PENGARUEI[
INTENSITAS
CGNAYA
TERHADAP PRODUKSI
DAN
KUALITAS HIJAUAN SERTA BENIH
LEGUM
TANAMAN PAKAN
SEKOLAH
PASCASARJANA
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis saya yang berjudul :
Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Produksi d m Kualitas Hijauan serta Benih Legum
Tanaman Pakan adalah benar-benar asli karya saya dengan arahan komisi pembimbing,
dan bulcan hasil jiplakan atau tiruan dari tulisan siapapun serta belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain dalam teks dan dicantumkan dalam Dafiar
Pustaka di bagian akhir tesis
Bogor, Mei 2009
Achmad Fanindi
ABSTRACT
ACHMAD FANICNDI. The effects of light intensity on forage and seed production and quality. Under direction of LUKI ABDULLAH and BAMBANG RISDIONO PRAWRADIPUTRA
The aim of study was to evaluate the effect of light intensity on forage and seed production and quality. Research was conducted in Research Institute for Animal Production, Ciawi Bogor and Laboratory Agrostologi Faculty of Animal Husbandry, Bogor Agricultural University, for 16 months. Four levels of light intensity according with 100%, 80%,60% and 40% were used. Thee legumes species including ltalopo
(Calopagonium mucunoides), puero (Pueraria javanica) and siratro (Macroptilium atropurpureum) were used. as cover crops
and
experimental plants. The block randomized design with 3 replications were applied in this research. Data fiom each plant were analyzed by ANOVA and Duncan's Multiple Range Test. Forage production was evaluated within one year. The forage quality and digestibility (invitro) were investigated. Seed production was accumulative of seasonal seed production during one year. The result showed that light intensity affected (P<0.05) the forage and seed production, chlorophylf a and total chlorophyll of kalopo, but not affected (PC 0.05) quality and digestibility of kalopo. The higest forage and seed production of kalopo were found under full light intensity (1 00%). Forages and seed productionof
puero affected by light intensity(P<0.05),
but chlorophyll and digestibility of kalopo weren't affected. The highest of forage production was obtained under h l l light intensity (100%) and seed production under light intensity 60%. The light intensity affected (W0.05) crude protein content of puero shoots. Forages and seed production of siratro was affected (P-4.05) by light intensity. The seed quality of kalopo, puero and siratro was affected by light intensity. The best seed quality of kalopo and siratro were found under light intensity 80%, and puero under fit11 light intensity. The result explained that plots with light intensity 100% (full light intensity) was the best light intensity for forage and seed production of three legumes. Kalopo could grew wefl under plant in the plots up to light intensitySO%,
meanwhile puero and siratro grew well under light intensity up to 60%.RINGKASAN
ACHMAD FANINDI. Pengaruh intensitas cahaya terhadap produksi hijauan dan kualitas serta benih legum tanaman pakan. Dibimbing oleh LUKI ABDULLAH dan BAMBANG RISDIONO PRAWIRADIPUTM.
Potensi hijauan pakan di Indonesia belum dapat digambarkan secara akurat, karena seringkali terjadi perubahan tataguna lahan sehingga tidak dapat diidentifikasi. Berdasarkan perhitungan jumlah ternak ruminansia yang ada di indonesia, diperlukan lahan yang luas untuk pengembangan hijauan pakan. Hal ini dapat dicapai apabiia terdapat sistern integrasi dengan sektor Xainnya, terutama perkebunan. Tanaman pakan di perkebunan biasa digunakan sebagai tanaman penutup tanah. Tantangan yang dihadapi dalam memenuhi ketersediaan tanaman pakan adalah kurang tersedianya benih tanaman tersebut, akibat befum banyaknya pengusaha produksi benih. Upaya pemanfaatan lahan perkebunan untuk menghasilkan hijauan dan benih tanaman pakan perlu dikaji lebih jauh. Ha1 ini terkait bauyak faktor ekosistem yang berpengaruh terhadap rnorfofisiologi tanaman pakan, salah satunya adalah terbatasnya intensitas cahaya. Penelitian ini mengkaji pengaruh cahaya terhadap produksi benih dan produksi hijauan tiga spesies tanaman makanan ternak
Penelitiaan dilakukan di kebun penelitian Balitnak (BaIai PeneIitian Ternak Ciawi) di Kaum Pandak, Bogor, selama dua musim tanam, yaitu pada musim hujan dan musim kemarau. Penelitiaan di lapangan dilakukan pada Bulan Juli 2007 - Oktober 2008, dilanjutkan dengan analisis kualitas benih di Laboratorium Agrostoiogi BaIitnak dan Laboratorium Agrostologi IPB pada buran Oktober 2008 - Nopember 2008
.
Penelitiaan menggunakan tiga spesies tanaman legum yaitu kalopo (Cnlopogovtiz~m mzrcunoides), puero (Ptieraria jmunica) dan siratro (Macroptilizrm atropurpurezlm cv. Siratro). menggunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan intensitas cahaya 4 tingkatan dan3 ulangan. Pengofahan data dilakukan masing-masing pada setiap tanaman. Intensitas cahaya, terdiri dari empat tingkatan yaitu: 1) Intensitas Cahaya 40% relatif terhadap intensitas cahaya penuh, 2) Intensitas Cahaya 60% relatif terhadap intensitas cahaya penuh 3) Intensitas Cahaya 80% relatif terhadap intensitas cahaya penuh 4) Intensitas Cahaya 100% relatif terhadap intensitas cahaya penuh.
Hasil penefitian menunjukkan bahwa intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap produksi hijauan segar dan kering serta luas penutupan kalopo. Produksi dan luas penutupan tertinggi dicapai pada intensitas cahaya penuh (100%). Intensitas cahaya juga berpengaruh nyata terhadap produksi hijauan dan tinggi puero, namun tidak meinpengaruhi luas penutupan plot puero. Produksi hijauan tertinggi dicapai pada intensitas cahaya penuh, namun antara intensitas cahaya 80%, 60% dan 40% tidak menunjukkan perbedaan. Produksi hijauan dan luas penutupan plot siratro dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Produksi tertinggi dicapai pada intensitas cahaya 100%.
(ADF), Neutral detergent Gber O F ) . Intensitas cahaya tidak berpengaruh terhadap kualitas hijauan kalopo. Salah satu kualitas hijauan puero yang dipangaruhi oIeh intensitas cahaya adalah kandungan
N
tajuk, dimana kandungan N tertinggi dicapai pada intensitas cahaya 40%. Meningkatnya kandungan N pada intensitas cahaya rendah, diduga karena pada intensitas cahaya rendah terjadi penghambatan enzim untuk merombak nitrat, sehingga kandungan N yang tinggi pada intensitas cahaya rendah, biasanya didominasi oleh nitrat. Intensitas cahaya tidak berpengaruh terhadap semua parameter kuatitas hijauan siratro. Ha1 ini menunjukkan bahwa pada intensitas cahaya manapun tidak terjadi penurunan atau peningkatan kualitas kalopo, siratro dan puero.Kandungan klorofiI merupakan salah satu parameter untuk menentukan tingkat adaptasi tanaman pada naungan atau intensitas cahaya tertentu. Kandungan ktorofil a dan total klorofil kalopo dipengarilhi oleh intenitas cahaya, kandungan klorofrl a semakin menurun dengan berkurangnya intensitas cahaya, diduga karena tidak terjadinya penerimaan cahaya yang efektif sehingga pembentukan klorofil menjadi rendah. Sedangkan klorofil b,
ah
dan anthosianin kalopo tidak dipengaruhi intensitas cahaya. Intensitas cahaya tidak berpengaruh terhadap semua kandungan kIorofil dan anthosianin puero, demikian pula dengan kandungan klorofil dan anthosianin siratro.Produksi biji kalopo dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Bobot polang, bobot biji, brangkasan, jumlah polong dan jumlah biji kaIopo pada intensifas cahaya penuh nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi biji pada intensitas cahaya yang lainnya. Hal ini diduga karena pada pembentukan generatif (biji) diperlukan energi yang besar, dan ini bisa didapat dari intensitas cahaya yang penuh. Intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap Bobot polong, bobot biji, brangkasan, jumiah polong dan jumlah biji puero. Intensitas cahaya yang rnenghasilkan produksi tertinggi diperoleh pada intensitas cahaya 60%. Intensitas cahaya juga berpcngaruh terhadap produksi biji siratro, produksi tertinggi rata-rata diperoleh pada intensitas cahaya 80%.
Daya kecambah biji kaiopo nyata dipengarithi oleh intensitas cahaya, dimana pada intensitas cahaya 80% diperoleh rata-rata daya kecambah yang lebih baik jika dibandingkan daya kecatnbah pada intensitas cahaya yang lainnya. Intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap daya kecambah biji puero, walaupun dari uji daya kecambah biji puero belum menunjukkan hasil yang konsisten. Intensitas cahaya 80% nyata memberikan nilai rata-rata daya kecambah yang lebih tinggi jika dibandingkan daya kecambah pada intensitas cahaya yang lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada lokasi dan tanah yang sesuai dengan lokasi kaum pandak maka Iokasi yang disarankan untuk produksi hijauan kalopo, puero dan siratro adalah pada lokasi yang memiliki intensitas cahaya penuh. Pada lokasi yang memiliki keterbatasan intensitas cahaya, disarankan untuk rnemproduksi hijauan kalopo, puero dan siratro pada intensitas cahaya 80
-
60%. Produksi benih kalopo dan puero yang optimal disarankan pada lokasi dengan intensitas cahaya penuh, namun untuk produksi benih puero dapat dilakukan sampai intensitas cahaya GO%, dan produksi benih siratro sampai intensitas cahaya 80%.
O
Hak
cipta
milik IPB,
tahun
2009
Hak
cipta
dilindungi
Undang-Undang
I . Dilarang mengufip sebagian atau selurub karya tulis ini tanpa mencsntumkan atau menyebutkaur sumber
a.
Pengutipnn hanya untuk kepentingan yendidikan penelitiun, penulisan karya ilmiah, penyusunurz laporan, penulisnn kritik #tau tinjauan suatu masalah b. PengutMan tidak merugikan kepentingan yang wajurIPB
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PRODUKSI
DAN
KUALITAS HIJAUAN
SERTA
BEMH
LEGUM
TANGMAN
PAKAN
ACWMAD FANINDI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoteh gelar Magister Sains pada
Judul Tesis
Nama NIM
Dr. Ir. Luki Abdulfah. M.Sc.Agr Ketua
: Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Produlcsi dan Kualitas Hijauan serta Benih Legum Tanaman Pakan
: Achmad Fanindi : DO51060151
Ketua Departemen IImu Nutrisi dan
Dr. Ir. idat
/ I '
Gati Permana. M.Sc.AgrDisetujui ICornisi Pembimbing
Tanggal Ujian : 23 April 2009
Dr. Ir. Bambann Risdiono Prawiradiputra Anggota
Diketahui
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini, dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Sekolah Pascasmjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pada kesernpatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besamya kepada Bapak Dr. Luki Abdullah, M.Sc.Agr d m Dr. Barnbang Risdiono selaku pembimbing, atas segala bimbingan, dukungan, curahan ilmu d m waktu serta semangat yang diberikan. dari mulai penelitiaan sampai penulisan tesis ini.
Kepada Dekan Sekolah Pascasajana IPB, Dekan Fakultas Peternakan IPB, Ketua Program Studi Ilmu Tern& IPB d m seluruh staf pengajar Fakultas Peternakan IPB, penulis ucapkan terima lcasih atas birnbingan dan ilmu yang diberikan selama rnenempuh pendidikan di program studi ilmu ternak. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Badan LITBANG Pertanian, atas kssempatm beasiswa yang telah diberikan lcepada penulis untuk dapat rnengikuti pendidikan program S2 di IPB. Kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Kepala Balai Penelitian Ternak atas kcesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada program magister sains di Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih sebesar-besamya juga penulis sampaikan kepada rekan- rekan di program agrostologi Balai Penelitian Ternak Ciawi, atas bantuannya dalarn melaksanakan penelitian, mulai dari persiapan penelitian sampai penelitian berakhir. Terima kasih juga penulis sampaikan lcepada teman-teman pasca yang senantiasa memberikan dorongan selarna penulis melakukan studi.
Terima kasih yang setulus tulusnya penulis ucapkan kepada bapak tercinta, Drs. Waluyo yang telah mendorong penulis
untuk
melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya dan untuk marnah Yeni Ruchyeni tersayang, penulis ucapkan terima kasih atas perhatian dan kasih sayangnya selama penulis menjalani pendidikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Eman Sulaeman (alm) dan mamah Eiliya atas dukungannya terhadap penulis. Kepada adik-adiku Meta Maria Meta Yani, S.Tp d m W a d Didit Fadilah atas dulcungan dan perhatiamya kepada penulis selama melaksanakan pendidikan,Akhirnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada istriku tercinta Fitria Rosmaya dan anak-anaku tersayang Muhamad Faiq Muntashir dan Rania Yasmin Azhar, atas semangat, dukungan dan pengorbanan kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga terselesaikannya penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, meskipun demikian harapan penulis kiranya tulisan ini bermanfaat bagi yang rnemerlukannya.
Bogor, Mei 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 4 Nopember 1977, anak pelfama dari 3
bersaudasa dari ayah Drs. Waluyo dan ibu Yeni Ruchyeni. Menikah dengan Fitria
Rosmaya pada tahun 2005 dan telah dikamiai 2 orang anak yaitu Muhammad Faiq
Muntashir dan Rania Yasmin Azhm.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di jurusan lllmu Nutrisi dan makanan
Ternak
Fakultas Peternaltan IPB melalui jalur USMI dan memperoleh geIar sarjana pada tahun
2000. Penulis diangkat sebagai staf peneliti di Balai Penelitian Temak pada tahun 2002.
Pada Tahun 2006 penulis mendapat ltesempatan beasiswa dari Badan LITBANG
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL
...
xiv DAFTAR GAMBAR...~...
xv DAFTAR LAMPIRAN...
xvi PENDAHULUAN...
ILatar Belakang
...
1 Tujuan...
Manfaat Penelitian...
Nipotesis...
TNJAUAN PUSTAKA...
Pengal* Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman
...
Pengaruh Naungan Terhadap Tanman...
Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Produksi Benih...
Kalopo, Puero dan Siratro
...
.,...
METODE PENELITIAN
...
.
.
Tempat dan Waktu Penelitlaan
...
.
.
Materi P e n e l i t ~ m
...
.,...
Metode Penelitian...,....
.,...
Analisis Data..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
...
Analisa Tanah Lahan Penelitian
...
Klorofil Kalopo
...~...
Klorofil Puero
...
Klorofil Siratro
...
.
.
Kualitas Hijauan Kalopo
...
.
.
Kualitas H~jauan Puero
...
.,.
.
Kualitas H~jauan Siratro
...
. . .
Produksi
.
..
..
..
Hijauan..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
Kalopo..
..
..
..
..
..
..
..
..
9
..
Produksx Hijauan Puero
...
.,.
...
. . .
. . . .
....
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
Produksx Bqs Kalopo 34
. . . .
...
Produks~ BIJ i Puero 35
. . .
...
Produksl Blj i Suato 37
...
...
Daya Kecambah Bijx Kalopo 38
. a .
Daya Kecarnbah BIJI Puero
...
..,. . .
39. . . .
...
...
Daya Kecambafi Blji Slratro ., 40
SIMPULAN
...
42...
SARAN
...
.
.
42...
DAFTAR
PUSTAKA
43...
DAFTAR TABEL
Halaman
...
Hubunganumur
tanaman dengan intensitas cafiaya di perkebunan 11Data intensitas cahaya reIatif di naungan pada lokasi penelitian
...
11Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah percobaan di Kaum Pandak
Bogor
...-
12Hasil analisa tanah lokasi penelitiaan di Kaum Pandak setelah
...
dilakukan pemupukan 17
Kandungan klorofil KaZopo pada setiap intensitas cahaya
...
yang berbeda
...
....,
19Kandungan Worofil Puero pada setiap intensitas cahaya
...
...
yang berbeda
..,
20h d u n g a n klorofil Siratro pada setiap intensitas cahaya
yang berbeda
...
22...
Rataan panen produksi hijauan Kalopo per plot 23
...
Ratam panen produksi hijauan Puero per plot 25
...
...
Rataan panen produksi hijauan Siratro per plot ., 27Kt~alitas hijauan Kalopo (Calopogonium mucunoides) per plot pada
...
intensitas cahaya yang berbedst 29
...
Kualitas hijauan Puero (pueraria javanica) per plot 32
...
Kualitas hijauan Siratro (Macroptiliurn atropurpureum cv Siratro) per plot 34 Produksi biji Kalopo pada intensitas cahaya yang berbeda
...
35Produksi biji Puero pada intensitas cahaya yang berbeda
...
36...
Produksi biji Siratro pada intensitas cahaya yang berbeda 37 Daya kecambah, kecepatan tumbuh relatif biji Kalopo
...
pengambilan bijr ke 3 dan 4
...
38Daya kecambah, kecepatan turnbuh relatif biji Puero
...
pengambilan ke 3 dm ke 4 40
Daya kecambah, kecepatan tumbuh relatif biji Siratro
...
1. Data temperatur d m curah hujan dari Stasiun KlimatoIogi
Darmaga Bogor tahun 2007
...
122. Prosentase produksi hijauan dan luas penutupan tanah Kafopo dibandingkan
intensitas cahaya penuh (BS = bahan segar, BK = bobot kering,
LP = h a s penutupan).
...
..233. Prosentase produksi hijauan dan luas penutupan tanah Puero dibandingkan intensitas cahaya penuh (BS = b h a n segar, BK = bobot kering,
LP = luas penutupan)
...
264. Prosentase produksi hijauan dan luas penutupan tanah Siratro dibandingkan
intensitas cahaya penuh (BS = bahm segar, BK = bobot kering,
DAFTAR LAMPIRAN
1
.
Suhu rata.rata. maksimurn. minimum, kelembaban. curah hujandan
intensitas cahaya rnatahari tahun 2008 di Stasiun Klirnatologi Darmaga...
2
.
Pengukuran kmdungan kloxofil Kalopo. Puero dan Siratro...
3.
Penentuan KCBK dm KCBO Kalopo. Puero dm Siratro...
..
...
...
4
.
Penetapan NDF dan ADF Kalopo, Puero dm Siratro..5
.
Penentuan kandungan tanaman Kalopo. Puero dm Siratro...
. .
...
6
.
Denah iokasi penelltian...
7
.
Kriteria sifat-sifat kimia tanah...
8
.
Analisa statistik bobot segar Kalopo. Puero d m Siratro.
.
...
9
.
Analisa statistik bobot kering Kalopo. Puero dm Siratro...
10.
Analisastatistik
kandungan klorofil Kalopo. Puerodan
Siratro...
11.
Analisa statistik kuditas hijauan Kalopo. Puero dan Siratro...
Tanaman pakan adalah semua tanaman sulnber serat kasar yang diperlukan ternak, khususnya bagian tanaman yang benvarna hiau (Prawiradiputra 2005). Mengingat fungsinya yang penting bagi ruminansia dan memberikan nilai ekonomis bagi peternak, rnaka daIam sistern produksi ternak ruminansia, hijauan pakan rnerupakan bahan pakan yang mutIak diperlukan secara kuantitas maupun kualitas. Hijauan pakan seharusnya bisa dihasilkan berkesinambungan dan tersedia sepanjang tahun.
Potensi hijauan pakan di Indonesia belum bisa digambarkan secara akurat, karena seringkali terjadi perubahan tataguna lahan sehingga tidak dapat diidentifikasi. Produksi hijaun pakan tertinggi biasanya diperoleh pada awal musim ketnarau dan tertendah pada awal musim hujan. Icebutuhan hijauan pakan untuk ruminansia pada tahun 2006 (BPS 2006) meningkat sekitar 20 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya. Padahal pasokan hijauan ini hanya dapat memenuhi kebutuhan ternak yang produk dagingnya baru mensuplai 31% kebr~tuhan nasional. Icebutuhan tersebut sebagian besar disuplai oleh rumput lokal yang dapat inencapai 60-80%,
selebihnya diperoleh dari hijauan budidaya. Berdasarkan perhitungan kebutuhan lahan untuk menyediakan hijaun pakan sebanyak itu rnaka diperlukan lahan seluas 1.6 juta ha lahan produksi rumput tolcal dan 0.1 juta ha lahan kebun rumput budidaya yang berproduksi sepanjang tahun. Hal ini dapat dicapai apabila terdapat sistern integrasi dengan selctor tanaman pangan, kehutanan dan perkebunan (Abdullah et al.
2005).
di perkebunan antara lain puero (Pueraria phaseoloides), kalopo (CaZopogonizinz n?uczmoides), sentro (Centrosema sp), Mzrcuna sp dan lain-lain.
Tantangan yang dihadapi dalam memenuhi ketersediaan tanaman pakan penutup tanah adalah k~rrang tersedianya benih tanaman tersebut, akibat b e l ~ ~ m
banyaknya pengusaha produksi benih. Hal ini disebabkan kwang tersedianya iahan khusus benih, sehingga pernenuhannya harus diimpor. Selain ketersediaan benih yang terbatas, teknologi benih untuk tanaman pakan pun belum lnendapat perhatian. Benih yang ber~nutu tinggi, di samping kondisi lingkungan yang kondusif dan sarana teknologi yang rnendukung merupakan syarat untuk metnperoleh tanaman pakan ternak yang baik. Upaya pemanfaatan lahan perkebunan untuk ~nenghasilkan benih tanaman pakan perlu dikaji lebih jauh. Hal ini terkait banyak faktor ekosistem yang berpengaruh terhadap morfofisiologi tanaman pakan, salah satunya adalah terbatasnya intensitas cahaya.
Penelitian ini mengkaji pengaruh cahaya terhadap produksi benih dan produltsi hijauan tiga spesies tanaman makanan ternak, karena pengaruh intensitas cahaya diduga berpengaruh bukan hanya pada pertumbuhan hijauan saja, tetapi juga
terhadap produksi dan kualitas benih. SeIain itu selama ini sebagian besar penelitian diarahk~n pada produksi hijauan, sementara penelitian terhadap produksi benih tanaman pakan yang diintegrasikan dengan pericebunan belum banyak dilakukan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tanaman pakan yang tidak hanya toleran terhadap naungan tapi juga bisa memproduksi benih dengan baik.
Untuk mempelajari produksi hijauan dan benih legurn pakan ternalc penutap tanah pada berbagai taraf intensitas cahaya yang berbeda.
Manfaat PeneIitian
Hipotesis
TDIJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman
Cahaya matahari mempunyai peranan penting bagi tanaman dalain proses fotosintesis dan pembungaan. Intensitas cahaya yang diterima tanarnan selama fotosintesis akan dimanfaatkan sebagai sumber energi, sedangkan lama penyinaran mengendalikan pembungaan sebagian besar jenis tanaman. Gejala ini dikenal dengan nama fotoperiodisme. Ditinjau dari fotoperiodisme, dikenal beberapa kelompok tanaman yaitu tanarnan netral (day-nezrlral plant), tanarnan hari panjang (long-day plant), dan tanaman hari pendek (short day plant) (Fisher 1999). Tanaman netral adaIah tanaman yang pembungaannya tidalc dipengaruhi oleh perubahan panjang hari misalnya Arachis pintor' dan Centrosema pasczlorunz. Tanaman hari pendek akan berbunga bila periode penyinaran yang terjadi pendek contohnya adalah kalopo, siratro dan puero, sedangkan tanaman hari panjang adalah tanaman yang akan berbunga jika periode penyinaran yang terjadi lebih panjang daripada periode kritis spesifik tanaman tersebut, termasuk kedalam kelompok ini adalah Stylosanthes guianensis var Intermedia dan TrifoEii wr?zipilosurzz (de Andrade 1999).
Cahaya yang xnempengaruhi tumbuhan dibagi dalam tiga komponen penting, yaitu : kualitas, lama penyinaran dan intensitas. Kualitas cahaya berhubungan dengan panjang gelombang, dimana panjang gelombang yang mempunyai laju pertumbuhan baik pada fase vegetatif inairpun generatif adalah cahaya tampak dengan panjang gelombang 360 nm sampai 760 nm. Panjang gelombang pada kisaran tersebut merupakan radiasi aktif untuk proses fotosintesis. Intensitas cahaya merupakan safah sattl faktor yang sangat penting daIam pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan yang refatif lambat pada hampir selnua spesies rumput adalah akibat kurangnya cahaya. Namun demikian banyak spesies rumput yang dapat tumbuh baik pada intensitas cahaya yang kurang dari cahaya penuh. Secara langsung intensitas cahaya rnempengaruhi pertumbuhan melaiui sintesis kforofil, fase reaksi cahaya fotosintesis, sintesis hormon dan pembukaan stomata (SaIisbuly dan Ross 1995).
dengan cara menutup tanaman sebelum matahari terbenam dan diperpanjang dengan cahaya listrik setelah matahari terbenam. HasiInya adalah tanaman yang dipelihara dengan 11 jam cahaya per hari berbunga dalam 56 hari, 12 jam per hari berbunga selama 83 hari dan 13 jam per hari belum berbunga daIam 100 hari (Mugnisjah dan Asep 1990). Walaupun respon panjang hari ini biasanya antar asesi pada spesies yang sama bervariasi (Gonzalez et al. 1993).
Spesies tanarnan di daerah beriklim sedang cenderung berbunga dalam hari panjang di musim panas, sedangkan spesies tanaman tropik biasanya memerIukan hari yang lebih pendek. Keperluan akan panjang hari untuk perkembangan buahlbenih tidak selalu sama dengan pembungaan. Dalarn kedelai dan buncis misalnya, perkembangan buah memerlukan hari yang lebih pendek, dan pada kultivar-kultivar tertentu, jika ditanam pada kondisi dengan panjang hari memendek,
akan berbunga beberapa minggu sebelum ada buah yang berkernbang (Mugnisjah
dan Asep 1990).
Pengaruh Naungan terhadap Tanaman
Naungan dibuat untuk mengurangi intensitas cahaya yang sampai pada tanaman dan berfungsi untuk menghindari terpaan air hujan secara langsung pada tanaman saat musim hujan. Naungan yang diberikan secara fisik pada tanaman, tidak hanya menurunkan intensitas radiasi matahari, tetapi juga mempengaruhi unsur- unsur mikro lainnya. Naungan juga akan mempengaruhi proses-proses yang ada di dalam tanaman, menurunkan respirasi gelap, titik jenuh dan titik kompensasi cahaya, kerapatan stomata, bobot kering tanaman dan bobot lcering gabah giling (Sirait 2005).
Sebenarnya tidak ada definisi yang tepat tintuk tanaman yang toleran terhadap naungan, narnun secara agronomi tanaman tahan naungan adaIah tanarnan yang penampilannya relatif baik pada naungan jika dibandingkan dengan tanaman yang rnendapatkan cahaya penuh dan dipengaruhi oleh pernotongan secara teratur, termasuk lcedalamnya adalah produksi bahan kering dan presistensinya (Wong
199 1).
meningkatkan bagian bahan kering pada komponen daun
dan
pada akar, biasanya ditunjukkan dengan tingginya perbandingan antara batang dan akar, damhatang,berat daun dan area daun, terutarna pada rumput dan legum yang tahan naungan. Sedangkan Alvarenga (2004) menyatakan bahwa tanaman yang ditanam pada
kondisi tanpa naungan cenderung memiliki produksi berat akar lebih tinggi dibanding tmmm yang dinaungi. SeTmjutnya dilaporkan terjadinya peningkatan
Iuas d a m dengan meningkatnya taraf naungan.
Taiz dan Zeiger (1 99 1) melaporkan bahwa daun yang tumbuh pada intensitas cahaya rendah, biasanya mengalami kerusakan, peristiwa ini disebut photoinhibiton
yang dapat merendahkan laju fotosintesis, serta kurang befingsinya transfer
elektron dm fotofosforilisasi. Selain itu distribusi sprektrum cahaya matahari yang diterima oleh daun di permukaan tajuk lebih besar dibanding dengan daun di bawah
naungan, sehingga cahaya yang dapat dirnanfaatkan untuk proses fotosintesis sangat
sedikit. Sedangkan Sopandie et al. (2003) menyatakan bahwa kondisi kekurangan
cahaya pada tanaman padi mengakibatkan terganggunya metabolisme, sehingga
menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat. Cruz (1997) menyatkm bahwa naungan dapat mengurangi enzim fotosintetik yang berkngsi
sebagai katalisator dalam fiksasi C 0 2 dan menurunkan titik kompensasi cahaya.
Sebagian besar tanaman tropis, terutama rumput mengalami penurunan
produksi sejalan dengan menurunnya intensitas sinar, narnun spesies yang tahan
naungan sering menunjukkan penuman produksi yang relatif kecil atau masih
meningkat pada naungan sedang. Pengaruh naungan terhadap pembungaan belum
jelas, narnun naungan mengurangi rata-rata penanpiIan bunga dan rnenurunkan
durasi berbunga dan jumlah florets per bunga (Argel dan Humphreys 1983). Wong
dm Wilson (19801, melaporkan bahwa naungan sampai 40% tidak mengurangi
kesuburan anakm, walaupun mengurangi persentase pengisiaan spikelet. Namun
demikian terjadinya bunga yang gugur dan sedikitnya struktur bunga yang
diproduksi belum jelas.
Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Produksi Benih
Cahaya yang dapat dipergunakan untuk fotosintesis adalah cahaya yang
mempunyai panjang gelombang antara 400
-
700 nm. Cahaya itu kemudian disebutsebagai radiasi aktif untuk fotosintesis (Photosynthetic Active XadiationlPAR) (Taiz
biji menjadi rendah baik pada tanaman C4 seperti jagung maupun tanaman C3 seperti kedetai. Hasil biji rendah berhubungan dengan biomassa yang juga rendah meskipun faktor pertumbuhan lain optimum. Ini karena jumlah cabang juga turun bila cahaya dibawah optimum (Foroutan-pour e t al. 2001) yang berakibat pada karakteristik daun antara lain indeks Iuas daun OLD).
Menurunnya produksi benih akibat berkurangnya intensitas cahaya dilaporkan
oleh beberapa peneliti. de Oliveira dan Humphreys (1986) mengatakan jika naungan dilakukan pada taraf 25%, maka produksi biji pada rumput Paniczrnz r?~aximzlm cv
Gatton akan berkurang, karena berlcurangnya jumlah anakan yang subur clan komponen-komponen lain yang berhubungan dengan produksi biji. Purnomo (2005)
mengungkapkan bahwa terjadi penurunan hasiI biji tanaman jagung pada semua varietas karena adanya naungan, tanaman jagung varietas Kodok dan Kretek yang ternaungi sampai dengan 20% belum menurunlcan hasil. Penurunan hasil karena naungan terjadi pada varietas Pioneer I I namun potensi hasil lebih tinggi, sehingga pada naungan 60% hasil biji masih lebih tinggi daripada varietas Kodok dan Kretek tanpa naungan.
Pengaruh intensitas cahaya rendah terhadap hasil biji/benih pada berbagai komoditas juga banyak dilaporkan. Naungan 50% pada padi genotipe peka menyebabkan jumlah gabahfmalai kecil serta persentase gabah hampa yang tinggi, sehingga produksi biji rendah, intensitas cahaya rendah pada saat pembungaan padi dapat menurunkan karbohidrat yang terbentuk, sehingga ~nenyebabkan meningkatnya gabah hampa (Sopandie et al. 2003).. Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil kedelai (Asadi et al. 1997) padi gogo (Supriyono ef al. 2000), ubi
jalar (Nurhayati st al. 1985), dan talas (Djukri dan Bambang 2003).
Kalopo, Puero dan Siratro
Kalopo adalah tanaman yang tumbuh pada m u s h panas dibawah kondisi basah dan berbenih setiap tahun. Sahu untuk turnbuh sesuai dengan suhu di daerah tropis basah. Tumbuh baik pada ketinggian 2000 m dpl, tetapi lebih banyak tumbuh pada ketinggian 300 - 1500 rn {Mannetje and Jones 1992). Curah hujan yang baik
adalah 1125 rnm tahun-' atau lebih. Tanaman ini bisa beradaptasi pada berbagai tekstur tanah dan tumbuh baik pada pH 4.5 - 5.0.
selama 4 -5 bulan, bahkan bisa sampai 20 bulan. Kalopo menjadi tanaman penting
sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan karena tanaman ini merupakan
tanaman yang toleran terhadap cahaya, Skerman (1977) rnengatakan bahwa kalopo dapat tumbuh bersama dengan rumput yang tinggi dalam keadaan kurang cahaya,
sedangkan Stur dan Shelton (1 99 1) melaporkan bahwa kalopo toleran terhadap
cahaya dengan taraf sedang.
Penelitian mengenai produksi hijauan kalopo di naungan rnenmjukkan perbedaan antar peneliti. Watson dm Whiteman (1 9 8 1) mengungkapkan bahwa kalopo tumbuh baik pada padang penggembalaan sedang dengan nazlngan 40%. Sementara itu
Stw
(1991) melaporkan bahwa kalopo merupalcan salah satu tanaman dari 1I
tanaman (hasil pengujiaan dari 84 spesies d m aksesi legum) yang produktifpada naungan 80% dan 50%, demikian pula dengan Wong (1991) yang
mengindikasikan kalopo sebagai tanaman yang toleran terhadap naungan yang
sedang. Berbeda dengan Mannetje d m Jones (1992) yang menyebutkan bahwa
kalopo merupakan tanaman yang sangat rendah kernarnpuannya daIm berproduksi
pada naungan jika dibandingkan dengan tanaman yang toleran terhadap naungan. Puero merupakan legum bemmw panjmg dm bisa hidup di daerah tropis
dengan
kelembaban yang tinggi. Tanaman ini tumbuh menjalardm
memanjat bisarnembentuk hamparan setinggi 65
-
70 cm. Tahan terhadap tanah asam dan tanahyang kekurangan kapur #an fosfor, tAan pada genangan, dan dapat hidup di tanah-
tanah yang berat dan berpasir. Puero memiliki sistem perakaran yang dalam (1- 6 m). Tanaman ini di musim kemarau bisa bertahan d m di musim hujan daunnya akan
tumbuh menghijau. Puero berdaun lebar, bulat dan rneruncing dibagian ujungnya.
Karena tanaman ini sangat lebar dm lebat,
maka
sangat baik dipergunakan sebagai penutup tanah.Puero dapat digunakan sebagai pakan temak, selain itu tanaman ini tahan ditanam di tempat yang teduh. Produksi benih per hektar antara 20- 135 kg pada taraf
penelitian dm 140- 420 kg pada penanaman secara komersial (Schultze-Krdt dan
Keller-Grein 1999), sedangkan kebutuhannya 2
-
3 kg ha". Produksi hijauan puerotelah dilaporkan oleh beberapa peneliti, Wong et al. (1985) melaporkan produksi
puero yang ditanam di Malaysia, pada naungan 30
-
70% sekita 2-3 ton ha-'. Congdon dan Addison (2003) melaporkan bahwa puero merupakan salah satutanaman yang memiliki toleransi yang baik terhadap naungan, walaupun terdapat
yang dapat memanjat sehingga diperlukan ekstra manajemen pemeliharaan yang Iebih baik.
Siratro tumbuh baik pada daerah basah, sub tropis atau tropis. Curah hujan yang sesuai adalah 800
-
1500 mm dan menyebar Iuas pada tanah yang memiliki drainase sedang. Dapat tumbuh baik pada kondisi yang kering dan tekanan padang penggembalaan yang sedang. Memiliki perakaran yang dalam dan sistem perakaran yang baik. Siratro biasanya resisten terhadap tekanan padang penggembalaan yang berat, dan dapat ditanain dari benih dengan menggunakan rhizobium. Kebutuhan benih untuk lahan satu hektar adalah 1- 3 kg (English 1999).Produksi siratro pada naungan telah dilaporkan oleh beberapa peneliti.
Congdon & Addison (2003) melaporkan bahwa Siratso memiliki produksi yang baik pada naungan 84%. Skerman et al. (1988) mengatakan bahwa siratro merniriki kemampuan yang baik dalam naungan, namun dianjurkan ditanam pada intensitas cahaya yang penuh. Sementara itu Eriksen dan Whitney (1982) rnenemulcan bahwa tanaman ini tilmbuh baik pada naungan yang sedang namun berproduksi buruk pada naungan yang berat, tumbuh baik di perkebunan kelapa dan dapat: menekan gulma
METODE PENELITUN
Tempat dan Waktu Penelitiaan
Penelitiaan dilakukan di kebun penelitian Balitnak (Balai Penelitian Ternak Ciawi) di Kaum Pandak, Bogor, selama dua musim tanam, yaitu pada musim hujan dan musim kemarau. Penelitiaan di Iapangan dilakukan pada Bulan Juli 2007
-
Oktober 2008, difanjutkan dengan analisis kualitas benih di Laboratorium Agrostologi Balitnak dan Laboratoriurn Agrostologi IPB pada bulan Oktober 2008 -Nopember 2008
.
Materi Penellitiaan
1. Tanaman Penelitian
Penelitiaan inenggunakan tiga spesies tanaman yaitu kalopo (Calopogonizn~n mucunoides), puero (Puerariu javanica) dan siratro (Macroptiliztnz atropurpzrrez~~n cv. Siratro). Tanainan diainbil dari koleksi plasma nutfah yang ada di Balitnak. Benih yang digunakan berupa stek dari masing-masing tanaman dengan panjang stek 20
cm.
2. Intensitas Cahaya
PerIakuan yang diteliti adatah naungan atau intensitas cahaya yang dihitung berdasarkan formula Monsi dan Saeki, dalarn Sirait (2005). Taraf intensitas cahaya (XC) sebagai perlakuan terdiri dari em pat tingkatan yaitu:
I. Intensitas Cahaya 40% relatif terhadap intensitas cahaya penuh
2. Intensitas Cahaya 60% relatif terhadap intensitas cahaya penuh
3. Intensitas Cahaya 80% relatif terhadap intensitas cahaya penuh 4. Intensitas Cahaya 100% relatif terhadap intensitas cahaya penuh
Besarnya intensitas cahaya ditentukan dengan menggunakan for~nula Monsi dan Saeki yaitu : Taraf naungan IC = (IJI,). Besarnya intensitas cahaya ini merupakan cahaya relatif terhadap cahaya tanpa naungan.
1, = Pernbacaan radiasi pada solarimeter yang ditempatkan pada perIakuan naungan (N1)
Intensitas cahaya tersebut apabila dinisbahkan kepada perkebunan kelapa
seperti terlihat pada Tabef 1. Lama intensitas cahaya pada perkebunan kelapa sawit adalah antara 5
-
7 jam.Tabel 1 Hubungan umur tanaman dengan intensitas cahaya di perkebunan
No Umur Tanaman Jenis Tanaman / Perkebunan
Kelapa Karet Kelapa Sawit
Transmisi Cahaya (%)
1 0 - 5 T a h 100 - 60 100
-
30 100- 302 6 - 15 Tafi~fl 60 - 80 < 30 < 30
3 > 15 Tahun 60
-
40 < 30 < 30Naungan dibuat menggunakan parmet dan barnbu. Rataan hasil pengukuran
intensitas cahaya pada awal pemasangan naungan selama tiga hari be-t turut
adalah ditunjukkan pada Tabel 2. Pengukuran cahaya dilakukan pada jam 9.00
sampai jam 15.00.
Tabel 2. Data intensitas cahaya relatif di naungan pada lokasi penelitian
Hari ke Tanggal IC 80% IC 60% IC 40%
1 7 Nopember 2007 80.38 60.87 40.65
2 8 Nopember 2007 80.85 61.63 40.39
3 9 Nopember 2007 81.61 62.80 42.07
Rataan 80.94 61.76 40.70
3. Lahan Penelitiaan
Lahan penelitiaan di K a m Pmdak Bogor memiliki ketinggian tempat 250
m
dpl dengan kondisi lahan penelitian datar. Lahan penelitian sebelumnya ditanami
dengan r m p u t gajah (Pennisetum purpureum) dan rumput raja (Penisetum
purpureophoides) yang diberi pupuk kandang. Hasil analisis tanah
lahan
penelitianterlihat pada Tabel 3. Iklim lokasi penelitiaan menunjukkan bahwa rata-rata suhu
selarna tahun 2007 (sampai November) adalah
25.1°C
-
26.0 OC, dengan cwah hujanterendah pada bulan Juli yaitu 134
mm
d m tertinggi pada bulan Februari yaihr 61 1mm.
Data curah hujan dm suhu lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar I. Data [image:26.608.38.479.51.828.2]Tabel 3. Hasil anaiisis sifat fisik dan kimia tanah penelitian di Kaum Pandak Bogor
Jenis analisa NiIai
Tekstur : Debu (%) 5.75
Pasir (%) 61.50
Liat (%) 32.75
PH H20 (1 : 5) 5.28
KC1 (1 : 5) 4.50
Bahan organik C 2.69
N 0.27
Nisbah C/N 10.00
P205- HC125 % (mg/lOOg) (P total) 99.00
K20
-
HCI 25 % (mg/100g) 8.75Ca (mg'100g) 7.0 1
Mg (~fidloof4) 1.39
K
(mg100g) 0.15Na (mg1100g) 0.36
ISTK (mg/l OOg) 19.00
Kejenuhan basa (%) 46.80
Sumber (Purwantari st al. 2003)
Gambar 1. Data ternperatur dan curah hujan dari Stasiun KlimatoIogi D m a g a Bogor tahun 2007
Tcmperatur d m Curah Wujan &ri Stasiun KIimstologi Darmagn Bogor Jnnuari
-
Dcsember 20071:
::
1
25.0 - *,
.
a 20.0 -
g
15.0 -10.0 - 5.0
+ Rotaan
-+ M inimurn
rn
0.0 , 1
Jan Feb Mar Apr Mci Jon JI A g Sept Okt Nop Des Bulan
Jumleh Curah Hujan (mm)
700.0 600.0 500.0
100.0 0.0
I
]
--IEEzl
E
:::::
i
200.0 .'
Jan Feb M a r Apr M e i Jun JI A s Sept Okt N o p Des
[image:27.602.46.458.62.819.2]I. Prasedur Penelitian
Sebelum tanaman ditanam, terlebih dahulu dilakukan pembersihan lahan dari gulma maupun tanaman yang ada, hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh tanaman sebelumnya terhadap tanaman yang akan diamati. Setelah dilakukan pembersihan gutma maka dilakukan pembajakan diteruskan dengan penggemburan. Kemudian dibuat plot dengan ukuran masing-masing 5 m x 5 rn, yang dibatasi setiap plot parit untuk mengalirkan air.
Pemupukan dilakukan sebelum penanaman, menggunakan dosis masing- masing pupuk N 100 kg ha-', P 150 kg ha-',
K
100 kg ha-5 Ca 5000 kg ha-', dan SlO kg ha-'. Pupuk yang diberikan adalah unsur hara N berasal dari urea dengan kandungan N 46%, sedangkan P berasal dari TSP dengan kadar P 45% danK
berasal dari KC1 dengan kandungan K 50%. Sedangkan Ca berasal dari kapur pertanian dan S dari sulfur pertanian.Penanaman Iegurn menggunakan stek, untuk memastikan pertumbuhannya maka dilakukan terlebih dahulu penyemaiaan pada polibag. Stek yang telah tumbuh baik, dipindah ke pIot tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah l m
x
lm. Jadi pada setiap plot terdapat 25 tanaman.Tanainan ditanam di plot tanam sampai bisa beradaptasi dengan lokasi tersebut. Setelah tu~nbuh baik, dilakukan perataan (trimming) pada masing masing jenis tanaman. Kemudiaan naungan berupa paranet dan balnbu dipasang pada setiap
plot sesuai dengan tingkatan naungan yang dikehendaki yaitu intensitas cahaya 40%, 60%, 80% dan 100%, dengan tinggi naungan setiap plot 2.5 m.
Pemeliharaan dilakukan dengan cara penyiraman dan penyularnan. Tanaman disulam apabila terlihat ada tanaman yang mati atau terserang penyakit. Sedangkan penyiraman dilakukan sesuai kebiltuhan tanaman. Panen benih dilakukan ketika sebagian besar benih (> 90%) sudah terfihat matang.
Pengujian benih dilakukan di Laboratorium Agrostologi Fapet IPB. Benih yang diuji adalah benih yang diambil pada saat kalopo, siratro dan puero berbiji secara bersamaan. Pengujian menggunakan germinator dengan suhu ruang. Media yang digunakan berupa kapas sterit. Selanjutnya diamati pevkecambahannya selama
14 hari, dimana hitungan pertama jatuh pada hari ketujuh dan hitungan kedua pada hari ke 14. Kecainbah dikatakan normal apabila memiliki kelengkapan kecambah dan radikula telah mencapai tinggi 3 mm (Addison 2003).
2. Parameter yang Diamati
Parameter yang diukur terdiri dari tolok ukur pel-tumbuhan dan produksi tanaman serta mutu benih. Untuk tolok ukur pertumbuhan parameter yang diamati adalah:
1 Tinggi kanopi (cm)
Pengukuran tebai tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi dari pangkal tanarnan sampai permukaan daun
2. Luas penutupan (covering ) tanaman
Mengukur luasan dalam plot yang tertutupi oleh tanaman, dinyatakn dalarn persen
3. Kandungan Nitrogen dan Phosfor tajuk tanaman. Kandungan N diukur rnenggunakan metode ICjedhal, sedangkan phosfor dianalisa menggunakan AAS (Atomic absorption spektopotometer)
4. Kandungan NDF dan ADF tajuk tanaman. Dianalisa menggunakan metode VanSoest.
5. Kandungan kiorofil dan anthasianin. Dianalisa rnenggunakan rnetode yang dikembangkan oleh Sirns DA & Gaman JA (2002)
6 . Icecernaan bahan kering dan organik tajuk tanaman. Dianalisa secara invitro menggunakan metode Tilley dan Tery.
Parameter 2 sampai 5 dianalisa di laboratorium dari sampel tajuk tanarnan perlakuaan pada saat panen. Tolok ukur produksi diketahui dengan mengamati parameter sebagai berikut:
2 Bobot kering tanaman (batang dan daun), dari keseluruhan bobot tanaman (batang dan daun) dengan menimbang tanaman yang telah dikeringkan dengan oven pada suhu 80 OC selama 2
x
24 jam. Pengukuran bobot kering dilakukan pada saat panen.3 Jumlah rata-rata polong per tanaman, menghitung jumlah polong baik bernas maupun hampa per tanaman
4 Jumlah polong bernas, dilakukan dengan menghitung jumlah polong yang bernas
5 Jumlah rata-rata biji per polong, dihitung dengan cara membagi total jumlah biji dengan jumlah polong
6 Bobot ratst-rata polong per tanaman, setelah diambil polongnya kemudiaan polong ditimbang
7 Bobot rata-rata biji, setelah diarnbil polongnya kelnudian bijinya ditirnbang
8 Bobot 100 benih (gr), benih diambil sebanyak 100 benih kemudiaan ditimbang.
Untuk melihat mutu benih yang dihasilkan parameter yang dihitung adalah dengan cara :
1 Daya Berkecambah (DB)
Pada benih legurn pengamatan hitungan pertama dilakukan pada hari ke 7 dan hitungan kedua pada hari ke 14. Rumus yang digunakan adalah :
DB = (Kecambah normal I
+
Kecambah normal II) x 100% Jurnlah benih2 Kecepatan Tumbuh (KCt)
Pengujian dilakukan dengan mengamati hasil kecambah normal yang rnuncul setiap hari (interval 24 jam) hingga pengamatan kecambah hitungan terakhir. Ke~epatan Tumbuh dihitung sebagai berikut :
KCT =
C
d3 Indeks Vigor
3.4 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kefompok dengan perlakuan intensitas cahaya 4 level, yaitu 40%, 60%, 80% dan 100%, 3 ufangan. Pengolahan data dilakukan masing-masing pada setiap tanarnan. Data diolah dengan menggunakan analisi keragaman (ANOVA), bila terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut duncan Adapun model linier analisis keragaman pada penelitian ini adalah :
Yik = p -1- ai
+
~k +xikYijk = Niiai pengamatan intensitas cahaya ke-i dan keloinpok ke-k
CL = Rataan umum
ai = Pengaruh jenis spesies tanaman ke- i ~k = Pengaruh kefompok ke- k
HASXL
DAN
PEMBAHASANAnalisa Tanah Laban Penelitfan
HasiI analisa tanah pada lokasi penelitian ditunjukkan pada Tabel 4. Hasil
analisa menunjukkan bahwa tanah pada lokasi penelitiaan masih tergolong rnasam
sampai agak rnasamdengan kisaran pH 5.0
-
6.2.Tabel 4. Hasil analisa tanah lokasi penelitiaan di Kaum Pandak setelah. dilakukan pemupukan
Bahan
PH Mineral
Organik
(ppm) (me/100g) (me1100g) (meI100g) (mellOOg)
Pj 40 % 5.8 4.8 0.25 44 0.8 202 1026 0.0
Ma 80% 6.0 5.0 0.18 76 2.4 149 1226 0.0
Ket: Pj (Pueraria jmanica), Crn (Caiopogonium mucunoides), Ma (Macroptiliu?n atropurpureunz)
Puslitmak (1994) melaporkan bahwa tanah. yang memiliki nilai pH
H20
antara 4,s-
5,5 tergolong pada tanah masam, sedangkan tanah yang agak masarn mernilikinilai antara 5,6
-
6,5. Namun demikiaan pemupukan telah menaikan nilai pH tanahdari rata-rata 5,28 menjadi 5,78. Kernasaman tanah yang masih tinggi ini diduga karena curah hujan di Bogor yang relatif tinggi. Sanchez dan Salinas (1981)
melaporkan bahwa tanah rnasam di dmia dengan luas 37,774 juta km2, tersebar luas
[image:32.608.24.505.192.836.2]pada lahan-lahan perkebunan, sehingga dapat diduga bahwa tanaman ini merupakan tanaman yang toleran terhadap tanah masam.
Nilai N pada lahan penelitiaan antara rendah sampai sedang yaitu berniIai
antara 0.13 - 0.25. Nilai sedang ini tidak terlalu bermasalah bagi tanaman legum,
karena adanya kemampuaan Iegum u n a mengikat N dari udara dengan cara berasosiasi dengan mikroorganisme dalam tanah (rhizobiunz atau mikoriza). Radar P
tersedia menunjukkan nilai yang tinggi sampai sedang (Lampiran ). Nilai P yang
tinggi sampai sedang pada lokasi penelitiaan diharapkan dapat membantu untuk
proses pembentulcan biji pada tanarnan. Kandungan
P
pada tanah penelitiaan menjadipenting karena leguminosa biasanya lebih responsip terhadap P. Nilai
K
dan Ca pada lahan penelitiaan tergolong tinggi, sehingga dapat mencukupi kebutuhan tanaman akan mineral tersebut.Klorofil KaIopo
Klorofil sebagai salah satu komponen terpenting dalarn tanaman, klorofil
merupakan komponen yang penting dalam proses fotosintesis kwena dapat rnengkonversi cahaya matahari menjadi energi kimia. Kandungan klorofil a, b nisbah
a h , klorofil total d m antosianin kalopo ditunjukkan pada Tabel 5. Klorofil b, nisbah klorofil a/b dan kandungan anthosianin tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya.
Kandmgan klorofil a dan total klorofil kalopo dipengaruhi
(P-4.05)
oleh intensitascahaya, nilai tertinggi diperoleh pada kalopo dengan intensitas cahaya pen& dan
terendah pada intensitas cahaya terendah (40%). Nilai klorofil a d m total klorofil
menurun seiring dengan rnenurunnya intensitas cahaya. Menurunnya klorofil dengan
berkurangnya intensitas cahaya merupakan ha1 yang rnenarik pada penelitian ini. Hal
ini diduga karena tidak terjadinya penerimaan cahaya yang efektif sehingga
pembentulcan klorofil menjadi rendah. Levit (1980) menyatakan tanarnan yang
tumbuh pada tempat yang febih terlindung mempunyai titik kompensasi hasil
asimilasi yang lebih rendah dibanding dengan tanaman yang tumbuh pada tempat
yang Iebih banyak menerima cahaya matahari. Selain itu menurunnya kandungan
klorofil diduga karena tanarnan yang mengalami kekurangan cahaya akan
menunjukkan pengurangan kandungan klorofil, sehingga menyebabkan d a m
benvarna hijau pucat. Pengurangan klorofil pada tanman tersebut sejalan dengan
pengurangan asirnilat fotosintesis, ditunjukkan dengan menurunnya bahan kering
kalopo, karena pada biosintesis klorofrl terdapat dua tahapan kunci yang memerlukan kehadiran cahaya. Devlin dan Whiten (1990) menyatakan bahwa biosintesis diawdi
dari suksinil koenzim a asam amino glisisn, kemudiaan melalui rangkaian proses reaksi yang kompleks sehingga &an terbentuk asam amino yang memerlukan cahaya.
[image:34.608.35.479.2.832.2]Reaksi lain yang memerlukan cahaya adalah perubahan protoklorofilida menjadi klorofil a.
Tabel 5. Kandungan klorofil Kalopo pada setiap intensitas cahaya yang berbeda
Parameter Intensitas Cahaya Relatif (%) Rataaa
Klorofil a(pmoU100 cm2) 2.77a 2.4gab 2.38ab 2 . 0 4 ~
2.42
Klorofil b(pmoYl00
cm2)
Anthosianin(prnoY1OO em2) 0.77 0.55 0.59 0.49 0.60
Huruf yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)
Pearce et al. (1987) menyebutkan tingkat naungan berhubungan dengan indeks luas Daun (ILD) dan luas daun (LD) dan distribusi daun dalam kanopi
tanaman, sedangkan kedua komponen tersebut rnenzpakan f&tor utama yang
menentukan intersepsi cahaya yang berpengaruh terhadap proses fotosintesis,
transpirasi d m akumulasi bahan kering. Selain itu bila cahaya dibawah optimum
menyebabkan jumlah cabang juga turn yang berakibat pada karakteristik d a m mtara
lain indeks luas daun selain berat d a m spesifik atau luas daun spesifik, meskipun
seringkali pada beberapa tanarnan menunjukkan tanggapan yang tidak konsisten
(Kappel dan Flore 1983). Sifat daun tersebut menentukan absorpsi cahaya oleh daun
yang dilakukan oleh klorofil sehingga adaptasi tanaman terhadap radiasi rendah juga
iercermin pada kadar total IddoroFxl daun (Pettigrew at al. 1989)
Bahrudin (2003) melaporkan bahwa tanaman bawang merah varietas Palu
umur 5 minggu pada perlakuan tanpa naungan rnenunjukkan kandungan klorofil
sebesar 428.89, namun apabila naungan ditingkatkan sebesar 30 %, maka kmdungan klorofil d a m meningkat menjadi 444.42 pg/g daun atau terjadi peningkatan sebesar
3.6 %. Kandungan kforofil ini
akan
menuntn lagi apabila naungan ditingkatkanmenggambarkan bahwa apabila tanarnan bawang merah mendapat radiasi penuh akan
mengalmi penurunan jumlah kandungm klorofil daun dibanding tanaman yang
mendapat naungan 30 %, sedangkan jika naungm ditingksttkan sebesar 60 %, maka kandungan klorofil rnenjadi menmn. Hal ini dikarenkan pada naungan 30% tanaman rnemiliki indeks luas daun tertinggi juga dibandingkan perlakuan lainnya.
Klorofil Puero
KlorofiI a, b, nisbah
ah,
anthosianin dan klorofil total puero tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa puero pada penelitiaanini mampu rnernpertahankm kandungan klorofilnya pada intensitas cahaya rendah.
Kandungan klorofil yang tidak berbeda pada taraf naungan dilaporkan oleh beberapa peneliti. Sulistiyono (1998) melaporkan bahwa kandungan klorofil pada pagi gogo
tidak dipengaruhi oleh naungan, kandmgan klorofil sangat dipengaruhi oleh
perbedaan varietas. Sementara itu Purnomo (2005) mengatakan bahwa kandungan klorofil jagung yang toleran naungan dipengaruhi oleh umur tanaman dan tidak dipengaruhi oleh naungan.
Tabel 6 . Kandungan klorofil Puero pada setiap intensitas cahaya yang berbeda
Parameter Intensitas Cahaya Relatif (%) Rataan
100 80 60 40
Klorofil ajpmol/100 cm2)
2.64 2.76 2.72 2.60 2.68
Klorofil b(pmoVlO0 cm2) 1.16
1.30 1.37 1.28 1.28
K1orofil a h ( ~ o Y 1 O O cm2) 2.27
2-14, 1-99 2.03 2.11
mor~fil t 0 t a l ( ~ o U 1 0 0 em2) 3.80 4-05 4.09 3.88 3.96
Aothosiaoin@moYlOO
em2)
.20oa7
0.8
8 0, 71 0.88 Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedam yang nyata (K0.05)Kandungan klorofil a cenderung naik dengan berkurangnya intensitas cahaya,
kemudian menurun kembali pada intensitas cahaya terendah 40%. Kandungan klorofil
b meningkat seiring rendahnya intensitas cahaya. Nisbah klorofil a h menurun dengan
berkurangnya intensitas cahaya yang diberikan. Djukri (2003) rneIaporkan terjadi
peningkatan klorofil a dan b pada talas yang toleran maupun peka pada naungan 50%.
Peningkatan klorofil a dan b pada tanaman
toleran
naungan lebih tinggi jika [image:35.611.36.475.0.852.2]adaptasi tanarnan untuk menangkap energi radiasi cahaya lebih efisien, sehingga
fotosintesis tanarnan lebih tinggi. Klorofil a dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil b berfungsi sebagai antena fotosintetik yang mengumpulkm
cahaya. Peningkatan kandungan klorofil b pada kondisi ternaungi berkaitan dengan peningkatan protein klorofil sehingga akan rneningkatkan efisiensi fungsi antena
fotosintetik pada Light Harvesting Complex I1 (LHC 11). Penyesuaian tanaman
terhadap radiasi yang rendah juga dicirikan dengan membesarnya antena untuk fotosistem 11. Membesarnya antena untuk fotosistem 11 akan meningkatkan efisiensi
pemanenan cahaya (Hidema et al. 1992).
KIorofil Siratro
Intensitas cahaya tidak berpengamh terhadap kandungan klorofil a, b dm
anthosianin siratro (P>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa siratro m m p u beradaptasi
pada intensitas cahaya rendah dengan cara mempel-tahankan kandungan klorofilnya, sehingga antara tanaman pada intensitas cahaya penuh dengan tanaman pada
intensitas cahaya rendah memiliki nilai yang sama. Salah satu indikator ketahanan
pada naungan adalab kemampuan tanman dalam mempertahankan rasio klorofil a/b agar tetap tinggi pada kondisi intensitas cahaya rsndah. Santoso (2000) menyatakan bahwa tanaman yang mempunyai rasio klorofil afb yang tinggi pada kondisi intensitas cahaya rendah akan mernpunyai adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan yang
memiliki rasio rendah. Pada penelitiaan ini siratro m m p u rnempertahankan rasio
klorofil ah pada intensitas cahaya rendah ditunjukkan dengan nilai yang sama dengan intensitas cahaya penuh. Rasio klorofil a/b yang tidak berbeda ditunjukkan dengan
nilai klorofil a dan b yang tidak berbeda, tei-utama klorofil b yang tetap dipertahankan
sama pada intensitas cahaya rendah dengan intensitas cahaya penuh, b&an
cenderung lebih tinggi pada intensitas cahaya rendah. KZorofil b berhngsi sebagai antena yang mengumpulkan cahaya untuk kemudian ditransfer ke pusat reaksi. Pusat
reaksi tersusun dari klorofil a. Energi cahaya
&an
diubah menjadi energi kimia dipusat reaksi yang kemudian dapat digunakan untuk proses reduksi dalam fotosintesis
Tabel 7. Kandungan kforofil Siratro pada setiap intensitas cahaya yang berbeda
Parameter Intensitas Cahaya Relatif (%) Rataan
100 80 60 40
Klorofrl a(pmoY 100 cm2)
3.4'7 3.29 3.67 3.45 3.47
Kiorofii b(pmoVlO0 cm2)
1.59 1.23 1.72 1.63 1.54
Klorofi~ah(~moV100cm2) 2.18 2-70 2-14 2-13 2.29
KIorofil total(pmo11100 em2) 55.06 4.53 5.39 5.06 5.01 Anthosiaoin(pmoV100 cm2) 0.70 0.64 0.75 0.75 0.71
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)
Produksi Hijauan Kaiopo
Rataan produksi panen hijauan kalopo selama satu t&un disajikan pada Tabel
8. Produksi bobot segar (BS) dan bobot kering (BK) tanaman dipengaruhi oleh
intensitas cahaya (P4.05). Produksi bobot segar berkisar antara 2160
-
5812 gr plot1atau setara dengan 2.4 -6.4 ton ha-'t&ununl. Produksi Bobot Kering yang dihasilkan
berkisar antara 6 10
-
1298 g plofl setara dengan 670-
1442 kg ha-' tahunun'. Produksi hijuan tertinggi diperoleh pada perlakuan kalopo dengan intensitas cahaya penuh,sedangkan terendah dicapai pada kalopo yang mendapat intensitas cahaya relatif
paling rendah. Bobot segar dan bobot kering hijauan menusun seiring m e n u m y a
intensitas cahaya relatif yang diperoleh oleh kafopo. Persentase penumnan produksi
hijauan segar pada intensitas cahaya relatif 80%, 60% d m 40% jika dibandingkan
dengan intensitas cahaya pen& adalah 43% dan 63%, sedangkan penurunan produksi hijauan bobot kering berturut tumt adalah 29%, 35% dan 53%.
Penurunan produksi hijauan ini, disebabkan peranan cahaya dalarn
metabolisme tanarnan terl~ambat, sehingga dapat menwzlnkan biornassa hijauan segar.
M e n w m y a produksi juga diakibatkan oleh intensitas cahaya yang diterima tanaman
rendah sehingga jumlah cahaya yang diterima oIeh setiap luasan permukaan d a m
dalam
waku
tertentu rendah (Gardner et al. 1985). Hal ini mengakibatkan terganggunya fotosintesis, sehingga menyebabkan rnenumnnya laju metabolisme dan sintesis karbohidrat (Sopandie et al. 2003).Penurunan juga dapat dilihat dengan menurunnya nilai klorofil a dan b
maupun total klorofil tanarnan kalopo (Tabei 5). Hal ini rnenunjukkan bahwa kalopo
kuraxlg bisa melakukan penghindaran pada intensitas cahaya rendah. Santoso (2000)
[image:37.608.29.481.44.850.2]kurang menunjang, seperti kwrangnya intensitas cahaya rendah. Salah satu cara yang dilakukan tanaman adalah meningkatkan kandungn klorofil a dim b, terutama pada
klorofil b serta mempertahankan rasio klorofil
ah
tetap tinggi pada intensitas cahaya rendah. Kemampuaan ini tidak dimiliki oleh kalopo pada penelitiaan yang dilakukan,sehingga menyebabkan penurunan pada bobot keringnya.
Tabel 8. Rataan panen produksi hijauan Ralopo per plot
No Parameter Infensitas Cahaya Relatif (%) Rataan
1 Bobot Segar (gr) 581Za 3 ~ 5 2 ~ ~ 3 . 3 1 ~ ~ 2160' 3785
2 Bobot Kering (gr) 129ga 9 2 5 ~ ~
845b
610' 9203 Tinggi Tanaman (cm) 18 2 1 18 19 19
4 Luas Penutupan (%) 61a 52a 1 8 ~ 1 8 ~ 37
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)
Penurunan produksi kalopo dengan be~tambahnya naungan dilaporkan oleh
Sirait (2005) bahwa produksi segar kalopo pada naungan 0% lebih tinggi jika
dibandingkan dengan namgan 55% dan 75%. Adapun hasil penelitian pada kalopo
dengan naungan lebih dari 60% dilaporkan oleh Addison (2003) menyatakan bahwa kalopo yang ditanam pada pot kapasitas 7 liter, nyata dipengaruhi oleh naungan
(P<0.01), dimana kalopo yang diberi intensitas cahaya pen& memiliki produksi
biomasa yang Iebih tinggi jika dibandingkan tanaman yang mendapat naungan 63%, 76% dan 84%, yaitu secara berturut-brut 52.2 ,36.3, 27.0 dm 15.5 gr pot
-'.
Presentase Penurunan Produksi Nijauan dan Penutupan tahan Kalopo
1 00
80
60
40
20
0
BS BK LP
Parameter
Gambar 2. Prosentase produksi hijauan dan luas penutupan tanah Kalopo
dibandingkan intensitas cahaya penuh (BS = bobot segar,
[image:38.608.38.473.0.846.2]Luas penutupan tanah
(LP)
oleh kalopo sangat nyata (P<0.01) dipengaruhi oleh intensitas cahaya, kalopo yang diberi intensitas cahaya penuh dan intensitas cahaya 80% memiliki areal penutupan yang lebih luas jika dibandingkan arealpenutupan pada intensitas cahaya 60% dan 40%. Lusts penutupan yang tinggi pada intensitas cahaya penuh dikarenakan cahaya yang diperlukan oleh kalopo untuk pertumbuhannya terpenuhi secara optimal, walaupun pada intensitas cahaya 80% terjadi penurunan luas penubpan tanah, namun tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa sampai intensitas cahaya SO%, cahaya yang diterima oIeh kaIopo masih optima1 untuk pertumbuhannya. Luas penutupan tanah yang menurun pada intensitas cahaya 60% dan 40% diduga karena berkurangya cahaya yang diterima. Peranan cahaya matahari bag! tanaman terlihat jelas datarn proses fotosintesis. Cahaya matahari akan ditangkap klorofiI untuk menghasilkan bahan baku bagi perturnbuhan antara lain pada proses pembentukan bunga, perkecambahan biji dan fottropisme (Prawiranata et a[. 1981). Apabila lingkungan subur, air tersedia dan suhu sesuai maka cahaya matahari rnerupakan faktor utama yang rnempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanman, karena terdapat hubungan antara radiasi dan hasil fotosintesis bersih.
Tinggi tanaman kalopo tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya, walaupun pada intensitas cahaya rendah tinggi kaIopo lebih tinggi jika dibanding cahaya penuh. Pengaruh intensitas cahaya pada tinggi tanaman dilaporkan berbeda antar peneliti (Addison 2003). Sirait (2005) melaporkan tidak terjadi perbedaan tinggi kalopo yang ditanam pada naungan 0%, 55% dan 75% di ketinggian ternpat yang berbeda.
Produksi Hijauan Puero
Penurunan produksi hijaum puero akibat berkurangnya intensitas cahaya
dilaporkan oleh beberapa peneliti. Wong et. al. (1985) melaparkan bahwa produksi hijauan puero pada naungan 100% adalah 4 ton/hdtahun, sedangkan produksi hijauan
pada naungan 66% sebanyak 3 todhdtahun. Penelitian Congdon dm Addison (2003) melaporkan bahwa puero rnerupakan tanaman yang memiliki produksi paling tinggi
pada setiap naungan (0%, 63%, 76%, 84%) dari
14
legum pakan tropik basah yang diuji, ha1 ini menunjukkan kemapuan puero untuk beradaptasi lebih baik padanaungan jika dibanding dengan legum tropik basah lainnya. Walaupun memiliki
kemampuan yang lebih baik pada setiap naungan, namun produksi hijauan puero menurun seiring dengan berkurangnya intensitas cahaya yang masuk. Penurunan yang
terjadi pada produksi hijauan puero di naungan 63%, 76% dan 84% bertui-ut-turut
dalah 58.9%, 67.7% d m 87.1% jika dibandingkan dengan produksi pada intensitas
cahaya penuh. Pada penefitian ini p e n m a n produksi hijauan segar d m Bobot Kering
puero pada intensitas cahaya relatif 80%, 60% d m 40% terhadap intensitas cahaya penuh adalah 26%, 5 1% dan 41% bahan segar, serta 36%, 55% dan 4 1% Bobot
Kering.
Nilai bobot segar dan bobot kering puero yang tidak berbeda antara intensitas
cahaya
80%,
60% dan 40% dimungkinkan karena tidak berbedanya kandunganklorofil pada tiap intensitas cahaya tersebut (Tabel 6). Sehingga diduga proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman tersebut berlangsung secara baik.
Tabel 9. Rataan panen produksi hijauan Puero per plot
No Parameter Intensitas Cahaya Relatif
(Oh)
Rataan1 Bobot Segar (gr) 11183a 6 3 0 9 ~ 4 2 1 3 ~ 5751b 6864
2 Bobot Kering (gr) 2462a 1570b
1115~
1 4 4 3 ~ 16483 Tinggi Tanaman (cm) 25a 25a 1 8 ~ 24a 23
4 Luas Penutupan (96) I00 100 100 100 100
Tinggi tanaman biasanya dipengasuhi oleh intensitas cahaya, pada peneli'lian
ini intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap tinggi puero (Px0.05). Tinggi puero
tertinggi diperoleh pada intensitas cahaya penuh yaitu 25
cm,
sedangkan tanamanterendah pada intensitas cahaya 60% yaitu 18
cm.
Tinggi puero pada intensitas cahaya [image:40.608.33.471.0.849.2]tanaman yang tidak konsisten pada tanaman ini menunjukkan bahwa tinggi tanaman tidak se7alu menjadi indikator pada tanaman yang diberi intensitas cahaya rendah
(Santoso 2000)
Luas penutnpm tanah oleh puero tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya.
Semua areal plot dapat ditutupi dengan baik oleh puero. Presentase penutupan tanah
oIeh puero mencapai 100% pada setiap naungan. Hal ini diduga karena kemarnpuan puero untuk beradaptasi terhadap naungan, selain itu puero dapat menyebar secara
vegetatif dan generatif, dapat tumbuh. sepanjang 20 meter per musirn, atau rata-rata 30
cm per hari dan dapat mencapai panjang maksirnal 30 meter. Puero memiliki akar yang dapat menembus tanah sampai kedalaman 4
m.
Frosentase Penurunan Produksi Hijauan Puero te rhadap Intensitas Cahaya Penuh
Parameter
Gambar 3. Prosentase produksi hijauan Puero dibandingkan intensitas cahaya penuh
(BS = Bahan Segar, BK = Bobot Kering).
Produksi Hijauan Siratro
Prodksi hijauan segar siratro dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang
diterima oleh tanaman (P<O.O5). Produksi tertinggi dicapai pada intensitas cahaya
penuh, yaitu 4747 gr p20t"tahun'' atau setara dengan 5.27 ton ha"tahun". Produksi
terendah diperoleh pada intensitas cahaya 40% yaitu 2858 gr plot'tah~nnl atau setara
dengan 3.17 ton ha-'tahun" (Tabel 10). P e n m a n produksi hijauan segar pada
intensitas cahaya relatif 80%, 60% dan 40% adalah berturut turut 19%, 36% d m 56%. Penurunan ini menandakan bahwa intensitas cahaya yang semalcin rendah
akan
menurunkan produksi hijauan siratro. Penelitian Congdon dan Addison (2003)
melaporkan bahwa produksi hijauan siratro menurun sejalm dengan rnenurunnya
cahaya 16% dibandingkan intensitas cahaya penuh adalah 68%. P e n m a n produksi siratro yang ditanam pada naungan juga dilaporkan oleh Wong (1 985) yaitu 13 ton ha- 'tahun-' pada intensitas cahaya penuh menjadi 3, 5 dan 9 ton ha'ltahun" pada naungan
18-27%,34-35% dm 60-70%.
Penelitian mengenai produksi siratro pada berbagai naungan dilaporkan
berbeda-beda ofeh peneliti. Informasi yang lebih spesifik di laporkan oleh