• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDN 2011 Rencana Aksi Nasional Pangan da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDN 2011 Rencana Aksi Nasional Pangan da"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Menter i Per encanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Per encanaan Pembangunan Nasional

KATA PENGANTAR

Keadaan gizi masyarakat telah menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik, hal ini ditunjukkan dengan menur unnya prevalensi kekurangan gizi pada anak balita atau balita dengan berat badan r endah. Kasus kekurangan gizi pada anak balita yang diukur dengan pr evalensi anak balita gizi kur ang dan gizi buruk digunakan sebagai indikator kelaparan, kar ena mempunyai keter kaitan yang erat dengan kondisi ker awanan pangan di masyarakat. Indikator kelapar an lainnya adalah tingkat konsumsi rata-rata energi penduduk di bawah 70 per sen dari angka kecukupan gizi. Kondisi ini ber dampak nyata ter hadap pencapaian tujuan MDGs lainnya, seper ti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan.

Dalam penanganan masalah gizi, beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain, adalah masih tingginya angka kemiskinan; r endahnya kesehatan lingkungan; belum optimalnya ker jasama lintas sektor dan lintas pr ogram, melemahnya partisipasi masyarakat; ter batasnya aksesibilitas pangan pada tingkat keluar ga ter utama pada keluarga miskin; masih tingginya penyakit infeksi; belum memadainya pola asuh ibu; dan r endahnya akses keluar ga ter hadap pelayanan kesehatan dasar .

(3)

iii

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Gizi Nasional dan Rencana Aksi Pangan dan Gizi di tingkat provinsi yang dalam pr oses penyusunannya melibatkan kabupaten dan kota. Rencana Aksi Pangan dan Gizi disusun dalam pr ogr am berorientasi aksi yang ter struktur dan terintegr atif dalam lima pilar r encana aksi yaitu per baikan gizi masyarakat, peningkatan aksesibilitas pangan, peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan, peningkatan per ilaku hidup ber sih dan sehat, ser ta penguatan kelembagaan pangan dan gizi.

Rencana aksi ini disusun sebagai panduan dan arahan dalam pelaksanaan pembangunan bidang pangan dan gizi di tingkat pusat, pr ovinsi dan kabupaten dan kota, baik bagi institusi pemerintah maupun masyar akat dan pihak-pihak lain yang ter kait dalam per baikan pangan dan gizi. Sebagai pendamping dari rencana aksi ini, akan disusun pedoman rencana aksi daer ah agar dapat dihasilkan pr oduk dokumen r encana aksi daer ah yang jelas, oper asional dan selar as dengan kebijakan nasional.

Kami harapkan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015 ini dapat bermanfaat untuk mengatasi masalah pangan dan gizi di Indonesia.

Akhir kata ucapan terimakasih kepada wakil-wakil dar i Kementer ian Kesehatan, Kementer ian Pertanian, Kementer ian Dalam Neger i, Badan Pengaw as Obat dan Makanan, pakar dar i Institut Per tanian Bogor , Univer sitas Indonesia, or ganisasi pr ofesi, antara lain Per satuan Ahli Gizi Indonesia (Per sagi) dan Per himpunan Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Indonesia, Per himpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), UNICEF, WHO, dan WFP ser ta berbagai lembaga sw adaya masyar akat yang telah memberikan pemikiran dan ker ja kerasnya dalam penyusunan dokumen ini.

Jak ar t a, Desem ber 2 0 1 0

Menter i Per encanaan Pembangunan Nasional /

Kepala Badan Per encanaan Pembangunan Nasional

(4)

iv

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pada tahun 2007 pr evalensi anak balita yang mengalami gizi kurang dan pendek masing-masing 18,4 per sen dan 36,8 per sen sehingga Indonesia ter masuk di antar a 36 negara di dunia yang member i 90 per sen kontribusi masalah gizi dunia (UN-SC on Nut r it ion 2008). Walaupun pada tahun 2010 pr evalensi gizi kurang dan pendek menur un menjadi masing-masing 17,9 per sen dan 35,6 per sen, tetapi masih ter jadi disparitas antar provinsi yang per lu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik di w ilayah r awan (Riskesdas 2010).

Masalah gizi sangat terkait dengan keter sediaan dan aksesibilitas pangan penduduk. Ber dasar kan data BPS, pada tahun 2009 jumlah penduduk sangat raw an pangan (asupan kalori <1.400 Kkal/ or ang/ har i) mencapai 14,47 per sen, meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, yaitu 11,07 per sen. Rendahnya aksesibilitas pangan (kemampuan rumah tangga untuk selalu memenuhi kebutuhan pangan anggotanya) mengancam penur unan konsumsi makanan yang beragam, bergizi-seimbang, dan aman di tingkat rumah tangga. Pada akhir nya akan ber dampak pada semakin ber atnya masalah kurang gizi masyarakat, ter utama pada kelompok rentan yaitu ibu, bayi dan anak.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 secara tegas telah memberikan arah Pembangunan Pangan dan Gizi yaitu meningkatkan ketahanan pangan dan status kesehatan dan gizi masyar akat. Selanjutnya dalam Instr uksi Presiden No. 3 tahun 2010 tentang Pr ogram Pembangunan yang Berkeadilan yang terkait dengan Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), ditegaskan per lunya disusun dokumen Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015 dan Rencana Aksi Daer ah Pangan dan Gizi (RAD-PG) 2011-2015 di 33 pr ovinsi.

Keluaran rencana aksi diharapkan dapat menjembatani pencapaian MDGs yang telah disepakati dalam RPJMN 2010-2014 yaitu menurunnya pr evalensi gizi kurang anak balita menjadi 15,5 per sen, menurunnya pr evalensi pendek pada anak balita menjadi 32 per sen, dan ter capainya konsumsi pangan dengan asupan kalor i 2.000 Kkal/ orang/ har i.

(5)

v

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

keamanan pangan; (4) per ilaku hidup ber sih dan sehat (PHBS), dan (5) kelembagaan pangan dan gizi. Kebijakan ter sebut adalah peningkatan status gizi masyarakat ter utama ibu dan anak melalui keter sediaan, akses, konsumsi dan keamanan pangan, per ilaku hidup ber sih dan sehat ter masuk sadar gizi, sejalan dengan penguatan mekanisme koor dinasi lintas bidang dan lintas pr ogram serta kemitraan.

Sedangkan, strategi nasional yang menjabar kan kebijakan diatas meliputi:

(1) Per baikan gizi masyar akat, ter utama pada ibu pr a-hamil, ibu hamil,

dan anak melalui peningkatkan keter sediaan dan jangkauan pelayanan kesehatan ber kelanjutan difokuskan pada inter vensi gizi efektif pada ibu pr a-hamil, ibu hamil, bayi, dan anak baduta; (2) Peningkatan aksebilitas

pangan yang beragam melalui peningkatan keter sediaan dan aksesibiltas

pangan yang difokuskan pada keluar ga raw an pangan dan miskin; (3)

Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan melalui

peningkatan pengawasan keamanan pangan yang difokuskan pada makanan jajanan yang memenuhi syarat dan pr oduk industr i rumah tangga (PIRT) ter sertifikasi; (4) Peningkatan perilaku hidup ber sih dan

sehat ( PHBS) melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat dan peran

pimpinan formal ser ta non formal, ter utama dalam per ibahan perilaku atau budaya konsumsi pangan yang difokuskan pada penganekaragaman konsumsi pangan ber basis sumber daya lokal, per ilaku hidup ber sih dan sehat, ser ta merevitalisasi posyandu; dan (5) Penguatan kelembagaan

pangan dan gizi melalui penguatan kelembagaan pangan dan gizi di

tingkat nasional, pr ovinsi, dan kabupaten dan kota yang mempunyai kewenangan mer umuskan kebijakan dan pr ogram bidang pangan dan gizi, ter masuk sumber daya serta penelitian dan pengembangan.

(6)

vi

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Prevalensi Pendek pada Anak Balita < 32 per sen dan Pr opor si Jumlah Penduduk dengan Rata-rata Asupan Kalor i > 1.400 Kkal/ orang/ har i sebesar < 14,47 per sen.

(7)

vii

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR… ... ii

RINGKASAN EKSEKUTIF.. ... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR SINGKATAN. ...viii

DAFTAR ISTILAH ... xi

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR TABEL…... xv

SAMBUTAN:  DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK, KEMENTERIAN KESEHATAN... xvi

 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN, KEMENTERIAN PERTANIAN xviii  KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN ... xx

 DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, KEMENTERIAN DALAM NEGERI ... xxii

BAB I PENDAHULUAN……….…..…… 1

A. Latar Belakang.………..…...… 1

B. Tujuan RAN-PG……..……….…... 4

C. Prakar sa Baru dalam Percepatan Pencapaian Indikator yang Ter kait MDGs………..…...… 4

BAB II PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INVESTASI PEMBANGUNAN…. 9 A. Pangan dan Gizi untuk Per tumbuhan dan Kecer dasan... 9

B. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan dan Pr oduktivitas…... 12

C. Pangan dan Gizi sebagai Penentu Daya Saing Bangsa…... 13

BAB III ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI DI INDONESIA... 15

A. Analisis Nasional……….…... 15

B. Analisis Regional……….……... 32

BAB IV RENCANA AKSI ………..……... 39

A. Tujuan ………...…. 39

B. Kebijakan dan Str ategi Pangan dan Gizi Nasional………... 40

C. Kebijakan dan Str ategi Pangan dan Gizi Provinsi……...…… 41

BAB V MATRIKS RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI... 47

(8)

viii

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

DAFTAR SINGKATAN

AGB = Anemia Gizi Besi

AKG = Angka Kecukupan Gizi

ASI = Air Susu Ibu

ASEAN = Associat ion of Sout h East Asian Nat ions

Baduta = Baw ah Dua Tahun

BBLR = Bayi Berat Lahir Rendah

BB/ TB = Berat Badan menur ut Tinggi Badan

BB/ U = Berat Badan menur ut Umur

BKP = Badan Ketahanan Pangan

BTP = Bahan Tambahan Pangan

BPS = Badan Pusat Statistik

BPOM = Badan Pengawas Obat dan Makanan

D3 = Diploma Tiga

D/ S = Jumlah anak yang ditimbang terhadap jumlah

seluruh anak di wilayah penimbangan ter sebut.

GAKY = Gangguan Akibat Kur ang Yodium

GMP = Good Manufact ur ing Pr act ice

GRP = Good Ret ailing Pr act ice

GDP = Good Dist r ibut ion Pr act ice

HAM = Hak Asasi Manusia

HDI = Human Development Index

HDR = Human Development Repor t

IMT = Indeks Massa Tubuh

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

IQ = Int elligence Quot ient

KEK = Kurang Ener gi Kr onis

K4 = Kunjungan Ke-4

KEP = Kurang Ener gi Pr otein

Kemendagr i = Kementerian Dalam Negeri Kemendiknas = Kementerian Pendidikan Nasional

Kemenkes = Kementerian Kesehatan

Kemenperin = Kemnter ian Per industrian

Kementan = Kementerian Pertanian

Kkal = Kilo Kalori

KLB = Kejadian Luar Biasa

KN = Kunjungan Neonatal

KN1 = Kunjungan Per tama Neonatal

(9)

ix

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

LiLA = Lingkar Lengan Atas

LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat

Lb = Lumbung

MD = Makanan Dalam

MDGs = Millenium Development Goals

MP-ASI = Makanan Pendamping Air Susu Ibu

NTB = Nusa Tenggar a Barat

NTT = Nusa Tenggar a Timur

PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini

PDB = Pr oduk Domestik Br uto

PHBS = Per ilaku Hidup Ber sih dan Sehat

PHC = Pr imar y Healt h Car e

PIRT = Pr oduksi Industri Rumah Tangga

PMT = Pember ian Makanan Tambahan

Posyandu = Pos Pelayanan Ter padu

PPH = Pola Pangan Harapan

PPL = Penyuluh Per tanian Lapangan

Ppm = Par t Per Million

Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat

P2KP = Per cepatan Penganekaragaman Konsumsi

Pangan

RAD-PG = Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi RAN-PG = Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi

Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar

RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional

RPJPN = Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional

RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah

SCN = St anding Commit t ee on Nut r it ion

SDM = Sumber Daya Manusia

SDKI = Sur vei Demografi dan Kesehatan Indonesia SKPD = Satuan Ker ja Perangkat Daer ah

SNI = Standar Nasional Indonesia

Susenas = Sur vei Sosial Ekonomi Nasional

SPM = Standar Pelayanan Minimal

TBC = Tuber culosis

TMS = Tidak Memenuhi Syar at

TGR = Tot al Goit er Rat e

TB/ U = Tinggi Badan/ Umur

(10)

x

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015 UNICEF = Unit ed Nat ion Childr en’s Fund

WB = Bank Dunia

WUS = Wanita Usia Subur

WFP = Wor ld Food Pr ogr amme

(11)

xi

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

DAFTAR ISTILAH

Anemia Rendahnya kadar hemoglobin dalam

darah, 50 per sen kejadian anemia disebabkan kekurangan zat besi.

BBLR Bayi lahir dengan berat badan r endah

(kurang dari 2.500 gram).

Diver sifikasi Pangan Penganekaragaman pangan atau

diver sifikasi pangan adalah upaya peningkatan konsumsi anekaragam pangan dengan pr insip gizi seimbang.

Gizi Kur ang Gangguan akibat kekurangan atau

ketidakseimbangan zat gizi yang diper lukan untuk per tumbuhan. Indikator yang digunakan untuk mengukur gizi kurang pada anak adalah tinggi bar at menurut umur (TB/ U), ber at badan menurut umur (BB/ U) dan ber at badan menurut tinggi badan (BB/ TB), dan untuk dewasa ber dasar kan IMT.

Gizi Lebih Kelebihan ber at badan dibandingkan

tinggi badan, pada anak diukur ber dasar kan ber at badan per tinggi badan dengan menggunakan referensi inter nasional z-scor e; untuk dewasa diukur ber dasar kan IMT.

IMT Indeks Massa Tubuh, yaitu ber at badan

dalam kilogram dibagi dengan kuadr at dari tinggi badan dalam meter (kg/ m2)

Keamanan Pangan Kondisi dan upaya yang diper lukan untuk

mencegah pangan dar i kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

Ketahanan Pangan Kondisi ter penuhinya pangan bagi r umah

(12)

xii

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan ter jangkau.

Konsumsi Ener gi Besar nya energi dar i pangan yang

dikonsumsi penduduk yang dinyatakan dalam satuan kilo kalor i (Kkal).

Konsumsi Pangan Jumlah makanan dan minuman yang

dimakan atau diminum

penduduk/ seseor ang dalam satuan gram per kapita per hari.

Konsumsi Protein Jumlah pr otein dari pangan, baik hewani

maupun nabati, yang dikonsumsi , dinyatakan dalam satuan gr am per kapita per har i.

Kur ang Gizi Meliputi kurang gizi makro dan kurang

gizi mikr o. Kurang gizi makr o dulu disebut kurang kalori pr otein (KKP atau KEP). Sekar ang KKP tidak dipakai lagi diganti dengan gizi kurang (z-scor e BB/ U < -2 SD) dan gizi bur uk (z-scor e BB/ U < -3 SD) jadi gizi kur ang pasangan dar i gizi bur uk, tidak lagi disebut KKP atau KEP kar ena tidak semata-mata karena kurang kalor i dan pr otein tetapi juga kekurang zat gizi mikr o.

Gizi Seimbang Anjur an susunan makanan yang sesuai

kebutuhan gizi seseorang/ kelompok or ang untuk hidup sehat, cer das dan pr oduktif, ber dasar kan Pedoman Umum Gizi Seimbang.

Angka Kecukupan Gizi (AKG) Sejumlah zat gizi/ energi yang diper lukan

oleh seseorang dalam suatu populasi untuk hidup sehat.

Pangan Segala sesuatu yang ber asal dari sumber

(13)

xiii

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

lain yang digunakan dalam pr oses penyiapan, pengolahan dar i atau pembuatan makanan dan minuman.

Pangan Pokok Pangan sumber kar bohidrat yang ser ing

dikonsumsi atau dikonsumsi secara ter atur sebagai makanan utama, selingan, sebagai sarapan atau sebagai makanan pembuka atau penutup.

Pola Konsumsi Pangan Susunan makanan yang biasa dimakan

mencakup jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi/ dimakan seseor ang atau kelompok or ang penduduk dalam frekuensi dan jangka waktu ter tentu.

Pola Pangan Har apan Susunan jumlah pangan menur ut 9

kelompok pangan yang didasarkan pada kontribusi energi yang memenuhi kebutuhan gizi secar a kuantitas, kualitas

maupun keragaman dengan

memper timbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa.

Stunting Kegagalan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, diukur berdasarkan TB/ U (tinggi badan menur ut umur)

Wasting Kegagalan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, diukur ber dasar kan BB/ U (berat badan menurut umur )

(14)

xiv

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ker angka Konsep Implementasi Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015………..…… 7 Gambar 2. Ker angka Pikir Penyebab Masalah Gizi………..… 15

Gambar 3. Kecender ungan Pr evalensi Kurang Gizi pada Anak 0-59 Bulan... 18

Gambar 4. Per sentase Penduduk Miskin menur ut Pr ovinsi, 2010... 21

Gambar 5. Per kembangan Rata-rata Keter sediaan Ener gi dan Protein per Kapita ... 23

Gambar 6. Kecender ungan Skor PPH di Perdesaan dan Per kotaan, Tahun 2002-2009………..………..25

Gambar 7. Angka Pr evalensi Kekur angan Gizi pada Balita Per Pr ovinsi Tahun 2010... 33

Gambar 8. Prevalensi Pendek (TB/ U) pada Anak 0-59 Bulan menur ut Kabupaten dan Kota, 2007... 33

Gambar 9. Prevalensi Pendek (TB/ U) pada Anak 0-59 Bulan menur ut Pr ovinsi, 2010... 34

Gambar 10. Per sentase Bayi yang Melakukan Kunjungan Neonatus 6-48 Jam (KN1) Menur ut Pr ovinsi, 2010... 34

(15)

xv

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kontribusi Ener gi per Kelompok Pangan dalam Pola Makan Rata-rata (Kalori/ Kapita/ Hari), tahun 2004-2008... 22 Tabel 2. Stratifikasi Pr ovinsi Ber dasar kan Tingkat Pr evalensi Anak

Balita Pendek dan Pr opor si Penduduk Sangat Raw an Pangan... 38

(16)

xvi

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN

DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

Per baikan gizi memiliki kaitan yang sangat er at dengan kemampuan menyediakan makanan di tingkat keluar ga dan adanya penyakit ter utama penyakit menular . Kedua faktor ini berhubungan dengan pendapatan, pelayanan kesehatan, pengetahuan dan pola asuh yang diterapkan keluarga. Mengingat luasnya dimensi yang mempengar uhi faktor gizi, maka penanggulangan masalah gizi harus dilakukan dengan multi disiplin ilmu ser ta secara lintas kementerian/ lembaga dengan melibatkan or ganisasi pr ofesi, pergur uan tinggi, or ganisasi kemasyarakatan, dan masyar akat itu sendiri.

Dalam rangka har monisasi selur uh kegiatan lintas institusi ter sebut, diper lukan koordinasi sejak perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Dengan begitu, seluruh pelayanan di bidang pangan dan gizi ter bagi habis diker jakan oleh semua kementerian/ lembaga sesuai dengan tugas dan fungsinya. Untuk itu diper lukan dokumen terintegrasi dalam bentuk Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG). Oleh kar ena itu kami sangat menghar gai dan menyambut baik, prakar sa Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk secar a ber sama-sama menyusun Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011 – 2015.

Melalui rencana aksi pangan dan gizi, diharapkan pencapaian delapan tujuan pembangunan milenium ter utama tujuan per tama yaitu menurunkan angka kemiskinan pada tahun 2015 menjadi setengah dar i keadaan tahun 1990 lebih cepat dicapai dan melebihi target yang ditetapkan. Selanjutnya keberadaan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011 – 2015 hendaknya juga tur ut mendor ong percepatan pencapaian Visi Kementer ian Kesehatan yaitu “Masyar akat sehat yang mandir i dan ber keadilan”.

(17)

xvii

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Neger i, Kementer ian Pertanian, Badan Pengaw as Obat dan Makanan, ser ta Badan Inter nasional, NGO/ LSM yang telah mencurahkan ilmu dan pengalamannya sampai selesainya buku ini, saya tur ut menyampaikan ucapan ter ima kasih.

Semoga pener bitan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011 – 2015 ini, ber manfaat untuk kesejahteraan bangsa dan memper oleh ber kah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

(18)

xviii

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN

Pangan mer upakan sumber daya kemanusiaan yang unik. Setiap individu memiliki hak bebas dar i rasa lapar dan kelaparan. Pangan memiliki dimensi yang sangat kompleks, tidak saja dari sisi kehidupan dan kesehatan, tetapi juga dari sisi sosial, budaya dan politik. Oleh kar ena itu, per wujudan ketahanan pangan dan gizi tidak dapat dilepaskan dari upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan individu dan masyar akat, peningkatan daya saing SDM, yang selanjutnya menjadi daya saing bangsa. Pangan dapat dikatakan sebagai produk budaya, karena pangan mer upakan hasil adaptasi aktif antara manusia/ masyarakat dengan lingkungannya, sehingga per wujudan ketahanan pangan har us bertumpu pada sumber daya dan kear ifan lokal, sehingga ia dapat menjadi media dalam mengembangkan budaya dan peradaban bangsa.

Indonesia telah ber ada dalam jalur yang benar untuk mencapai Millenium

Development Goals (MDGs) No. 1, yaitu dalam mengur angi kemiskinan

(19)

xix

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dengan tegas mengarahkan bahwa pembangunan ketahanan pangan diar ahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Pada sisi lain, juga ditegaskan car a-car a pencapaiannya, yaitu dengan cara yang memberikan manfaat yang adil dan merata ber adasarkan kemandir ian dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyar kat. Kemandirian bukanlah konsepsi fisik-biologis, tetapi mer upakan konsepsi psikologis-budaya, mind-set atau sikap mental, yaitu sikap ber dikari menolak ketergant ungan nasib-sendiri pada pihak lain, sikap menolak subor dinasi, sikap menolak pengemisan. Upaya-upaya membangun kemandir ian ter sebut, juga ditegaskan dalam salah satu pasal UU No. 7/ 1996 yang menyatakan bahwa per wujudan ketahanan pangan mer upakan tanggung jawab pemer intah ber sama-sama masyar akat.

Penyusunan Buku Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) telah melewati pr oses konsultasi dengan berbagai stakeholder termasuk kalangan industri. Peranan industr i pangan dalam mew ujudkan kemandir ian pangan sangat penting. Per tama, industri pangan mer upakan mesin pengger ak untuk memanfaatkan kelimpahan alam Nusantara menjadi pr oduk-pr oduk pangan yang ber nilai gizi dan sosial yang lebih tinggi. Kedua, industri pangan juga merupakan trend-setter dalam mengarahkan ter w ujudnya kemandirian pangan. Oleh karena itu, buku RAN-PG ini dapat digunakan sebagai pedoman seluruh st akeholder untuk ber sama-sama mew ujudkan kemandirian pangan.

Akhir nya saya menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada Kementerian Per encanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang telah mampu memobilisasi selur uh sumber daya nasional yang kita miliki sehingga dapat ter susun buku RAN-PG yang kompr ehensif ini.

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN

(20)

xx

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Penanganan pangan dan gizi mer upakan salah satu agenda penting dalam pembangunan nasional. Pangan dan gizi ter kait langsung dengan kesehatan masyarakat. Data menunjukan 14.47 per sen penduduk Indonesia termasuk dalam kelompok sangat rawan pangan (asupan kalori <1.400 Kkal/ orang/ har i), 4,9 per sen prevalensi gizi buruk (BPS, 2009). Selain itu informasi menunjukan bahwa foodbor ne disease mer upakan masalah kesehatan masyar akat yang utama.

Pangan juga ter kait dengan roda perekonomian khususnya bidang pertanian, industr i pr oduksi dan pengolahan pangan serta kegiatan bisnis dan per dagangan pangan. Industri pangan tidak hanya ditangani oleh industr i besar tetapi jutaan industri kecil, industri rumah tangga (sekurangnya tercatat 950.000 industri rumah tangga pangan (IRTP)), pedagang pangan (toko moder n dan pasar tradisional). Gambaran ter sebut menunjukan penanganan pangan dan gizi memiliki tantangan dan masalah yang luas dan kompleks sehingga memer lukan keter libatan berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, pemer intah daer ah, ter masuk masyarakat/ konsumen dari ber bagai kelompok dan lapisan, ser ta dunia usaha dan industr i lain yang terkait.

Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015 yang mer upakan kelanjutan RAN-PG 2006 -2010 menjadi penting artinya dalam r angka integrasi penanganan pangan dan gizi baik oleh pemerintah di tingkat pusat maupun di daerah. Siner gi dan keter paduan pembangunan bidang pangan dan gizi akan menjadi kekuatan potensial dalam pelaksanaan Pr ogr am Pembangunan yang Ber keadilan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milennium (MDGs) sebagaimana dituangkan oleh

Wor ld Food Summit tahun 2009 bahw a ketahanan pangan ter jadi ketika

(21)

xxi

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

dengan Bidang Keamanan Pangan dalam dokumen ini dimuat ber bagai isu keamanan pangan, analisis situasi keamanan pangan, aspek penting dalam keamanan pangan, potensi pembangunan keamanan pangan, indikator dan komponen pelaksanaan pembangunan keamanan pangan.

Disamping pengawasan pangan pada umumnya, r encana aksi ini ditekankan pada pengawasan keamanan jajanan khususnya jajanan anak sekolah dan pr oduk Pangan Industri Rumah Tanggga (PIRT). Hal ini mengingat bahwa anak merupakan aset bangsa sehingga diharapkan dengan pengamanan makanan jajanan anak sekolah, status gizi dapat meningkat. Kondisi higienis sanitasi PIRT juga menjadi per hatian sehingga per lu diambil langkah-langkah konkrit guna ter jaminnya keamanan peredaran pr oduk PIRT.

Selain itu pilar Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan mengusung pendekatan bar u guna mencapai tujuan MDGs yaitu penerapan standar keamanan pangan ber dasar kan kajian resiko, mener uskan teknologi inovatif yang tepat guna, member dayakan Pemerintah Daerah dalam peningkatan pengawasan, kuantitas dan kualitas pengawas makanan dan mengembangkan Indonesian Rapid Aler t Syst em for Food.

Diharapkan dengan adanya dokumen RAN-PG ini, khususnya bidang Pengaw asan Mutu dan Keamanan Pangan dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Daer ah dalam mengambil langkah konkr it yang akan dituangkan dalam Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) guna menjamin keamanan pangan untuk masyarakat.

Pada akhir nya kami ingin menyampaikan r asa ter ima kasih dan penghar gaan kepada semua pihak atas ker jasama dan peran aktifnya sehingga dokumen ini dapat ter susun dengan baik. Kritik dan saran membangun masih diper lukan ter hadap dokumen rencana aksi khususnya bidang mutu dan keamanan pangan agar lebih baik dimasa yang akan datang

.

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

(22)

xxii

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

Per soalan pangan bagi Indonesia masih memer lukan per hatian yang sungguh-sungguh. Banyak kasus kurang gizi bukan hanya disebabkan r endahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat oleh masyar akat, melainkan adanya pola yang salah dalam mengelola kebijakan pangan dan pertanian. Str uktur penguasaan tanah di Indonesia secara umum sangat timpang. Rata-rata petani hanya menguasai 0,3 hektar lahan pertanian, sementar a per usahaan-per usahaan besar lewat Hak Guna Usaha (HGU) bisa menguasai ratusan ribu hektar sendirian. Akibatnya petani yang ingin mempr oduksi tanaman pangan tidak mempunyai akses ter hadap tanah-tanah pertanian. Dan pada akhir nya, mereka hanya menjadi bur uh upahan yang ketika harga-har ga pangan melambung tinggi, petani yang ber upah r endah tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan pangannya. Inilah yang menyebabkan bertambahnya angka gizi bur uk di Indonesia yang ber ujung pada kemiskinan dan kelaparan secar a massal. Hal ter sebut diper parah dengan akses masyarakat terhadap bahan pangan yang belum merata.

Sebagai negara agrar is yang memiliki iklim tr opis dan tanah yang subur sehar usnya dapat menjadi tempat paling pr oduktif di dunia untuk menghasilkan bahan pangan yang sehat dan beragam. Namun yang ter jadi kita menjadi keter gantungan pada bahan pangan impor, kar ena kur angnya kesadaran nasionalisme untuk melindungi usaha petani di dalam negeri. Sedangkan kondisi gizi masyar akat merupakan faktor penentu pr oduktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Kemajuan yang cender ung menurun yang kita hadapi karena betapa rendahnya pr oduktivitas bangsa kita di semua lapisan, kur angnya keter paduan rencana pusat dan daerah ter masuk menjaga pasokan ener gy yang menambah ketidakber dayaan masyar akat kita.

(23)

xxiii

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

bidang pangan dan kesehatan menjadi salah satu ur usan w ajib yang menjadi kewenangan Pemer intah Pr ovinsi dan Kabupaten dan kota.

Dengan diterbitkannya Buku Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015 dapat dijadikan acuan bagi pemangku kepentingan di ber bagai tingkatan pemer intahan dalam upaya per encanaan pembangunan ser ta penyelesaian permasalahan yang ter kait dengan pangan dan gizi. Saya menghimbau kepada Guber nur , Bupati, dan Walikota untuk mengkor dinasikan ber bagai pr ogram dan kegiatan lintas sektor ser ta menggalang dukungan dari pihak-pihak ter kait termasuk lembaga donor dan dunia usaha guna mendukung kebijakan pangan dan gizi di w ilayahnya.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan bimbingan dan hidayah-Nya kepada kita sekalian. Amin.

DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

(24)

1

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Per tumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan nasional kotor per kapita adalah USD 3.956 dan umur harapan hidup rata-r ata adalah 71,5 tahun (UNDP, 2010). Walaupun demikian, beber apa indikator keber hasilan pembangunan masih mempr ihatinkan. Salah satu indikator yang diupayakan percepatan pencapaiannya adalah penur unan jumlah penduduk miskin. Tingkat kemiskinan telah menurun dari 14,1 per sen pada tahun 2009 menjadi 13,3 per sen pada tahun 2010 (BPS), namun masih diper lukan ker ja keras untuk mengakseler asi pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Kesepakatan MDGs ter sebut adalah penurunan 50 per sen dari kondisi tahun 1990, menjadi 7,5 per sen pada tahun 2015.

Demikian pula kondisi kelompok rentan ibu dan anak masih mengalami berbagai masalah kesehatan dan gizi, yang ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian neonatal, prevalensi gizi kurang (BB/ U) dan pendek (TB/ U) pada anak balita, pr evalensi anemia gizi kurang zat besi pada ibu hamil, gangguan akibat kurang yodium pada ibu hamil dan bayi ser ta kurang vitamin A pada anak balita. Pada tahun 2007 pr evalensi anak balita yang mengalami gizi kurang dan pendek masing-masing 18,4 per sen dan 36,8 per sen sehingga Indonesia termasuk di antara 36 negar a di dunia yang memberi 90 per sen kontribusi masalah gizi dunia (UN-SC

on Nut r it ion 2008). Walaupun pada tahun 2010 pr evalensi gizi kurang

dan pendek menur un menjadi masing-masing 17,9 per sen dan 35,6 per sen, tetapi masih ter jadi dispar itas antar provinsi yang per lu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik di w ilayah r awan (Riskesdas 2010).

(25)

2

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

dengan asupan kalor i kurang dari 1.400 Kkal per orang per hari mencapai 14,47 per sen, meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 yaitu 11,07 per sen. Rendahnya aksesibilitas pangan, yaitu kemampuan r umah tangga untuk selalu memenuhi kebutuhan pangan anggotanya, mengancam penurunan konsumsi makanan yang ber agam, ber gizi-seimbang, dan aman di tingkat r umah tangga. Pada akhir nya akan ber dampak pada semakin beratnya masalah kekurangan gizi masyarakat, ter utama pada kelompok rentan yaitu ibu, bayi dan anak.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa masalah gizi adalah masalah intergener asi, yaitu ibu hamil kur ang gizi akan melahir kan bayi kurang gizi. Pada hakekatnya masalah gizi dapat diselesaikan dalam waktu r elatif singkat. Inter vensi paket kegiatan untuk mengatasi masalah ter sebut yang dilaksanakan melalui pelayanan ber kelanjutan (cont inuum car e) pada per iode kesempatan emas kehidupan (w indow of oppor t unit y), yaitu sejak janin dalam kandungan, dan bayi baru lahir sampai anak ber usia 2 tahun. Di Br azil, pr evalensi pendek pada anak balita menur un lebih dar i 30 per sen, yaitu dari 37 per sen pada tahun 1974 menjadi 7 per sen pada tahun 2006, dengan melakukan empat pr ioritas penanganan yaitu meningkatkan: (1) akses pelayanan kesehatan dan gizi yang ber kelanjutan pada ibu dan anak; (2) akses pendidikan dan infor masi pada remaja putr i dan perempuan; (3) cakupan penyediaan air dan sanitasi; serta (4) daya beli keluarga (Monteir o et al, 2010). Sedangkan Thailand menur unkan 50 per sen kekur angan gizi pada anak hanya dalam w aktu 4 tahun (1982-1986) melalui fokus pelayanan untuk kelompok yang sama (SCN News No. 36 mid-2008). Penelitian di Peru yang melibatkan anak pendek usia 6-18 bulan, membuktikan bahwa dengan inter vensi yang tepat keter tinggalan pertumbuhan tinggi badan dapat “dikejar ” dan pada usia 4,5-6 tahun dapat mempunyai kecerdasan yang sama dengan anak yang tidak pendek pada masa bayi (Cr ookston et al, 2010).

(26)

3

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

masyar akat kaya maupun pada kelompok masyarakat miskin (WHO, 2008).

Hal yang sama juga ter jadi di Indonesia. Pada saat sebagian besar bangsa Indonesia masih menderita kekur angan gizi ter utama pada ibu, bayi dan anak secar a ber samaan masalah gizi lebih cenderung semakin meningkat dan ber akibat beban ganda yang menghambat laju pembangunan. Status gizi optimal dar i suatu masyarakat telah secara luas diterima sebagai salah satu dari prediktor untuk kualitas sumber daya manusia, prestasi akademik, dan daya saing bangsa (The Lancet, 37: 340-357).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 secar a tegas telah memberikan arah Pembangunan Pangan dan Gizi dengan sasaran meningkatnya ketahanan pangan dan meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat.

Pr ogram Pembangunan yang Ber keadilan yang ter kait dengan Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) telah dituangkan dalam Instr uksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010. Salah satu dokumen yang harus disusun adalah Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015 dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) 2011-2015 di 33 pr ovinsi.

Penyusunan RAN-PG 2011-2015 diawali dengan evaluasi aksi nasional yang ter cantum dalam RAN-PG 2006-2010. Banyak kemajuan telah dicapai dalam pembangunan pangan dan gizi yang meliputi perbaikan gizi masyarakat, aksesibilitas pangan, mutu dan keamanan pangan, perilaku hidup ber sih dan sehat (PHBS), dan koor dinasi dalam kelembagaan pangan dan gizi. Keberhasilan ter sebut antara lain ditandai dengan status gizi masyarakat yang semakin membaik, keter sediaan pangan yang meningkat dan mencukupi kebutuhan penduduk, dikeluar kannya berbagai per atur an per undangan ter kait dengan mutu dan keamanan pangan, meningkatnya per ilaku individu dan keluar ga untuk hidup ber sih dan sehat termasuk sadar gizi, serta sudah semakin banyak terbentuk lembaga yang menangani pangan dan gizi di berbagai tingkat administrasi pemer intahan.

(27)

4

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

pemberdayaan keluarga dan penyelenggaraan ur usan w ajib pelayanan masyarakat di daerah per lu diper jelas sehingga setiap Satuan Ker ja Per angkat Daerah (SKPD) dapat mengalokasikan kegiatan-kegiatan prioritas yang saling menunjang sekaligus memberi arah pembangunan kewilayahan.

B. Tujuan RAN-PG

Menjadi panduan dalam melaksanakan pembangunan pangan dan gizi bagi institusi pemer intah, organisasi non pemerintah, institusi sw asta, masyar akat dan pelaku lain, baik pada tataran nasional, pr ovinsi maupun kabupaten dan kota.

Dengan adanya panduan ini, semua pelaku yang ber ger ak dalam pembangunan pangan dan gizi akan: 1) memahami pentingnya pangan dan gizi sebagai investasi pembangunan; 2) mampu menganalisis per kembangan situasi pangan dan gizi di setiap w ilayah untuk menetapkan pr ior itas penanganan, memilih inter vensi tepat dan efektif biaya (cost effect ive), mer evitalisasi lembaga pangan dan gizi, ser ta memantau dan mengevaluasi pr ogr am pangan dan gizi; dan 3) meningkatkan koordinasi penanganan masalah pangan dan gizi secara ter padu.

C. Pr akar sa Baru dalam Percepatan Pencapaian Indikator yang

Ter kait MDGs.

Mer ujuk pada Instr uksi Pr esiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pr ogram Pembangunan yang Berkeadilan, telah disepakati hal-hal sebagai ber ikut: 1) per lu menyusun peta jalan (r oad map) nasional percepatan pencapaian MDGs; 2) Pedoman rencana aksi per cepatan pencapaian tujuan MDGs di daerah harus digunakan sebagai dasar perencanaan dan peningkatan koor dinasi untuk menur unkan kemiskinan dan meningkatkan kesejahter aan r akyat; 3) Alokasi dana untuk mendukung pencapaian MDGs akan terus mener us ditingkatkan, termasuk menyediakan perangsang dan dor ongan bagi pemer intah daerah yang mempunyai kiner ja baik dalam pencapaian MDGs; dan 4) Penguatan mekanisme untuk meningkatkan prakar sa

Cor por at e Social Responsibilit y yang mendukung pencapaian MDGs

(Bappenas, 2010).

(28)

5

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

pada kegiatan yang ter str uktur , ter padu dalam paket inter vensi, mencakup selur uh masyarakat rentan di wilayah prior itas, dengan pendekatan pelayanan yang berkelanjutan pada per iode kesempatan emas yang pendek yaitu saat janin dalam kandungan, bayi, dan anak usia di baw ah dua tahun (baduta), sehingga mempunyai dampak pada pencapaian target MDG1. Indikator keber hasilan yang digunakan adalah penur unan pr evalensi gizi kur ang dan pendek pada balita dan peningkatan jumlah penduduk yang mendapat asupan kalori 2000 Kkal/ orang/ har ipada tahun 2015, bahkan sebelum w aktu ter sebut.

Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015 per lu diimplementasikan dengan sistematis sesuai dengan tantangan yang dihadapi dan kegiatannya ter struktur secara integratif dalam 5 pilar r encana aksi agar mencapai tujuan penurunan masalah gizi kurang dan pendek serta peningkatan asupan kalor i penduduk Indonesia

(gambar 1).

Tantangan yang ada kar ena disparitas kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan antar w ilayah dan antar penduduk per lu dihadapi dengan strategi yang berbeda. Demikian juga berbagai isu sosial budaya yang menghambat per cepatan pencapaian MDGs, yaitu per sepsi hak asasi manusia, per sepsi kesehatan repr oduksi dan pengar us-utamaan gender per lu penanganan khusus. Berbagai perilaku di masyar akat yang tidak menunjang kesehatan dan gizi, seper ti tabu ter hadap makanan ter tentu, juga per lu mendapat perhatian.

(29)

6

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

masalah gizi mikr o per lu dilaksanakan kembali sesudah tidak mendapat per hatian dalam 10 tahun terakhir. Penelitian dan pengembangan per lu dilakukan agar tidak ter jadi kesenjangan pilihan kebijakan ber dasar bukti (evidence-based policy opt ions) ter utama untuk penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), dan Anemia Gizi kur ang zat Besi (AGB).

(30)

7

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Gambar 1. Ker angka Konsep Implementasi Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015

Mengingat w aktu untuk mencapai tujuan MDGs tahun 2015 sangat pendek, maka sepanjang tahun 2011-2015 pembangunan yang ber keadilan har us dilaksanakan melalui ber bagai pendekatan baru yang membawa perubahan di tingkat eksekutif, legislatif, dan masyar akat untuk implementasi pr ogram yang fokus, intensif, dan ber kelanjutan. Pendekatan baru ter sebut adalah:

1. Prioritas pelayanan kesehatan dan gizi ber kelanjutan harus difokuskan pada periode emas kehidupan yaitu masa ibu pra-hamil, masa ibu hamil (janin dalam kandungan), bayi dan anak

SASARAN PEMBANGUNAN PANGAN DAN GI ZI PADA TAHUN 2015

Pr evalensi anak balita - Gizi kur ang: 15,5% - Pendek: 32%

Konsumsi pangan dengan asupan kalor i 2.000 Kkal/ hr

STRATEGI 5 pr oduk PIRT ter ser tifikasi 4. Meningkatnya jumlah 6. Meningkatnya per atur an

per undangan Pangan dan Gizi

(31)

8

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

baduta dengan paket inter vensi kesehatan-gizi yang sudah ter bukti efektif.

2. Peningkatan aksesibilitas pangan di tingkat rumah tangga pada w ilayah sangat rawan pangan dan wilayah raw an pangan melalui pengembangan desa mandiri pangan dan lumbung pangan masyar akat, per cepatan diver sifikasi pangan sumber daya lokal dan pengembangan agr oindustr i di per desaan untuk memper luas lapangan ker ja.

3. Peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap ser ta perubahan perilaku/ budaya konsumsi pangan masyarakat kearah konsumsi pangan yang semakin ber agam, ber gizi seimbang, dan aman

4. Pener apan standar keamanan pangan berdasarkan kajian resiko, mener uskan teknologi inovatif yang tepat guna, member dayakan pemer intah daerah dalam peningkatan pengawasan, kuantitas dan kualitas pengawas makanan dan mengembangkan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

5. Pener apan per ilaku hidup ber sih dan sehat (PHBS) melalui upaya mendor ong kebijakan sehat bidang pangan dan gizi, penguatan pengawasan sosial, pembinaan PHBS di r umah tangga, dan inter nalisasinya dalam kur ikulum pendidikan di sekolah dasar dan menengah.

(32)

9

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

II. PANGAN DAN GIZI

SEBAGAI INVESTASI PEMBANGUNAN

Pembangunan suatu bangsa ber tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan setiap w ar ga negara. Peningkatan kemajuan dan keejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusianya. Ukur an kualitas sumber daya manusia dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyar akat antara lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara ber kembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengar uh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. IPM adalah pengukuran per bandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara. IPM mengukur pencapaian rata-r ata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia yaitu : 1) Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran; 2) Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dew asa; dan 3) Standar kehidupan yang layak diukur dengan logaritma nat ur al dari pr oduk domestik br uto per kapita dalam paritas daya beli.

Menur ut Human Development Repor t s, UNDP, 2010, IPM Indonesia dikategor ikan dalam medium human development dan menduduki r anking 108 dar i 182 negara. Sementara, negar a ASEAN lain berada pada posisi 27 (Singapura), 37 (Br unei Dar ussalam), 57 (Malaysia), 92 (Thailand), 97 (Filipina), dan 113 (Vietnam).

Pangan dan gizi mer upakan salah satu faktor yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pencapaian IPM dari suatu negara. Peran pangan dan gizi sebagai modal pembangunan bangsa, seper ti ulasan berikut.

A. Pangan dan Gizi untuk Per tumbuhan dan Kecer dasan

(33)

10

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

janin, sejak dar i minggu ke empat pembuahan sampai lahir dan sampai anak berusia 2 tahun. Sejumlah penelitian telah menunjukkan peran penting zat gizi tidak saja pada pertumbuhan fisik tubuh tetapi juga dalam per tumbuhan otak, perkembangan perilaku, motorik, dan kecer dasan (Jalal, 2009). Mar torell pada tahun 1996 telah menyimpulkan kekurangan gizi pada masa kehamilan dan anak usia dini menyebabkan keter lambatan dalam pertumbuhan fisik, perkembangan motor ik, dan gangguan perkembangan kognitif. Selain itu, akibat kekur angan gizi dapat ber dampak pada per ubahan perilaku sosial, berkurangnya per hatian dan kemampuan belajar sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar. Penelitian lain juga menyimpulkan bahwa inter vensi gizi hanya akan efektif jika dilakukan selama kehamilan dan 2-3 tahun per tama kehidupan anak.

Data r iset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2010 secara konsisten menunjukkan bahwa rata-r ata asupan kalor i dan pr otein anak balita masih di baw ah Angka Kecukupan Gizi (AKG). Akibat dari keadaan ter sebut, anak balita perempuan dan anak balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-r ata tinggi badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek daripada standar r ujukan WHO 2005, bahkan pada kelompok usia 5-19 tahun kondisi ini lebih buruk karena anak perempuan pada kelompok ini tingginya 13,6 cm di baw ah standar dan anak laki-laki 10,4 cm di bawah standar WHO. Kelompok ibu pendek juga ter bukti melahirkan 46,7 per sen bayi pendek. Kar ena itu jelas masalah gizi intergener asi ini har us mendapat per hatian serius kar ena telah ter bukti akan mempengaruhi kualitas bangsa.

Anak yang memiliki status gizi kur ang atau buruk (underweight) ber dasar kan pengukur an berat badan ter hadap umur (BB/ U) dan pendek atau sangat pendek (st unt ing) ber dasar kan pengukuran tinggi badan ter hadap umur (TB/ U) yang sangat rendah dibanding standar WHO mempunyai resiko kehilangan tingkat kecer dasan atau

int elligence quot ient (IQ) sebesar 10-15 poin.

(34)

11

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Kramer , et al, 2003). Efek jangka panjang dar i pemberian ASI pada anak dan kesehatan mental remaja telah diteliti secara cohor t pada 2900 ibu hamil yang diteliti selama 14 tahun di Australia. Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2009 ini menyimpulkan bahwa pemberian ASI yang singkat (kurang dari 6 bulan) menjadi prediktor dari berbagai masalah kesehatan mental yang akan muncul pada masa anak dan r emaja, seper ti autis, kenakalan remaja, agitasi, dan lain sebagainya (Wendy H. Oddy, et al, 2009). Bahkan IQ anak yang diberi ASI ditemukan 13 poin lebih baik dar ipada bayi yang tidak diberikan ASI.

Kekurangan yodium pada saat janin yang ber lanjut dengan gagal dalam pertumbuhan anak sampai usia dua tahun dapat ber dampak buruk pada kecer dasan secara permanen. Anemia kurang zat besi pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan menderita kurang zat besi, dan ber dampak buruk pada pertumbuhan sel-sel otak anak, sehingga secara konsisten dapat mengur angi kecer dasan anak. Di Indonesia, telah lama dibuktikan bahwa kejadian anemia pada anak berhubungan dengan ber kurangnya prestasi kognitif sehingga berakibat r endahnya pencapaian tingkat pendidikan pada anak sekolah (Soemantr i, AG et al. 1989). Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) diser tai dengan anemia, selain dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan mental anak, juga dapat mengakibatkan penurunan kecerdasan sampai 12 poin. Selain itu BBLR meningkatkan r esiko pada usia dew asa menderita diabet es mellit us, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan (obesit y), kanker ,dan st r oke (James et al, 2000).

(35)

12

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

menunjukkan bahwa keadaan gizi pada masa lalu dapat mempengar uhi kecer dasan di masa yang akan datang.

B. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan dan Pr oduktivitas

Faktor makanan dan penyakit infeksi, sebagai penyebab langsung masalah gizi, keduanya saling berkaitan. Anak balita yang tidak mendapat cukup makanan ber gizi seimbang memiliki daya tahan yang rendah ter hadap penyakit sehingga mudah ter serang infeksi. Sebaliknya penyakit infeksi seper ti diar e dan infeksi saluran per napasan atas (ISPA) dapat mengakibatkan asupan gizi tidak dapat diserap tubuh dengan baik sehingga ber akibat gizi buruk. Oleh kar ena itu, mencegah ter jadinya infeksi juga dapat mengur angi kejadian gizi kur ang dan gizi buruk. BBLR akibat kurang ener gi kr onik (KEK) pada ibu hamil, dapat meningkatkan angka kematian bayi dan anak balita. Anemia kurang zat besi pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko kematian w aktu melahirkan dan melahirkan bayi yang juga menderita anemia. Kurang vitamin A (KVA) pada bayi dan anak balita dapat menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan r esiko kebutaan, dan meningkatkan r esiko kesakitan dan kematian akibat infeksi (Tar w otjo, et al 1989).

(36)

13

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

C. Pangan dan Gizi sebagai Penentu Daya Saing Bangsa.

The Global Compet it iveness Repor t 2010-2011 yang dikeluarkan

Wor ld Economic For um pada September 2010 menyebutkan,

peringkat daya saing Indonesia meningkat dengan sangat bermakna. Sementara pada 2009 daya saing Indonesia menduduki peringkat ke-54 dar i 144 negara dan tahun 2010 peringkat Indonesia naik 10 tingkat di posisi ke-44 dengan nilai 4,43. Posisi ini lebih baik dibanding India, meski masih berada di bawah Cina. Daya saing global India menduduki peringkat ke-51 dan Cina di per ingkat ke-27. Per ingkat Indonesia tidak bur uk, bahkan Indonesia dinilai sebagai salah satu negara dengan prestasi terbaik. Tentu saja prestasi ini harus diper tahankan bahkan terus ditingkatkan, diantar anya dengan melakukan upaya perbaikan kualitas pangan dan gizi masyar akat. Jika tingkat konsumsi makanan seimbang dan ber gizi baik maka akan meningkatkan status kesehatan yang mer upakan salah satu indikator penting ber sama pendidikan dalam menentukan daya saing bangsa.

Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pangan dalam r umah tangga ter utama pada ibu hamil dan anak balita akan berakibat pada kekurangan gizi yang ber dampak pada lahir nya generasi muda yang tidak ber kualitas. Apabila masalah ini tidak diatasi maka dalam jangka menengah dan panjang akan ter jadi kehilangan generasi

(gener at ion lost ) yang dapat mengganggu kelangsungan ber bagai

kepentingan bangsa dan negara. Keber hasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh keter sediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, ser ta tangkas dan cer das. Bukti empir is menunjukkan bahw a hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah dan kualitas asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengar uhi langsung oleh faktor konsumsi makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengar uhi oleh pola asuh, keter sediaan dan konsumsi pangan ber agam, faktor sosial-ekonomi, budaya dan politik. Gizi kurang dan gizi bur uk yang ter us ter jadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional.

(37)

14

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Upaya peningkatan kualitas SDM diatur dalam UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan bahw a setiap individu ber hak hidup sejahtera, dan pelayanan kesehatan adalah salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian pemenuhan pangan dan gizi untuk kesehatan warga negara mer upakan investasi untuk peningkatan kualitas SDM. Upaya-upaya untuk menjamin kecukupan pangan dan gizi akan mendukung komitmen pencapaian Millennium Development

Goals (MDGs), terutama pada sasaran-sasar an tahun 2015, yaitu:

(38)

15

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

III. ANALISIS SITUASI

PANGAN DAN GIZI DI INDONESIA

A. Analisis Nasional

Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi. Bagan dibawah ini menyajikan berbagai faktor penyebab kekurangan gizi yang diper kenalkan oleh UNICEF dan telah disesuaikan dengan kondisi Indonesia, dar i ker angka pikir ini ter lihat tahapan penyebab timbulnya kekurangan gizi pada ibu dan anak adalah penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah, dan pokok masalah.

Gambar 2. Ker angka Pikir Penyebab Masalah Gizi

Sumber : UNICEF 1990, disesuaikan dengan kondisi Indonesia

Ter dapat dua faktor langsung yang mempengar uhi status gizi individu, yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi dan keduanya saling mendor ong (ber pengaruh). Sebagai contoh, bayi dan anak yang tidak mendapat air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI yang

Pembangunan Ekonomi , Politik , Sosial, Budaya

Tidak

Masalah

Kemiskinan, Ketahanan Pangan dan Gizi, Pendidikan Daya Beli, Akses Pangan, Akses Infor masi, Akses Pelayanan

PolaAsuh Pember ianASI/ MP-ASI

PolaAsuh Psikososial PenyediaanMP-ASI Keber sihandanSanitasi Keter sediaan

dan Pola Konsumsi RumahTangga

Pelayanan Kesehatandan

Kesehatan Lingkungan

Konsumsi Makanan Status Infeksi

Outcome

Penyebab Langsung

Penyebab Langsung

Akar

(39)

16

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

tepat memiliki daya tahan yang rendah sehingga mudah terserang infeksi. Sebaliknya penyakit infeksi seper ti diar e dan infeksi saluran per nafasan atas (ISPA) mengakibatkan asupan zat gizi tidak dapat diserap tubuh dengan baik.

Faktor penyebab langsung per tama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan ber agam, ber gizi seimbang, dan aman. Pada tingkat makr o, konsumsi makanan individu dan keluar ga dipengar uhi oleh keter sediaan pangan yang ditunjukkan oleh tingkat pr oduksi dan distribusi pangan. Keter sediaan pangan beragam sepanjang w aktu dalam jumlah yang cukup dan har ga ter jangkau oleh semua r umah tangga sangat menentukan ketahanan pangan di tingkat r umah tangga dan tingkat konsumsi makanan keluarga. Khusus untuk bayi dan anak telah dikembangkan standar emas makanan bayi yaitu: 1) inisiasi menyusu dini; 2) member ikan ASI eksklusif sampai bayi ber usia 6 bulan; 3) pemberian makanan pendamping ASI yang berasal dari makanan keluar ga, diberikan tepat w aktu mulai bayi ber usia 6 bulan; dan 4) ASI ter us diber ikan sampai anak ber usia 2 tahun.

Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang ber kaitan dengan tingginya kejadian penyakit menular dan bur uknya kesehatan lingkungan. Untuk itu, cakupan univer sal untuk imunisasi lengkap pada anak sangat mempengar uhi kejadian kesakitan yang per lu ditunjang dengan ter sedianya air minum ber sih dan higienis sanitasi yang mer upakan salah satu faktor penyebab tidak langsung.

Faktor penyebab tidak langsung, selain sanitasi dan penyediaan air ber sih, kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban, tidak mer okok dan memasak di dalam r umah, sir kulasi udara dalam r umah yang baik, r uangan dalam rumah ter kena sinar matahari dan lingkungan r umah yang ber sih. Faktor lain yang juga ber pengar uh yaitu keter sediaan pangan. Selanjutnya, pola asuh bayi dan anak ser ta jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Pola asuh, sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, akses informasi dan tingkat pendapatan keluar ga.

(40)

17

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

analisis pangan dan gizi ber dasar kan pendekatan 5 pilar yaitu sebagai ber ikut:

1. Gizi Masyar akat

Tolok ukur yang dapat mencer minkan status gizi masyar akat adalah status gizi pada anak balita yang diukur dengan berat badan dan tinggi badan menur ut umur dan dibandingkan dengan standar baku r ujukan WHO (2005). Selain itu keadaan gizi masyar akat juga dapat diketahui dar i besar nya masalah kekurangan gizi mikr o pada kelompok rentan, yaitu GAKY, AGB, dan KVA.

Status gizi janin dalam kandungan dipengar uhi oleh status gizi ibu hamil, bahkan status gizi ibu pada saat sebelum hamil. Kur ang gizi pada w anita usia subur (WUS) yang disebut kurang ener gi kr onis (KEK) ditandai dengan lingkar lengan atas (LiLA) kur ang dari 23,5 cm, sehingga ibu ter sebut mempunyai resiko melahirkan bayi ber at lahir r endah (BBLR) karena sejak dalam kandungan janin sudah mengalami kegagalan per tumbuhan janin

(foet al gr owt h r et ar dat ion). Secara nasional WUS dengan KEK

menurun dalam satu dekade terakhir, dari 24,9 per sen pada tahun 1999 ke 16,7 per sen pada tahun 2003 dan menjadi 13,6 per sen pada tahun 2007. Masalah anemia pada WUS juga perlu mendapat perhatian sejak sebelum hamil agar janin terhindar dari resiko kurang zat besi. Anemia berat pada ibu hamil meningkatkan resiko kematian ibu melahirkan akibat per darahan pasca per salinan. Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa di perkotaan 19,7 per sen WUS mender ita anemia dan 24,5 per sen menderita anemia pada saat hamil.

(41)

18

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Walaupun penur unan prevalensi gizi kurang pada anak memberi harapan bahwa Indonesia telah on t r ack dalam pencapaian indikator MDG1, yang harus diturunkan menjadi 15,5 per sen pada tahun 2015 (gambar 3), tetapi disparitas antar provinsi mulai dari DI Yogyakarta 10,6 per sen sampai NTB 30,5 per sen masih per lu mendapat perhatian (Riskesdas, 2010) sebagaimana pada gambar 7.

Gambar 3. Kecenderungan Pr evalensi Kur ang Gizi pada Anak 0-59 Bulan

Gizi Kur ang Gizi Bur u k Keku ran gan Gizi Targe t

Target M DG 2015

Sumber : Susenas 1989-2005 dan Riskesdas 2007 dan 2010

Sebaliknya, prevalensi anak balita pendek secara nasional hanya dapat ditur unkan dari 36,8 per sen pada tahun 2007 menjadi 35,6 per sen pada tahun 2010, padahal tar get pada RPJMN pada 2014 harus ditur unkan menjadi 32 per sen. Dispar itas antar provinsi mulai DI Yogyakarta 22,5 per sen sampai NTT 58,4 per sen

( sebagaimana pada gambar 8) memer lukan penanganan

melalui pr ogram yang ber orientasi aksi, spesifik dan ter padu di setiap w ilayah agar ter jadi sinergi kegiatan antar sektor di pemer intah dengan semua st akeholder s sehingga ter jadi percepatan pencapaian MDGs.

(42)

19

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Gizi bur uk ter jadi karena kekurangan gizi tingkat ber at yang bila tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan kematian. Untuk itu, sur veilans gizi bur uk dilakukan dengan semakin baik sehingga upaya untuk menanggulangi anak balita dengan gizi buruk semakin dapat ditingkatkan. Ber dasarkan laporan dinas kesehatan pr ovinsi, pada tahun 2008 jumlah anak balita gizi buruk di selur uh Indonesia yang ditemukan dan mendapat perawatan sebanyak 41.064 kasus, dan pada tahun tahun 2009 sebanyak 56.941 kasus.

Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) dapat diatasi dengan mudah melalui garam yang telah difortifikasi yodium sesuai standar. Masalah r endahnya konsumsi garam ber yodium cukup (>30ppm) di r umah tangga, adalah hanya 62,3 per sen (Riskesdas 2007), antar a lain karena belum optimalnya penggerakan masyar akat, kurangnya kampanye konsumsi garam ber yodium, dan dukungan r egulasi yang belum memadai. Masalah lain adalah belum r utinnya pelaksanaan pemantauan gar am beryodium di masyar akat.

Xer ophthalmia merupakan masalah kesehatan masyar akat yang telah dapat ditangani sejak tahun 2006 (studi gizi mikr o di 10 pr ovinsi), namun KVA pada balita dapat berakibat menur unnya daya tahan tubuh sehingga dapat meningkatkan kesakitan dan kematian. Untuk itu suplementasi vitamin A tetap harus diberikan pada balita 6-59 bulan, setiap 6 bulan, dianjur kan pada bulan kampanye kapsul vitamin A yaitu pada bulan Februar i dan Agustus. Kapsul vitamin A juga harus didistribusikan pada balita di daerah endemik campak dan diare. Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa cakupan pember ian kapsul vitamin A secar a nasional pada anak balita sebesar 69,8 per sen . Ter jadi disparitas antar pr ovinsi dengan jar ak 49,3 per sen sampai 91,1 per sen . Cakupan nasional ini menur un dar i 71,5 per sen . Sementar a, pada tahun 2007 hanya 44,6 per sen ibu nifas mendapat suplementasi vitamin A dan meningkat menjadi 52,2 per sen pada tahun 2010.

(43)

20

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Walaupun masalah gizi masih menjadi masalah kesehatan masyar akat, di lain pihak telah ter jadi kecender ungan peningkatan bayi dan anak di bawah dua tahun yang menderita gizi lebih dan kegemukan (obese), masing-masing 20 per sen dan 12,6 per sen (Riskesdas 2010). Kondisi ini akan menjadi beban ganda dalam pembangunan gizi masyarakat di masa mendatang.

Berbagai faktor menjadi penyebab kur ang gizi pada ibu, bayi dan anak. Kemiskinan dinilai sebagai penyebab penting masalah kurang gizi karena keluar ga miskin tidak dapat memenuhi asupan makanan yang cukup dan berkualitas, dan keluarga miskin biasanya adalah tenaga ker ja yang ber pendidikan rendah sehingga tingkat pengetahuan pangan dan pola asuh juga kur ang ber kualitas. Selain itu, keluar ga miskin cender ung mempunyai anggapan bahwa anak adalah calon tenaga ker ja yang dapat memberi tambahan pendapatan keluarga. Padahal banyak anak justr u semakin menjadi beban karena anak yang tidak tumbuh kembang dengan baik akan lebih rentan ter hadap penyakit infeksi. Penelitian menunjukkan bahw a keluarga termiskin di Indonesia menggunakan hampir 70 per sen pendapatannya untuk pengeluaran makanan. Korelasinya sangat jelas dengan tingginya kejadian masalah kurang gizi pada anak yang ber asal dari kelompok termiskin ini, yaitu 23,6 per sen gizi kur ang dan 47 per sen anak pendek.

(44)

21

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Gambar 4. Per sentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi, 2010

(45)

22

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Tabel 1. Kontribusi Ener gi per Kelompok Pangan dalam Pola Makan Rata-r ata (Kalori/ Kapita/ Har i) , Tahun 2004-2008

Kelompok

Pangan 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Padi-padian

1.248,2 1.240,6 1.223,7 1.243,7 1.281,4 1.235,8

Umbi-Umbian

77,3 72,7 61,2 62,3 62,1 47,7

Pangan Hewani

134,1 138,9 129,3 155,3 156,6 148,0

Minyak dan Lemak

194,6 199,3 196,4 202,7 203,9 195,1

Buah/ Biji Ber minyak

47,3 50,6 44,7 46,8 41,7 37,3

Kacang-Kacangan

64,3 67,5 66,2 72,6 62,3 57,5

Gula 100,7 99,1 88,9 96,1 94,2 87,0

Sayur dan Buah

87,0 92,9 83,2 100,3 100,3 84,0

Lain-Lain 32,6 35,0 33,4 35,2 35,7 35,1

Total Energi

1.986,0 1.996,0 1.927,0 2.015,0 2.038,0 1.927,5

Sumber : BPS, Susenas diolah Kement er ian Per t anian

(46)

23

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Gambar 5. Per kembangan Rata-r ata Keter sediaan Ener gi dan Pr otein per Kapita

Sumber : Dat a diolah Kement er ian Per t anian, 2010

Tingginya pr opor si sumber kar bohidrat dalam pola konsumsi pangan penduduk menunjukkan bahw a kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan kekurangan gizi. Meskipun kontribusi padi-padian dalam konsumsi pangan masih cukup tinggi, namun data Susenas menunjukkan ter jadinya penurunan. Hal ini menunjukkan adanya per ubahan pola konsumsi yang membaik dan ber kurangnya keter gantungan kepada padi-padian sebagai sumber energi. Ber dasar kan ulasan ter sebut, tantangan dalam perbaikan gizi masyarakat adalah per baikan pola konsumsi pangan sesuai kaidah asupan gizi seimbang dengan meningkatkan aksesibilitas ter hadap pangan dan mendor ong percepatan diver sifikasi konsumsi.

Akses pangan (rumah tangga) adalah kondisi penguasaan sumber daya (sosial, teknologi, finansial/ keuangan, alam, manusia) yang cukup untuk memper oleh dan/ atau ditukar kan untuk memenuhi kecukupan pangan, termasuk di rumah tangga. Keter sediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua r umah tangga mampu dan memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun keragaman pangan melalui mekanisme ter sebut di atas. Masalah akses ter hadap pangan untuk penduduk miskin merupakan gabungan dari masalah kemiskinan, kurangnya peker jaan tetap, pendapatan tunai yang rendah dan tidak tetap, ser ta terbatasnya daya beli.

(47)

24

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Aksesibilitas pangan atau keter jangkauan pangan oleh masyar akat dipengar uhi oleh ber bagai hal, antara lain: harga pangan, tingkat pendapatan atau daya beli, kestabilan keamanan sosial, anomali iklim, bencana alam, lokasi dan topografi, keber adaan sar ana dan pr asarana transportasi, kondisi jalan, dan lainnya. Permasalahan akses pangan secara fisik masih disebabkan oleh kur ang memadainya fasilitas prasarana jalan, pelabuhan, dan sar ana angkutan/ transpor tasi yang menyebabkan biaya distr ibusi pangan menjadi mahal.

Sar ana distribusi pangan seperti fasilitas pasar umum, sarana penyimpanan dan pengolahan hasil per tanian, masih ter batas jumlahnya. Ter batasnya sarana ter sebut menyulitkan masyar akat untuk melakukan penyimpanan dan pengolahan, sehingga tidak dapat diper oleh mutu pangan dan nilai tambah yang tinggi. Peratur an per undangan juga belum mendukung kelancaran distribusi pangan, berbagai pungutan dan retribusi mengakibatkan meningkatnya biaya distribusi pangan.

(48)

25

RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2011-2015

Gambar 6. Kecenderungan Skor PPH di Per desaan dan

Per kotaan, Tahun 2002-2009

Sumber : BPS, Susenas, diolah Kement er ian Per t anian

Kondisi tingkat konsumsi ter sebut di atas menunjukkan bahw a situasi akses pangan masyar akat masih memer lukan upaya perbaikan ter us menerus. Ditinjau dar i sisi geografis, wilayah-w ilayah yang masih memiliki AKG <70 per sen ter sebar di wilayah-w ilayah timur Indonesia. Kondisi ini menunjukkan ada ber bagai faktor yang mempengar uhi tingkat aksesibilitas pangan masyarakat.

Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan aksesibilitas masyar akat ter hadap pangan umumnya ber sifat kr onis yang meliputi aspek fisik, ekonomi, dan sosial. Aspek fisik ber upa infr astr uktur jalan dan pasar, dan aspek ekonomi ber upa daya beli yang masih r endah karena kemiskinan dan pengangguran, ser ta aspek sosial ber upa tingkat pendidikan yang rendah.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep Implementasi Rencana Aksi
Gambar 2.  Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi
Gambar 3. Kecenderungan Prevalensi Kurang Gizi pada Anak
Gambar 4.    Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peta-peta yang dikumpulkan adalah peta distribusi gajah di Tesso Nilo terutama hasil penggunaan GPS collar di dua tempat yaitu di wilayah Taman Nasional yang definitif dan wilayah

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa kadar gula darah pada kelompok eksperimen pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah Ambarketawang

Apabila besarnya LQ = 1, maka pangsa pasar derah tersebut sebanding dengan pangsa daerah yang lebih luas (Provinsi Bengkulu) sehingga tidak bisa dijadikan sektor unggulan. Subsektor

Bahwa Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri semarang dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan atau UU, sehingga permohonan kasasi yang diajukan

2. Yang mana lebih untung adalah subjektif sesangat aitu bergantung kepada pelbagai faktor. Kalau saya di tempat awak, kalau saya mampu layan loan ASB 100k 15 tahun iaitu dgn

Laporan akhir ini disusun berdasarkan hasil pembuatan alat dengan judul “ Pembuatan Pulp dari Bahan Baku Serat Lidah Mertua (Sansevieria).. dengan Menggunakan

Menurut Shoimin (2014: 170) model pembelajaran simulasi adalah model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap suatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya ( state

karakter termasuk upaya yang dilakukan oleh guru sejarah di SMA Negeri 1 Tibawa.. SMA Negeri 1 Tibawa dipilih oleh peneliti sebagai objek penelitian karena