• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Diri - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Esteem Anak Panti Asuhan Salib Putih Melalui Konseling Kelompok Ret

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Diri - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Esteem Anak Panti Asuhan Salib Putih Melalui Konseling Kelompok Ret"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Harga Diri

2.1.1 Pengertian Harga Diri

Harga diri dapat didefiniskan sebagai sebuah sikap dan ekspresi kelayakan yang berasal dari rasa kompetensi, kebaikan, siginifikansi dan kekuatan pribadi. Menurut Coopersmith, awalnya individu belajar dari seberapa berharga mereka di mata orang tuanya, oleh karena itu harga diri bisa dikatakan sebagai sikap yang berasal dari bagaimana orang tua memperlakukan individu tersebut. Coopersmith mengemukakan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi harga diri seseorang adalah masa kecilnya, bagaimana individu tersebut diperlakukan dalam keluarga, bagaimana individu tersebut merasa diterima oleh keluarganya dan rasa diperhatikan. Atas dasar pemikirannya tersebut Coopersmith sangat mempercayai terdapat hubungan yang signifkan antara pola pengasuhan orang tua dengan harga diri pada anak-anak maupun remaja. (Coopersmith, 1967).

Harga diri adalah tuduhan individu tentang dirinya sendiri, hal ini berkaitan dengan sikap setuju atau tidak setujunya individu terhadap dirinya dalam meyakini dirinya sebagai pribadi yang mampu, sukses dan layak. Singkatnya, harga diri adalah penilaian pribadi tentang kelayakan dirinya yang berasal dari pengalaman subjektif dirinya.(Coopersmith, 1967).

(2)

8

yang ia inginkan. Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti

yang di ekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya.( Coopersmith, 1967).

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Self Esteem

Menurut Coopersmith (1967:37-43) self esteem dalam perkembangannya terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan dan atas sejumlah penghargaan, penerimaan, dan pengertian orang lain terhadap dirinya. Berdasarkan teori-teori dan penelitian sebelumya mengarahkan Coopersmith (1967) untuk menyimpulkan 4 faktor utama yang memberi kontribusi pada perkembangan self esteem, yaitu:

1. Respectful, penerimaan, dan perlakukan yang diterima individu dari Significant Others.

(3)

9

karena itu orang tua merupakan Significant Others yang utama dalam perkembangan self esteem anak. Tetapi self esteem anak belum terbentuk sepenuhnya terbentuk dan masih dapat berubah. Setelah si anak masuk kepada masa tengah dan akhir, apalagi setelah memiliki lingkungan sosial (baik di sekolah maupun di masyarakat), pengaruh kelompok teman sebaya mulai menggantikan peran orang tua sebagai orang-orang yang berpengaruh terhadap self esteem anak. Pada masa-masa tersebut anak dituntut untuk mampu berkompetisi dan kompeten untuk mendapat penghargaan dari teman-teman yang akan mempengaruhi juga terhadap penilaian dirinya. Seseorang yang merasa dirinya dihormati, diterima dan diperlakukan dengan baik akan cenderung membentuk self esteem yang tinggi, dan sebaliknya seseorang yang diremehkan, ditolak dan diperlakukan buruk akan cenderung akan membentuk self esteem yang rendah.

2. Sejarah keberhasilan, status dan posisi yang pernah dicapai individu.

Keberhasilan, status dan posisi yang pernah dicapai individu tersebut akan membentuk suatu penilaian terhadap dirinya, berdasarkan dari penghargaan yang diterima dari orang lain. Status merupakan suatu perwujudan dari keberhasilan yang diindikasikan dengan pengakuan dan penerimaan dirinya oleh masyarakat.

3. Nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi.

(4)

10

sama untuk menilai keberhargaannya, namun akan berbeda dalam hal bagaimana mereka menilai pencapaian tujuan yang telah diraihnya.

4. Cara individu berespon evaluasi terhadap dirinya.

Individu dapat mengurangi, mengubah, atau menekan dengan kuat perlakuan yang merendahkan diri dari orang lain atau lingkungan, salah satunya adalah ketika individu mengalami kegagalan. Pemaknaan individu terhadap kegagalan tergantung pada caranya mengatasi situasi tersebut, tujuan, dan aspirasinya. Cara individu mengatasi kegagalan akan mencerminkan bagaimana ia mempertahankan harga dirinya dari perasaan tidak mampu, tidak berkuasa, tidak berarti, dan tidak bermoral. Individu yang dapat mengatasi kegagalan dan kekurangannya adalah dapat mempertahankan self esteemnya.

2.1.2 Komponen Self Esteem

Menurut Coopersmith (1967), ada empat komponen yang menjadi sumber dalam pembentukan Self esteem individu. Keempat komponen itu adalah keberhasilan (Successes), Nilai-nilai (value), Aspirasi-aspirasi (Aspirations), dan pendekatan dalam merespon penurunan penilaian terhadap diri (Defences).

1. Successes

Kata “keberhasilan” memiliki makna yang berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa

(5)

11

kesuksesan.Dalam satu setting social tertentu, mungkin lebih memaknakan keberhasilan dalam bentuk kekayaaan, kekuasaan, penghormatan, independen, dan kemandirian. Pada konteks social yang lain, lebih dikembangkan makna ketidakberhasilan dalam bentuk kemiskinan, ketidakberdayaan, penolakan, keterikatan pada suatu bentuk ikatan social dan ketergantungan. Hal ini tidak berarti bahwa individu dapat dengan mudahnya mengikuti nilai-nilai yang dikembangkan dimasyarakat mengenai keberhasilan, tetapi hendaknya dipahami bahwa masyarakat memiliki nilai-nilai tertentu mengenai apa yang dianggap berhasil atau gagal dan dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut oleh individu.

Terdapat empat tipe pengalaman berbeda yang mencoba mendefinisikan tentang keberhasilan.Setiap hal tersebut memberikan kreteria untuk mendefinisikan keberhasilan itu adalah area power, area Significance, area Competence dan area virtue. Berikut ini akan dijelaskan manifestasi keberhasilan dalam keempat area tersebut :

a. Keberhasilan dalam area Power

(6)

12 b. Keberhasilan dalam area Significance

Keberhasilan ini diukur oleh adanya penerimaan, perhatian, dan kasih sayang yang ditunjukkan oleh orang lain. Ekspresi dari penghargaan dan minat terhadap individu tersebut termasuk dalam pengertian penerimaan (acceptance) dan popularitas, yang merupakan kebalikan dari penolakan dan isolasi. Penerimaan ditandai dengan kehangatan, responsifitas, minat, dan menyukai individu apa adanya. Dampak utama dari masing-masing perlakuan dan kasih sayang tersebut adalah menumbuhkan perasaan berarti (tense of importance) dalam dirinya.Makin banyak orang menunjukkan kasih sayang, maka makin besar kemungkinan memiliki penilaian diri yang baik.

c. Keberhasilan dalam area Competence

(7)

13

bawaan (innate) yang membuatnya menguasai lingkungan tanpa tergantung pada penguatan atau hukuman dari faktor social.

d. Keberhasilan dalam area Virtue

Menurut Coopersmith (1967), keberhasilan ini ditandai oleh tingkah laku patuh pada kode etik, moral, dan prinsip-prinsip agama. Orang yang mematuhi kode etik dan agama dan kemudian menginternalisasikannya, menampilkan sikap diri yang positif dengan keberhasilan dalam pemenuhan terhadap tujuan-tujuan pengabdian terhadap nilai-nilai luhur.Perasaan berharga muncul diwarnai dengan sentiment-sentiment keadilan dan kejujuran, dan pemenuhan terhadap hal-hal yang bersifat spiritual.

(8)

14 2. Nilai-nilai (value)

Setiap individu berbeda dalam memberikan pemaknaan terhadap keberhasilan yang ingin dicapai dalam beberapa area pengalaman dan perbedaan-perbedaan ini merupakan fungsi dari nilai-nilai yang diinternalisasikan dari orang tua dan figur-figur signifikan lainnya dalam hidup. Faktor-faktor seperti penerimaan (acceptance) dan respek dari orang tua merupakan hal-hal yang dapat memperkuat penerimaan nilai-nilai dari orang tua tersebut. Hal ini juga mengungkapkan bahwa kondisi-kondisi yang mempengaruhi pembentukan self esteem akan berpengaruh pula dalam pembentukan nilai-nilai yang realistis dan stabil.

(9)

15 3. Aspirasi-aspirasi

(10)

16

memiliki keinginan sukses seperti individu dengan self esteem tinggi, tetapi dia tidak yakni kesuksesan tersebut akan terjadi pada dirinya. Sikap pesimis itu merupakan ekspresi antisipasi terhadap kegagalan, yang mana akan menurunkan motivasinya dan mungkin memberikan konstribusi terhadap kegagalannya.

Hubungan antara aspirasi dan harga diri juga mengungkapkan suatu hal yang menarik.Ada indikasi bahwa orang-orang yang pernah sukses merespon lebih realistis daripada mereka yang pernah gagal. Kita dapat menduga bahwa individu dengan self esteem rendah memiliki harapan (aspirasi) yang lebih rendah, tetapi jika mereka dapat mengantisipasi hal tersebut, maka sangat mungkin bagi individu untuk meningkatkan self esteemnya. Dengan demikian, kita dapat menuju pada asumsi bahwa terdapat jarak antara aspirasi dan performance pada individu dengan self esteem rendah dan bahwa jarak tersebut menghasilkan sesuatu yang negative.

4. Defenses

(11)

17

ketenangan diri, dan tingkah lakunya efektif. Individu dengan self esteem tinggi memiliki suatu bentuk mekanisme pertahanan diri tertentu yang memberikan individu tersebut kepercayaan diri pada penilaian dan kemampuan dirinya, serta meningkatkan perasaan mampu untuk menghadapi situasi yang menyulitkan.

Coopersmith, 1967, mengungkapkan bahwa proses penilaian diri muncul dan penilaian subjektif terhadap keberhasilan, yang dipengaruhi oleh nilai yang diletakkan pada berbagai area kapasitas dan tampilan, diukur dengan membandingkan antara tujuan dan standar pribadi, dan disaring melalui kemampuan untuk mempertahankan diri dalam menghadapi kegagalan. Melalui proses tersebut akhirnya individu sampai pada penilaian tentang kemampuan, keberartian, kesusesan, dan keberhargaan dirinya.

2.1.3 Pentingnya Harga Diri

Harga Diri penting sekali dalam kehidupan karena berkaitan dengan vitalitas kehidupan. Harga diri berkaitan dengan kualitas emosi, bagaimana seseorang merasakan akan menentukan tingkat kerentanan terhadap tekanan, baik dari dalam maupun dari luar. Individu yang memiliki perasaan negative terhadap dirinya akan mudah merasa terhina, merasa harus balas dendam, merasa ditekan dan sebagainya. Individu yang memiliki pemikiran positif terhadap dirinya sendiri, individu tersebut akan memiliki ketahanan tertentu terhadap stress dan mampu membangun hubungan dengan orang lain secara harmonis. Individu yang memiliki harga diri yang sehat juga akan lebih mudah untuk menjaga perasaan positif.

(12)

18 2.2Konseling Kelompok RET

2.2.1 Pengertian Konseling Kelompok RET

Terapi rasional-emotif menekankan restrukturisasi kognitif dan sangat bergantung pada sisi ditaktik dari proses terapi. RET di identikan dengan masalah emosional dan intelektual. Seperti banyak praktisi RET menggunakan teknik kelompok sebagai metode pilihan. Ellis pada tahun 1977 mengemukakan pandangannya bahwa RET menggunakan model kelompok dirasa lebih cepat, lebih mendalam, dan solusi yang baik dan cocok untuk semua kondisi manusia dari mulai masalah yang di sebabkan oleh masa kecil, dan gangguan-gangguan psikis abadi maupun kontemporer.

Untuk mencapai solusi tersebut anggota kelompok harus belajar memisahkan pemikiran rasional mereka dari pemikiran-pemikiran irrasional dan untuk mengerti asal gangguan emosi yang di alami dirinya. Anggota kelompok diajarkan berbagai carauntuk terbebas dari pemikiran irasionalnya sehingga mereka dapat berpikir lebih efektif sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Belajar cara untuk menyesuaikan diri untuk merespon segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dan tidak perlu untuk menyesali hidup yang dimilikinya. Anggota kelompok saling membantu satu sama lain dan saling memberikan support dalam proses ini.

2.2.2 Tujuan RET

(13)

19

menurunkannya. Pada intinya, anggotkelompok mempunyai pemikiran bahwa mereka mempunyai tanggungjawab pada reaksi emosionalnya sendiri, bahwa mereka dapat mengubah emosional negative mereka dengan mmemebrikan perhatian kepada dirinya sendiri dan dengan cara mengubah pemikiran dan penilaian mereka sehingga mereka bisa lebih realistis dalam menjalani kehidupannya dan tidak hanya fokus pada ketidak-berutungannya saja. Meskipun tujuan RET pada dasarnya sama antara individual dan kelompok, namun tetap ada perbedaan metode dan teknik yang spesifik antara keduanya.

2.2.3 Kelebihan RET dalam Kelompok

Lebih dari dua puluh tahun penelitian tentang RET dalam kelompok yang di konfirmasikan oleh Ellis yang mempercayai bahwa RET dengan metode kelompok efektif membantu individu membentuk pribadi yang kontruktif dan perubahan sikap yang positif. Berikut adalah keuntungan – kentungan RET dalam kelompok menurut Ellis (1977) :

1. Anggota kelompok dapat meningatkan satu sama lain untuk menerima kenyataan dan bekerjasama untuk berubah ke arah yang positif.

2. Anggota kelompok mendapat kesempatan untuk melakukan roleplay atau menantang dirinya untuk melakukan hal yang sebelumnya belum pernah dilakukannya.

3. Anggota kelompom dapat berkontribusi untuk memberikan saran, komentar , hipotesis dan penguatan untuk anggota kelompok lain dari point yang diberikan pemimpin kelompok. 4. Pemberian tugas rumah dapat digunakan untuk mengamati klien satu per satu sehingga dapat

terkontrol dnegan baik dan efektif.

(14)

20

6. Perubahan anggota kelompok dapat di observasi lewat perlakuan sehingga lebih jelas dan terukur.

7. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan evaluasi setiap pemberian tugas rumah dan akan dibahas bersama- sama pada saat treatment sehingga satu sma alain dapat belajar dari pengalaman anggota kelompok lain.

8. Dalam situasi kelompok semua anggota kelompok merasakan hal yang sama sehingga anggota kelompok tidak merasa terasing bahwa hanya dirinya yang mengalami permasalahan itu.

9. Respon yang diberikan oleh anggota kelompok lain dapat membuat klien merasa bahwa dirinya perlu berubah dan menambah kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain. 10.Ketika pendapat satu anggota kelompok kurang tepat, anggota kelompok lain dapat

menambahkan atau mengklarifikasi atau dapat dilakukan oleh pemimpin kelompok sehingga kesalahan yang dibuat dapat dibenarkan.

11.Dengan melihat anggota lain, klien dapat melihat treatment yang diberikan lebih efektif dengan adanya perubahan, lanhkah-langkah yang dapat merak ambil untuk membantu permasalahannya, dan menyadari bahwa kesuksesan treatment adalah hasil dari usaha yang keras dan konsisten.

12.Dalam kelompok, anggota kelompok mendapat kesempatan untuk mempertimbangkan langkah-langkah alternatif yang dapat diambil untuk memecahkan masalahnya.

13.Anggota kelompok dapat terbiasa untuk dapat mengambil resiko dan menyadari bahwa mereka hanya mmepunyai ketidakbetuntungan saja bukan kehancuran.

(15)

21

mengajar, belajar, berdiskusi, dam mempraktikan, yang dapat mendorong anggota kelompok untuk bertindak aktif selama treatment.Dalam situasi kelompok, semua anggota kelompok dapat terkontrol dan dapat merata kesemua tipe individu.

Konseling kelompok adalah layanan yang menggunakan dinamika kelompok dalam proses pemecahan masalah meliputi teknik-teknik konseling didalamnya. Tiap anggota dalam kelompok mengeksplorasi masalah-masalah yang ada pada dirinya dan mengkomunikasikan perasaannya secara terbuka kepada seluruh anggota kelompok.Tujuan menggunakan konseling kelompok agar konseli menggunakan kemampuan untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih baik dan konseling kelompok berusaha mengubah konseli dengan bantuan konselor yang professional.

2.2.4 Konseling Kelompok RET Pada Harga Diri

(16)

22

adalah metode quasi eksperimental dengan subjek sebanyak 9 siswa yang memiliki self esteem, 10 siswa kelompok eksperimen, dan 9 siswa kelompok kontrol siswa kelas X SMK Kotabumi.

2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan

(17)

23

eksperimental dengan subjek sebanyak 9 siswa yang memiliki self esteem, 10 siswa kelompok eksperimen, dan 9 siswa kelompok kontrol siswa kelas X SMK Kotabumi.

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Konseling kelompok RET dapat secara signifikan meningkatkan self esteem anak Panti

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Avilio dan Gardner (2005) kepemimpinan autentik adalah suatu proses kepemimpinan yang terbentuk dari adanya psikologis positif yang dimiliki individu untuk kemajuan

Staphylococcus merupakan salah satu penyakit yang umum pada unggas dan mempunyai dampak ekonomik yang penting terhadap gangguan pertumbuhan, produksi telur yang

Saran yang dapat diberikan atas simpulan di atas adalah: Perlunya sosialisasi pendidikan anti korupsi bagi guru SD N di Kecamatan Gunungpati, perlunya pengadaan

Berbedadebgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, padakromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform)

Hasil hipotesis diketahui bahwa harga dan layanan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap niat menggunakan ulang jasa Hotel Imperial di Kendari. Kata Kunci: Harga,

Livia sama Vita gak mau mbagikan Jennifer sama Ivy... You cannot solve it

Pada penelitian ini, penulis membuat system pengenalan wajah menggunakan metode Local Binary Pattern dan dikombinasikan dengan Principal Component Analysis

Melihat fenomena yang terjadi dalam praktek sewa tanah pertanian atau tanah pekarangan yang digunakan untuk membuat batu bata tersebut, penulis tertarik untuk