• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MELON VARIETAS MAI 119 DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN MELON VARIETAS MAI 119 DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGGUNAAN MELON VARIETAS MAI 119

DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN

PETANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN

SKRIPSI

Oleh :

NISA MAHARANI K.

H0304088

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

i

PENGGUNAAN MELON VARIETAS MAI 119

DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN

PETANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

NISA MAHARANI K.

H0304088

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Penggunaan Melon Varietas MAI 119 Ditinjau dari Peningkatan Pendapatan Petani Melon di Kabupaten Sragen”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh derajat kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Per-tanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. 3. Bapak Ir. Priya Prasetya, MS. selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pem-bimbing Utama yang telah memberikan Pem-bimbingan, arahan dan masukan ke-pada penulis sepanjang menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak R. Kunto Adi, SP. MP. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Ibu Mei Tri Sundari, SP. MSi. selaku penguji tamu atas berbagai masukan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak, Ibu dan adik-adikku yang senantiasa memberikan doa dan dukungan dalam setiap langkah penulis.

7. Bapak H. M. Djazairi, SP. selaku Ketua Asosiasi Melon Indonesia di Kabu-paten Sragen yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

9. Seluruh responden yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di Kecamatan Tanon.

10. Teman-teman Agrobisnis angkatan 2004, kakak dan adik tingkat Jurusan Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2012

(6)

commit to user

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

RINGKASAN ... xi

SUMMARY ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Kegunaan Penelitian ... 4

II. LANDASAN TEORI ... 5

A.Tinjauan Pustaka... 5

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 10

C.Hipotesis ... 14

D.Asumsi-asumsi ... 14

E. Pembatasan Masalah ... 14

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 14

III. METODE PENELITIAN ... 17

A.Metode Dasar Penelitian... 17

B. Metode Penentuan Sampel ... 17

C.Jenis dan Sumber Data ... 18

D.Teknik Pengumpulan Data ... 19

E. Metode Analisis Data ... 19

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 22

A.Keadaan Geografi ... 22

B. Keadaan Penduduk ... 24

C.Keadaan Pertanian ... 27

D.Keadaan Sarana Perekonomian ... 29

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A.Hasil Penelitian... 31

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Halaman

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A.Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

(8)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Jumlah penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Sragen Akhir Tahun 2009 ... 24 Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan

Tanon Akhir Tahun 2009 ... 25 Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten

Sragen dan Kecamatan Tanon Tahun 2009 ... 26 Tabel 4. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Sragen dan

Kecamatan Tanon Tahun 2009 ... 27 Tabel 5. Rata-rata Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di

Kabupaten Sragen dan Kecamatan Tanon, Tahun 2005-2009 ... 28 Tabel 6. Sarana Perekonomian di Kabupaten Sragen dan Kecamatan

Tanon Tahun 2009 ... 29 Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Melon Varietas MAI 119

dan Varietas Action ... 35 Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Melon

Varietas MAI 119 dan Varietas Action MT 2010 ... 37 Tabel 9. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Melon

Varietas MAI 119 dan Varietas Action MT 2010 dengan

Satuan HKP ... 40 Tabel 10. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas

MAI 119 dan Varietas Action MT 2010 ... 43 Tabel 11. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas

MAI 119 dan Varietas Action MT 2010 ... 45 Tabel 12. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Melon Varietas MAI 119

dan Varietas Action MT 2010 ... 47 Tabel 13. Rata-rata Biaya Mengusahakan Usahatani Melon Varietas

MAI 119 dan Varietas Action MT 2010 ... 48 Tabel 14. Rata-rata Penerimaan Usahatani Melon Varietas MAI 119

dan Varietas Action MT 2010 ... 49 Tabel 15. Rata-rata Pendapatan Usahatani Melon Varietas MAI 119

dan Varietas Action MT 2010 ... 50 Tabel 16. Hasil Analisis Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi pada

Usahatani Melon Varietas MAI 119 dan Varietas Action

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Luas Panen dan Produksi Melon di Kabupaten Sragen

Tahun 2009 ... 61 Lampiran 2. Luas Panen dan Produksi Melon Dirinci per Desa di

Kecamatan Tanon Tahun 2009 ... 62 Lampiran 3. Penentuan Tipe Iklim di Daerah Penelitian ... 63 Lampiran 4. Angka Beban Tanggungan ... 65 Lampiran 5. Identitas Petani Responden Usahatani Melon

Varietas MAI 119 ... 66 Lampiran 6. Identitas Petani Responden Usahatani Melon

Varietas Action ... 67 Lampiran 7. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas

MAI 119 MT 2010 per Usahatani ... 68 Lampiran 8. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas

MAI 119 MT 2010 per Hektar ... 69 Lampiran 9. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas

Action MT 2010 per Usahatani ... 70 Lampiran 10. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas

Action MT 2010 per Hektar ...,,... 72 Lampiran 11. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas

MAI 119 MT 2010 per Usahatani dalam Satuan HKP ... 74 Lampiran 12. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas

MAI 119 MT 2010 per Hektar dalam Satuan HKP ... 78 Lampiran 13. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas Action

MT 2010 per Usahatani dalam Satuan HKP ... 81 Lampiran 14. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas Action

MT 2010 per Hektar dalam Satuan HKP ... 88 Lampiran 15. Biaya Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas MAI 119

MT 2010 per Usahatani ... 95 Lampiran 16. Biaya Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas MAI 119

MT 2010 per Hektar ... 96 Lampiran 17. Biaya Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas Action

(10)

commit to user

ix

Nomor Judul Halaman

Lampiran 18. Biaya Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas Action

MT 2010 per Hektar ... 99

Lampiran 19. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas MAI 119 MT 2010 per Usahatani dalam Satuan Rupiah ... 101

Lampiran 20. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas MAI 119 MT 2010 per Hektar dalam Satuan Rupiah ... 102

Lampiran 21. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas Action MT 2010 per Usahatani dalam Satuan Rupiah ... 103

Lampiran 22. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas Action MT 2010 per Hektar dalam Satuan Rupiah ... 105

Lampiran 23. Biaya Lain-lain Usahatani Melon Varietas MAI 119 MT 2010 per Usahatani ... 107

Lampiran 24. Biaya Lain-lain Usahatani Melon Varietas MAI 119 MT 2010 per Hektar ... 108

Lampiran 25. Biaya Lain-lain Usahatani Melon Varietas Action MT 2010 per Usahatani ... 109

Lampiran 26. Biaya Lain-lain Usahatani Melon Varietas Action MT 2010 per Hektar ... 111

Lampiran 27. Pendapatan Usahatani Melon Varietas MAI 119 MT 2010 per Usahatani ... 113

Lampiran 28. Pendapatan Usahatani Melon Varietas MAI 119 MT 2010 per Hektar ... 114

Lampiran 29. Pendapatan Usahatani Melon Varietas Action MT 2010 per Usahatani ... 115

Lampiran 30. Pendapatan Usahatani Melon Varietas Action MT 2010 per Hektar ... 116

Lampiran 31. Perhitungan R/C Ratio Usahatani Melon Varietas MAI 119 dan Usahatani Melon Varietas Action MT 2010 ... 117

Lampiran 32. Uji t (t-test) ... 118

Lampiran 33. Daftar Pertanyaan untuk Responden ... 120

Lampiran 34. Surat Ijin Penelitian ... 127

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

PENGGUNAAN MELON VARIETAS MAI 119

DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN

Nisa Maharani K. H0304088

RINGKASAN

Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang bertujuan mengkaji dan membandingkan besarnya pendapatan usahatani antara usahatani melon varietas MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action, mengkaji dan membandingkan efisiensi antara usahatani melon varietas MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action serta mengkaji dan membandingkan kemanfaatan antara usahatani melon varietas MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action.

Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitik dan pelaksanaannya menggunakan teknik survey. Penelitian dilakukan di Kabupaten Sragen. Penen-tuan kecamatan dan desa yang dijadikan daerah sampel dilakukan secara sengaja (purposive), berdasarkan data luas panen dan produksi tertinggi maka terpilihlah Kecamatan Tanon sebagai lokasi penelitian. Selanjutnya, karena terbatasnya data penggunaan varietas serta petani yang menggunakan varietas MAI 119, maka kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel desa usahatani melon varietas MAI 119 berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Tanon, maka terpilihlah desa Kecik sebagai desa sampel petani melon varietas MAI 119. Sedangkan sampel desa untuk usahatani melon varietas Action dipilih berdasarkan data luas panen dan produksi melon varietas Action tertinggi di Kecamatan Tanon, sehingga terpilihlah desa Slogo. Petani sampel yang diambil masing-masing berjumlah 30 orang untuk petani melon varietas Action dan 10 orang untuk petani melon varietas MAI 119. Metode pengambilan sampel petani secara acak sederhana (simple random sampling) dengan cara pengundian. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder dengan teknik observasi, wawancara dan pencatatan.

(12)

commit to user

xi

THE USED OF MELON MAI 119 VARIETY

REVIEW FROM THE INCREASED OF MELON FARMERS INCOME IN SRAGEN REGENCY

Nisa Maharani K. H0304088

SUMMARY

This script is arranged based on research aimed at assessing and comparing the amount of farm income between melon farming “MAI 119” variety and melon farming “Action” variety, assess and compare the efficiency between melon farming with MAI 119 varieties and melon farming with Action varieties, and also assess and compare the expediency between melon farming with MAI 119 varieties and melon farming with Action varieties.

The basic method of this research is descriptive analytic and the implementation using survey techniques. The research was conducted in Sragen. The determination of sub districts and villages which are used as the sampel area was done on porpose (purposive sampling), based on the data of the highest harvested area and production then Tanon District was choosen as the research location. Furthermore, because of the limited data of variety usage and farmers using MAI 119 variety, so the criteria to choose the village for melon farming “MAI 119” variety based on the recommendation from BPP of Tanon District, then Kecik Village was selected as sample village for melon farming “MAI 119” variety. While sample village for melon farming “Action” variety selected based on the data of the highest harvested area and production in Tanon District, then Slogo Village was selected. Sample farmers taken respectively amount to 30 people for melon farming “Action” variety and 10 people for melon farming “MAI 119” variety. The method for taking the sample of farmers was simple random by drawing numbers. The taken data were the primary and secondary data by observation, interview and recording techniques.

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan budidaya tanaman hortikultura yang meliputi sayuran dan buah-buahan semakin banyak diminati petani karena komoditas ini mampu memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan padi dan palawija dalam luas areal tanam yang sama. Beberapa komoditas hortikultura seperti cabai, se-mangka, dan melon, menuntut pengerjaan yang lebih intensif dan biaya yang lebih besar. Namun demikian, mampu memberikan keuntungan yang jauh le-bih besar (Samadi, 2007).

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya para petani dalam mengembangkan hortikultura, pemerintah mene-tapkan kebijaksanaan dalam memilih jenis hortikultura yaitu dipilih jenis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, memberikan kesempatan kerja lebih banyak, mempunyai prospek pasar dan pemasaran yang baik serta dapat mempertinggi gizi masyarakat. Salah satu tanaman hortikultura yang perlu mendapat per-hatian adalah tanaman melon (Tjahjadi, 1999).

Meski melon termasuk salah satu jenis buah-buahan yang relatif belum lama dibudidayakan di Indonesia, namun langsung populer di kalangan ma-syarakat luas. Daya pikat buah melon bagi konsumen terletak pada cita rasa-nya yang enak, manis, beraroma wangi dan khas, serta menyegarkan; sedang-kan daya tarik melon bagi pembudidayanya adalah nilai ekonominya yang tinggi.

(14)

commit to user

Kondisi tanah dan iklim di Indonesia sangat cocok untuk pengembang-an tpengembang-anampengembang-an melon. Meskipun benih melon sampai saat ini masih harus di-impor (diintroduksi) dari luar negeri, namun pengembangan budidayanya ber-prospek cerah. Di samping untuk menekan (mengurangi) impor buah melon, pengembangan tanaman ini dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, perbaikan gizi masyarakat, dan juga menambah keanekaragaman jenis buah-buahan yang dihasilkan di Indonesia (Rukmana, 2007).

Kabupaten Sragen merupakan salah satu daerah penghasil melon di Jawa Tengah. Jenis melon yang dibudidayakan yaitu jenis melon hibrida yang memiliki keunggulan berupa pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan buah yang dihasilkan lebih besar dari melon kebanyakan. Varietas melon hibrida yang dibudidayakan di Kabupaten Sragen adalah varietas MAI 119 dan varie-tas Action.

Melon varietas Action diproduksi oleh PT Bisi Internasional Tbk, telah dibudidayakan di Kabupaten Sragen sejak tahun 1999. Melon varietas Action merupakan golongan varietas hibrida yang tahan terhadap penyakit layu batang dan embun tepung (powdery mildew). Melon varietas MAI 119 di-produksi oleh CV Multi Global Agrindo, dibudidayakan di Kabupaten Sragen sejak tahun 2005. Melon varietas MAI 119 merupakan golongan varietas hibrida yang tahan terhadap penyakit layu batang, embun tepung (powdery mildew), bulai (downy mildew), dan juga tahan terhadap hama lalat buah.

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Perumusan Masalah

Pada dasarnya petani dalam berusaha selalu mengadakan perhitungan ekonomis mengenai biaya dan penerimaan usahataninya. Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan pada waktu panen (penerimaan) dan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output yang diharapkan, termasuk dalam memilih jenis-jenis tanaman yang da-pat diusahakan pada satu musim tanam.

Suatu usaha yang komersial akan bertujuan untuk mendapatkan keuntu- ngan yang sebesar-besarnya. Ini berarti bahwa apabila petani dihadapkan pada dua usaha yang menguntungkan, petani akan memilih usaha yang paling menguntungkan di antara keduanya. Demikian pula yang dihadapi petani di Kabupaten Sragen, petani harus memilih berbagai cabang usahatani yang memberikan keuntungan terbesar untuk peningkatan kesejahteraan keluarga. Pada umumnya jenis varietas melon yang ditanam di beberapa daerah penghasil melon di Kabupaten Sragen terdiri dari varietas Action dan varietas MAI 119. Keunggulan melon varietas Action yaitu pangsa pasarnya lebih tinggi dibandingkan melon varietas MAI 119. Sedangkan keunggulan melon varietas MAI 119 yaitu harga jualnya yang lebih tinggi dibandingkan melon varietas Action dan juga lebih tahan hama dan penyakit. Hal ini akan mempengaruhi besarnya biaya serta penerimaan usahatani dari budidaya melon varietas MAI 119 tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini diadakan untuk mengkaji lebih lanjut tentang kedua usahatani tersebut.

Berdasarkan ulasan di atas, maka peneliti mengajukan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah usahatani melon varietas MAI 119 dapat memberikan pendapatan usahatani yang lebih tinggi daripada pendapatan usahatani melon varietas Action di Kabupaten Sragen?

2. Apakah usahatani melon varietas MAI 119 di Kabupaten Sragen lebih efisien daripada usahatani melon varietas Action?

(16)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Penggunaan Melon Varietas MAI 119 Ditinjau dari Pening-katan Pendapatan Melon di Kabupaten Sragen ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji dan membandingkan besarnya pendapatan usahatani antara usa-hatani melon varietas MAI 119 dengan usausa-hatani melon varietas Action. 2. Mengkaji dan membandingkan efisiensi antara usahatani melon varietas

MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action.

3. Mengkaji kemanfaatan antara usahatani melon varietas MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action bagi petani melon di Kabupaten Sragen.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan peneliti terkait dengan bahan yang dikaji.

2. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan di sektor pertanian, khususnya sub sektor pangan dan hortikultura.

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Melon

Tanaman melon termasuk jenis tanaman labu. Tanaman lain yang masih satu keluarga dengan melon diantaranya semangka, blewah, menti-mun, dan waluh. Secara rinci, taksonomi tanaman melon seperti berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dikotiledoneae Subklas : Sympetalae Ordo : Cucurbitales Famili : Cucurbitaceae Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis melo L.

(Agromedia, 2007).

Tanaman melon dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di rah sub tropis dan tropis. Di Indonesia tanaman ini cocok ditanam di dae-rah yang mempunyai ketinggian antara 300 – 1.000 meter dari permukaan air laut (dpl), tetapi juga mulai banyak ditanam di dataran rendah yang ke-tinggiannya kurang dari 300 m dpl seperti di Jakarta (Rukmana, 2007).

(18)

commit to user a. Melon Varietas MAI 119

Varietas melon ini (MAI 119) bobot buahnya bisa mencapai 3,5 kg. Bentuk buahnya bulat, kulitnya berwarna hijau dan berjala. Daging buahnnya berwarna oranye, rasanya manis, dan teksturnya kenyal. Umur panennya sekitar 65 hari setelah tanam

(Sobir dan Firmansyah, 2010).

Pertumbuhan tanaman kuat dan kekar, respon terhadap pupuk. Produktivitas dan kualitas tinggi dengan berat rata-rata 3,5 kg. Kulit hijau dengan net tebal dan rata, daging buah padat berwarna merah (orange), rasa enak dan manis dengan kadar gula 14-16%. Melon MAI 119 ini toleran terhadap penyakit layu, downy mildew, embun tepung dan lalat buah (Edyim, 2011).

b. Melon Varietas Action

Varietas action 434 merupakan varietas melon yang mulai diedarkan di Indonesia pada akhir 1993. Pada saat varietas sky rocket sulit ditemui di pasaran, varietas action mampu mengisi kekosongan pasar benih melon. Akhir-akhir ini varietas action banyak diminati petani (Prajnanta, 2007).

Penampilan buah melon varietas Action 434 mirip dengan varietas Sky rocket, yaitu bobot buahnya bisa mencapai 3 kg. bentuk buahnya bulat, kulitnya berwarna hijau kekuningan dan berjala. Daging buahnya berwarna hijau muda, rasanya manis, dan teksturnya kenyal. Umur panen sekitar 65 hari setelah tanam

(Sobir dan Firmansyah, 2010).

2. Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Efisiensi Usahatani a. Biaya Usahatani

Menurut Hadisapoetra (1973), biaya yang digunakan dalam usa-hatani dapat dibedakan atas:

(19)

pe-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

ngusaha (keuntungan pengusaha) dan upah tenaga keluarga sendiri. Biaya alat-alat luar terdiri dari:

a) Jumlah upah tenaga kerja luar yang berupa uang, bahan makan-an, perumahmakan-an, premi, dan lain-lain.

b) Pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan, dan pengeluaran-pengeluaran lain yang berupa uang, misalnya untuk pajak, pengangkutan dan sebagainya.

c) Pengeluaran-pengeluaran tertentu berupa bahan untuk kepen-tingan usahatani, misalnya untuk selamatan dan sebagainya. d) Pengurangan dari persediaan akhir tahun.

e) Penyusutan, yaitu pengganti kerugian atau pengurangan nilai disebabkan karena waktu dan cara penggunaan modal tetap seperti bangunan-bangunan, alat-alat dan mesin-mesin, ternak dan sebagainya.

2) Biaya mengusahakan, yaitu biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasar-kan upah yang dibayarberdasar-kan kepada tenaga luar.

3) Biaya menghasilkan, yaitu biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani.

b. Penerimaan Usahatani

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah per-kalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

PrU = Py x Y Keterangan :

PrU : Penerimaan usahatani Py : Harga Y

Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

(20)

commit to user

hasil usahatani dan segala keuntungan yang berhubungan dengan kegiatan usahatani dimasukkan dalam laporan rugi laba

(Kadarsan, 1992).

c. Pendapatan Usahatani

Menurut Hadisapoetra (1973), untuk mengetahui pendapatan usahatani menggunakan rumus :

PdU = PrU – BU Keterangan :

PdU = Pendapatan usahatani (Rp/Ha/MT) PrU = Penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT) BU = Biaya usahatani (Rp/Ha/MT)

d. Efisiensi Usahatani

Menurut Hernanto (1991), efisiensi usahatani adalah nisbah penerimaan (revenue) dengan biaya (cost) usahatani (R/C ratio) yang merupakan salah satu ukuran apakah usahatani tersebut efisien atau tidak. Nilai R/C ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa usahatani tersebut efisien.

R/C ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya suatu usahatani. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui perbedaan biaya dan pendapatan antara usahatani yang satu dengan usahatani yang lain yang sengaja dibandingkan untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usahatani dalam memperoleh pendapatan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan usahatani yang lain. Semakin besar R/C ratio maka akan semakin efisien usahatani tersebut dalam pengalokasian faktor-faktor produksinya (Soekartawi, 2001).

e. Kemanfaatan Usahatani

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dari analisis ini. Analisis ini merupakan analisis perbandingan antara jumlah tambahan pendapatan dengan jumlah tambahan biaya yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan teknologi lama ke teknologi baru. Apabila B/C ratio > 1 maka adanya teknologi baru layak untuk dikembangkan karena teknologi tersebut mampu memberikan tambahan penerimaan yang lebih besar dibandingkan dengan tambahan biaya yang dikeluarkan (Wirartha, 2006).

Menurut Soekartawi (1995), secara matematis besarnya B/C ratio dapat dihitung dengan rumus :

Incremental B/C Ratio =

BU PrU D D

Keterangan :

=

DPrU Selisih penerimaan usahatani

=

DBU Selisih biaya usahatani

3. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Evi Wirda Ningsih (2009), yang berjudul Prospek Pengembangan Usahatani Melon dan Usahatani Semangka di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus Desa Pasar V Kebun

Kelapa, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang), dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan usahatani melon per hektar sebesar Rp 48.184.350,00 lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan usahatani semangka per hektar yaitu sebesar Rp 15.533.130,00. BEP volume produksi melon per hektar yaitu 5.699,98 kg sedangkan BEP volume produksi semangka per hektar yaitu 6.681,31 kg. BEP harga buah melon yaitu Rp 1.020,00/kg dan BEP harga buah semangka yaitu Rp 1.060,00/kg. Besarnya R/C ratio usahatani melon (3,42) lebih tinggi dibandingkan besarnya R/C ratio usahatani semangka (2,06).

Berdasarkan hasil penelitian Dian Yulianto (2011) yang berjudul

Analisis Komparatif Usahatani Melon Varietas Action 434 dengan

(22)

commit to user

sebesar Rp 47.296.885,71/Ha/MT lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan usahatani melon varietas M-1000 yaitu sebesar Rp 36.746.532,78/Ha/MT. Besarnya R/C ratio usahatani melon varietas Action 434 yaitu 1,76 lebih tinggi dibandingkan besarnya R/C ratio

usahatani melon varietas M-1000 yaitu 1,59.

Berdasarkan hasil analisis kedua penelitian di atas, dapat diketahui bahwa usahatani melon memberikan pendapatan yang besar dan efisien untuk diusahakan oleh petani. Penelitian ini dilakukan untuk meninjau apakah usahatani melon varietas MAI 119 di Kabupaten Sragen juga menguntungkan dan dapat meningkatkan pendapatan petani dilihat dari besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, efisiensi dan kemanfaatan dari usahatani melon.

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terda-pat di suatu temterda-pat yang diperlukan untuk produksi pertanian. Usahatani ha-rus dapat menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar seluruh bia-ya bia-yang telah dikeluarkan. Usahatani bertujuan untuk mendapatkan pendapat-an bagi petpendapat-ani dalam pengelolapendapat-an lahpendapat-annya. Dalam menyelpendapat-anggarakpendapat-an usaha-tani, setiap petani berusaha agar hasil panennya tinggi sehingga menghasilkan pendapatan yang dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Besarnya penda-patan dari usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya.

Petani berusaha untuk meninimalkan biaya yang dikeluarkan dan me-maksimalkan penerimaan yang diperolehnya dalam satu musim tanam terten-tu unterten-tuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya. Unterten-tuk menganalisis pendapatan, diperlukan komponen pengeluaran yang menunjukkan biaya yang dikeluarkan petani pada musim tertentu dan komponen penerimaan yang menunjukkan nilai uang yang diterima petani dari penjualan produk usaha-taninya tersebut.

(23)

bia-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

ya pemenuhan bibit, pupuk, upah tenaga kerja luar, pajak, penyusutan dan lain-lain yang ditambah dengan upah tenaga kerja sendiri, yang diperhitung-kan berdasardiperhitung-kan upah yang dibayardiperhitung-kan pada tenaga kerja luar.

Penerimaan merupakan nilai hasil usahatani yang diterima petani dari semua cabang usahatani yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, per-tukaran, atau penaksiran kembali. Dalam menaksir penerimaan usahatani ini semua komponen produk yang tidak dijual dinilai berdasarkan harga di tingkat petani.

Pendapatan usahatani dalam penelitian ini adalah Pendapatan bersih yang diperhitungkan dari penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya meng-usahakan.

Dapat dirumuskan sebagai berikut : PdU = PrU – BU

Keterangan :

PdU = Pendapatan usahatani (melon varietas MAI 119/melon varietas Ac-tion) (Rp/Ha/MT)

PrU = Penerimaan usahatani (melon varietas MAI 119/melon varietas Ac-tion) (Rp/Ha/MT)

BU = Biaya usahatani (melon varietas MAI 119/melon varietas Action) (Rp/Ha/MT)

Pendapatan usahatani yang tinggi belum tentu memberikan efisiensi usahatani yang tinggi pula. Maka untuk mengetahui efisiensi usahatani melon dengan menggunaan melon varietas MAI 119 atau dengan menggunakan melon varietas Action diperhitungkan dengan nilai R/C (Revenue Cost) ratio. Adapun R/C ratio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :

BU PrU

R/CRatio=

Keterangan :

(24)

commit to user

BU = Biaya usahatani (melon varietas MAI 119/melon varietas Action) (Rp/Ha/MT).

Dengan Kriteria :

R/C ratio > 1, artinya usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action telah efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil daripada hasil yang diterima.

R/C ratio ≤ 1, artinya usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action belum/tidak efisien karena biaya yang dikeluarkan sama/lebih besar dari hasil yang diterima.

Kemanfaatan dari usahatani melon varietas MAI 119 dan melon varie-tas Action dapat diketahui dengan menggunakan Incremental B/C Ratio. In-cremental B/C Ratio ini merupakan perbandingan antara manfaat yang diteri-ma dengan biaya yang dikeluarkan.

Incremental B/C Ratio dinyatakan dengan rumus :

ΔBU ΔPrU

= Ratio B/C l Incrementa

Keterangan :

=

DPrU Selisih penerimaan usahatani melon varietas MAI 119 dengan peneri-maan usahatani melon varietas Action (Rp/Ha/MT).

=

DBU Selisih biaya usahatani melon varietas MAI 119 dengan melon varie-tas Action (Rp/Ha/MT).

Kriteria :

B/C > 1 Usahatani melon varietas MAI 119 lebih memberikan tambahan kemanfaatan atau lebih menguntungkan.

B/C ≤ 1 Usahatani melon varietas MAI 119 tidak memberikan kemanfaatan atau tidak menguntungkan.

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

X = Rata-rata pendapatan/efisiensi pada usahatani melon varietas MAI 119 (Rp/Ha/MT)

2

X = Rata-rata pendapatan/efisiensi pada usahatani melon varietas Action (Rp/Ha/MT)

S12 = Varian pendapatan/efisiensi pada usahatani melon varietas MAI 119

S22 = Varian pendapatan/efisiensi pada usahatani melon varietas Action

n1 = Jumlah petani sampel usahatani melon varietas MAI 119 (orang)

n2 = Jumlah petani sampel usahatani melon varietas Action (orang).

(Pasaribu, 1983).

Hipotesis yang diajukan adalah : Ho : m1 = m2

Hi : m1 > m2

Dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis alternatif (Hi) diterima yang berarti ada beda nyata. Jadi pendapatan atau efisiensi usahatani melon varietas MAI 119 lebih tinggi daripada usahatani melon varietas Action.

(26)

commit to user C. Hipotesis

1. Usahatani melon varietas MAI 119 memberikan pendapatan usahatani yang lebih tinggi daripada usahatani melon varietas Action.

2. Efisiensi usahatani melon varietas MAI 119 lebih tinggi dibandingkan efisiensi usahatani melon varietas Action.

3. Usahatani melon varietas MAI 119 lebih memberikan kemanfaatan diban-dingkan usahatani melon varietas Action.

D. Asumsi-asumsi

1. Petani dalam usahatani melon varietas MAI 119 maupun Action bersifat rasional, artinya petani selalu berusaha untuk memperoleh pendapatan yang maksimal dengan keterbatasan sumberdaya yang dimilikinya.

2. Seluruh input produksi pada usahatani melon varietas MAI 119 maupun melon varietas Action yang digunakan petani berasal dari pembelian. 3. Hasil produksi melon varietas MAI 119 maupun melon varietas Action

seluruhnya dijual.

4. Keadaan geografis daerah yang diteliti seperti kesuburan tanah, curah hujan, iklim, dan intensitas cahaya matahari berpengaruh normal terhadap proses usahatani melon.

E. Pembatasan Masalah

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data usahatani melon varietas MAI 119 maupun usahatani melon varietas Action selama satu musim tanam yaitu bulan Juli 2010 - September 2010.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Usahatani (UT) melon varietas MAI 119 adalah budidaya tanaman melon dengan menggunakan varietas MAI 119 di lahan sawah dalam satu musim tanam.

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

3. Varietas adalah bagian dari jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, per-tumbuhan, daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibeda-kan dalam jenis yang sama.

4. Petani sampel adalah petani pemilik penggarap yang melakukan usahatani melon varietas MAI 119 atau yang melakukan usahatani melon varietas Action.

5. Lahan usahatani adalah lahan garapan yang digunakan untuk melakukan usahatani melon varietas MAI 119 atau varietas Action, pada satu musim tanam, yang diukur dalam satuan hektar (Ha).

6. Benih adalah biji yang digunakan dalam mengusahakan usahatani melon varietas MAI 119 maupun usahatani melon varietas Action. Jumlah benih yang digunakan dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg) dan dinilai dengan rupiah (Rp).

7. Tenaga kerja adalah keseluruhan tenaga kerja pria dan wanita yang digunakan dalam proses usahatani melon baik tenaga kerja dalam (keluarga) maupun tenaga kerja luar. Semua tenaga kerja dikonversikan ke dalam tenaga kerja pria dan diukur dalam Hari Kerja Pria (HKP), sedang-kan nilai tenaga kerja berdasarsedang-kan upah dan dinyatasedang-kan dalam rupiah per HKP (Rp/HKP).

8. Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima petani dari hasil penjualan produksi melon pada satu musim tanam, yang dinilai berdasarkan harga daerah setempat dan dihitung dengan mengalikan hasil produksi dengan harga jual produk yang berlaku saat itu dan dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

(28)

commit to user

10.Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diterima petani dari hasil usahatani melon varietas MAI 119 atau varietas Action yang merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya usahatani selama satu musim tanam, dan dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

11.Efisiensi usahatani adalah perbandingan antara penerimaan usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action dengan biaya mengusahakan usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action, dengan kriteria jika nilainya lebih dari satu (>1) maka usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action tersebut efisien dan jika nilainya kurang dari atau sama dengan satu (≤1) maka usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action tersebut tidak efisien.

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode des-kriptif analitik, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada peme-cahan masalah aktual. Data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dije-laskan, kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994).

Sedangkan teknik pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan meng-gunakan teknik survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu pulasi yang menggunakan kuisioner sebagai salah satu alat pengambil data po-kok (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Penentuan Sampel

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

(30)

commit to user 2. Metode Pengambilan Petani Sampel

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), data yang dianalisis ha-rus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat mengi-kuti distribusi normal. Sampel yang tergolong sampel besar adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30 sampel.

Lokasi penelitian dilakukan di dua desa yaitu Desa Kecik sebagai lokasi petani sampel melon varietas MAI 119 dan Desa Slogo sebagai lo-kasi petani sampel melon varietas Action. Jumlah sampel petani melon va-rietas MAI 119 yang diamati adalah sebanyak 10 responden. Hal ini di-karenakan di Desa Kecik hanya terdapat 10 petani melon yang mengguna-kan melon varietas MAI 119. Untuk jumlah sampel petani melon varietas Action, dari 50 petani melon varietas Action yang ada di Desa Slogo, diambil 30 petani sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi, 1995). Metode pengambilan sampel responden secara acak sederhana dilakukan dengan menggunakan cara pengundian.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari respon-den melalui kegiatan wawancara yang dilakukan oleh peneliti respon-dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, dan me-lalui kegiatan observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung ter-hadap obyek yang diteliti. Data yang diambil meliputi: karakteristik petani sampel, penggunaan sarana produksi, biaya usahatani, besarnya produksi, harga jual hasil produksi dan lain-lain.

2. Data Sekunder

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

atau instansi yang terkait dengan penelitian. Data sekunder ini diperoleh dengan cara pencatatan. Data sekunder tersebut meliputi: keadaan alam, keadaan penduduk, keadaan perekonomian, keadaan pertanian, selain itu juga luas lahan dan produksi melon dari tiap daerah di Kabupaten Sragen. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan pihak lain yang terkait dalam penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung ter-hadap obyek yang diteliti yaitu pada usahatani melon yang menggunakan varietas MAI 119 maupun varietas Action.

b. Wawancara

Teknik ini dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepa-da petani responden kepa-dan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian. Wa-wancara dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

c. Pencatatan

Teknik ini dilakukan dengan melakukan pencatatan terhadap data yang telah ada pada instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pendapatan usahatani melon menggunakan rumus :

PdU = PrU – BU Keterangan :

PdU = Pendapatan usahatani melon varietas MAI 119 atau melon vari-etas Action (Rp/Ha/MT)

PrU = Penerimaan usahatani melon varietas MAI 119 atau melon vari-etas Action (Rp/Ha/MT)

(32)

commit to user

2. Untuk menganalisis efisiensi digunakan Revenue Cost Ratio (R/C ratio) dengan rumus sebagai berikut :

BU PrU

R/CRatio=

Keterangan :

PrU = Penerimaan usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action (Rp/Ha/MT)

BU = Biaya usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action (Rp/Ha/MT)

Dengan kriteria sebagai berikut :

a. R/C ratio > 1, berarti bahwa usahatani tersebut efisien karena mempe-roleh keuntungan dikarenakan biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari-pada nilai hasil yang diterima

b. R/C ratio ≤ 1, berarti bahwa usahatani tersebut belum/tidak efisien ka-rena mengalami kerugian dikaka-renakan biaya yang dikeluarkan lebih be-sar atau sama dengan nilai hasil yang diterima

3. Untuk menganalisis kemanfaatan digunakan analisis Incremental Benefit Cost Ratio dengan rumus sebagai berikut :

BU PrU B/C

D D =

Ratio l

Incrementa

Keterangan :

ΔPrU = Selisih penerimaan usahatani melon varietas MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action (Rp/Ha/MT)

ΔBU = Selisih biaya usahatani melon varietas MAI 119 dengan usaha-tani melon varietas Action (Rp/Ha/MT)

Dengan kriteria sebagai berikut :

a. B/C ratio > 1, maka usahatani melon varietas MAI 119 lebih memberi-kan kemanfaatan atau lebih menguntungmemberi-kan.

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

4. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka dilakukan uji komparasi dengan menggunakan uji t (t-test).

t hitung =

X = Rata-rata pendapatan atau efisiensi pada usahatani melon varie-tas MAI 119 (Rp/Ha/MT)

2

X = Rata-rata pendapatan atau efisiensi pada usahatani melon varie-tas Action(Rp/Ha/MT)

S12 = Varian pendapatan atau efisiensi pada usahatani melon varietas

MAI 119

S22 = Varian pendapatan atau efisiensi pada usahatani melon varietas

Action

n1 = Jumlah petani sampel usahatani melon varietas MAI 119

(orang)

n2 = Jumlah petani sampel usahatani melon varietas Action (orang).

Hipotesis yang diajukan adalah : Ho : m1 = m2

Hi : m1 > m2

Dengan kriteria pengambilan keputusan :

a. Jika t hitung > t tabel maka Hi diterima, yang berarti berbeda nyata. Dengan demikian pendapatan atau efisiensi usahatani melon varietas MAI 119 lebih tinggi daripada pendapatan atau efisiensi usahatani melon varietas Action.

(34)

commit to user

22

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografi

1. Letak dan Batas Wilayah

Kabupaten Sragen secara geografis terletak antara 110045’ dan 111010’ BT serta 7015’ dan 7030’ LS. Kabupaten Sragen mempunyai luas wilayah sebesar 941,55 Km2 terbagi dalam 20 kecamatan dan 208 desa/ke-lurahan. Adapun batas-batas wilayahnya yaitu :

Sebelah utara : Kabupaten Grobogan

Sebelah timur : Kabupaten Ngawi (Propinsi Jawa Timur) Sebelah selatan : Kabupaten Karanganyar

Sebelah barat : Kabupaten Boyolali

Kecamatan Tanon sebagai daerah sampel penelitian, merupakan sa-lah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Sragen. Ibukota Kecamatan Tanon berjarak 14 Km dari Ibukota Kabupaten Sragen. Kecamatan Tanon terdiri dari 16 desa atau kelurahan dengan pusat pemerintahan di Desa Gabugan. Kecamatan Tanon mempunyai luas 38,48 Km2, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara : Kecamatan Mondokan Sebelah timur : Kecamatan Sidoarjo Sebelah selatan : Kabupaten Plupuh Sebelah barat : Kecamatan Gemolong

2. Topografi Daerah

Kabupaten Sragen mempunyai topografi berupa dataran rendah de-ngan ketinggian wilayah berkisar antara 84 – 190 m dari permukaan air laut (mdpl). Wilayah tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Ketinggian 101 – 500 mdpl meliputi beberapa kecamatan yaitu Keca-matan Mondokan, KecaKeca-matan Miri, KecaKeca-matan Kedawung, KecaKeca-matan Jenar, Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Sumberlawang, Kecamatan Gesi, Kecamatan Gemolong, Kecamatan Plupuh, dan Kecamatan Sam-birejo.

Berdasarkan penggolongan di atas dapat diketahui bahwa seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sragen lokasinya ideal untuk budidaya tanaman melon, termasuk diantaranya adalah Kecamatan Tanon. Hal itu karena tanaman melon cocok untuk dibudidayakan pada lokasi yang mempunyai ketinggian tempat antara 0 – 900 mdpl (Hartoyo, 2011).

3. Keadaan Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kegiatan budidaya tanaman pertanian terutama dalam penentuan jenis ta-naman yang diusahakan. Setiap jenis tata-naman tidak selalu dapat ditanam pada tiap tipe iklim. Jika suatu jenis tanaman ditanam pada daerah yang memiliki iklim yang tidak cocok dengan syarat tumbuh tanaman tersebut, maka dapat berakibat tanaman tersebut tidak akan dapat tumbuh secara op-timal atau bahkan dapat menyebabkan kematian pada tanaman tersebut.

(36)

commit to user

B. Keadaan Penduduk

1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Keadaan penduduk menurut umur merupakan penggolongan pen-duduk berdasarkan umur sehingga dapat diketahui jumlah penpen-duduk yang produktif dan yang non produktif yang ada pada suatu wilayah tertentu. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, golongan umur non pro-duktif adalah golongan umur antara 0 – 14 tahun dan golongan umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun, sedangkan golongan umur produktif ada-lah golongan umur antara 15 – 64 tahun.

Pada akhir tahun 2009, Kabupaten Sragen mempunyai jumlah pen-duduk sebanyak 877.402 jiwa yang terdiri dari penpen-duduk laki-laki seba-nyak 433.987 jiwa dan penduduk perempuan sebaseba-nyak 443.415 jiwa. Jum-lah penduduk menurut umur dan jenis kelamin Kabupaten Sragen dapat di-lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Sragen Akhir Tahun 2009

Kelompok Umur (Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Persentase (%) Laki-laki Perempuan

0 – 14 120.588 115.016 235.604 26,85 15 – 64 285.249 293.939 579.188 66,01 65 ≤ 28.150 34.460 62.610 7,14 Jumlah 433.987 443.415 877.402 100,00 Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka, BPS 2010

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Data-data di atas dapat digunakan untuk menentukan angka Depen-dency Ratio (ratio ketergantungan atau beban tanggungan), yaitu suatu bi-langan yang menunjukkan perbandingan usia non produktif dengan usia produktif. Berdasarkan Lampiran 4, nilai dari Dependency Ratio untuk Kabupaten Sragen adalah sebesar 51,49 persen yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 51 orang penduduk usia non produktif.

Keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kecamatan Tanon dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan Tanon Akhir Tahun 2009

Kelompok Umur (Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Persentase (%) Laki-laki Perempuan

0 – 14 9.692 9.391 19.083 34,79 15 – 64 16.337 16.974 33.311 60,73 65 ≤ 1.089 1.366 2.455 4,48 Jumlah 27.118 27.731 54.849 100,00 Sumber : Kecamatan Tanon dalam Angka, BPS 2010

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pen-duduk Kecamatan Tanon termasuk dalam golongan usia produktif atau berumur 15 – 64 tahun dengan jumlah 33.311 orang atau sebesar 60,73 persen dari jumlah penduduk keseluruhan yang ada di Kecamatan Tanon. Sedangkan sisanya termasuk dalam penduduk golongan usia non produktif dengan jumlah 19.083 orang atau 34,79 persen untuk umur 0 – 14 tahun dan sebanyak 2.455 orang atau 4,48 persen dari jumlah penduduk keselu-ruhan di Kecamatan Tanon untuk umur di atas atau sama dengan 65 tahun. Nilai dari Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio di Ke-camatan Tanon berdasarkan Lampiran 4 yang mengacu pada data-data pada Tabel 2 yaitu sebesar 64,66 persen yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 64 orang penduduk usia non produktif.

(38)

pengetahu-commit to user

an dalam mengelola usahataninya serta penyerapan teknologi baru untuk memajukan usahataninya, dalam hal ini usahatani melon. Dengan meningkatnya ketrampilan dan pengetahuan petani maka diharapkan dapat meningkatkan produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

2. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian merupakan penggolongan jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian. Adanya penggolongan penduduk menurut mata pencaharian dapat digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Tanon dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Tanon Tahun 2009

No Mata Pencaharian

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa penduduk di Kabupaten Sragen paling banyak bermata pencaharian di bidang pertanian yaitu sebesar 50,91 persen. Kondisi tersebut sama dengan penduduk di Ke-camatan Tanon, dimana penduduknya paling banyak bermata pencaharian pertanian yaitu sebesar 61,87 persen.

(39)

tem-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

pat yang dapat diandalkan oleh penduduk Kabupaten Sragen dan Kecama-tan Tanon untuk memperoleh penghasilan. Mata pencaharian perKecama-tanian yang ada di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Tanon umumnya sebagai petani dan buruh tani yang dilakukan secara turun temurun.

C. Keadaan Pertanian

1. Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Tanon dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Sragen dan Ke-camatan Tanon Tahun 2009

No Jenis Tanah Kabupaten Sragen Kecamatan Tanon Luas (Ha) % Luas (Ha) % Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka, BPS 2010

(40)

commit to user

berupa lahan sawah yang mencapai 2.932,49 Ha atau sebesar 57,50 pesen dari total luas Kecamatan Tanon.

2. Produksi Tanaman Pangan

Sektor pertanian masih menjadi sektor andalan bagi sebagian besar masyarakat di Kabupaten Sragen. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk yang bermata pencaharian di bidang pertanian, sehingga sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat. Pertanian di Kabupaten Sragen meliputi kegiatan perkebunan, budidaya tanaman pangan dan hortikultura. Tanaman hortikultura meliputi tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan. Luas panen dan jumlah produksi tanaman buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Tanon, Tahun 2005 - 2009

No Komoditas

Kabupaten Sragen Kecamatan Tanon Luas Panen Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka, BPS 2005 - 2009

Tanaman buah-buahan terdiri dari tanaman buah-buahan tahunan dan semusim. Dari beragam jenis tanaman buah-buahan yang diusahakan di Kabupaten Sragen, yang termasuk tanaman buah-buahan tahunan adalah pisang, mangga, rambutan, jeruk gulung, jambu biji, sawo, pepaya, nanas dan belimbing. Sedangkan yang termasuk tanaman buah-buahan semusim adalah semangka dan melon.

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

yaitu 580.021,00 Ha, dengan produksi sebesar 59.525,40 Kw yang merupakan rata-rata produksi tanaman buah-buahan tahunan tertinggi. Untuk tanaman buah-buahan semusim di Kabupaten Sragen, rata-rata luas panen terluas adalah semangka yaitu 106,20 Ha, sedangkan produksinya merupakan rata-rata produksi tertinggi kedua setelah melon. Rata-rata luas panen tanaman buah-buahan tahunan terluas di Kecamatan Tanon adalah mangga yaitu 22.031,00 Ha, dengan produksi sebesar 8.182,20 Kw yang merupakan rata-rata produksi tanaman buah-buahan tahunan tertinggi di Kecamatan Tanon. Untuk tanaman buah-buahan semusim di Kecamatan Tanon, rata-rata luas panen terluas adalah melon yaitu 90,60 Ha, dengan produksi sebesar 20.722,00 Kw yang merupakan rata-rata produksi tanaman buah-buahan semusim tertinggi di Kecamatan Tanon.

D. Keadaan Sarana Perekonomian

Jumlah sarana perekonomian di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Tanon dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sarana Perekonomian di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Tanon Tahun 2009

No Uraian

Kabupaten Sragen

Kecamatan Tanon Jumlah (unit) Jumlah (unit) 1. Pasar

Departemen Store 1 -

b. Umum 46 1

Hewan 8 -

d. Buah 1 -

Sepeda 1 -

2. Pegadaian 4 -

3. Koperasi Simpan Pinjam 26 1 4. Koperasi Serba Usaha 967 2 5. KUD (Koperasi Unit Desa) 29 -

Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka dan Kecamatan Tanon dalam Angka, BPS 2009

(42)

commit to user

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Budidaya Melon Varietas MAI 119 dan Melon Varietas Action

Teknik budidaya melon varietas MAI 119 dan melon varietas Action pada dasarnya sama, yang membedakannya terutama adalah pada jenis masukan yang digunakan dalam kegiatan budidaya melon tersebut. Teknik budidaya melon di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

a. Penyemaian Benih

Persemaian tanaman melon varietas MAI 119 dan melon varie-tas Action dimulai dengan mengecambahkan benih. Benih yang sudah berkecambah harus segera dibibitkan atau disemai dalam media pembibitan. Banyaknya benih yang dibutuhkan baik pada budidaya melon varietas MAI 119 maupun melon varietas Action adalah sama, yaitu kurang lebih 0,80 - 0,85 Kg/Ha. Untuk menghindari sinar mata-hari langsung, perlu dibuatkan sungkup yang terbuat dari rangka bambu yang dibentuk melengkung setengah lingkaran. Sungkup harus berada di tempat terbuka yang sirkulasi udaranya baik. Sungkup ini bisa diletakkan di pekarangan rumah untuk memudahkan perawatan, atau bisa juga diletakkan di dekat lokasi penanaman untuk memudahkan pemindahan bibit pada saat penanaman.

b. Pengolahan tanah

(44)

commit to user c. Pemupukan

Pemberian pupuk baik pada budidaya melon varietas MAI 119 maupun melon varietas Action diberikan sebagai pupuk dasar untuk mendukung pertumbuhan awal dan pupuk susulan untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimum serta ukuran dan kualitas buah yang tinggi.

1. Pupuk dasar

Pemberian pupuk dasar dan/atau pengapuran biasanya dibe-rikan setelah dilakukan pengolahan tanah dan sebelum dilakukan penanaman, tepatnya yaitu seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar yang diberikan bisa berupa campuran antara pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk SP-36 dan pupuk KCl. Pemberian kapur pertanian dila-kukan hanya bila perlu, dengan dosis yang disesuaikan dengan derajat keasaman (pH) tanah setempat.

2. Pupuk susulan

Pupuk susulan dilakukan secara berkala untuk memberikan nutrisi yang cukup bagi tanaman agar berproduksi optimal. Pemu-pukan pertama diberikan pada saat tanaman melon berumur 7 HST. Kemudian pemupukan kedua dan seterusnya dilakukan berselang 7 hari dari pemupukan sebelumnya, hingga tanaman berumur 45 HST. Sehingga total pemupukan susulan yang dilakukan pada umumnya ada sebanyak 5 kali.

d. Pemasangan Mulsa

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

digunakan untuk pemupukan lanjutan dan sebagai tempat untuk penyiraman.

e. Penanaman

Pada budidaya melon varietas MAI 119 maupun melon varietas Action, penanaman bibit mulai dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 untuk menghindari tanaman mengalami stress karena terik matahari. Sesaat sebelum tanam, media tanah dalam plastik semai disiram sampai basah agar tidak pecah/berhamburan ketika plastik dibuka. Setelah penanaman selesai, bibit disiram untuk mengurangi tingkat kelayuan.

f. Pemasangan ajir

Pada budidaya melon varietas MAI 119 maupun melon varietas Action, pemasangan ajir dilakukan maksimal 3 hari setelah tanam. Panjang ajir sekitar 2 m dipasang di setiap lubang tanam. Bagian ajir yang masuk ke dalam tanah sekurang-kurangnya sepanjang 25 cm. Pada setiap bedengan, setiap dua buah ajir dari baris yang berbeda disatukan pada bagian atasnya sehingga membentuk huruf X, kemu-dian diikat dan diberi palang antar ikatan agar tidak lepas satu sama lainnya.

g. Pengikatan

Pengikatan tanaman ditujukan untuk merambatkan tanaman pa-da ajir yang supa-dah dipasang. Papa-da budipa-daya melon varietas MAI 119 maupun varietas Action, batang tanaman mulai diikat pada ajir dengan tali rafia setelah tanaman berumur 12 hari atau setelah memiliki 7 daun. Pengikatan ini dilakukan setiap 5 hari sekali sampai ikatan mencapai ujung ajir.

h. Pemangkasan

(46)

commit to user

di atas ruas ke-11 dengan menyisakan 1 helai daun. Cabang pada ruas ke-9 sampai ke-11 tidak perlu dipangkas untuk dijadikan tempat munculnya calon buah yang akan dibesarkan. Pemotongan ujung batang utama (topping) dilakukan setelah calon buah yang akan dibesarkan sudah terpilih. Pemotongan batang utama menyisakan 30-35 daun.

i. Pemilihan Buah

Pada budidaya melon varietas MAI 119 maupun varietas Action, pemilihan buah dilakukan setelah buah dari cabang ke-9 hingga ca-bang ke-11 telah tumbuh sebesar bola pingpong. Kemudian dipilih satu buah yang paling baik, yang tidak cacat dan bentuknya lonjong, untuk terus dipelihara sampai besar. Buah yang tidak terpilih dibuang dan cabang tempat buah yang tidak terpilih dipangkas dan disisakan satu helai daun. Buah yang terpilih perlu segera diikat/digantung pada ajir untuk menghindari patahnya tangkai buah dan kontak dengan tanah. j. Pengendalian Hama dan Penyebab Penyakit

Kegiatan pengendalian hama pada budidaya melon varietas MAI 119 dan varietas Action dilakukan berdasarkan waktu dan tingkat serangan hama dan penyebab penyakit. Kegiatan pengendalian hama dan penyebab penyakit ini dilakukan dengan menyemprotkan pestisida ke tanaman yang terserang. Penyemprotan dihentikan minimal 2 ming-gu sebelum panen.

k. Panen

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2. Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum mengenai latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan kegiatan usaha-tani melon varietas MAI 119 maupun melon varietas Action. Karakteristik petani sampel yang dikaji dalam penelitian ini meliputi umur petani, pendidikan petani, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani, luas lahan yang digarap, dan pengalaman petani dalam budidaya melon. Karakteristik petani sampel pada usahatani melon varietas MAI 119 dan melon varietas Action dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Melon Varietas MAI 119

dan Varietas Action

No. Uraian Melon Varietas MAI 119

Melon Varietas Action 1. Jumlah petani responden (orang) 10 30 2. Rata-rata umur petani (tahun) 43 47 3. Rata-rata pendidikan petani

(tahun)

10 10

4. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang)

4 4

5. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani melon (orang)

1 1

6. Rata-rata luas lahan sawah yang digarap (Ha)

0,35 0,52

7. Rata-rata pengalaman dalam usahatani melon (tahun)

8 9

8. Rata-rata menggunakan varietas MAI 119 (tahun)

3 0

Sumber : Analisis Data Primer

(48)

commit to user

ketrampilannya dalam berusahatani dan dapat menyerap teknologi ba-ru dalam rangka peningkatan pendapatan usahataninya.

Rata-rata pendidikan petani melon varietas MAI 119 dan petani melon varietas Action adalah sama, yaitu kurang lebih 10 tahun atau setara dengan sekolah menengah atas. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap petani dalam mengambil keputusan terkait kegiatan usahatani yang dilaku-kannya dan dalam penyerapan teknologi baru.

Rata-rata jumlah anggota keluarga petani melon varietas MAI 119 dan petani melon varietas Action adalah sama yaitu kurang lebih 4 orang, dan dari jumlah anggota keluarga tersebut hanya terdapat rata-rata satu orang yang aktif dalam usahatani melon baik untuk keluarga petani melon varietas MAI 119 maupun petani melon varietas Action. Sedikitnya jumlah anggota keluarga yang aktif dalam kegiatan usahatani dikarenakan semua pekerjaan sudah diserahkan pada tenaga kerja luar yang mereka pekerja-kan.

Rata-rata luas lahan sawah yang digarap petani melon varietas MAI 119 adalah 0,35 hektar, sedangkan rata-rata luas sawah yang digarap petani melon varietas Action lebih besar yaitu 0,52 hektar. Rata-rata pengalaman dalam berusahatani melon untuk petani melon varietas Action (9 tahun) lebih lama dibandingkan dengan petani melon varietas MAI 119 (8 tahun). Sedangkan untuk rata-rata pengalaman petani dalam berusahatani melon varietas MAI 119 adalah 3 tahun. Pada petani melon varietas MAI 119, sebelum mengusahakan melon varietas ini mereka mengusahakan melon varietas lain, diantaranya adalah varietas Action dan glamour.

3. Penggunaan Sarana Produksi

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas MAI 119 dan Varietas Action MT 2010

No Uraian

Sumber : Analisis Data Primer

(50)

commit to user

Sarana produksi lain yang digunakan adalah pupuk. Pada budidaya tanaman melon varietas MAI 119 maupun varietas Action, pemupukan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan. Pada pemupukan dasar, pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos, ZA, SP-36, dan KCl. Sedangkan pada pemupukan susulan, yang digunakan adalah pupuk NPK dan KNO. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata pemakaian pupuk ZA, SP-36, dan NPK pada usahatani melon varietas MAI 119 lebih tinggi dibandingkan pada usahatani melon varietas Action. Sedangkan rata-rata pemakaian pupuk KCl dan KNO pada usahatani MAI 119 lebih rendah dibandingkan pada usahatani melon varietas Action. BPP setempat telah memberikan dosis anjuran pemakaian pupuk dasar dan pupuk susulan, yaitu 15-20 ton/Ha untuk pupuk kompos, 375 kg/Ha untuk pupuk ZA, 250 kg/Ha untuk pupuk SP-36, 375 kg/Ha untuk pupuk KCl, 250 kg/Ha untuk pupuk NPK dan 4,5 Kg/Ha untuk pupuk KNO. Sedangkan pada kenyataanya, baik pada usahatani melon varietas MAI 119 maupun melon varietas Action, rata-rata dosis pemakaian pupuk ZA, SP-36, NPK dan KNO lebih tinggi dari dosis yang dianjurkan. Sedangkan untuk pemakaian pupuk kompos dan KCl, pada kedua usahatani dosisnya lebih rendah dari dosis yang dianjurkan. Penggunaan pupuk baik dari jenis, dosis dan waktu pemberiannya, pada kedua usahatani dipengaruhi oleh kebiasaan petani setempat, dan sangat sulit untuk merubahnya. Secara keseluruhan penggunaan pupuk pada usahatani melon varietas MAI 119 lebih tinggi daripada usahatani melon varietas Action.

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

banyak digunakan oleh petani melon varietas MAI 119 adalah Marshal, yaitu sebanyak 3.166,67 ml/Ha. Sedangkan insektisida cair yang paling banyak digunakan oleh petani melon varietas Action adalah Regent, yaitu sebanyak 3.873,81 ml/Ha. Insektisida padat yang digunakan oleh petani melon varietas MAI 119 adalah Konfidor, yaitu sebanyak 2,05 Kg/Ha. Insektisida padat yang paling banyak digunakan oleh petani melon varietas Action adalah Furadan, yaitu sebanyak 14,69 Kg/Ha.

Sarana produksi lainnya adalah kapur, dimana jenis kapur yang di-gunakan oleh petani sampel adalah Kalsit. Berdasarkan hasil penelitian, hanya sebagian kecil petani melon varietas Action saja yang menggunakan Kalsit sedangkan petani melon varietas MAI 119 tidak ada yang meng-gunakannya. Hal ini dikarenakan pemakaian kapur pertanian hanya dilaku-kan apabila petani merasa lahannya kurang kering, dan sebagian besar pe-tani sampel tidak merasa perlu menggunakannya

ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang digunakan oleh petani sampel pada usahatani melon varietas MAI 119 hanya Atonik, yaitu sebanyak 2.141,67 ml/Ha. Sedangkan ZPT yang digunakan oleh petani sampel pada usahatani melon varietas Action ada 3 macam, dengan penggunaan terbesar adalah Supergro, yaitu sebanyak 823,81 ml/Ha.

Sarana produksi lainnya yang digunakan adalah perekat. Cara peng-gunaannya adalah dengan mencampur perekat dengan pestisida atau pupuk daun untuk meningkatkan efektivitas penyemprotannya dengan melekatkan dan meratakan butiran semprot pada daun sehingga tidak mudah menetes/hilang dan tercuci oleh hujan. Perekat yang digunakan oleh petani sampel dari kedua usahatani adalah Apsa, yaitu sebanyak 2.383,33 ml/Ha untuk petani melon varietas MAI 119 dan sebanyak 1.765,48 ml/Ha untuk petani melon varietas Action.

4. Penggunaan Tenaga Kerja

(52)

commit to user

tenaga kerja pada usahatani melon varietas MAI 119 dan varietas Action dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas MAI 119 dan Varietas Action MT 2010 dengan Satuan HKP

No Uraian

UT Melon Varietas MAI 119 UT Melon Varietas Action Per UT Per Ha Per UT Per Ha

(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Penghitungan penggunaan tenaga kerja dalam penelitian usahatani menggunakan satuan Hari Kerja Pria (HKP). Tenaga kerja yang ada di daerah penelitian baik untuk melon varietas MAI 119 maupun varietas Action dalam satu hari bekerja kurang lebih selama 7 jam mulai dari jam 07.00 WIB – 11.00 WIB kemudian dilanjutkan lagi dari jam 13.00 WIB – 16.00 WIB, dengan upah sebanyak Rp 45.000,00 untuk tenaga kerja pria dan Rp 35.000,00 untuk tenaga kerja wanita. Apabila dilakukan perhitu-ngan untuk satuan Hari Kerja Pria (HKP), maka diperoleh hasil 0,78 HKP untuk satu hari kerja wanita. Nilai ini diperoleh dari perbandingan antara upah Hari Kerja Wanita (HKW) dengan upah Hari Kerja Pria (HKP).

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani melon varietas MAI 119 adalah 507,73 HKP/Ha yang terdiri dari 12,63 HKP/Ha tenaga kerja keluarga dan 495,10 HKP/Ha tenaga kerja luar. Sedangkan rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani melon varietas Action yaitu sebanyak 513,92 HKP/Ha yang meliputi 9,68 HKP/Ha tenaga kerja keluarga dan 504,24 HKP/Ha tenaga kerja luar. Penggunaan tenaga kerja keluarga lebih rendah apabila dibandingkan dengan tenaga kerja luar, hal ini dikarenakan sebagian besar petani responden juga mengelola usahatani lain selain usahatani melon dan sudah terbiasa menyerahkan sebagian besar pekerjaan kepada tenaga kerja luar.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan
Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten
Tabel 4. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Sragen dan Ke-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan Strategis Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat merupakan perencanaan lima tahunan yang menggambarkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran,

Langkah politik ini sangat tepat untuk meredam efek keratakan sosial yang ditimbulkan oleh berbagai manuver orang-orang yahudi dan orang- orang munafik (hipokrif) yang

Penelitian komposit tembaga-poliamida(nylon) 6 (Cu-PA 6) untuk aplikasi proyektil amunisi frangible dilakukan dengan menganalisis sifat mekanik berupa kekuatan tekan,

Matlamat kajian ini adalah untuk meneroka perspektif semasa amalan pengurusan warisan dalam industri pengekalan dan pemuliharaan bangunan warisan di Malaysia, mengenalpasti

Kecantikan bukanlah untuk dipertontonkan karena ia adalah hadiah yang harus dijaga, harta yang harus di investasikan, dan jiwa yang harus ditanam untuk seorang yang akan menjadi

Dalam meramalkan penjualan energi listrik Provinsi Sumatera Utara dapat menggunakan metode peramalan smoothing eksponensial ganda dengan metode linier satu

QUANTITIES REPRESENT ACTUAL REPORTED WEIGHT, NOT ESTIMATED FROM THE NUMBER OF PACKAGES. 4) SALES HELD DURING A WEEK OVERLAPPING THE END OF THE MONTH ARE ATTRIBUTED WHOLLY TO THE

(1) Sekretaris Desa mempunyai tugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi Pemerintahan Desa, memberikan masukan kepada Kepala Desa dalam rangka menetapkan kebijakan