hal ini bukan berarti dijadikan sebagai alasan

untuk tidak mengembangkan inovasi dan kreasi dalam pembelajaran. Pelaksanaan

pembelajaran di sekolah dapat disesuaikan dengan situasi yang ada.

Di sisi lain, pembelajaran bahasa Indonesia pada setiap satuan pendidikan

pasti mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Tentunya keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak

hanya dinilai secara kognitif karena pada hakikatnya bahasa merupakan ilmu

terapan. Kompetensi dari sisi afektif dan psikomotorik pun memiliki peran yang

sama pentingnya, khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara di SMP

yang lebih cenderung berupa praktik berbicara.

Pemilihan sekolah ini tentunya berdasarkan kriteria-kriteria tertentu,

khususnya prestasi. Penetapan SMP Negeri 8 surakarta sebagai tempat penelitian

didasarkan pada, SMP tersebut adalah salah satu SMP yang berkualitas baik di

Surakarta, terbukti dengan terakreditasi A dan termasuk sepuluh besar SMP

(20)

commit to user

kondisi sekolah cukup nyaman dan kondusif, karena sarana dan prasarana yang

dimiliki cukup menunjang untuk pembelajaran berbicara.

Berdasarkan dari uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai strategi pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan oleh guru

di SMP Negeri 8 Surakarta. Penelitaian ini peneliti tuangkan dalam judul

DI SMP NEGERI 8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang diterapkan guru dalam

pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan

oleh guru di SMP Negeri 8 Surakarta?

3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi oleh guru bahasa Indonesia di SMP

Negeri 8 Surakarta dalam pembelajaran keterampilan berbicara?

4. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala

yang ditemui dalam pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8

Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan

hal-hal sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta.

2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan oleh guru

(21)

commit to user

3. Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru SMP Negeri 8 Surakarta dalam

pembelajaran keterampilan berbicara.

4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran keterampilan berbicara SMP Negeri 8

Surakarta.

D. Manfaat dan Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah pustaka keilmuan dan pengetahuan mengenai pelaksanaan

pembelajaran keterampilan berbicara, khususnya di Sekolah Menengah

Pertama.

2. Manfaat Prtaktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah, khususnya SMP Negeri 8 Surakarta dalam peningkatan

kualitas pembelajaran berbicara.

b. Bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

peningkatan kualitas proses dan hasil dalam pelaksanaan pembelajaran

keterampilan berbicara.

c. Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan

motivasi untuk berprestasi terkait hal-hal yang didukung dengan

(22)

commit to user

Nurgiyantoro (2001: 276) mengungkapkan pengertian berbicara adalah

aktivitas kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah

mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah

kemudian manusia belajar mengucapkan bunyi dan akhirnya mampu untuk berbicara. Jika ingin berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus

menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan.

Suwandi dan Setiawan (2003: 7) menjelaskan bahwa berbicara adalah

kemampuan untuk mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan. Sebagai perluasan dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa berbicara

merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan kelihatan

(visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia demi

maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikomunikasikan. Selain

itu Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 8) juga mengungkapkan

kemahiran berbicara mempunyai prasyarat-prasyarat tertentu. Prasyarat tersebut,

misalnya; keberanian, ketenangan sikap di depan orang banyak, mampu memberi

reaksi yang cepat dan tepat, sanggup melontarkan pikiran-pikiran atau

gagasan-gagasan secara lancar dan teratur, dan memperlihatkan suatu sikap dan

gerak-gerik yang tidak canggung dan kaku. Selain itu perlu diperlihatkan ekspresi fisik,

ucapan (lafalisasi), dan lagu. Ekspresi fisik berupa sikap dan mimik akan sangat

mampu menegaskan maksud pembicara.

Berbicara juga dapat diartikan sebuah ujaran sebagai suatu cara

berkomunikasi mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, perasaan, dan

keinginan dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata (Tarigan,

(23)

commit to user

berbicara sebagai suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat penting,

karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia,

menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan

perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya. Suharyanti dan

Suryanto (1996: 28) juga berpendapat bahwa berbicara adalah suatu peristiwa

penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang

lain.

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan,

bahasa dapat dibedakan dalam dua ragam bahasa, yaitu (1) bahasa lisan dan (2) bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of

speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan,

sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf

sebagai unsur dasarnya dinamakan bahasa tulis. Menulis dan membaca

merupakan ragam bahasa yang berkaitan erat dengan bahasa tulis, sedangkan

berbicara dan mendengarkan (menyimak) merupakan ragam bahasa lisan.

Tidaklah sama antara bahasa tulis dan bahasa lisan. Dalam bahasa tulis

seorang penulis diikat oleh susunan dan kaidah-kaidah penulisan dan lain

sebagainya. Dalam bahasa lisan, seorang bembicara juga diikat oleh

kaidah-kaidah seperti pelafalan, jeda, intonasi, dan sebagainya. Adakalanya seorang

pembaca tidak memahami tulisan apabila belum dilafalkan. Bahasa tulis dapat

menimbulkan multi tafsir atau makna ganda. Beberapa kalimat dalam kalimat

mungkin ambigu akan tetapi jika kalimat tersebut terlepas dari susunan kalimat

menjadi tidak ambigu. Hal itu sesuai dengan pendapat Susumo Kuno, dkk. (2001:

142).

(24)

commit to user

Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.

Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai

keterampilan berbahasa lisan. Ditinjau dari segi komunikasi, menyimak dan

berbicara diklasifikasikan sebagai komunikasi lisan. (Munawaroh, 2008: 2)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka berbicara dapat didefinisikan

sebagai suatu perbuatan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat bicara

untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan dalam kegiatan berkomunikasi dengan orang lain sehingga maksud kita

dapat diterima oleh mitra bicara dan dapat menjalin hubungan, den berinteraksi

dengan mitra bicara kita.

b. Konsep Dasar Berbicara

Pemahaman konsep berbicara sangatlah penting dibutuhkan oleh seorang

guru dalam mengajar keterampilan berbicara. Menurut Iskandarwassid dan

Sunendar (2008: 286) Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi

mencakup tujuh hal, yaitu sebagai berikut.

1) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal

Berbicara dn menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun

berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak pasti didahului

oleh kegiatan berbicara. Dalam komunikasi lisan, pembicara dan penyimak

berpadu dalam sutu kegiatan yang resiprokal berganti peran secara

spontan, mudah, dan lancer dari pembicara menjadi penyimak, dari

penyimak menjadi pendengar.

2) Berbicara adalah proses individu berkomunikasi

Ada kalanya berbicara digunakan sebagai alat komunikasi dengan

lingkungannya. Bila hal ini dikaitkan dengan fungsi bahasa maka berbicara

digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan mengadaptasi,

mempelajari, dan mengontrol lingkungannya. Berbicara adalah salah satu

alat komunikasi terpenting bagi manusia untuk dapat menyatakan diri

(25)

commit to user

3) Berbicara adalah ekpresi kreatif

Melalui berbicara, manusia tidak hanya menyatakan suatu ide

tetapi juga memanifestasikan kepribadiannya. Tingkat intelektual manusia

dapat dilihat dari cara seseorang berbicara. Berbicara adalah alat utama

untuk menciptakan dan memformulasikan ide dan kreativitas baru.

4) Berbicara adalah tingkah laku

Melalui berbicara, pada dasarnya pembicara menyatakan gambaran

dirinya. Berbicara merupakan simbolisasi kepribadian pembiraca. Dalam

kepribadian seseorang terselip tingkah lakunya, karena itu dapat dikatakan

bahwa berbicara adalah tingkah laku.

5) Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman

Seorang pembicara yang memiliki banyak pengetahuan dan

pengalaman akan berbicara dengan baik dan lancar. Begitu pula

sebaliknya, pembicara yang kurang memiliki pengalaman akan mengalami

hambatan dalam penyampaian ide dan gagasannya.

6) Berbicara merupakan sarana memperluas cakrawala

Selain untuk mengekspresikan ide, perasaan, dan imajinasi,

berbicara juga dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan

memperluas cakrawala pengalaman. Melalui berbicara wawasan seseorang

akan bertambah karena ia akan mendapat umpan balik dari orang lain.

7) berbicara adalah pancaran pribadi

Gambaran pribadi seseorang dapat diidentifikasikan dengan

berbagai cara, salah satunya dari cara seseorang berbicara. Berbicara pada

hakikatnya melukiskan apa yang ada dihati, misalnya pikiran, perasaan,

keinginan, ide, dan lain-lain. Kualitas suara, tinggi suara, nada, kecepatan

suara dalam berbicara merupakan indikator keadaan emosi seseorang.

Hamalik (2003: 173) mengungkapkan bahwa untuk mempelajari

keterampilan tersebut tidak cukup hanya menggunakan kondisi-kondisi eksternal,

tetapi juga diperlukan kondisi internal yang telah dimiliki oleh siswa.

Menurutnya, pengembangan suatu keterampilan hanya mungkin terjadi jika siswa

(26)

commit to user

dalam mengajarkan keterampilan berbicara yang diungkapkan oleh Hamalik

(2003/176-178), dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut; (1) Guru

melakukan tahap telaah keterampilan; (2) Guru menilai tingkah laku dasar siswa

sebagai tahap persiapan untuk melaksanakan pengajaran pengembangan

keterampilan berbicara; (3) Guru mengembangkan latihan dalam komponen unit

keterampilan pada siswa; (4) Guru menentukan dan mendemonstrasikan

keterampilan pada siswa; dan (5) Guru menyediakan kondisi belajar bagi siswa

untuk mengadakan praktik memberikan balikan.

c. Faktor-faktor yang Menunjang Keterampilan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Di samping tujuan utama berkomunikasi, Keraf (2001: 320-321) menyatakan tujuan berbicara, antara

lain: (1) mendorong, yaitu pembicara berusaha memberi semangat serta

menunjukkan rasa hormat dan pengabdian; (2) meyakinkan, yaitu pembicara ingin

meyakinkan sikap, mental, dan intelektual kepada para pendengarnya; (3)

bertindak, berbuat, menggerakkan, yaitu pembicara menghendaki adanya tindakan

atau reaksi fisik dari pendengar; dan (4) menyenangkan atau menghibur.

Dari berbagai macam tujuan berbicara di atas, dapat disimpulkan bahwa

berbicara merupakan kegiatan menyampaikan ide atau gagasan secara lisan. Oleh

sebab itu, agar ide atau gagasan pembicara dapat diterima oleh pendengar, maka

pembicara harus mampu menyampaikan isi secara baik dan efektif.

Maidar G. Arsjad, Mukti U. S (1991: 17-19) menjelaskan faktor-faktor

kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara antara lain; (1) ketepatan

ucapan seorang pembicara dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa harus tetap

karena pengucapan bunyi-bunyi yang tidak tepat dapat mengalihkan perhatian

pendengar; (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi harus sesuai; (3)

pilihan kata yang tepat; (4) ketepatan sasaran pembicara. Hal itu sesuai dengan

pendepat Joanna Jaworrow:

(27)

commit to user

berbicara mencoba untuk menjelaskan bagaimana pembicara menggunakan

bahasa yang diharapkan akan menyempurnakan tindakan-tindakan dan pendapat

yang berbentuk arti apa yang diucapkan. Meskipun pelajaran berbicara sekarang

mempertimbangkan subdisiplin persilangan budaya pragmatik, mereka biasanya

mengambil sumber asal-usul filsafat bahasa.

Lebih lanjut Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 23) menjelaskan empat

hal yang mendukung keterampilan berbicara:

1) Penyimak

Keberhasilan berbicara, dapat dilihat pertama kali pada penyimak atau pendengar. Cara yang digunakan adalah dengan menganalisis situasi dan

kebutuhan tingkat pendidikan pendengar. Dengan cara ini akan

menghindarkan dari kesalahan-kesalahan dalam berbicara.

2) Pembicaraan

Sebelum pembicaraan berlangsung, maka pembicara harus mempersiapkan

apa yang akan dibicarakan, diantaranya sebagai berikut: (1) menentukan

materi; (2) menguasai materi; (3) memahami khalayak; (4) memahami

situasi; dan (5) merumuskan tujuan yang jelas.

3) Media dan Sarana

Pembicaraan dapat disampaikan dengan lebih menarik jika didukung

dengan memberikan ilustrasi yang tepat, dan menggunakan alat bantu yang

tepat. Misalnya menggunakan kaset, komputer, dan gambar.

4) Pembicara

Pembicara adalah unsur penting yang menentukan efektivitas retorik.

Syarat pembicara yang baik, diantaranya: (1) memiliki pengetahuan yang

luas; (2) kepercayaan diri yang cukup; (3) berpenampilan yang sesuai; (3)

memiliki artikulasi yang jelas; (4) jujur, ikhlas, kreatif, dan bersemangat,

dan (5) tenggang rasa dan sopan santun.

Sementara itu Nur (2008: 2) menjelaskan bahwa setidaknya ada empat

faktor yang harus dimiliki oleh seorang pembicara jika ingin berhasil dalam

(28)

commit to user

dan (4) kelancaran komunikasi. Lebih lanjut, Midar G. Arsjad dan Mukti U. S.

(1991: 87) menjelaskan bahwa keefektifan berbicara ditunjang oleh dua faktor,

yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi: (1)

ketepatan suara; (2) penempatan tekanan nada, sendi, dan durasi yang sesuai; (3)

pilihan kata (diksi); dan (4) ketepatan sasaran pembicaraan. Adapun faktor

nonkebahasaan meliputi: (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku; (2) mimik,

gerak badan, dan pandangan; (3) penampilan; (4) menghargai pendapat orang lain;

(5) kenyaringan suara; (6) kelancaran; (7) penalaran; dan (8) penguasaan topik.

d. Merencanakan Pembicaraan

Keterampilan berbicara di depan khalayak, atau yang dikenal dengan istilah public speaking tidak akan muncul begitu saja pada diri seseorang.

Keterampilan itu diperoleh setelah melalui berbagai latihan dan praktik

penggunaannya. Berkaca dari masalah itulah para ahli menaruh perhatian terhadap

upaya membina dan mengembangkan keterampilan berbicara.

arus

dilalui dalam mempersiapkan suatu pembicaraan, yaitu (1) menyeleksi dan

memusatkan pokok pembicaraan, (2) menentukan tujuan khusus pembicaraan, (3)

menganalisis pendengar dan situasi, (4) mengumpulkan materi, (5) menyusun

ragangan kerangka dasar (outline), (6) mengembangkan ragangan/kerangka dasar,

dan (7) menyajikan pembicaraan.

e. Tujuan Berbicara

Menurut Suwandi dan Setiawan (2003: 12) yang dimaksud dengan tujuan

berbicara bergantung dengan apa yang dikehendakinya. Suatu maksud akan

menimbulkan reaksi-reaksi tertentu pula. Pada umumnya tujuan berbicara sebagai

berikut: (1) pembicara dikatakan mendorong apabila berusaha memberi semangat,

membangkitkan keinginan atau menekankan perasaan yang kurang baik, serta

menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. Setelah pembicara itu berakhir,

pendengar diharapkan menunjukkan reaksi yang berupa tergugah perasaan mereka

terhadap hal yang disampaikan oleh pembicara; (2) pembicara berusaha

mempengaruhi keyakinan pendengar. Setelah pembicara selesai, diharapkan akan

(29)

commit to user

pembicara; (3) berbuat dan bertindak. Seorang pembicara mempunyai tujuan

menghendaki adanya tindakan atau reaksi fisik dari pendengar. Dasar tindakan

tersebut adanya keyakinan yang sudah dalam atau terbakar suatu emosi; (3)

memberitahu, berbicara yang bertujuan memberitahukan, biasanya pembicara

akan memberitahukan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengarnya agar

mereka benar-benar mengerti; dan (4) menyenangkan, pembicaraan dilakukan

dengan tujuan untuk menggembirakan dalam suatu pertemuan.

Suharyanti dan Suryanto (1996: 4) menyatakan bahwa tujuan utama dari

berbicara adalah untuk berkomunikasi. Pembicara dapat menyampaikan

pembicaraan dengan efektif, jika memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan; dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasikanya terhadap

pendengarnya; dan dia harus mendasari prinsip-prinsip yang mendasari segala

situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Selanjutnya, Henry

Tarigan (2008: 16) juga menjelaskan tujuan utama dari berbicara yaitu untuk

berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara harus

dapat memahami samua pembicaraan makna yang ingin dikomunikasikan.

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara

adalah menyampaikan pesan dan berkomunikasi untuk orang lain dengan

prinsip-prinsip tertentu agar pembicara dan pendengar saling mengerti. Berbicara

mempunyai maksud-maksud tertentu, misalnya mengajak, menghibur, dan

meyakinkan. Berbicara berarti menuangkan ide serta gagasannya ke dalam sebuah

(30)

commit to user

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Pembelajaran

Keterampilan Berbicara

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 1 ayat (15)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diartikan sebagai kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan (Safawi dalam Adi, 2011: 17). KTSP dikembangkan oleh setiap

kelompok/satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi

dan supervisi dinas pendidikan/kantor Depag kabupaten/kota untuk pendidikan

dasar, dan dinas pendidikan/kantor Depag provinsi untuk pendidikan menengah

dan pendidikan khusus.

Beberapa prinsip pengembangan KTSP diantaranya: (1) berpusat pada

potensi, perkembangan, kebuutuhan, dan kepentingan peserta didik dan

lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan;

(5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar sepanjang hayat; dan (7)

seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Struktur dan prosedur kurikulum yang baik harus bisa membangun rencana kerja yang baik dan

untuk menyempurnakannya tidak membutuhkan waktu yang lama.

Dengan adanya standar kompetensi mata pelajaran bahas Indonesia ini

diharapkan: (1) peserta didik dapat mengembangkan kompetensinya sesuai

dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan

penghargaan terhadap hasil kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; (2) guru dapat memusatkan perhatian kepada pengambangan kompetensi bahasa

peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber

belajar; (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar

kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan

kemampuan peserta didiknya; (4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif

(31)

commit to user

sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; (6) daerah

dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai

dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan

nasional.

Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan agar peserta didik mampu: (1)

berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik

secara lisan maupun tulis; (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa

Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa nasional; (3) memahami bahasa

Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;

(4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra

untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan (6) menghargai dan membanggakan

sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen

kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek

sebagai berikut: (1) mendengarkan; (2) berbicara; (3) membaca; dan (4) menulis.

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di SMP untuk

keterampilan berbicara pada semester genap dapat dilihat dari table berikut:

Standar Kompetensi Kompetensi dasar

10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan

(32)

commit to user

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan berbicara SMP/MTs (semester genap)

b. Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Suwandi dan Setiawan (2003: 38) menjelaskan bahwa sesuai dengan

pengajaran Bahasa Indonesia dapat dikemukakan tujuan pembelajaran

keterampilan berbicara agar para siswa mampu memilih dan menata gagasan

dengan penalaran yang logis dan sistematis. Selain itu, siswa diharapkan mampu

menuangkan idenya ke dalam bentuk-bentuk tuturan dalam bahasa Indonesia

sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, mampu mengucapkannya dengan jelas dan lancar, serta mampu memilih ragam bahasa Indonesia sesuai dengan konteks

komunikasi.

Secara garis besar, tujuan utama pengajaran Bahasa Indonesia yaitu agar

anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benarsesuai dengan kaidah

bahasa. Sehingga dapat disimpulkan, tujuan pengajaran Bahasa Indonesia yaitu

agar anak-anak mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik

menggunakan bahasa Indoenasia.

Keterampilan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor

penunjang utama yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala

sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun nonfisik.

Faktor fisik adalah menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang

digunakan di dalam berbicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir.

Sedangkan faktor nonfisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter,

temparamen, bakat (talenta), cara berfikir, dan tingkat kecerdasan. Sedangkan

faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan

pergaulan (Agung, 2008: 1).

Namun demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara tidaklah secara

otomatis dapat diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun ia sudah

memiliki faktor penunjang utama, baik internal maupun eksternal. Kadang-kadang

topik yang disampaikan cukup menarik, tetapi karena kurang mampu

menyajikannya maka hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Sebaliknya,

(33)

commit to user

yang berbeda maka dapat menimbulkan atensi atraktif dan dapat menarik para

pendengar. Keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan

mengasah, mengolah, serta melatih seluruh potensi yang ada.

Ellis (dalam Adi, 2011: 15) mengemukaan adanya tiga cara untuk

mengembangkan kemampuan berbicara secara vertikal. Ketiga cara tersebut,

yaitu: (1) menirukan pembicaraan orang lain (khususnya guru); (2)

mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai; dan (3) mendekatkan

atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum

benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar. Tujuan lainnya

adalah agar anak-anak mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan. Rangsangan untuk meningkatkan keterampilan berbicara adalah

dengan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak, bermain puzzle, angka, halma,

congklak, kartu, monopoli, ataupun komputer.

Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 286-287) menjelaskan bahwa

pembelajaran keterampilan berbicara memiliki beberapa tujuan, bergantung pada

tingkatannya masing-masing. Dalam hal ini ada tiga tingkatan yang digunakan,

yaitu tingkat pemula, menengah, dan tingkat tinggi. Pembelajaran keterampilan

berbicara pada tingkat pemula bertujuan agar peserta didik dapat : (1) melafalkan

bunyi-bunyi bahasa; (2) menyampaikan informasi; (3) menyatakan setuju atau

tidak setuju; (4) menjelaskan identitas diri; (5) menjelaskan kembali hasil simakan

atau bacaan; (6) menyatakan ungkapan rasa hormat; dan (7) bermain peran. Untuk

tingkat menengah tujuan keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta

didik dapat: (1) menyampaikan informasi; (2) berpartisipasi dalam percakapan;

(3) menjelaskan identitas diri (4); menjelaskan kembali hasil simakan atau bacaan;

(5) melakukan wawancara; (6) bermain peran; dan (7) menyampaikan gagasan

dalam diskusi atau pidato. Adapun untuk tingkat yang paling tinggi, yaitu tingkat

lanjut, tujuan keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta didik dapat:

(1) menyampaikan informasi; (2) berpartisipasi dalam percakapan; (3)

menjelaskan identitas diri (4); menjelaskan kembali hasil simakan atau bacaan; (5)

berpartisipasi dalam wawancara; (6) bermain peran; dan (7) menyampaikan

(34)

commit to user

Simpulan teori kemampuan berbicara adalah bahwa kemampuan berbicara

diajarkan kepada siswa sebagai bahan ajar untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berbicara siswa. Kemampuan berbicara merupakan

keterampilan yang berguna bagi siswa ketika terjun ke dalam kehidupan

bermasyarakat. Alasan tersebut menjadikan keterampilan berbicara sangat penting

diajarkan mulai usia dini.

c. Bentuk-bentuk Pembelajaran Berbicara

Suwandi dan Setiawan (2003: 40) mengungkapkan bahwa terdapat

berbagai bentuk kegiatan berbicara yang dapat diajarkan kepada siswa.

Pengajaran kemampuan berbicara yang penting untuk diajarkan adalah bertanya, bercerita, berdialog (wawancara), ceramah, pidato, diskusi kelompok, dan

sebagainya. Siswa diharapkan dapat menguasai berbagai bentuk pembelajaran

tersebut agar terampil berbicara baik dalam bentuk formal maupun nonformal.

Nurgiyantoro (2001: 278-291) mengungkapkan bahwa terdapat berbagai

bentuk tugas kemampuan berbicara. Bentuk-bentuk tugas kemampuan berbicara

tersebut, antara lain: (1) pembicaraan berdasarkan gambar; (2) wawancara; (3)

bercerita; (4) berpidato; (5) diskusi. Beberapa bentuk berbicara tersebut akan

berguna bagi siswa sampai pada kehidupan sosial di lingkungan tempat tinggalnya

ketika mereka terjun di masyarakat nanti.

Simpulan dari teori tersebut bahwa bentuk-bentuk berbicara yang dapat

dilakukan oleh siswa adalah bertanya, bercerita, memberi tanggapan, wawancara,

dan pidato. Berbagai bentuk tugas berbicara yang diajarkan tersebut akan

menunjang kemampuan berbicara seseorang agar lebih terampil.

3. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Keberhasilan sebuah pengajaran dapat diketahui hasilnya melalui evaluasi

pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa setelah

dilaksanakannya proses pembelajaran itu. Terkait dengan hal tersebut,

Nurgiyantoro (2001: 5) menyatakan bahwa penilaian di dalam pendidikan adalah

suatu proses karena pendidikan dan pengajaran itu sendiri merupakan proses

(35)

commit to user

Nurgiyantoro (2001: 276) menyebutkan bahwa tes kemampuan berbicara

perlu mempertimbangkan unsur ekstralinguistik, yaitu sesuatu yang disampaikan

di dalam bahasa. Penilaian unsur ekstralinguistik diperlukan agar guru dapat

mengetahui sejauh makan tingkat kemampuan berbahasa siswa. Dengan

demikian, dalam penilaian kemampuan berbicara siswa diperlukan seperangkat

instrumen yang harus dipersiapkan dengan baik. Selanjutnya, Nurgiyantoro

(2001: 291) juga menjelaskan bahwa cara penilaian berbicara dapat menggunakan

skala: 0-10 atau 1-10 dengan mengemukakan aspek-aspek yang menurut kita

belum terungkap. Aspek-aspek yang dapat dinilai misalnya: (1) ketepatan

struktur; (2) ketepatan kosakata; (3) kelancaran; (4) kualitas gagasan yang dikemukakan; (5) banyaknya gagasan yang dikemukakan siswa; (6)

kemampuan/kekritisan menanggapi gagasan; dan (7) kemampuan untuk

mempertahankan pendapat.

Menurut Suwandi dan Setiawan (2003: 33-34) bahwa aspek penilaian

berbicara yang akan dinilai dalam tes kemampuan berbicara meliputi: aspek

kebahasaan dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan tersebut antara lain: (1)

pengucapan vokal; (2) pengucapan konsonan; (3) penempatan tekanan; (4)

penempatan persendian; (5) penggunaan nada/irama; (6) pilihan kata; (7) pilihan

ungkapan; (8) variasi kata; (9) tata bentukan; (10) struktur kalimat; (11) ragam

kalimat. Sedangkan aspek nonkebahasaan meliputi: (1) keberanian dan semangat

yang diperlihatkan siswa; (2) kelancaran; (3) penyaringan suara; (4) pandangan

mata; (5) gerak-gerik dan mimik; (6) keterbukaan; (7) penalaran; (8) penguasaan

topik.

ucational evaluation is the estimation of the growth and progress of (evaluasi pendidikan adalah penarikan/penilaian terhadap pertumbuhan dan kemajuan murid-murid kea rah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum). (Ngalim Purwanto, 1988: 3)

Kaitannya dengan proses pembelajaran, Gronlund (dalam Ngalim

Purwanto, 2006: 8) merumuskan evaluasi sebagai proses yang sistematis untuk

menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan yang

(36)

commit to user

Berdasarkan penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

maka evaluasi di setiap aspek pembelajaran harus memuat tiga aspek, yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif diarahkan pada hasil

pembelajaran, sedangkan afektif dan psikomotorik ditujukan pada proses selama

pembelajaran berlangsung. Ketiga kawasan tersebut diuraikan secara berkaitan

menurut Benjamin S. Bloom (dalam Herman J. Waluyo, 2006: 167-174), yakni:

1) Kawasan kognitif, yaitu berhubungan dengan hal kognisi pembelajaran

(kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu

melalui pengalaman pembelajaran sendiri). Kawasan kognitif meliputi enam

tingkatan, yaitu:

a)Pengetahuan, yang meliputi; pengetahuan akan hal khusus (definisi,

membedakan, mengingat, mengenal kembali, pengetahuan akan kejadian

khusus, pengetahuan tentang cara dan alat, pengetahuan akan urutan,

penggolongan dan kategori, pengetahuan akan kriteria, pengetahuan akan

metodologi, serta pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi).

b)Pemahaman, yang meliputi: terjemahan (arti, contoh, definisi, abstrak,

kata, kalimat), penafsiran (membedakan, membuat, menerangkan,

mempertunjukkan), dan perhitungan atau ramalan.

c)Penerapan, yang meliputi: menerapkan prinsip, menggeneralisasikan,

menghubungkan, memilih, mengalihkan, menggolongkan,

mengorganisasikan, dan menyusun kembali.

d)Analisis, yang meliputi: analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis

prinsip-prinsip organisasional.

e)Sintesis, yang meliputi: hasil komunikasi (untuk menuliskan,

menceritakan, mengubah, membuktikan kebenaran), hasil dari rencana

atau rangkaian kegiatan yang disusulkan, dan asal mula dari rangkaian

(37)

commit to user

f) Evaluasi, yang meliputi: pertimbangan mengenai kejadian internal dan

pertimbangan mengenai kriteria eksternal.

2) Kawasan afektif, yaitu berhubungan dengan perasaan dan emosi pembelajar. Kawasan afektif meliputi lima tingkatan, yaitu:

a) Menerima, menyangkut minat siswa terhadap sesuatu.

b)Merespon, artinya siswa ikut berpartisipasi secara aktif dalam suatu kegiatan. Bukti responding yang tertinggi adalah turnbuhnya interest,

misalnya memiliki rasa senang terhadap aktivitas bermain drama di kelas.

c) Menenghargai, pada tingkat diri siswa mampu memberikan penilaian

terhadap drama yang akan atau sudah dipentaskan, siswa memiliki sikap,

dan memiliki apresiasi.

d)Mengorganisaslkan sistem nilai. Nilai-nilai dalam diri seseorang bersifat kompleks dan saling terkait menjadi sistem nilai sehingga untuk

mengetahui kemampuan dalam mengorganisasikan sebuah nilai, dapat

dilihat dari kemampuan seseorang membandingkan berbagai nilai,

menghubungkan nilai-nilai, dan menyintesiskan sistem nilai.

e) Mengadakan karakteristik nilai. Orang yang efektif terhadap sesuatu tidak

hanya menerima, merespons, menghargai, dan mengorganisasi harga

yang ada, tetapi sudah mampu memperjelas nilai suatu hal menjadi nilai

hidupnya yang memiliki karakterisasi jelas.

3) Kawasan psikomotorik, berkaitan dengan aktivitas fisik yang berhubungan

dengan proses mental dan psikologi pembelajar. Kawasan psikomotorik

meliputi lima tingkatan, yaitu:

a) Persepsi, yaitu proses kesadaran akan adanya perubahan setelah keaktifan

alat diri. Persepsi meliputi: stimulasi, menyentuh bentuk sesuatu,

merasakan sesuatu, membau, dan memegang, dan mendiskriminasi

(38)

commit to user

b)Kesiapan, yaitu kemampuan membedakan persepsi yang masuk. Kesiapan

meliputi: kesiapan mental, fisik, dan emosional dalam merespons.

c) Respons terpimpin, yaitu kemampuan mencatat dan membuat laporan. Respons terpimpin meliputi: imitasi, trial and error, mengikuti, dan

mengadakan eksperimen.

d)Mekanisme, yaitu penggunaan skill dalam aktivitas kompleks. Mekanisme

meliputi: memilih, merencanakan, melatih, dan merangkaikan.

e) Respons yang kompleks, yaitu penggunaan skill berdasarkan pengalaman

persepsi, kesiapan, respons, terpimpin dan mekanisme. Respons yang

kompleks meliputi: adaptasi, penggunaan skill untuk profesi, dan

melaporkan atau menjelaskan.

Sementara itu, Nurgiyantoro (2001: 292-294) menjelaskan

tingkatan-tingkatan tes atau penilaian kemampuan berbicara, yakni sebagai berikut. 1) Tes kemampuan berbicara tingkat ingatan

Tes kemampuan berbicara tingkat ingatan umumnya bersifat teoretis,

menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas berbicara, misalnya tentang

pengertian dan fakta.

2) Tes tingkat pemahaman

Tes kemampuan tingkat pemahaman juga masih bersifat teoritis, menanyakan

berbagai masalah yang berhubungan dengan tugas berbicara. Namun, tes

tingkat pemahaman ini dapat pula dimasukkan untuk mengungkap

kemampuan siswa secara lisan.

3) Pada tingkat ini tidak lagi bersifat teoritis, melainkan menghendaki siswa

untuk melakukan praktik berbicara. Tes tingkat ini menuntut siswa untuk

mampu menerapkan kemampuan berbahasanya untuk berbicara dalam situasi

dan masalah tertentu.

Simpulan dari teori tersebut, bahwa penilaian berbicara memiliki

(39)

commit to user

pendidikan siswa sehingga aspek-aspek yang dinilai dalam berbicara tergantung

dengan kemampuan awal serta pelajaran berbicara yang sedang dipelajari siswa.

Penilaian berbicara juga harus mempertimbangkan kemampuan berbahasa dan

kemampuan berpikir siswa. Penilaian yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bercerita adalah tes unjuk kerja yang dilengkapi dengan lembar

penilaian observasi (pengamatan) terhadap kemampuan bercerita siswa.

Tabel 2. Rubrik Pengamatan Penilaian Kemampuan Berbicara

Keterangan

1. Lafal

5 Tidak terjadi salah ucapan yang mencolok, ucapan standar

4 Pengaruh ucapan asing(daerah) dan kesalahan ucapan tidak

menyebabkan kesalahpahaman

3 Pengaruh ucapan asing (daerah) memaksa orang mendengarkan

dengan teliti, salah ucap yang menyebabkan kesalahpahaman

2 Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan

pemahaman

1 Ucapan sering tidak dapat dipahami karena kesalahan melafalkan

kata-kata 2. Keruntutan

5 Runtut dari awal sampai akhir pembicaraan

4 Terjadi sedikit ketidakruntutan dalam pembicaraan

(40)

commit to user

2 Banyak terjadi ketidakruntutan ketika berbicara yang menganggu

pembicaraan

1 Sama sekali tidak runtut dari awal sampai akhir pembicaraan

3. Kelancaran:

5 Pembicaraan dalam segala hal lancar dan halus

4 Pembicaraan lancar dan halus, tetapi sekali-sekali masih kurang ajeg

3 Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap,

pengelompokkan kata kadang-kadang juga tidak tepat

2 Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk

kalimat-kalimat pendek .

1 Pembicaraan selalu terhenti dan terputus-putus

4. Pemahaman

5 Memahami segala sesuatu dalam pembicaraan formal

4 Memahami agak baik kata-kata normal, kadang-kadang pengulangan

dan penjelasan

3 Memahami dengan baik kata-kata sederhana, dalam hal tertentu masih

perlu penjelasan dan pengulangan

2 Memahami dengan lambat kata-kata sederhana, sehingga perlu

penjelasan dan pengulangan

1 Memahami sedikit isi kata-kata yang paling sederhana

Teknik penilaiannya sebagai berikut:

1. Nilai dalam tiap unsur berkisar antara 1 sampai dengan 5: nilai 1 berarti

kurang sekali, nilai 2 berarti kurang, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti baik,

dan nilai 5 berarti baik sekali.

2. Jumlali skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur

penilaian yang diperoleh siswa.

(41)

commit to user

4. Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

4. Peran Guru dalam Pelaksanaan pembelajaran Keterampilan Berbicara

Seorang guru yang baik haruslah memiliki pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain.

Proses dan hasil belajar siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola,

struktur, dan isi kurikulum, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru yang

mengajar dan membimbing mereka. Guru akan mampu mendidik dan mengajar

apabila dia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang

besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta

bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan terutama terhadap inovasi

pendidikan (Hamalik, 2004: 43)

Seorang guru harus mampu menguasai dan mengelola kelas. Suwarna

(2006: 66) menyebutkan macam-macam keterampilan dasar mengajar yang harus

dimiliki guru, yaitu: (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran; (2) keterampilan menjelaskan; (3) keterampilan bertanya; (4) keterampilan memberi

penguatan; (5) keterampilan menggunakan media pembelajaran; (6) keterampilan

membimbing diskusi kelompok kecil; (7) keterampilan mengelola kelas; (8)

keterampilan mengadakan variasi; dan (9) keterampilan mengajar perorangan dan

kelompok kecil. Kesembilan keterampilan tersebut harus dikuasai dalam

pembelajaran, khususnya dalam hal ini adalah pembelajaran keterampilan berbicara.

Bertolak dari uraian dan pendapat para ahli di atas maka dapat dikatakan

bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses dan hasil

pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Selain harus Total Nilai

20 X 100 =

(42)

commit to user

memiliki kompetensi dalam mengajar guru juga dituntut mampu membimbing,

mengarahkan, memotivasi, dan memberdayakan anak didik dan lingkungan

sekitar agar pembelajaran yang dilaksanakan memberikan hasil yang maksimal.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

Pembelajaran Keterampilan Berbicara di

SMP 3 Negeri Salatiga. Penelitian tersebut memberikan simpulan bahwa

pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 3 Salatiga

berjalan baik, mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Penelitian tersebut mempunyai persamaan proses penelitian dalam pengambilan data, yaitu dengan

observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Tetapi juga mempunyai perbedaan,

yaitu objek penelitian.

Penelitian yang relevan lainnya adalah Pelaksanaan Pembelajaran

Berbicara Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Siswa Kelas IX

SMA Negeri 1 Jati Srono Tahun Ajaran 2006/2007 karya Gagah Pribadi. Dalam

penelitian tersebut disimpulkan bahwa keterampilan berbicara di SMA Negeri 1

Jati Srono pada kelas IX sudah sesuai pada pembelajaran berbicara yang baik

meskipun beberapa kendala akan tetapi masih dapat diatasi. Penelitian tersebut

mempunyai persamaan proses penelitian dalam pengambilan data, yaitu dengan

observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Tetapi juga mempunyai perbedaan,

yaitu objek penelitian.

Relevansi kedua penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah adanya

kesamaan variabel pembelajaran keterampilan berbicara. Penelitian tersebut juga

mendeskripsikan mengenai kendala-kendala yang dihadapi guru dalam

pembelajaran keterampilan berbicara dan upaya yang dilakukan oleh guru yang

bersangkuatn untuk mengatasi kendala tersebut.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran bahasa Indonesia pada setiap satuan pendidikan pasti

(43)

commit to user

membaca, dan menulis. Tentunya keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak

hanya dinilai secara kognitif karena pada hakikatnya bahasa merupakan ilmu

terapan. Kompetensi dari sisi afektif dan psikomotorik pun memiliki peran yang

sama pentingnya, khususnya dalam pembelajarn keterampilan berbicara di SMP

yang lebih cenderung berupa praktik latihan berbicara.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan sekolah yang menyiapkan

peserta didiknya menjadi lulusan yang siap menghadapi jenjang yang berikutnya,

yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Lulusan SMP ditekankan agar memiliki

keterampilan berbicara yang baik untuk menunjang kompetensi yang ditekuni

ketika di SMP melalui komunikasi. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap untuk menunjang pembelajaran berbicara, diharapkan dapat dihasilkan

lulusan yang berkompetensi dan dapat berkomunikasi dengan baik.

Peneliti berasumsi tentunya terdapat strategi khusus yang dilakukan oleh

guru dalam mengajarkan dan mengembangkan keterampilan berbicara kepada

peserta didiknya, terlebih pada SMP.

Strategi pembelajaran (meliputi penguasaan teori, penguasaan

pembelajaran, penguasaan metode pembelajaran, dan evaluasi) menjadi syarat

mutlak untuk mendapatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan

berbicara. Strategi pembelajaran keterampilan berbicara di SMP tentunya

ditopang dengan pemahaman guru tentang kurikulum yang diterapkan. Terlebih

dalam pembelajaran keterampilan berbicara, guru dituntut pula memiliki

penguasaan teori keterampilan berbicara, penguasaan pembelajaran berbicara,

penguasaan metode pembelajaran, dan penguasaan tentang penilaian atau evaluasi

dalam keterampilan berbicara. Penguasaan tiap-tiap unsur tersebut sangat

menentukan kualitas proses dan hasil pelaksanaan pembelajaran berbicara yang

dilakukan. Semua komponen tersebut diwujudkan dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam

(44)

commit to user

Secara singkat alur pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Guru mamahami

kurikulum

Penguasaan metode pembelajaran

keterampilan Penguasaan

teori keterampilan

berbicara

Penguasaan pembelajaran

keterampilan berbicara

Penguasaan penilaian keterampilan

berbicara

PBM, Metode/pendekatan,

(45)

commit to user

Negeri 8 Surakarta yang akan diteliti adalah di jalan H.O.S Cokroaminoto No. 15

Kecamatan Jebres, Surakarta.

Penetapan SMP Negeri 8 surakarta sebagai tempat penelitian didasarkan

pada,

1. SMP tersebut adalah salah satu SMP yang berkualitas baik di Surakarta, terbukti dengan terakreditasi A dan mempunyai peringkat unggul dari ujian

nasional tahun 2010/2011.

2. Situasi dan kondisi sekolah cukup nyaman dan kondusif, karena sarana dan

prasarana yang dimiliki cukup menunjang untuk pembelajaran berbicara.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari-April 2012 sesuai dengan

tabel kegiatan di bawah ini.

Tabel 3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

B. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan yang ada berdasarkan

konsep, kategori, dan tidak berdasarkan angka.

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran secara detail tentang proses

(46)

commit to user

pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu tentang perencanaan pembelajaran

keterampilan berbicara, pelaksanaan pembelajaran, kendala pembelajaran

keterampilan berbicara, dan upaya yang dilakukan guru sekolah untuk mengatasi

kendala-kendala yang ada dalam pembelajaran keterampilan berbicara.

C. Sumber Data

Menurut Sutopo (2002: 23) sumber data dalam penelitian kualitatif dapat

berupa manusia dengan tingkah lakunya, peristiwa, dokumenter, arsip, dan

benda-benda lain. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Peristiwa

Peristiwa yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah

peristiwa pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta

yang dilakukan oleh guru dalam kelas dan terfokuskan pada pola interaksi

guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang lainya untuk

menspesifikasikan penelitian dan memudahkan dalam pengambilan data.

2. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia dan beberapa siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Negeri 8

Surakarta.

3. Dokumen

Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini

adalah silabus, RPP, dan nilai keterampilan berbicara, yang berkaitan secara

langsung dengan pokok pembahasan penelitian ini.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, yakni pengambilan sampel yang didasarkan pada tujuan yang

diinginkan. Peneliti mengambil sampel satu kelas dari masing-masing tingkatan di

SMP Negeri 8 Surakarta. Kelas inilah yang diamati tentang proses pembelajaran

(47)

commit to user

tingkat kelas VII dan kelas VIIIA untuk tingkat kelas VIII, tidak menggunakan

kelas IX karena ditakutkan menggangu proses Ujian Nasional.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Analisis dokumen

Dokumen yang dianalisis peneliti adalah Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), silabus, dan daftar nilai keterampilan berbicara.

Data hasil analisis dokumen tersebut dikumpulkan dan dicatat,

kemudian dipadukan dengan catatan lapangan. Dengan perpaduan dan data tersebut akan menghasilkan penelitian yang objektif dan komprehensif.

2. Observasi

Observasi adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya

dapat bekerja berdasarakan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi (Nasution, dalam Rahayu, 2011: 36).

Peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan

pembelajaran berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta, dalam hal ini peneliti

berperan sebagai partisipan pasif, di mana kehadiran peneliti diketahui namun

tidak mempengaruhi proses pembelajaran dengan cara duduk di kursi paling

belakang, sehingga guru dan siswa tidak merasa terganggu dengan kehadiran

peneliti.

Observasi dilakukan di dalam kelas saat pembelajaran keterampilan

berbicara berlangsung. Dengan observasi secara langsung diharapkan

diperoleh data yang sesungguhnya di lokasi penelitian. Hal-hal yang

diobservasi meliputi: proses atau pelaksanaan pembelajaran keterampilan

berbicara yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir

(penutup); proses evaluasi yang meliputi evaluasi proses dan hasil; aktivitas

guru dan siswa selama proses pembelajaran yang meliputi usaha-usaha yang

dilakukan guru selama pembelajaran dan keterlibatan siswa dalam

Gambar

Gambar 3. Buku referensi dan modul yang digunakan dalam
Tabel 2 : Rubrik Pengamatan Penilaian Kemampuan Berbicara ....................
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan berbicara
Tabel 2. Rubrik Pengamatan Penilaian Kemampuan Berbicara
+5

Referensi

Dokumen terkait

pelanggan memahami bahwa nilai yang diberikan oleh perusahaan dan diterima oleh pelanggan melebihi dari biaya dalam mendapatkan layanan tersebut, maka akan

Gibran juga memiliki modal simbolik karena Gibran memiliki modal simbolik yang tinggi. Modal simbolik adalah pengakuan orang terhadap simbol-simbol tertentu yang

1275 – 1283 mikro yang juga menyebabkan terpacunya pembelahan sel kombinasi pada perlakuan P8 yang menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kombinasi

muda dengan alasan itu adalah adat dalam keluarga yang sudah turun – temurun dan sudah tidak bisa ditentang lagi.” Kebanyakan orang tua yang ada di Desa Dapenda

nsi helium set tor. Kerja yan k memutar po a mekanik ya ompresor da listrik. Daya CU ini sebes n di daerah s Konservasi mika merup melakukan des GTT200K. Hasil des dimensi

gangguan kesehatan yang dialami klien; b) keterlibatan antara persepsi perawat dan persepsi klien; c) pemberian informasi terhadap masing-masing fungsi untuk membantu klien

Ketepatan (berasal dari kata dasar “tepat” yang berarti cocok atau betul) data kita artikan sebagai ketepatan dalam hal waktu pengumpulan, jenis dan macam data,

pengertian jihad (berperang), sehingga karena seringnya dipergunakan untuk itu, seolah olah sabi>lillah hanya khusus untuk jihad.. 1) Bahwa arti asal kata ini menurut