• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSEP DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSEP DI"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSEP DIRI PADA

LESBIAN BUTCH

SKRIPSI

THERESIA OKI MEGA NOVENA

07.40.0062

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(2)

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSEP DIRI PADA

BUTCH

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

THERESIA OKI MEGA NOVENA

07.40.0062

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2011

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima untuk Memenuhi

Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal 18 Mei 2011

Mengesahkan Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Dekan,

(Dr. Kristiana Haryati, M.Si) Dewan Penguji

1. Drs. D.P. Budi Susetyo, M.Si __________________

(4)

iv

3. Drs. George Hardjanta, M.Si __________________

Mengenal diri sendiri membuat

kita berlutut dengan rendah hati

_Mother Theresa_

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebuah karya yang berasal dari mimpi, cita-cita dan kerja keras

kupersembahkan untuk:

Bapak dan Ibu

Sebagai perwujudan

Rasa sayang,bakti dan ungkapan terimakasih

Keluarga besar

(6)

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan YME atas atas anugerah

dan berkat –Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan karya

ilmiah ini yang berjudul “Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri pada Lesbian”. Terselesaikannya dalam pembuatan ini tidak luput dari banyak pihak yang sudah turut membantu, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Kristiana Haryanti, MSi, selaku dekan fakultas Psikologi Unika

Soegijapranata

2. Bapak Drs. George Hardjanta, MSi, selaku dosen pembimbing yang

dengan sabar meluangkan waktu untuk membimbing, mendampingi

penulis dan terus mendukung penelitian ini.

3. Ibu Esthi Rahayu , S.Psi, MSi, selaku dosen wali yang telah

memberikan bimbingan serta pengarahan selama perkuliahan.

4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang atas bimbingan, inspirasi dan ilmu yang diberikan selama

penulis menjadi mahasiswa.

5. Mbak-mbak dan Mas Tata Usaha yang telah membantu penulis selama

berkuliah di Fakultas Psikologi.

6. Bagi ketiga subyek yang bersedia berbagi kisah dan selalu membantu

peneliti dalam penyelesaian karya ini

7. Buat Bapak dan ibu yang selalu menyemangati penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini, serta kesabaran menghadapi perilaku

(7)

vii

penulis yang terkadang kurang berkenan. Semoga dengan penyelesaian

skripsi ini, dapat membuat Bapak dan ibu bangga.

8. Ireneus Eki Nugroho dan Dominicus Angki Prabowo, terimakasih telah

memberikan warna pada hidup penulis. Semoga kalian dapat segera

melanjutkan mimpi penulis mewujudkan mimpi Bapak dan Ibu.

9. Keluarga besar Mbah Hadi Misman serta Keluarga besar Eyang Suroto

yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan

penelitian ini dan terimakasih untuk semangat yang selalu diberikan

kepada penulis.

10.Yohanes Firmansyah Catur Arya yang pernah memberikan semangat,

dukungan dan juga warna pada hidup penulis. Terimakasih untuk

semuanya.

11.Mahardika Candra dan Laurentia Wahyu yang selalu menjadi motivator

hebat bagi penulis dalam setiap kemalasan penulis. Terimakasih untuk

kecrigisannya, dan bentakan-bentakan kecil yang membuat penulis

bangkit dan dapat menyelesaikan penelitian ini.

12.Linda Novalia Dewi, Paula Caecilia, Ria Stefani, Anne Margaretha,

Novi Rahmawati, Irene Mutia, Rangga Liapputra, Indra Dwi Purnomo,

Aresa Miga, Maria Pitasari, Samuel Budi Krisnawan dan Dian Mustika

terimakasih untuk kebersamaan dan saling curhatnya yang telah

memberi kesan tersendiri dihati penulis. Makasih ya.

13.Dian Suraya, Theresia Epifanie dan Antonita Ardian terimakasih atas

dukungan yang diberikan walaupun jarak memisahkan tetapi

(8)

viii

14.Teman-teman “Mawutz famz” (Oma Ria, Opa Heri, Paok, Dani, Wekz,

Joe dan Rangga) terimakasih ya atas kebersamaannya, persahabatan

dan dukungannya. Kapan ni bisa main bareng lagi?

15.Teman-teman KKU (Rika, Vina dan Andre) yang trelah menjadi

keluarga baru bagi penulis selama KKU. Terimakasih atas persahabatan

yang kalian berikan.

16.Teman-teman Peer Educator (Shinta, Ria, Myrna, Natal, Endah, Vida,

Cik Cintya, Lala, Firman, Defry dan Rangga) terimakasih telah

mengajarkan banyak hal kepada pennulis selama berproses didalamnya.

17.Teman-teman TSC (Defry, Mizz Winna, Mizz Bella, Mizz Ayu, Mizz

Dita, Sammy) terimakasih untuk bantuan dan kerjasama yang indah

selama penulis mengajar dan terimakasih atas dukungan, semangatnya

selama proses penyelesaian penelitian ini.

18.Teman-teman FakultasPsikologi kakak angkatan dan adik angkatan

khususnya angkatan 2007 kelas B, terimakasih telah menjadi

“keluarga” yang luar biasa bagi penulis.

19.Semua teman dan pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

yang telah membantu selama proses penyelesaian Skripsi.

Penulis berharap, karya ini dapat memberikan pengetahuan dan

inspirasi bagi pembacanya.

Semarang, Mei 2011

Penulis

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...………... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

MOTTO... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI...………... viii

DAFTAR GAMBAR (BAGAN)……….………... xi

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

BAB I : PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Tujuan Penelitian………. 8

C. Manfaat Penelitian………... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……….... 9

A. Konsep Diri..……….... 9

1. Pengertian Konsep Diri…..……….... 9

2. Faktor - faktor Konsep Diri ………..………... 10

3. Aspek –aspek Konsep Diri……….... 16

B. Lesbian ………... 18

1. Pengertian Lesbian……….. 18

2. Jenis-jenis Lesbian……….. 19

3. Faktor-faktor Penyebab Lesbian……… 21

C. Konsep Diri Pada Lesbian…………..………... 22

BAB III : METODE PENELITIAN……….. 28

(10)

x

B. Subjek Penelitian………….……….. 29

C. Metode Pengambilan Data……… 30

1. Observasi………. 30

2. Wawancara……….. 31

D. Teknik Analisis Data……..……….. 32

E. Uji Keabsahan Data ………..…………... 33

BAB IV : LAPORAN PENELITIAN……….….. 36

A. Orientasi Kancah Penelitian………….……… 36

B. Persiapan Penelitian……..………... 36

C. Pelaksanaan Penelitian……….…..……….. 38

D. Hasil Pengumpulan data………... 39

1. Kasus Subjek Pertama………. 39

a) Identitas……….. 39

b) Hasil Observasi……….. 40

c) Hasil Wawancara………... 41

d) Analisa Kasus……… 52

2. Kasus Subjek Kedua………... 59

a) Identitas………... 59

b) Hasil Observasi………... 60

c) Hasil Wawancara………... 61

d) Analisa Kasus……… 67

3. Kasus Subjek Ketiga………... 74

a) Identitas………... 74

b) Hasil Observasi………... 74

c) Hasil Wawancara……….... 75

(11)

xi

d) Analisa Kasus……… 81

BAB V : HASIL PENELITIAN……….……….. 89

A. Rangkuman Faktor-faktor yang Memengeruhi Konsep Diri pada Lesbian…..…..………... 89

B. Pembahasan………... 92

BAB VI : PENUTUP……….………... 103

A. Kesimpulan………... 103

B. Saran………... 104

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Bagan Faktor yang Memengaruhi Konsep Diri pada Lesbian…27 Gambar 2: Bagan Faktor yang Memengaruhi Konsep Diri Subyek 1..……59 Gambar 3: Bagan Faktor yang Memengaruhi Konsep Diri Subyek 2…..…74 Gambar 4: Bagan Faktor yang Memengaruhi Konsep Diri Subyek 3…..…89 Gambar 5: Bagan Kesimpulan Faktor yang Memengaruhi Konsep Diri pada

Ketiga Subjek...103

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

Pedoman Observasi………. 108 Lampiran B

Lampiran Pedoman Wawancara………. 109 Lampiran C

Lampiran Verbatim Subyek 1……….………… 111 Lampiran D

Lampiran Verbatim Subyek 2……….………… 119 Lampiran E

Lampiran Verbatim Subyek 3……….………… 125 Lampiran F

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Jenis kelamin sangat berpengaruh dalam timbulnya daya tarik,

seperti adanya daya tarik pada sesama jenis. Beberapa orang

mengatakan bahwa timbulnya daya tarik ini menunjukkan bahwa

seseorang adalah homoseksual. Dalam masyarakat dikenal ada dua

macam bentuk homoseksual, yaitu gay yang artinya lelaki yang menyukai sesama jenisnya dan juga lesbian yaitu wanita yang menyukai

sesama jenisnya.

Idealnya seorang lelaki akan berpasangan dan jatuh cinta pada

seorang wanita begitu pula sebaliknya wanita idealnya berpasangan dan

jatuh cinta pada seorang lelaki. Seperti sebuah keluarga terdiri dari

seorang ayah yang berjenis kelamin lelaki dan seorang ibu yang berjenis

kelamin wanita dan memainkan perannya sesuai dengan jenis

kelaminnya.

Orang-orang yang terluka dan marah, dan yang merasa tidak

aman dan tidak layak menjadi pria atau wanita, mulai melihat aktivitas

homoseksual sebagai sarana untuk mencari kelegaan, mempertahankan

rasa aman, dan membalas dendam. Awalnya memang jarang demikian,

tetapi ketika mereka merasakan apa yang ditawarkan oleh

homoseksualitas mereka langsung terjerat. Ketika mereka mulai

mengejar lebih banyak dari apa yang membuat mereka tersandung,

mereka mulai percaya bahwa apa yang disediakan oleh homoseksual itu

(15)

penting dan layak untuk didapat (Olson, 1996, h.30).

Berdasarkan pengalaman peneliti, awal mula peneliti tertarik

pada tema lesbian yaitu ketika peneliti memiliki teman-teman lesbian di

SMA. Untuk pertama kali peneliti mengetahui teman-temannya adalah

seorang lesbian, peneliti tidak terganggu karena peneliti belum

mengetahui tentang lesbian itu seperti apa. Seiring berjalannya waktu

teman-teman peneliti yang heteroseksual mulai memperingatkan peneliti

untuk tidak berteman dengan seorang lesbian, karena menurut mereka

lesbian itu dapat menular. Meskipun mendapatkan peringatan dari

teman-teman heteroseksualnya, peneliti justru semakin dekat dengan

teman-teman yang lesbian dan dari situlah peneliti tertarik dan ingin

mengetahui lebih banyak apa itu lesbian dan apakah pandangan orang

lain terhadap mereka para lesbian yahg sebagian besar menilai negatif

akan berdampak pada konsep dirinya.

Rogers (dalam Zebua,2007, h.76) mengungkapkan bahwa konsep

diri mencerminkan persepsi seseorang terhadap dirinya secara

keseluruhan. Selanjutnya, Adler dan Rodman (dalam Apolo,2007, h.19)

menyatakan bahwa konsep diri merupakan suatu persepsi seseorang

yang mendalam dan relatif tetap terhadap dirinya sendiri yang khas atau

berbeda dengan orang lain. Menurut Verdeber (dalam Sobur, 2009,

h.518), semakin besar pengalaman positif yang diperoleh atau dimiliki

seseorang, maka semakin positif konsep dirinya sebaliknya, semakin

besar pengalaman negatif yang diperoleh atau yang dimiliki seseorang,

(16)

3

Sama halnya yang dialami oleh A, seorang lesbian yang melihat

dirinya sebagai seorang yang cacat walaupun kondisi fisiknya baik-baik

saja. Dia melihat dirinya sangat buruk karena orientasi seksualnya yang

ditentang oleh keluarganya, terlebih karena membuat A memiliki

hubungan yang buruk dengan keluarganya. Ibunya yang sangat terkejut

mendapati anaknya menjadi seorang lesbian berusaha keras untuk

menjodohkan A dengan lelaki. Hal ini membuat A merasa bersalah pada

ibunya tetapi juga merasa marah kenapa ibunya tidak berusaha

menerima A apa adanya tetapi memaksakan kehendaknya dengan alasan

untuk kebaikannya. Selain itu penampilan diri A yang menyerupai lelaki

membuat A merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada

menambah daya tarik fisiknya yang membuatnya berbeda justru yang

tertarik padanya adalah seorang wanita bukan lelaki, begitu pula dengan

penampilan dirinya yang menyerupai lelaki membuat A merasa lebih

nyaman dan lebih pantas menjadi lelaki dan hal inilah yang membuat A

tidak bisa menerima dirinya sebagai perempuan, dia selalu menyalahkan

kenapa harus terlahir sebagai perempuan. Tidak adanya dukungam

sosial yang berasal dari orang-orang terdekatnya seperti orang tuanya,

saudara-saudaranya, teman-temannya sangat berpengaruh pada

kepribadian A yang kemudian mempengaruhi konsep dirinya.

Dukungan sosial yang tidak pernah dia peroleh membuatnya menjadi

pribadi yang tertutup. Kini A menjadi menutup relasinya dengan wanita

lain yang ingin menjadi pasangannya dan bertekad untuk tidak akan

berelasi dengan siapapun walaupun tetap menjadi sorang lesbian.

(17)

Pada artikel yang ditulis dalam majalah Bhinneka bahwa

organisasi gay dan lesbian se-Asia menggelar konferesi di Surabaya pada 26 hingga 28 Maret 2010. Kegiatan yang baru pertama kali digelar

di Indonesia ini diikuti sedikitnya 200 peserta dari belasan negara di

Asia dan didatangi peserta tamu dari benua lain. Kegiatan ini ternyata

menuai banyak penolakan, seperti yang dilakukan oleh FUI (Forum

Umat Islam) yamg merupakan gabungan dari MUI (Majelis Ulama

Indonesia), HTI, FPI Jawa Timur (Front Pembela Islam) dan juga dari

Formabes (Forum Madura Bersatu). Mereka malakukan unjuk rasa

untuk membatalkan konferensi tersebut dan melakukan sweeping di kamar-kamar hotel Oval untuk mengusir para peserta konferensi

tersebut. Tindakan ini membuat para peserta panik dan tidak berani

melakukan aktivitas di dalam hotel. Selain itu kantor ILGA yang ada di

Surabaya juga di gembok dengan tujuan agar ILGA tidak dapat

melanjutkan aktivitasnya bahkan di pintu kantor ILGA terdapat tulisan

ILGA najis.

Dari berbagai contoh kasus diatas menunjukan bahwa penolakan

yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan agama sangat

berpengaruh pada konsep diri seseorang. Dengan adanya penolakan

membuat konsep diri seseorang menjadi buruk. Individu tersebut

menjadi seorang yang kurang percaya diri, tertutup, dan tidak dapat

menerima dirinya. Kasus seperti ini sudah banyak ditemukan di dalam

masyarakat. Dalam hukum yang berlaku di Indonesia hubungan wanita

dengan wanita atau yang disebut dengan lesbian, sangat ditentang. Tidak

(18)

5

antara wanita dengan wanita. Seperti halnya dalam hukum agama pun

hubungan antar wanita ini sangat ditentang dan ada juga yang

mengatakan najis sehingga banyak para lesbian yang memiliki konsep

diri yang buruk seperti lebih mudah putus asa dan tidak percaya diri.

Tekanan dari berbagai pihak bagi lesbian menimbulkan dinamika

tertentu pada seorang lesbian. Serangkaian pengalaman negatif ini

menyebabkan konsep diri yang negatif pula. Konsep diri yang negatif

menyebabkan seorang individu tidak percaya diri, harga diri rendah,

tidak dapat menerima dirinya sendiri dan sulit menyesuaikan diri

Padahal, setiap individu pada dasarnya memerlukan konsep diri yang

positif. Konsep diri yang positif membuat individu lebih percaya diri,

terbuka terhadap pengalaman dan hal-hal positif lainnya.

Walaupun banyak ditentang oleh masyarakat dan mungkin

keluarga tetapi fenomena ini semakin merajalela. Para kaum lesbian

semakin berani menampilkan perilakunya ini dan tidak hanya itu saja,

mereka juga banyak yang sudah hidup bersama dalam satu atap. Semua

penolakan ini sebenarnya hanya salah satu dari sekian aspek yang akan

memepengaruhi konsep diri pada diri lesbian. Jika penolakan terjadi

secara terus menerus maka konsep diri yang ada pada lesbian akan

menjadi buruk.

Hurlock(1980, h.173) mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi konsep diri pada akhir masa kanak-kanak yaitu terdiri

dari kondisi fisik, bentuk tubuh, nama dan julukan, status sosial

ekonomi, lingkungan sekolah, dukungan sosial, keberhasilan dan

kegagalan, peran seks, dan inteligensi sedangkan faktor-faktor yang

(19)

mempengaruhi konsep diri pada remaja yaitu usia kematangan,

penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga,

teman-teman sebaya, kreativitas dan cita-cita. Menurut teori yang

dikemukakan oleh Hurlock, jika ada faktor yang tidak dapat diterima

oleh individu ataupun berpengaruh buruk pada diri subjek maka akan

berpengaruh buruk pada konsep dirinya.

William Brooks (dalam Sobur, 2009, h.518) mengatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang ada empat

yaitu, self appraisal - viewing self as an object , reaction and response

of others, roles you play - role taking, dan reference groups. Empat factor ini juga sangat berpengaruh pada konsep diri seseorang. Apabila

pengaruhnya positif maka konsep dirinya akan positif juga, tetapi jika

yang terjadi sebaliknya maka konsep dirinya akan negatif.

Manusia tidak berubah hanya karena mendapat wawasan lebih

banyak mengenai bagaimana ketertarikan pada sesama jenis

berkembang, tetapi pemahaman yang lebih dalam dapat menjadi

langkah awal yang penting. Pemahaman inilah yang merupakan dasar

dari konsep diri seseorang, terlebih bagi seorang lesbian, namun

terkadang banyak dijumpai lesbian yang memiliki konsep diri yang

negatif mungkin mereka menjadi seorang yang tidak percaya diri, sulit

percaya dengan orang lain, tertutup, dan mungkin yang lebih parahnya

lagi mereka akan mengalami stres atau depresi. Dampaknya yang akan

terjadi pada lesbian adalah mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri

dengan lingkungannya, dijauhi oleh teman-temannya yang

(20)

7

merupakan sesuatu hal yang dilarang oleh agama. Dari semua dampak

tersebut mungkin para lesbian akan mencari pelampiasan agar

mendapatkan penerimaan seperti memiliki kelompok eksklusif,

membatasi pergaulannya, mudah terjerat dengan obat-obatan terlarang,

merokok dan minum minuman keras, seperti hasil observasi peneliti di

komunitas lesbian tertentu. Apabila konsep diri ini masih terus ada pada

diri seorang lesbian maka akan membahayakan dirinya, karena selain

kesehatan fisik mereka terganggu, kesehatan psikis mereka pun akan

terguncang.

Dalam menjalani kehidupan, konsep diri sangat diperlukan dan

memegang peran penting misalnya jika individu dapat menerima dirinya

sendiri maka individu tersebut dapat mengenali apa yang menjadi

kompetensinya dan dapat mengembangkan kompetensi yang ada dalam

dirinya sehingga individu tersebut menjadi seorang yang percaya diri,

dan optimis dalam melihat suatu peluang dalam hidupnya namun jika

sebaliknya maka individu tersebut akan menjadi seorang yang tidak

percaya diri, tidak ingin berkembang dan menutup dirinya dari

lingkungan sekitarnya. Konsep diri seorang lesbian akan buruk atau baik

tergantung pada bagaimana lesbian tersebut menanggapi peristiwa – peristiwa yang mereka alami. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui

faktor-faktor apakah yang memengaruhi konsep diri pada seorang

lesbian?

(21)

B. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri

pada lesbian butch.

C. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat berguna untuk pengembangan ilmu dalam

Psikologi Perkembangan dan Psikologi Klinis.

2. Manfaat praktis

(22)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DIRI

1. Pengertian Konsep Diri

Menurut Burns (dalam Pudjijogyanti,1985,h.2) konsep diri

adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri sendiri.

Senada dengan pendapat Yatim dan Irwanto (1986, h.25) juga

mengemukakan bahwa konsep diri merupakan sikap, pandangan atau

keyakinan individu terhadap keseluruhan dirinya. Chaplin (1997,

h.450) mengatakan bahwa konsep diri adalah evaluasi individu

mengenai dirinya sendiri. Selanjutnya Hartanti dan Dwijanti (1997,

h. 145) konsep diri merupakan suatu komposisi yang bersifat unik

yang terdiri dari persepsi, gagasan, perasaan dan sikap yang dimiliki

seseorang tentang dirinya sebagai hasil evaluasi dari penilaian yang

dimiliki oleh dirinya sendiri sebagai objek.

Selain beberapa teori diatas ada beberapa tokoh yang

memiliki pengertian tentang konsep diri dalam dimensi yang

berbeda, menurut Cawagas (dalam Pudjijogjayanti,1985,h.2) konsep

diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya,

karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya,

kepandaiannya, kegagalannya dan lain sebagainya, Calhoun (dalam

Anastasia, 2004, h.136) berpendapat bahwa konsep diri merupakan

pandangan diri terhadap diri sendiri atau potret mental meliputi

pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan dan penilaian diri.

(23)

Sependapat dengan itu Brooks (dalam Rakhmat, 2003, h.125),

mengatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi mengenai diri

individu sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis

yang diperoleh melalui pengalaman individu dengan orang lain.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep

diri merupakan gambaran diri atau refleksi diri dari penilaian diri

sendiri mengenai fisik, karakteristik kepribadian individu,

kelemahan, kakuatan dari hasil pengalaman diri sendiri.

2. Faktor-faktor Konsep diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada masa

akhir kanak-kanak, adalah sebagai berikut (Hurlock, 1980, h. 173):

a. Kondisi fisik

Kesehatan yang buruk dan cacat-cacat fisik menghalangi anak

untuk bermain dengan teman-teman dan menyebabkan anak

merasa rendah diri dan terbelakang

b. Bentuk tubuh

Anak yang terlalu gemuk atau terlalu kecil menurut usianya tidak

mampu mengikuti teman-temannya sehingga mengakibatkan

perasaan rendah diri

c. Nama dan julukan

Nama yang mengakibatkan cemoohan atau yang menggambarkan

status kelompok minoritas, dapat mengakibatkan perasaan rendah

diri. Julukan yang diambil dari kelucuan fisik atau sifat

(24)

11

d. Status sosial ekonomi

Kalau anak merasa bahwa ia memiliki rumah yang lebih baik,

pakaian yang lebih bagus, dan alat-alat bermain yang lebih baik

daripada apa yang dimiliki teman-teman sebayanya, ia akan

merasa lebih tinggi. Sebaliknya kalau anak merasa bahwa status

sosial ekonominya lebih rendah daripada teman-teman

sebayanya, ia cenderung merasa rendah diri

e. Lingkungan sekolah

Penyesuaian diri yang baik didukung oleh guru yang kompeten

dan penuh pengertian. Sedangkan guru yang menerapkan disiplin

yang dianggap tidak adil oleh anak atau yang menentang anak

akan memberi pengaruh yang berbeda

f. Dukungan sosial

Dukungan atau kurangnya dukungan dari teman-teman

memengaruhi kepribadian anak melalui konsep diri yang

terbentuk. Yang paling terpengaruh adalah anak yang sangat

popular dan anak yang terkucil

g. Keberhasilan dan kegagalan

Berhasil menyelesaikan tugas-tugas memberikan rasa percaya

diri dan menerima diri sendiri, sedangkan kegagalan

menyebabkan timbulnya perasaan kurang mampu. Semakin hebat

kegiatannya, seakin besar pengaruh keberhasilan atau kegagalan

terhadap konsep diri. Kegagalan yang berulang-ulang

menimbulkan akibat yang merusak pada kepribadian anak

(25)

h. Peran Seks

Anak perempuan menyadari bahwa peran seks yang harus

dijalankan lebih rendah daripada peran anak laki-laki, dan

kesadaran ini menyebabkan menurunnya penilaian diri. Anak

menerima penilaian masyarakat terhadap perannya sebagai

sesuatu yang lebih rendah sehingga anak menilai dirinya kurang

i. Inteligensi

Inteligensi yang sangat berbeda dari yang normal akan

memberikan pengaruh buruk kepada kepribadian. Anak yang

inteligensinya kurang dari rata-rata merasakan kekurangannya

dan merasakan adanya sikap yang menolak dari kelompok.

Akibatnya anak menjadi malu, tertutup dan acuh tak acuh, atau

anak menjadi agresif terhadap teman-teman yang menolak

dirinya. Anak dengan tingkat kecerdasan yang sangat tinggi juga

cenderung mempunyai konsep diri yang buruk. Ini sebagian

karena orang tua mengharap terlalu banyak dari anak sehingga ia

merasa gagal, dan sebagian lagi karena sikap teman-teman yang

kurang baik karena ia seringkali menjadi sombong dan kurang

sabar terhadap teman-teman yang kurang pandai.

Kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri pada masa

remaja menurut Hurlock (1980, h. 235) adalah sebagai berikut:

a. Usia kematangan

Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang

yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang

(26)

13

Remaja yang matang terlambat, yang diperlakukan seperti

anak-anak, merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik sehingga

cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri

b. Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah

diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik.

Tiap cacat fisik merupakan sumber daya memalukan yang

mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik

menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri

kepribadian dan menambah dukungan sosial

c. Kepatutan seks

Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan perilaku

membantu remaja mencapai konsep diri yang baik.

Ketidakpatutan seks membuat remaja sadar diri dan hal ini

memberi akibat buruk pada perilakunya

d. Nama dan julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok

menilai namanya buruk atau bila memberi nama julukan yang

bernada cemoohan

e. Hubungan keluarga

Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan

seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan

orang ini dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.

Bila tokoh ini sesama jenis, remaja akan tertolong untuk

mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya

(27)

f. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja

dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan

cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang

dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk

mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok

g. Kreativitas

Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam

bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan

perasaan idividualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang

baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal

masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah

diakui akan kurang mempunyai perasaan identitas dan

individualitas

h. Cita-cita

Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, ia akan

mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak

mampu dan reaksi-reaksi bertahan di mana ia menyalahkan orang

lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang

kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan daripada

kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan

kepuasaan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri

(28)

15

Menurut William Brooks (dalam Sobur, 2009, h. 518-522)

menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi perkembangan

konsep diri seseorang, yaitu:

a. Self appraisal – viewing self as an object

Istilah ini menunjukan suatu pandangan, yang menjadikan diri

sendiri sebagai objek dalam komunikasi atau dengan kata lain

adalah kesan individu terhadap dirinya sendiri.

Menurut Verderber, semakin besar pengalaman positif yang

diperoleh atau dimiliki, semakin positif konsep dirinya.

Sebaliknya, semakin besar pengalaman negatif yang diperoleh

atau dimiliki, semakin negatif konsep dirinya.

b. Reaction and response of others

Konsep diri dipengaruhi oleh reaksi serta respons orang lain

terhadap diri individu, misalnya dala berbagai perbincangan

masalah sosial. Menurut Brooks “self concept is the direct result

of how significant others react to the individual”. Jadi, self concept atau konsep diri adalah hasil langsung dari cara orang lain bereaksi secara berrati kepada individu.

c. Roles you play – role taking

Peran merupakan seperangkat patokan, yang membatasi perilaku

yang harus dilakukan oleh seseorang, yang menduduki suatu

posisi. Dalam hubungan pengaruh peran terhadap konsep diri,

adanya aspek peran yang dimainkan sedikit banyak akan

mempengaruhi konsep dirinya.

(29)

d. Reference groups

yang dimaksud dengan reference groups atau kelompok rujukan adalah kelompok dimana seorang individu menjadi anggota

didalamnya. Jika seorang individu tersebut menganggap

kelompok itu penting, dalam arti kelompok tersebut dapat

menilai dan bereaksi pada individu tersebut, hal ini akan

berpengaruh pada konsep dirinya. Menurut William Brooks,

research shows that how we evaluate ourselves is in part a function of how we are evaluated by reference groups”. Jadi,

penelitian menunjukan bahwa cara individu menilai dirinya

merupakan bagian dari bagaimana individu tersebut di evaluasi

oleh kelompok rujukan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang memengaruhi konsep diri adalah bagaimana individu menilai

dirinya sendiri yang meliputi kondisi fisik, bentuk tubuh, penampilan

diri, hubungan dengan keluarga, inteligensi, kreativitas dan cita-cita.

Kemudian penilaian dari orang lain yang meliputu nama dan julukan,

lingkungan sekolah, dukungan sekolah, status sosial ekonomi,

keberhasilan dan kegagalan. Kemudian peran sosial yang dimainkan

meliputi peran seks, kepatutan seks dan usia kematangan. Yang

terakhir kelompok rujukan yang meliputi teman-teman sebaya.

3. Aspek-aspek Konsep Diri

Pudjijogyanti (1985, h. 3) memberi penjelasan bahwa konsep

(30)

17

a. Aspek kognitif

Pengetahuan individu mengenai keadaan dirinya, yang disebut

gambaran diri tersebut akan membentuk citra diri (self image)

b. Aspek afektif

Merupakan penilaian individu tentang dirinya. Penilaian tersebut

akan membentuk penerimaan terhadap diri (self acceptance),

serta harga diri (self esteem) individu.

Hardy dan Heyes (1988, h.136) mengatakan bahwa konsep

diri terdiri dari dua aspek, yaitu : aspek citra diri dan aspek harga

diri, yang meliputi suatu penilaian, suatu perkiraan, mengenai pantas

diri.

Berzonsky (1981, hal. 375) mengemukakan beberapa aspek

konsep diri yaitu:

a. Aspek fisik

Penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya,

serta bersifat fisik

b. Aspek psikis

Meliputi pemikiran, perasaan, dan sikap individu terhadap

dirinya

c. Aspek sosial

Bagaimana peranan sosial yang diperankan oleh individu dan

penilaian individu terhadap peran tersebut

d. Aspek moral

Meliputi nilai-nilai dan prinsip yang memberikan arti dan arah

dalam kehidupan.

(31)

Menurut Rakhmat (2003, h.126), konsep diri meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

a. Ideal self yaitu pengertian seseorang mengenai bagaimana seharusnya atau keinginan seseorang terhadap dirinya.

b. Social self yaitu pengertian seseorang yang berhubungan dengan pikiran mengenai dirinya dalam berhubungan dengan orang lain.

c. Real self yaitu pengertian seseorang tentang bagaimana dirinya yang sebenarnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

aspek-aspek konsep diri mencakup aspek-aspek kognitif yang membentuk citra

diri dan aspek afektif yang membentuk harga diri.

B. LESBIAN

1. Pengertian Lesbian

Lesbian dari kata Lesbos = pulau ditengah lautan Egeis yang

pada zaman kuna dihuni oleh para wanita. Homoseksualitas di

kalangan wanita disebut cinta lesbis atau lesbianisme (Kartono, 1989, h.249). Sama seperti yang disampaikan oleh Supratiknya

(1995, h.94) lesbian adalah perilaku seksual yang yang ditujukan

pada pasangan sejenis.

Lain halnya dengan yang dikatakan oleh Martin dan Lyon (

dalam Crooks, 1983, h.291) lesbian adalah sebutan bagi seseorang

yang tampilan erotik, psikologis, emosional dan minat sosialnya

pada sesama jenis, meskipun kadang tidak terlihat. Lesbian adalah

(32)

19

justru terhadap jenis kelamin yang sama (Sadarjoen, 2005, h.41).

Sama seperti yang ditulis dalam buku karangan Nevid (2005, h.73).

lesbian adalah orientasi seksual yang ditandai oleh adanya minat

erotis terhadap, dan pembangunan hubungan romantik dengan,

individu dari gendernya sendiri.

Dari beberepa teori diatas dapat disimpulkan bahwa lesbian

adalah seseorang yang memiliki ketertarikan kepada sesama jenisnya

yaitu wanita.

2. Jenis-jenis Lesbian

Coleman, Butcher dan Carson (dalam Supratiknya, 1995,

h.94-95) menggolongkan lesbian ke dalam beberapa jenis:

a. Lesbian tulen

Jenis ini memenuhi gambaran stereotipik popular tentang

perempuan yang kelelaki-lakian, ataupun sebaliknya lelaki

keperempuan-perempuanan. Sering termasuk juga kaum

transvestile atau TV, yakni orang-orang yang suka mengenakan pakaian dan berperilaku seperti lawan jenisnya.

b. Lesbian malu-malu

Kaum wanita yang suka mendatangi WC-WC umum atau

tempat-tempat mandi uap terdorong oleh hasrat homoseksualitas

mereka namun tidak mampu dan tidak berani menjalin hubungan

personal yang cukup intim dengan orang lain untuk

mempraktikan homoseksualitasnya

(33)

c. Lesbian tersembunyi

Kelompok ini biasanya berasal dari kelas menengah dan

memiliki status sosial yang mereka rasa perlu dilindungi dengan

cara menyembunyikan homoseksual mereka. Homoseksualitas

mereka biasanya hanya diketahui oleh sahabat-sahabat karib,

kekasih mereka, atau orang lain tertentu yang jumlahnya sangat

terbatas

d. Lesbian situasional

Terdapat aneka jenis situasi yang dapat mendorong orang

mempraktekan homoseksualitas tanpa disertai komitmen yang

mendalam

e. Biseksual

Orang-orang yang mempraktekkan homoseksual dan

heteroseksual sekaligus

f. Lesbian mapan

Sebagian besar kaum lesbian menerima homoseksualitas mereka,

memenuhi aneka peran kemasyarakatan secara bertanggung

jawab, dan mengikatkan diri dengan komunitas lesbian setempat.

Secara keseluruhan, kaum lesbian tidak menunjukan gejala

gangguan kepribadian yang lebih dibandingkan kaum

heteroseksual. Ada kecenderungan bahwa kaum lesbian lebih

mengutamakan kualitas hubungan mereka, bukan pada

aspek-aspek seksualnya, sedangkan kaum homoseksual lelaki

cenderung mengutamakan aspek-aspek seksual dalam hubungan

(34)

21

Terdapat berbagai macam istilah yang digunakan untuk

menyebut kelompok-kelompok lesbian (Moser,2000,h.124), yaitu:

a. High Femme atau lipstick lesbian, adalah wanita yang tampak feminim secara stereotip (gincu, riasan, sepatu tumit tinggi,

pakaian berjumbai, dan lain-lain)

b. Femme, wanita yang memiliki penampilan feminim

c. Soft butch, wanita yang berpenampilan lebih tidak jelas dari jenis kelaminnya

d. Stone butch, cenderung berpenampilan maskulin dan mungkin menyukai penetrasi vagina.

3. Faktor-faktor penyebab lesbian

Dalam buku karangan Supratiknya (1995, h.96) dikatakan

bahwa faktor penyebab lesbian adalah:

a. Kekurangan hormon wanita pada saat masa pertumbuhan

b. Mendapatkan pengalaman homoseksual yang menyenangkan

pada masa remaja atau sesudahnya

c. Memandang perilaku heteroseksual sebagai sesuatu yang aversif

atau menakutkan atau tidak menyenangkan

d. Besar ditengah keluarga dimana ayah dominan sedangkan ibu

lemah atau tidak ada

Kartono (1989, h.248) mengatakan bahwa penyebab dari

seseorang menjadi lesbian adalah:

a. Faktor herediter

Adanya ketidak seimbangan hormon-hormon seks

(35)

b. Pengaruh lingkungan

Pengaruh lingkungan yang tidak baik atau tidak menguntungkan

bagi perkembangan seksual yang normal, misalnya pola asuh dan

lingkungan terdekat yang berpengaruh pada individu untuk

menstimulir perilaku homoseksual.

c. Pengalaman traumatis

Adanya pengalaman buruk pada masa lalu yang terus melekat

dalam benaknya, sehingga menimbulkan kebencian.

d. Mencari kepuasan relasi homoseksual

Seseorang selalu mencari kepuasan homoseks karena pernah

menghayati pengalaman homoseks yang menggairahkan pada

masa remaja.

Dari teori faktor-faktor penyebab menjadi lesbian diatas dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab lesbian adalah adanya

faktor herediter, pengaruh lingkungan, pengalaman traumatis, adanya

kepuasan relasi homoseks.

C. KONSEP DIRI PADA LESBIAN BUTCH

Konsep diri merupakan persepsi mengenai diri individu sendiri,

baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh

melalui pengalaman individu dengan orang lain (Brooks dalam

Rakhmat, 2003, h.125).

Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi individu dengan

orang-orang disekitarnya. Apa yang dipersepsi individu lain mengenai

(36)

23

disandang seorang individu. Struktur, peran, dan status sosial

merupakan gejala yang dihasilkan dari adanya interaksi antara individu

satu dengan individu lain, antara individu dan kelompok, atau antara

kelompok dengan kelompok (Sobur, 2009, h.512).

Menurut Pudjijogyanti (1985, h.3) konsep diri terdiri dari dua

aspek yaitu aspek kognitif, dimana individu memiliki pengetahuan

mengenai keadaan dirinya, yang disebut dengan gambaran diri yang

kemudian akan membentuk citra diri (self image) dan juga aspek afektif

dimana individu menilai dirinya sendiri dan penilaian tersebut akan

membentuk penerimaan terhadap diri (self acceptance) dan juga harga

diri (self esteem) individu.

Lesbian butch adalah seorang wanita yang berpenampilan seperti

lelaki yang memiliki suatu kecenderungan yang kuat akan daya tarik

erotis seseorang justru terhadap jenis kelamin yang sama (sadarjoen,

2005, h.41).

Maka konsep diri pada lesbian butch adalah gambaran diri pada seseorang yang memiliki ketertarikan kepada sesama jenisnya yaitu

wanita dari penilaian diri sendiri mengenai fisik, karakteristik

kepribadian individu, kelemahan, kekuatan dari hasil pengamatan diri

sendiri.

Dalam kenyataanya dari hasil pengamatan banyak sekali

dijumpai para lesbian yang memiliki konsep diri yang buruk seperti

misalnya mereka merasa berdosa karena orientasi seksual mereka

berbeda dengan yang lain dan ditambah lagi banyak forum-forum agama

yang menentang adanya kaum lesbian, sehingga dalam menjalani

(37)

kehidupannya mereka kebanyakan menjadi seorang yang ateis atau tidak beragama. Mereka lebih cenderung menghormati semua agama

namun tidak menganut salah satu diantaranya, tetapi tidak semua lesbian

menganut paham ateis karena banyak juga lesbian yang memiliki agama

dan bahkan aktif dalam kegiatan beragama namun mereka tetap

menyimpan rasa dosa dalam dirinya

Selain merasa berdosa para kaum lesbian pun kebanyakan merasa

tidak percaya diri dan merasa terkucilkan karena orientasi seksual

mereka yang berbeda dari orang normal kebanyakan, orang-orang

disekitar mereka juga banyak yang menjauhi dan mengucilkannya. Dari

hasil pengamatan banyak masyarakat yang masih kolot dengan aturan

adat istiadatnya yang bahkan melarang anaknya untuk berteman dengan

mereka kaum lesbian dan menganggap mereka sebagai sekelompok

orang yang berpenyakit menular. Hal inilah yang kemudian membuat

para kaum lesbian menarik diri dari lingkungannya, yang kemudian

membentuk kelompok-kelompok eksklusif yang beranggotakan

orang-orang yang memiliki orientasi seksual yang sama yaitu sesama lesbian.

Konsep diri seorang lesbian butch akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya faktor-faktor yang dijelaskan oleh

William Brooks (dalam Sobur, 2009, h. 518-522) dan juga Hurlock

(Hurlock, 1980, h. 173 dan h. 235) , yang dijumpai pada orang normal.

Individu mulai menilai dirinya sendiri yaitu meliputi kondisi fisik,

bentuk tubuh, penampilan diri, inteligensi, kreativitas dan cita-cita. Lalu

kemudian adanya penilaian dari orang lain tentang individu itu sendiri

(38)

25

sekolah, dukungan sosial dan keberhasilan dan kegagalan. Kemudian

adanya peran sosial yang harus dimiankan oleh individu yang meliputi

seks, kepatutan seks dan juga usia kematangan. Yang terakhir yang akan

mempengaruhi konsep diri adalah kelompok rujukan yang meliputi

teman-teman sebaya. Disini konsep diri mulai berkembang sejak

individu berada pada masa kanak-kanak akhir hingga individu

menginjak masa dewasa karena individu mulai menilai dirinya sendiri,

dinilai orang lain bagaimana individu tersebut menjalankan peran dan

bagaimana individu tersebut berada dalam kelompok rujukannya. Dalam

hal ini lesbian juga pasti akan melewati masa-masa tersebut, jika mereka

mampu menanggapi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep dirinya

sejak kecil maka dalam menanggapi faktor-faktor yang mempengaruhi

konsep diri pada masa yang akan datang seperti masa remaja atupun

dewasa pun akan bisa terlewati dengan baik, namun bila terjadi

sebaliknya maka konsep diri pada masa kanak-kanak yang sudah buruk

akan terus berkembang menjadi lebih buruk lagi pada masa remaja dan

dewasa.

Semua faktor – faktor yang mempengaruhi konsep dari pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa baik dari penilain diri sendiri,

penilaian dari orang lain, peran sosial yang dimainkan dan juga

kelompok rujukan maka akan mempengaruhi konsep diri individu. Jika

faktor-faktor yang mempengaruhinya membawa dampak yang positif

dalam konsep diri lesbian maka konsep dirinya akan positif tetapi jika

sebaliknya maka yang timbul adalah konsep diri yang negatif. Dari

semua faktor yang berpengaruh pada konsep diri seorang lesbian akan

(39)

membentuk aspek kognitif yang meliputi citra diri (self image) dan juga

aspek afektif yang meliputi harga diri (self esteem). Kedua aspek ini

akan memebentuk konsep diri lesbian secara keseluruhan.

Dari semua penjelasan diatas dapat disimpulkan mengenai

pemikiran penulis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsep

(40)

27

Gambar 1

Bagan Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri pada Lesbian Butch

(41)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF

Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2002, h.3) mendefinisikan

bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam

peristilahannya.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002, h.3)

penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan kualitatif menurut Alwasilah (2002, hal.38) adalah

penelitian yang lebih deskriptif, mengandalkan manusia sebagi alat

penelitian, mengandalkan analisis data secara induktif, sasaran

penelitian pada usaha menemukan teori, rancangan penelitian yang

disusun secara ketat.

Penelitian kualitatif memberikan tekanan pada fakta dan

penyebab perilaku. Para peneliti kualitatif lebih mengacu pada

perspektif fenomenologis. Peneliti dalam pandangan fenomenologis

berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap

(42)

29

kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa

sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang

dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupannya

sehari-hari (Moleong, 2002, h.8-9).

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsep

diri pada lesbian ini, menggunakan metode kualitatif sebagai metode

penelitian dengan pertimbangan bahwa metode penelitian ini memiliki

makna penelitian tersendiri dan hasil dari penelitian ini tidak dapat

diungkap secara kuantitatif tetapi memerlukan pendekatan, pengamatan

dan wawancara kepada subjek penelitan. Dengan menggunakan metode

kualitatif peneliti mengerti apa dan bagaimana suatu peristiwa tertentu

bermakna dalam kehidupan seseorang, dan pemahaman sangat

diperlukan untuk menggali aspek subjektif. Penelitian kualitatif juga

digunakan untuk memahami suatu fenomena sentral seperti proses atau

peristiwa. Untuk rancangan penelitian dengan metode kualitatif ini,

peneliti menggunakan pendekatan fenomenologis dimana peneliti

berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dan saling pengaruhnya

dengan manusia dalam situasi tertentu (Alsa, 2003, h.33).

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian yaitu

yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar,

1997, h.34-35).

Subjek penelitian, pada dasarnya adalah yang akan dikenai

kesimpulan hasil penelitian. Apabila subjek penelitiannya terbatas dan

(43)

masih dalam jangkauan sumber daya, maka dapat dilakukan studi

populasi, yaitu mempelajari seluruh subjek secara langsung. Sebaliknya,

apabila subjek penelitian sangat banyak dan berada di luar jangkauan

sumber daya peneliti, atau apabila batasan batasan populasinya tidak

mudah untuk didefinisikan, maka dapat dilakukan studi sampel (Azwar,

1997, h.35).

Pengambilan sampel untuk subjek penelitian ini menggunakan

teknik incidental sampling, artinya anggota sampel ditentukan dengan cara sederhana, yaitu hanya individu-individu atau group-group yang

kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai dimana memiliki ciri-ciri yang

sama dengan ciri-ciri populasi penelitian.

Untuk penelitian factor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

pada lesbian ini dibutuhkan subjek dengan ciri-ciri, yaitu:

1. Seorang wanita yang menyukai sesama jenis (wanita)

2. Berumur 18 keatas, karena umur 18 tahun dianggap dewasa secara

syah (Hurlock, 1980, h.246).

C. METODE PENGAMBILAN DATA

1. Observasi

Observasi dalam arti luas berarti bahwa peneliti secara terus

menerus melakukan pengamatan atas perilaku seseorang. Pengertian

observasi yang lebih sempit adalah mengamati dan mendengar

perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan

(44)

31

memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan dalam

pilihan penafsiran analisis (Champion dan Black, 1999, h.285-286).

Tipe observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

observasi non partisipan, dalam observasi non partisipan peranan

tingkah laku peneliti dalam kegiatan-kegiatan yang berkenaan

dengan kelompok yang diamati kurang diruntut. Observasi non

partisipan adalah suatu prosedur yang dengannya peneliti mengamati

tingkah laku orang lain dalam keadaan alamiah tetapi peneliti tidak

melakukan partisipasi terhadap kegiatan dari lingkungan yang

diamati (Champion dan Black, 1999, h.287).

Dalam penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi konsep

diri pada lesbian ini, peneliti akan mengamati kondisi fisik dan

penampilan subjek, ekspresi wajah dan bahasa tubuh subjek yang

sering ditampilkan saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari

peneliti, cara menjawab subjek (misalnya ada tekanan atau

pengulangan pada jawaban subjek, mengalihkan pembicaraan).

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002, h.135).

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara bebas terpimpin. Dalam wawancara, peneliti

menggunakan pedoman wawancara namun tidak menutup

(45)

kemungkinan muncul pertanyaan-pertanyaan lain diluar pertanyaan

yang telah ditentukan sehingga dapat memperoleh informasi yang

lebih mendalam.

Dalam wawancara, peneliti menggunakan alat bantu seperti

tape recorder, alat tulis dan buku catatan. Peneliti merencanakan melakukan wawancara beberapa kali terhadap subyek agar dapat

memeperoleh data yang lebih mendalam. Untuk itu peneliti

menyiapkan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan mengenai

latar belakang subjek, penilaian subjek terhadap dirinya sendiri yang

meliputi kondisi fisik, bentuk tubuh, penampilan diri, hubungan

dengan keluarga, inteligensi, kreativitas dan cita-cita, kemudian

pertanyaan mengenai penilaian orang lain terhadap dirinya yang

meliputi dukungan sosial, lingkungan sekolah, status sosial ekonomi,

nama julukan, keberhasilan dan kegagalan, kemudian peran sosial

yang dimainkan subjek meliputi seks, kepatutan seks dan usia

kematangan, yang terakhir mengenai kelompok sosial dimana

individu tersebut bergaul yang meliputi teman-teman sebaya.

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Patton (Moleong,2002,h.102) analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola,

kategori, dan satuan uraian dasar.

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,2002,h.103)

mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara

(46)

33

yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan

pada tema dan hipotesis itu.

Tahap-tahap analisis data meliputi (Moleong,2002,h. 190):

1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari

wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan

lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan

sebagainya.

2. Melakukan reduksi daya yang dilakukan dengan jalan membuat

abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang

inti. Proses dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga

tetap berada didalamnya.

3. Menyusunnya dalam satuan. Satuan itu kemudian dikategorikan

pada langkah berikutnya, kategori-kategori itu dilakukan sambil

membuat koding

4. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data, kemudian dilanjutkan

dengan tahap penafsiran data.

E. UJI KEABSAHAN DATA

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik

pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah

kriteria tertentu yaitu derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan,

dan kepastian (Moleong,2002,h.173).

Menurut Moleong (2002,h.175-183) uji keabsahan data dalam

penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara perpanjangan

keikutsertaan, ketekunan pengamatan, metode triangulasi, pemeriksaan

(47)

teman sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, kecukupan

referensial, pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing. Pada

penelitian ini, uji keabsahan data dilakukan dengan metode :

1. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau

hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan

konselor dan rekan-rekan sukarelawan.

2. Ketekunan pengamatan

Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci

secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.

Kemudian peneliti menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik,

sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau

seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa.

3. Triangulasi data

Triangulasi data adalah suatu teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam

penelitian ini menggunakan triangulasi data sebagai berikut:

a) Triangulasi Subjek

Teknik triangulasi subjek dilakukan melalui pemeriksaan data

dan crosscheck berkaitan dengan konsistensi data yang diberikan

subjek kepada keluarga, kelompok sebaya dan orang-orang

(48)

35

b) Triangulasi Teori

Suhardono mengungkapkan berbagai faktor peran pada individu

secara umum agar dapat dilakukan komparasi atau perbandingan

konsistensi teori dan masukan tambahan bagi teori yang

diungkap dalam grand theory.

c) Triangulasi metode

Triangulasi metode melalui pengecekan data penelitian melalui

berbagai metode penelitian meliputi metode observasi, yaitu

observasi non partisipan, dalam observasi non partisipan peranan

tingkah laku peneliti dalam kegiatan-kegiatan yang berkenaan

dengan kelompok yang diamati kurang diruntut. Metode

wawancara dengan pedoman wawancara yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada subjek. Adapun metode

wawancara yang digunakan peneliti sifatnya bebas terpimpin,

dimana peneliti menggunakan pedoman wawancara namun tidak

menutup kemungkinan muncul pertanyaan-pertanyaan lain diluar

pertanyaan yang telah ditentukan sehingga dapat memperoleh

informasi yang lebih mendalam.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan triangulasi data

sebagai suatu cara untuk menguji keabsahan dan keandalan data

yang diberikan oleh subjek penelitian. Uji keabsahan dan keandalan

data yang akan dilakukan peneliti berupa pembandingan hasil

pengamatan serta hasil wawancara serta membandingkan data hasil

wawancara dengan data kronologis subjek.

(49)

89 BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Rangkuman Faktor-faktor yang Memengeruhi Konsep Diri pada

Lesbian Butch

Pada umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

pada seseorang bersifat universal , artinya semua faktor-faktor yang mempengaruhi antara orang yang satu dengan yang lain adalah sama,

namun yang membedakan dari sekian banyak faktor yang memengaruhi

seperti faktor individu menilai dirinya sendiri, penilaian orang lain,

peran sosial, ataupun faktor kelompok sosial, faktor manakah yang

paling berpengaruh dan menghasilkan konsep diri seseorang.

Konsep diri seseorang akan menjadi negatif ataupun positif

sangat di pengaruhi bagaimana seseorang tersebut mendapatkan

dukungan, penilaian positif terhadap diri dan perilakunya dan dapat

menerima dirinya sendiri akan membuat seseorang tersebut memiliki

konsep diri positif, tetapi sebaliknya ketika seseorang mendapatkan

penolakan, paksaan, cemoohan, di jauhi oleh lingkungan atau dikucilkan

maka seseorang tersebut akan menilai dirinya negatif dan membuat

konsep dirinya negatif juga. Begitu pula yang terjadi pada ketiga subjek

yang memiliki konsep diri yang berbeda-beda walaupun faktor-faktor

yang mempengaruhinya sama. Masing-masing subjek memiliki

karakteristik yang berbeda-beda dalam menanggapi faktor-faktor yang

memengaruhi konsep dirinya dan hal ini berdampak pada konsep dirinya

(50)

90

Pembahasan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi konsep

diri pada lesbian butch memungkinkan peneliti mengerti dan memahami

tentang faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi konsep diri pada

masing-masing subjek. Faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri

pada butch, antara lain:

1. Self appraisal –viewing self as an object

Pada subjek 1 pengalaman yang dialaminya dalam menilai

bagaimana dirinya sebagian besar tidak menyenangkan seperti

bagaimana subjek tidak menyukai kondisi fisik yang dimilikinya

sehingga membuat subjek memiliki konsep diri yang negatif. Untuk

subjek 2 dan subjek 3 dalam menilai dirinya di dukung dengan

adanya pengalaman yang menyenangkan, sehingga kedua subjek ini

menjadi seorang yang percaya diri dan hal ini berdampak positif

pada konsep dirinya.

Penilaian diri sendiri ini memiliki pengaruh yang besar pada

seorang lesbian. Terutama pada penerimaan kondisi fisik sebagai

seorang wanita meskipun di dalam dirinya memiliki jiwa lelaki akan

dapat berpengaruh positif pada konsep dirinya, seperti yang terjadi

pada subjek 2 dan subjek 3. Sebaliknya jika lesbian tersebut tidak

menerima kondisi fisiknya yang seorang anita maka akan

berpengaruh negatif pada konsep dirinya, seperti yang terjadi pada

subjek 1.

2. Reaction and response of others

Pada subjek 1 penilaian orang lain mengenai dirinya tidak

menyenangkan sehingga berdampak negatif pada konsep diri subjek.

(51)

Subjek menjadi seorang yang tertutup dan memiliki dendam. Pada

subjek 2 dan subjek 3 , penilaian orang lain mengenai mereka

dipandang sangat menyenangkan sehingga membuat kedua subjek

ini menjadi seorang yang percaya diri.

Adanya tekanan, penolakan dari orang lain terhadap

orientasi seksual seorang lesbian akan membawa dampak negatif

pada konsep dirinya, seperti yang terjadi pada subjek 1, namun hal

ini akan berbeda apabila seorang lesbian dapat menyembunyikan

orientasi seksualnya dari keluarga dan orang lain maka akan

memperoleh dukungan sosial yang akan berpengaruh positif pada

konsep dirinya, seperti yang terjadi pada subjek 2 dan subjek 3.

3. Roles play – role taking

Pada subjek 1 dan subjek 2 memiliki konsep diri yang

negatif atas peran yang gagal mereka mainkan. Untuk subjek 1

perannya gagal karena sebagai seorang wanita, subjek tidak dapat

menjalankan perannya dengan baik. Subjek menjadi seorang yang

tomboy dan senang mengerjakan pekerjaan lelaki dibanding pekerjaan wanita hal ini membuat subjek tidak percaya diri dan

merasa berbeda dengan wanita lainnya. Sedangkan pada subjek 2

konsep dirinya negatif karena dalam usia kematangannya subjek

lebih kekanak-kanakan dibandingkan umurnya sehingga subjek

menjadi seorang yang kurang bisa mengendalikan emosinya. Untuk

subjek 3 walaupun subjek seorang yang tomboy namun subjek masih mau mengerjakan pekerjaan wanita dan usia kematangan

(52)

92

menjadi seorang yang periang, ramah, mudah bergaul serta percaya

diri. Kebetulan ketiga subjek adalah seorang butch (lesbian yang berperan sebagai lelaki) sehingga dalam menjalankan perannya

sebagai seorang wanita tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan

masyarakat.

4. Reference group

Pada subjek 1 teman-teman serta keluarganya meminta

subjek untuk menjadi seorang heteroseksual sehingga membuat subjek menjadi seorang yang tertutup dan tidak percaya diri dalam

berperilaku sebagai seorang lesbian. Sedangkan pada subjek 2 dan

subjek 3 mendapatkan dukungan dan penilaian positif dari

teman-temannya sehingga mereka memiliki konsep diri yang positif dan

mereka menjadi seorang yang percaya diri.

Penolakan atau keharusan seorang lesbian untuk mengubah

orientasi seksualnya menjadi seorang heteroseksual akan berdampak

negatif pada konsep dirinya, seperti yang terjadi pada subjek 1. Hal

ini akan berdampak berbeda apabila seorang lesbian yang berada

pada kelompok yang beranggotakan seorang lesbian juga maka akan

mendapatkan dukungan serta penerimaan yang akan berpengaruh

pada konsep dirinya seperti yang terjadi pada subjek 2 dan subjek 3.

B. Pembahasan

Konsep diri menurut Cawagas mencakup seluruh pandangan

individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya,

(53)

kelemahannya, kepandaiannya, kegagalannya dan lain sebagainya

(dalam Pudjijogjayanti,1985,h.2).

Menurut Brooks (dalam Rakhmat,2003,h.125), mengatakan

bahwa konsep diri merupakan persepsi mengenai diri individu sendiri,

baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh

melalui pengalaman individu dengan orang lain.

Seorang lesbian butch akan mengembangkan konsep dirinya berawal dengan adanya penerimaan atau penolakan yang ada disekitar

mereka, seperti dari keluarga, teman-teman, bahkan lingkungan

sekitarnya. Selain itu juga adanya penerimaan akan diri sendiri juga

sangat berpengaruh pada konsep dirinya, seperti penilaian fisik, bentuk

tubuh, penampilan diri.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri pada diri

seseorang, sekalipun seorang tersebut adalah seorang lesbian. Menurut

William Brooks (Dalam Sobur, 2009, h.518-521) mengatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ada empat, yaitu:

1. Self appraisal – viewing self as an object

Penilaian mengenai diri sendiri, seperti penilaian mengenai

kondisi fisik, bentuk tubuh, penampilan diri, hubungan dengan

keluarga, inteligensi, kreativitas dan juga cita-cita akan berpengaruh

positif atau negatif tergantung bagaimana individu menilai dirinya

sendiri.

Dalam Hurlock (1980, h.173 dan 235) menjelaskan bahwa

penilaian kondisi fisik tergantung dari bagaimana kesehatan seorang

(54)

94

menghalangi anak untuk bermain dengan teman-temannya dan

menyebabkan anak merasa rendah diri dan terbelakang, tetapi jika

kondisi kesehatan serta fisik anak sehat dan tidak memiliki cacat

fisik maka anak akan menjadi seorang yang percaya diri, pandai

bergaul dan dapat menerima diri dengan baik. Untuk subjek 1 yang

tidak dapat menerima kondisi fisiknya yang wanita membuat subjek

menjadi seorang yang kurang percaya diri.

Menurut Hurlock (1980, h.173) untuk bentuk tubuh anak

yang terlalu gemuk atau terlalu kecil menurut usianya tidak mampu

mengikuti teman-temannya sehingga mengakibatkan perasaan

rendah diri, namun jika seorang anak merasa bentuk tubuhnya sesuai

dengan anak-anak seusianya maka anak tersebut dapat menjadi

seorang yang percaya diri dan penilaian dirinya positif. Pada subjek

3 yang tidak dapat menerima bentuk tubuhnya yang gemuk

mengakibatkan subjek memiliki perasaan rendah diri.

Selanjutnya Hurlock (1980, h. 235) penampilan diri yang

berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan

yang ada menambah daya tarik fisiknya, tetapi jika perbedaan

tersebut berasal dari cacat fisik maka akan berpengaruh negatif pada

konsep dirinya. Sebaliknya jika yang terjadi adalah penampilan

dirinya merupakan sumber daya tarik maka akan berpengaruh positif

pada konsep dirinya. Yang terjadi pada ketiga subjek, mereka merasa

nyaman dengan penampilan dirinya sehingga berpnegaruh positif

kepada konsep dirinya.

Gambar

Gambar 1
Gambar 5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Informasi tersebut berkaitan dengan sikap informan yang menikah dengan suami orang, prosesi pernikahan, prosesi perceraian dan juga menggali lebih dalam nilai-nilai dan

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang