• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Tayangan Drama Korea “Goblin” terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa Fiskom Universitas Kristen Satya Wacana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Tayangan Drama Korea “Goblin” terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa Fiskom Universitas Kristen Satya Wacana"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1Drama Korea “Goblin”

Drama Korea ini merupakan drama yang ditulis oleh Kim Eun Seok dengan latar

belakang cerita rakyat yang dipercayai oleh masyarakat di Korea Selatan. Kim Eun

Seok sendiri sebelumnya juga mendapatkan kesuksesan di drama sebelumnya “Descendants Of The Sun”, sehingga tidak aneh ketika drama “Goblin” keluar banyak orang yang menantikan drama ini. “Goblin” sendiri ditayangkan di televisi Korea tvN dengan 16 episode. Dalam episode pertamanya, “Goblin” mencapai rating 6.3%, yang merupakan rekor rating tertinggi setelah sebelumnya dipegang drama “Reply 1988” di saluran televisi yang sama. Rating ini terus meningkat di setiap episode hingga sampai

episode terakhir dengan peroleh 18.6%.

Drama ini mengusung genre fantasy-romance-drama dengan gimmick dari para pemerannya yang membuat drama ini sangat menarik. Drama ini memiliki kisah

tentang seorang tentara perang bernama Kim Shin di masa lalu, yang harus mati

terbunuh atas perintah raja yang iri kepadanya. Kematian Kim Shin justru

mengubahnya menjadi seorang goblin, yang memiliki kehidupan abadi. Setelah

menunggu 900 tahun, Kim Shin akhirnya bertemu dengan pengantinnya Ji Eun Tak,

yang dapat mencabut kutukan yang merubahnya menjadi Goblin. Setelah naik turun

perjalanan cinta Kim Shin dan Ji Eun Tak, pada akhirnya mereka berakhir hidup

bersama dengan bahagia.

1.2Karakteristik Responden

Sebelum peneliti melakukan analisis data, pertama akan dipaparkan mengenai

(2)

45

dijadikan sampel dalam penelitian ini. Karakteristik responden ini meliputi jenis

kelamin, usia dan pendidikan.

4.2.1. Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini peneliti melibatkan 67 responden yang terdiri dari

perempuan dan laki-laki. Meskipun mayoritas dari responden adalah

perempuan, tetapi masih ada responden laki-laki yang juga melibatkan diri

dalam penelitian ini. Hal ini terbukti dari tabel di bawah ini.

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

Laki-laki 11 16.4 %

Perempuan 56 83.6 %

Total 67 100 %

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Dapat dilihat bahwa jumlah responden perempuan sebanyak 50 (83.6%)

orang. Dalam artikel yang ditulis di kompas.com, pada tahun 2010, 46%

pengguna internet adalah perempuan yang tersebar di seluruh dunia. Dari

statistik yang dirilis comscore.com, dikatakan perempuan menghabiskan waktu

rata-rata 24,8 jam dalam penggunaan internet.

4.2.2. Usia

Berdasarkan data yang didapat di lapangan, dapat diketahui bahwa usia

(3)

46 Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Presentase (%)

18 4 6.0%

19 20 29.9 %

20 20 29.9 %

21 17 25.4 %

22 6 9.0 %

Total 67 100 %

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Dari data di atas, dapat dilihat kebanyakkan penonton berusia antara

19-20 tahun. Sesuai dengan target sasaran usia penonton yang diberikan tvN untuk

serial “Goblin” di umur 20-40 tahun, responden cukup memenuhi segmentasi

tersebut.

4.2.3. Pendidikan

Berdasarkan pendidikan dari responden sudah jelas bahwa sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi aktif fakultas Ilmu Sosial dan

Komunikasi (FISKOM) Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2014 –

2017 yang sedang menempuh pendidikan strata satu (S1) sesuai dengan

(4)

47 1.3Karakteristik Variabel X

Variabel X dalam penelitian ini terdiri dari dua indikator, yaitu Intensitas

menonton, dan Daya Tarik. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran indikator menonton drama Korea “Goblin” ini, maka digunakan empat kategori yang menunjukan kesetujuan dan ketidaksetujuan terhadap setiap item pernyataan yang

digunakan yaitu sangat Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju.

Analisis yang digunakan dalam indikator Intensitas menonton menggunakan analisis

statistik deskriptif karena data yang terdapat bersifat rasio atau terbuka. Sementara

indikator isi pesan dan daya tarik dianalisis dengan menggunakan skala indeks likert

karena data bersifat ordinal.

4.3.1. Analisis Intensitas Menonton

a. Durasi Menonton Serial Drama Korea “Goblin”

Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dalam teori

Kultivasi Gerbner terdapat dua karakteristik penonton yaitu (1) Penonton

(5)

48 Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Menonton

Jee Hyun Moon ,seorang peneliti dari Mirae Asset Daewoo, mengatakan bahwa drama merupakan kunci keberhasilan dari Korean Wave. Dalam satu judul drama yang rata-rata berkisar 16-20 episode, penonton

dapat memperoleh banyak pengetahuan sekaligus, mulai dari kebudayaan,

gaya busana, keindahan alam, dan akting para artis yang memukau

penonton. Selain itu Jee Hyun Moon juga mengatakan banyak orang yang

betah menonton drama Korea secara terus-menerus dikarenakan emosi para

penonton dibuat turun naik karena alur ceritanya,1 hal inilah yang menjadi

salah satu alasan sampai dapat menjadi seorang Heavy Viewer.

b. Daya Tarik Menonton Serial Drama Korea “Goblin”

Berdasarkan data yang diperoleh data, hasil frekuensi menonton drama Korea “Goblin” para responden dalam seminggu adalah sebagai berikut:

1

http://today.line.me/id/article/Peneliti+Asal+Korea+Ini+Ungkap+Alasan+Orang+Ketagiha+Nonton+Drama +Korea-177035d842ff4736a145cef39fa56515c76923f2106d66f3c26ce8be121458f5 diakses pada 07 Desember 2017 pukul 02.14 WIB.

No. Tingkat Keseringan

Menonton Frekuensi Persentase (%)

1 HeavyViewer 36 53.7 %

2 LightViewer 31 46.3 %

(6)

49

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Dari hasil kuisioner seperti yang terlihat di atas, rata-rata penonton

kelas Heavy Viewer menonton drama “Goblin” sebanyak 3 – 4 hari dalam

satu minggu dengan durasi lebih dari 4 jam. Sedangkan penonton dalam

pernyataan. Untuk mengetahui tingkat skala perhitungan rata-rata, digunakan

(7)

50

= nilai jawaban maximum – nilai jawaban minimum

Jumlah Kategori

= 24 - 6 = 4.5

4

Tabel 4.5

Interval Kategori Jawaban Indikator Likert Variabel X Tingkat

Skala Interval Interpretasi Frekuensi

Presentase (%)

1 6 – 10.5 Sangat Tidak

Setuju 0 0 %

2 10.5 – 15 Tidak Setuju 16 23.9 %

3 15 – 19.5 Setuju 32 47.8 %

4 19.5 – 24 Sangat Setuju 19 28.4 %

TOTAL 67 100%

Pada indikator likert variabel X di atas menunjukkan bahwa responden

setuju dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi tayangan dan daya tarik

drama Korea Goblin dengan jumlah 67 responden. Hal ini menunjukkan bahwa

pada indikator isi tayangan responden memiliki ketertarikan untuk menonton drama “Goblin”. Selain itu juga responden menyetujui bahwa mereka tertarik menonton “Goblin” karena pemain yang terkenal dan juga alur cerita yang menarik, hal ini dapat dilihat dari hasil pada indikator daya tarik.

1.4Karakteristik Variabel Y

Variabel Y atau interaksi sosial mahasiswi FISKOM dalam peneliti ini terdiri dari

(8)

51

terdiri dari 16 butir pernyataan. Untuk mengetahui tingkat skala perhitungan rata-rata,

digunakan interval sebagai berikut :

= nilai jawaban maximum – nilai jawaban minimum

Jumlah Kategori

= 52 – 13 = 9.75

4

Tabel 4.6

Interval Kategori Jawaban Indikator Likert Variabel Y Tingkat

Skala Interval Interpretasi Frekuensi

Presentase (%)

1 13 – 22.75 Sangat Tidak

Setuju 2 3.0 %

2 22.75 – 32.5 Tidak Setuju 14 20.9 %

3 32.5 – 42.25 Setuju 39 58.2 %

4 42.25 - 52 Sangat Setuju 12 17.9 %

TOTAL 67 100%

Pada indikator variabel Y (Interaksi Sosial Mahasiswa FISKOM) menunjukkan

rata-rata responden sebanyak 51 orang setuju dengan pernyataan-pernyataan yang

diberikan. Hal ini menunjukkan pada indikator Imitasi, bahwa responden sebagian besar

juga sering menggunakan istilah-istilah Korea dan juga menirukan gaya bicara orang

Korea seperti yang mereka tonton di tayangan drama Korea “Goblin”. Selain itu pada

(9)

52

bicara yang sama-sama memiliki ketertarikan pada drama Korea, selain itu juga

membuat responden ingin berbicara dengan istilah Korea satu sama lain. Terakhir, pada

indikator Identifikasi mendapatkan hasil bahwa banyak responden yang ingin mempelajari bahasa Korea setelah menonton drama Korea “Goblin” juga mereka kadang ingin mempraktekkan adegan-adegan di drama “Goblin”.

1.5Analisis Tabulasi Silang

Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara durasi menonton dengan

interaksi sosial dengan mengkategorikan tipe penonton menurut teori Kultivasi milik

Gerbner, yaitu Heavy Viewer dan Light Viewer, maka data akan diolah dengan menggunakan analisis tabulasi silang yaitu metode untuk mentabulasikan beberapa

variabel yang berbeda ke dalam suatu tabel. Dan hasil tabulasi silang dengan

(10)

53 Interaksi

Tabel 4.7

Tabulasi Silang antara Durasi Menonton Light Viewer dan Heavy Viewer terhadap Interaksi Sosial

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang memiliki interaksi sosial yang tinggi setelah menonton serial drama Korea ”Goblin” adalah sebanyak 28 responden (77.8%) yang berada pada kategori tipe penonton berat (Heavy Viewers). Hal ini telah membuktikan bahwa teori Kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner mengenai tipe

penonton berat adalah benar. Penonton yang menonton lebih dari 4 jam sehari lebih

terpengaruh dan percaya terhadap realitas yang dibentuk oleh media tersebut. Hal

tersebut terjadi dalam penelitian ini dimana responden yang tergolong ke dalam

kategori Heavy Viewer memiliki interaksi sosial yang lebih besar dibandingkan dengan responden Light Viewer yang menonton kurang dari 4 jam dalam sehari.

Hal ini juga menunjukkan kuatnya daya tarik tayangan serial drama Korea “Goblin” pada responden dengan menunjukkan adanya efek kuatnya media massa dalam memberikan terpaannya kepada perubahan perilaku seseorang dalam interaksi

Kultivasi DURASI MENONTON Total

Light Viewer Heavy Viewer

(11)

54

sosialnya. Tayangan drama Korea “Goblin” memberikan peran yang aktif dan menarik

perhatian khalayaknya dalam memberikan hiburan dengan paket lengkap dimulai dari

kreatifitas pengemasan, keunikan karakter, audiovisual yang memukau hingga jalan

cerita yang unik dan menarik membuat khalayak setia menonton serial ini hingga akhir.

1.6Pengujian Hipotesis

Sebelum peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan aplikasi pengolah

data SPSS 16, peneliti membuat hipotesis yang telah dicantumkan dibab sebelumnya.

Hipotesis tersebut adalah:

H0: Drama Korea “Goblin” tidak berpengaruh terhadap interaksi sosial

mahasiswa.

H1: Drama Korea “Goblin” berpengaruh terhadap interaksi sosial mahasiswa.

Kemudian untuk mengetahui adanya pengaruh antara drama Korea “Goblin”

dengan interaksi sosial mahasiswa FISKOM sebelumnya peneliti akan melakukan uji

asumsi klasik terhadap data yang didapat melalui kuisioner yang meliputi 4 tahap, yaitu

(1.) Uji Normalitas; (2.) Uji Heteroskedastisitas; (3.) Uji multikolineritas, dan (4.) Uji

Autokorelasi. Apabila pengujian tersebut dinyatakan lolos, selanjutnya peneliti akan

menganalis data menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan menggunakan

aplikasi statistik SPSS 16 untuk mengetahui hasil penelitian ini.

1.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

(12)

55

dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai

signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.2

Tabel 4.8

Tabel Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

RES2

N 67

Normal Parametersa Mean 10.5016

Std. Deviation 6.30425

Most Extreme Differences Absolute .075

Positive .075

Negative -.050

Kolmogorov-Smirnov Z .614

Asymp. Sig. (2-tailed) .845

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai signifikasi sebesar 0.845 > 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang diteliti berdistribusi normal dan tidak terkena masalah normalitas.

1.6.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varians dari residual itu tetap, maka disebut

(13)

56

Homoskedastisitas, dan apabila varians dari residual itu berbeda, disebut

Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

Heteroskedastisitas dan dasar pengambilan keputusan pada uji

Heteroskedastisitas yaitu:

1. Jika nilai signigikansi > 0,05 berarti tidak terjadi Heteroskedastisitas.

2. Jika nilai signigikansi < 0,05 berarti terjadi Heteroskedastisitas.

Dalam uji Heteroskedastisitas ini dilakukan dengan teknik uji Glejser

dimana teknik ini mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap

variabel independen dengan persamaan regresi dengan rumus:

Ut= a +BXt + vt

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser pada SPSS 17 adalah

sebegai berikut:

Tabel 4.9

Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.550 2.290 .677 .501

Goblin .323 .203 .194 1.592 .116

a. Dependent Variable: RES2

(14)

57

Berdasarkan output diatas diketahui bahwa nilai signifikasi variabel X

atau “Goblin” sebesar 0,116 dan lebih besar dari 0,05. Artinya dapat

disimpulkan bahwa variabel yang diuji tidak terjadi Heteroskedastisitas.

1.6.3 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (tidak terjadi

Multikolinieritas). Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel

tidak ortogonal.

Dasar pengambilan keputusan pada uji Multikolinieritas dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu:

1. Melihat nilai Tolerance

- Jika nilai Tolerance > 0,10 = tidak terjadi Multikolinieritas pada data

yang diuji.

- Jika nilai Tolerance < 0,10 = terjadi Multikolinieritas pada data yang

diuji.

2. Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)

- Jika nilai VIF < 10,00 = tidak terjadi Multikolinieritas pada data

yang diuji

- Jika nilai VIF > 10,00 = terjadi Multikolinieritas pada data yang diuji

Dan setelah melakukan olah data pada SPSS, hasil outputnya adalah

(15)

58

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai tolerance variabel X atau “Goblin” 1,000 lebih besar dari 0,10; dan nilai VIF menunjukkan pada angka 1,000 lebih kecil dari 10,00. Jadi dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak

terjadi Multikolinieritas.

1.6.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui gangguan data yang bersifat

time series (data berdasarkan waktu). Model regresi seharusnya bebas dari autokorelasi, sehingga kesalahan prediksi (selisih data asli dengan data hasil

regresi) bersifat bebas untuk tiap nilai X (variabel independen).

Dalam pengolahan dengan SPSS, deteksi adanya autokorelasi dapat

dilihat dari besarnya angka DURBIN-WATSON (D-W). Secara umum pedoman

besaran D-W adalah:

1. Jika angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2. Jika angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada korelasi.

(16)

59

Setelah melakukan uji autokorelasi pada SPSS 16, hasil outputnya adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.11

Tabel Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .503a .253 .241 12.41093 .941

a. Predictors: (Constant), Goblin

b. Dependent Variable: Interaksi

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan hasil tabel diatas diketahui bahwa besarnya angka D-W

adalah sebesar 0.941 dan berada diantara -2 sampai +2. Hal ini berarti

menunjukkan bahwa penelitian ini tidak terjadi adanya autokorelasi.

Dilihat dari uji asumsi klasis yang di analisis, yaitu Uji Normalitas, Uji

Heteroskedastisitas, Uji Multikolinieritas, dan Uji Autokorelasi diketahui bahwa semua

tahap dalam uji asumsi tersebut dikatakan lolos, sehingga setelah melakukan uji asumsi

peneliti dapat melakukan analisis regresi sederhana.

1.6.5 Analisis Regresi

Untuk menguji hipotesis ini, menggunakan regresi linear sederhana, dan

(17)

60 Tabel 4.12

Tabel Korelasi Menonton Drama Korea “Goblin” dengan Interaksi Sosial Mahasiswa FISKOM

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .503a .253 .241 12.41093

a. Predictors: (Constant), Goblin

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel diatas (Tabel Model

Summary) diketahui bahwa korelasi parsial antara menonton drama Korea

“Goblin” dan Interaksi Sosial Mahasiswa FISKOM dengan korelasi product

moment by pearson didapat nilai r hitung sebesar 0,503 dan berarti nilai korelasi tersebut tergolong sangat kuat (>0,50) dan memiliki nilai positif (arah korelasi

positif) dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi menonton drama Korea “Goblin” maka interaksi sosial yang terjadi semakin tinggi.

Berdasarkan uji tabel korelasi tersebut, koefisien determinasinya (R

square) yang ditemukan yaitu seberar 0,254 atau sebesar 25.3% (R2 x 100%). Artinya dalam penelitian ini pengaruh drama Korea “Goblin” (Variabel X) terhadap interaksi sosial mahasiswa FISKOM (Variabel Y) sebesar 25.3% dan

sisanya dipengaruhi oleh variabel yang lain diluar penelitian ini.

(18)

61 Tabel 4.13

Tabel ANOVA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3386.417 1 3386.417 21.985 .000a

Residual 10012.031 65 154.031

Total 13398.448 66

a. Predictors: (Constant), Goblin

b. Dependent Variable: Interaksi

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Pembahasan:

Dalam analisis ANOVA ini dasar pengambilan keputusan dilihat

berdasarkan:

- Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

- Jika probabilitas < 0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Drama Korea “Goblin” tidak berpengaruh terhadap interaksi sosial mahasiswa.

H1: Drama Korea “Goblin” berpengaruh terhadap interaksi sosial

mahasiswa.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat probabilitas sebesar 0,000

(19)

62 Tabel 4.14

Tabel Model Persamaan Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.125 9.150 .232 .817

Goblin 2.177 .464 .503 4.689 .000

a. Dependent Variable: Interaksi

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Pembahasan:

Berdasarkan tabel diatas persamaan regresi sederhana linier yang

diperoleh berdasarkan perhitungan diatas adalah sebagai berikut:

Y= a + bX

YInteraksi Sosial Mahasiswa FISKOM = 2.125 + 2.177 Menonton drama Korea “Goblin”

 Konstanta sebesar 2.125 menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai

variabel tingkat Menonton drama Korea, maka besarnya nilai

Interaksi Sosial adalah 2.125.

 Koefisien regresi sebesar 2.177 pada variabel Menonton drama

Korea, artinya bahwa setiap penambahan 1 nilai variabel menonton

drama Korea, maka akan meningkatkan interaksi sosial sebesar

4.302.

Selain menggambarkan persamaan regresi output ini, peneliti juga akan

menampilkan uji signifikasi dengan uji t yang bertujuan untuk mengetahui

(20)

63

Dari output model persamaan regresi pada tabel 4.14, model persamaan

regresi diketahui bahwa nilai t hitung = 4.689 dengan nilai signifikasi 0,000.

Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

- Jika nilai probabilitas > 0,05, H0 diterima dan H1 ditolak

- Jika nilai probabilitas < 0,05, H0 ditolak dan H1 diterima

Jadi kesimpulannya adalah berdasarkan probabilitasnya menunjukkan bahwa variabel Menonton drama Korea “Goblin” secara signifikan mempengaruhi terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa FISKOM (0,000 < 0,05).

1.7Pembahasan

Dari hasil analisis yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara menonton drama Korea “Goblin” dengan interaksi sosial mahasiswa FISKOM. Variabel menonton drama Korea “Goblin” yang dimaksud dalam penelitian

ini diukur dengan dua indikator yaitu Intensitas menonton tayangan drama Korea dan

Daya tarik drama Korea. Sedangkan variabel interaksi sosial mahasiswa FISKOM

diukur menggunakan empat indikator yaitu, Imitasi, Sugesti, Simpati, dan Identifikasi.

Dari kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa terdapathubungan antara variabel (X)

menonton drama Korea “Goblin” dengan variabel (Y) interaksi sosial mahasiswa

FISKOM. Signifikansi hubungan antara variabel X dengan variabel Y dibuktikan

dengan uji hipotesis yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

menonton drama Korea “Goblin” dengan interaksi sosial.

Interaksi sosial meliputi empat komponen, yaitu imitasi, sugesti, simpati, dan

identifikasi. Dari keempat komponen tersebut menunjukkan sikap responden yang telah menonton drama Korea “Goblin”, yaitu responden menjadi lebih berinteraksi dengan orang disekitarnya dengan menirukan istilah-istilah dan gaya bahasa dalam drama

tersebut (Imitasi), juga mempercayai bahwa apa yang terjadi dalam drama tersebut

(21)

64

terutama jika mereka memiliki kesamaan yaitu seputar drama Korea (Simpati), hingga mereka juga ingin mempelajari bahasa Korea karena menonton drama “Goblin” (Identifikasi). Semakin responden terhanyut dengan jalan cerita drama “Goblin” maka semakin besar juga keinginan responden untuk berinteraksi kepada orang lain. Hal ini

ditunjukkan pada tabel karakteristik variabel Y (tabel 4.6) dimana kebanyakan

responden setuju dengan interaksi sosial yang akan terjadi karena menonton drama “Goblin”.

Berdasarkan uji hipotesis, nilai korelasi r hasil adalah 0,503 dan nilai korelasi ini

tergolong sangat kuat serta memiliki arah korelasi yang positif dan searah. Artinya

semakin sering mahasiswa FISKOM menonton drama Korea “Goblin”, maka akan

semakin besar interaksi sosial yang terjadi dan begitu pula sebaliknya, semakin jarang

orang melihat drama Korea “Goblin”, maka interaksi sosialnya akan semakin kecil. Ini

berarti responden yang menonton drama korea “Goblin” lebih dari 4 jam dalam sehari

(heavy viewer) cenderung mempunyai dampak yang lebih besar untuk terjadinya

interaksi sosial dibandingkan dengan responden yang menonton drama korea “Goblin”

kurang dari empat jam dalam sehari (Light Viewers) dengan adanya hasil ini, semakin

memperkuat dugaan bahwa ada dampak secara nyata antara menonton drama Korea “Goblin” terhadap interaksi sosial.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya

yang sama-sama mengenai drama Korea. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh

Yessi Paradina Sella (Universitas Mulawarman) 2013, Tentang Analisa Perilaku Imitasi

Dikalangan Remaja Setelah Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Indosiar (Studi

Kasus Perumahan Pondok Karya Lestari Sei Kapih Samarinda). Semakin rutin

menonton drama Korea tersebut, maka akan semakin tinggi perubahan perilaku meniru

atau perilaku imitasi. Begitu juga dengan hasil penelitian oleh Deansa Putri yang

berjudul “Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dan

(22)

65 Remaja” (Universitas Diponegoro) 2013 yang diperoleh hasil terdapat hubungan yang sangat signifikan antara menonton drama Korea dengan variabel berpakaian remaja

dengan nilai korelasi sebesar 0.540 dan nilai signifikasi sebesar 0.000.

Teori Kultivasi milik Gerbner memfokuskan diri pada proses penanaman nilai

media bagi khalayak, seperti halnya media sebagai alat ukur utama untuk menanamkan

pandangan terhadap dunia. Maka manusia menjadi percara bahwa hal tersebut adalah

sebuah realitas seperti apa yang sudah mereka lihat dalam media. Dalam penelitian ini

peneliti menggolongkan kelas Heavy Viewer dan Light Viewer. Efek kultivasi ini

memiliki pengaruh yang kuat pada responden. Hal ini ditunjukan bahwa tipe penonton

berat (heavy viewer) mempunyai keinginan berinteraksi sosial yang lebih besar sebesar

77.8% daripada penonton ringan (light viewer) yang memiliki ekspektasi sebesar

74,2%. Hal ini membuktikan bahwa teori kultivasi Gerbner yang mengatakan bahwa

khalayak yang menonton televisi lebih dari 4 jam (Heavy Viewer) lebih percaya

terhadap realitas yang dibentuk oleh media, dan penonton ringan (light viewer)

memiliki akses media yang lebih luas sehingga sumber informasi mereka lebih variatif.

Dan penelitian ini menunjukkan bahwa semakin sering mereka menonton drama Korea

tersebut, semakin besar pula keinginan mereka untuk berinteraksi dan mewujudkan apa

yang mereka lihat didalam media tersebut menjadi sebuah realitas dalam dunia nyata.

Pada akhirnya peneliti dapat mengetahui bahwa terjadi pula komunikasi lintas

budaya yang membuat responden juga memiliki ketertarikan untuk mempelajari bahasa

Korea agar dapat berinteraksi dengan orang lain. Keinginan berinteraksi satu sama lain

akan menjadi sangat tinggi ketika kedua orang tersebut memiliki kesamaan terhadap hal

yang mereka suka. Misalnya pada penelitian ini adalah sama-sama suka menonton drama Korea “Goblin”, hal ini membuat responden ingin saling berinteraksi, berkomunikasi, dan juga berbagi cerita terhadap apa yang sudah mereka tonton dalam

(23)

66

Dalam penelitian ini juga terjadi komunikasi lintas budaya yang dapat

memberikan pengaruh cukup besar pada responden. Korean Wave memilliki pengaruh cukup besar dalam penyebaran budayanya, sehingga mampu untuk mendominasi trend yang ada di jaman sekarang ini. Tidak hanya dalam mengimitasi cara berpakaian pada

penelitian sebelumnya, dapat diketahui melalui in depth interview dengan beberapa

responden bahwa dengan menonton drama Korea adalah salah satu hal yang sangat

utama bagi beberapa responden. Menurut responden dengan menonton drama Korea

merupakan salah satu cara agar tidak tertinggal trend yang sedang berkembang sekarang ini di Korea. Dengan menonton drama Korea juga kita sebagai penonton dapat

mengetahui perkembangan budaya di Korea. Bagi para penonton drama Korea,

menguasai bahasa Korea merupakan salah satu keinginan yang sangat besar, karena

dengan menguasai bahasa Korea penonton dapat menonton drama tanpa harus

menunggu edisi yang di translate. Maka dari itu pada awalnya mereka memilih untuk mencoba dengan menirukan kalimat-kalimat yang ada di drama tersebut. Para

responden setuju bahwa dengan menirukan kalimat dan gaya bicara seperti yang ada di

drama “Goblin” membantu mereka untuk menguasai bahasa Korea lebih dalam lagi

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.3
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kaitannya dengan inovasi pendidikan, maka apa yang telah dilakukan KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari pada masanya, dengan melakukan upaya-upaya yang dianggap..

Hasil penelitian dalam kasus malpraktek perselisihan yang timbul akibat kelalaian oleh tenaga kesehatan harus diselesaikan terlebih dahulu melalui penyelesaian sengketa di luar

Nutrition data, including enteral and parenteral feeds, were prospectively collected, and 30 months’ corrected age follow-up assessments were completed on 773 infants with extremely

Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam distribusi frekuensi menjadi diagram, dibuat 2 sumbu yang saling tegak lurus, sumbu datar untuk kelas interval (tepi bawah dan

Suranaya dengan judul “ ANALISIS PENILAIAN KINERJA MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA PT NINDYA KARYA (PERSERO) DIVISI IV SURABAYA ”. Penyusunan Skripsi ini tidak lepas

Analisis wacana merupakan suatu kajian yang menenliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah ,baik dalam bentuk tulis maupun lisan terhadap

Preposisi adalah bagian yang mengarahkan perhatian peneliti kepada sesuatu yang harus diteliti dalam ruang lingkup penelitiannya Pada penelitian ini, berfokus kepada pengurangan

KAI DAOP VIII Surabaya, selanjutnya untuk mengetahui apakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang berlaku di perusahaan telah sesuai dengan syarat-syarat akuntansi