• Tidak ada hasil yang ditemukan

NAFSIOLOGI DITINJAU DARI SUDUT PANDANG K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NAFSIOLOGI DITINJAU DARI SUDUT PANDANG K"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

NAFSIOLOGI DITINJAU DARI SUDUT PANDANG KONTEMPORER

Oleh : Neneng Runingsih M.Ag

Dosen STAI Muhammadiyah Garut

Abstrak

Jurnal ini berorientasi kepada Nafsiologi dari sudut pandang kontemporer, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat materi ini sebagai bahan pembaharuan cara berpikir dan interpretasi-interpretasi kontemporer yang dapat membawa manusia kepada tujuan yang benar dan mulia sebagai seorang mutaqi, karena seorang mutaqi itu memiliki mekanisme daya tangkal kejahatan yang dapat menyelamatkan dirinya dan orang lain. Yang pada akhirnya penulis berinisiatif menjadikannya sebuah jurnal, sehingga dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan acuan untuk mencerdaskan bangsa agar mereka memahami inti segala sesuatu dari ayat-ayat Allah swt, yaitu memahami fenomena-fenomena Alam yang berwujud material objektif ciptaan Allah swt, yang bersifat dualis, sehingga teraplikasikan pada realita kehidupan sehari-hari dalam bentuk prilaku sadar manusia antara negasi dan afirmasi terhadap wujud objektif itu. Sebagaimana yang tercantum didalam QS. Al- Jathsiyah 45 : 3-6 “Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman”. QS. Al- Jathsiyah 45 : 3 “Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini”. QS. Al- Jathsiyah 45 : 4 “Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal”. QS. Al- Jathsiyah 45 : 5 “Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan Allah swt,”. QS. Al- Jathsiyah 45 : 6. Sebagai bahan bacaan dan acuan dari hasil penelitian perbandingan dan pemahaman penulis tentunya, jurnal ini akan dinamis terus dilakukan perbaikan, seiring dengan perubahan situasi dan kondisi serta kemajuan ilmu pengetahuan kontemporer, oleh sebab itu saran dan pendapat dari para pembaca dan peneliti sangat diharapkan untuk kesempurnaan jurnal ini. Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta kecerdasan dalam berfikir.

Kata Kunci : Nafs, Ibadah, Hak Asasi Manusia.

Abstract

(2)

Keywords: Nafs, Worship, Human Rights

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nafsiologi adalah ilmu tentang nafs dengan segenap kemampuanya, baik potensi maupun aktualita. Istilah nafs berasal dari kitab suci Al-Qur’an, sebagaimana Allah swt, berfirman : “Allahlah yang menciptakan manusia dari Nafs yang satu dan dari Nafs itu, Allah menciptakan istrinya” . (QS. Al-‘Araaf 7 : 189)

Allah swt, menciptakan manusia memiliki tujuan, Allah swt, berfirman dalam QS. Az-Zariyat 51 : 56. Yang artinya : “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaku”

Pengertian ibadah disini adalah segala prilaku aktivitas dan perbuatan manusia di jalan lurus, untuk melaksanakan prilaku aktivitas dan perbuatan manusia agar senantiasa meniti jalan lurus maka manusia harus mengetahui terlebih dahulu seperti apa jalan yang lururs itu?. Dalam hal ini Allah swt, berfirman didalam QS. Al-Isra’ (17):9

          

     

Artinya : “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal sholih, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9).

Dan terdapat pula dalam Al-Qur’an sebagaimana Allah swt, berfirman : QS. Yasin (34) : 61

   

   

Artinya : “ Dan Hendaknya kamu beribadah kepada-Ku itulah jalan yang lurus”.

Jadi manusia didalam kegiatan hidup dan kehidupan keseharianya sehubungan dengan kegiatan bertutur kata berprilaku beraktivitas dan berbuat sesuai dengan keahlianya masing-masing. Agar kegiatan mereka itu memperoleh nilai ibadah kepada Allah swt.

(3)

sipil yang tunduk kepada kondisi social, artinya Nabi semasa hidupnya telah menetapkan undang-undang sipil untuk mengatur masyarakat dalam wilayah yang dihalakan, dan untuk membangun pemerintahan dan masyarakat Arab pada abad ke 7. Karena itulah, ia tidak bersipat abadi sekalipun terdapat ratusan hadits mutawatir dan shohih mengenainya karena bukan wahyu, tetapi merupakan ijtihad yang bersipat pembatasan dalam wilayah yang dihalalkan, dimana sesuatu yang telah dibatasi tadi dimungkinkan untuk dimutlakan kembali seiring dengan perubahan kondisi objektip yang ada.

Itulah sebabnya Allah swt, menurunkan kitab suci al-Qur’an sebagai petunjuk, agar manusia mempergunakan akal pikiranya dalam melaksanakan ibadah atau amal soleh, sebagai rasa syukur terhadap kasih sayang Allah swt. Sehingga manusia mendapat jaminan dari Allah swt, sebagaimana Allah swt, berfirman didalam QS. An-Nahl 16 : 97

                   

Artinya : “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl/16 : 97)

II. PEMBAHASAN

A. Al-Qur’an sebagai petunjuk Definisi Nafs

Potensi yang mendasar yang selama ini belum banyak ditelusuri dan diungkap oleh para ilmuan muslim, berdasarkan dari sudut pandang kontemporer dengan metoda Rasional Ilmiah dasar-dasar epistemology Qur’ani yaitu 1). Qolbu 2). Fu’ad 3). Ruh 4). Nafs dll. Karena selama ini istilah-istilah itu terbungkam dengan penafsiran hubungan-monolinier antara teks kitab suci Al-Qur’an dengan tafsirnya. Keyakinan bahwa ada hubungan yang final antara suatu teks dengan tafsir tertentu, mesti dibongkar sebab, keyakinan semacam itu akan menimbulkan berbagai dampak negarif diantaranya.

1. Fanatisme terhadap tafsir tertentu serta menolak keyakinan, keabsahan tafsir yang lain.

2. Akan menutup kemungkinan terbukanya teks terhadap berbagai penafsiran dengan tertutupnya keragaman tafsir itu, maka sebuah teks akan mengalami semacam pembusukan.

(4)

epistimologinya dalam realitas sekarang, jika mereka masih mempertahankan ortodoksi nalar klasik yang hadir beberapa abad yang lalu.

Jurnal ini adalah “pil pahit” yang harus ditelan oleh umat islam jika mereka mau menyembuhkan “sakit”nya yang teramat parah yang ada di tubuh umat islam sendiri. Tidak diragukan lagi, ini salah satu terapi alternative yang akan menyegarkan kembali pola berpikir umat islam.

B. Manusia yang diberi petunjuk Peranan Nafs

Banyak ilmuwan Islam yang mengungkapkan rahasia tentang nafs, namun berbeda dengan apa yang akan penulis jabarkan dalam jurnal ini. Definisi Nafs yang penulis pahami dengan berdasarkan kepada Teks ayat-ayat Al-Qur’an yang penafsiranya atau terjemahanya akan berbeda, sehingga dalam pemahamanya akan dapat diketahui setelah penulis tuturkan.

Potensi yang mendasar yang selama ini belum banyak ditelusuri dan diungkap oleh para ilmuan muslim, berdasarkan dari sudut pandang kontemporer dengan metoda Rasional Ilmiah dasar-dasar epistemology Qur’ani.

Jumhur ulama menapsirkan bahwa yang dimaksud Nafsin wahidah adalah Adam. Nafs adalah Diri, Wahidah adalah satu jadi (dari diri yang satu) yaitu Adam.

Al-Manar menafsirkan bahwa Nafsin wahidah ini bukan Adam tetapi suatu bibit manusia yang khusus (species manusia) yang belum bisa terungkap.

Penulis akan mencoba untuk mengungkapnya. Kalau kita lihat bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt, itu dari Nafsin wahidah dari Nasf yang satu, maka akan terlihat (terpahami) dengan keterangan yang terdapat didalam QS. Al-An’am 6:93





































































































Artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:” Telah diwahyukan kepada saya “, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:” Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah “. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):” Keluarkanlah nafsmu “. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”

(5)

Nafs-nafs waktu mautnya dan Nafs-nafs-Nafs-nafs yang belum maut ketika tidurnya…”. didalam teks Al-Qur’an istilah Nafs baik yang mati maupun yang keluar (bukan Nyawa, bukan Jiwa dan juga bukan Ruh).

Bahkan dengan istilah “Jiwa” yang penulis ketahui sudah di klaim oleh agama Hindu didalam “BHAGAVAD-GITA” bahwa jiwa itu adalah Brahma (sang pencipta). Dan tidak ditemukan definisi kata jiwa baik dalam Al-Qur’an atau Hadits shahih demikian pula istilah “nyawa” sedangkan antara Ruh dan Nafs perbedaanya sangat besar dimana ruh, padanya tidak ada perlawanan dan ikatan abstrak. Al-Ruh ini merupakan sebab bagi adanya pengetahuan pembebanan hukum dan pemberian status kekholifahan kepada manusia. Ia bersumber langsung dari Allah swt, QS. Al-Isra’ 17:85.

               

85. dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Didalam QS. Shaad 38 : 72 Allah swt, berfirman:

         

Artinya : "Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya (Adam), dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu (para malaikat) tersungkur dengan sujud kepadanya'." – (QS.38:72)

Karena ia adalah termasuk diantara sifat-sifat Allah yang padanya tidak berlaku “Konflik kontradiktif internal” didalam esensinya. Adapun Al-Nafs adalah suatu yang mati yang merupakan bentuk-bentuk yang mempunyai kemampuan untuk mempersepsi, meng indra, menikmati, merasakan serta mempunya dialektika khusus. Al-Nafs ini berbeda dengan Al-Ruh, melainkan hasil dari Ruh, karena bentuk-bentuk dan indra didasarkan atas persepsi-persepsi atas segala sesuatu. Sedangkan persepsi terhadap segala sesuatu bisa sempurna dengan media Ruh. Masalah-masalah ini (Ruh) tidak akan terurai dengan adanya kematian karena ia tidak bersipat material. Oleh karena itulah ia diidentikan dengan Al-Wafat, sedangkan untuk Al-Nafs Organik diidentikan dengan istilah maut. Dua istilah tersebut diberikan untuk dua kondisi tersebut, karena masing-masing dari keduanya saling berkait didalam kehidupan. Tidak akan terjadi pemisahan kecuali dengan dua keadaan, yaitu Al-Manam dan Al-Maut. Oleh sebab itulah Allah berfirman “Allah yang mewafatkan nafs-nafs ketika matinya dan nafs-nafs yang tidak mati dalam tidurnya”

Dan apa-apa yang penulis telah jabarkan diatas sehingga penulis menyimpulkanya, karena berdasarkan : QS. Al-Infithar 82 : 4 dan 5

         

Artinya : 4. dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, 5. Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.

Ayat inilah yang memperjelas bahwa yang dibangkitkan itu bukan Nyawa, Ruh atau Jiwa tetapi Nafs.

(6)













Artinya : “Setiap nafs bertanggung jawab atas apa yang dilakukanya”

Setiap orang harus bertanggung jawab, jadi yang diminta pertanggung jawaban oleh Allah adalah Nafs-nya.

Kemudian kita lihat kembali didalam QS. Al-Infithar 82 ayat 5 bahwa “Setiap Nafs akan mengetahui” .













Artinya : “Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.”

Dalam QS. Al-Fajr 89:23 menjelaskan bahwa.





















Artinya : “Dan pada hari itu diperlihatkan Neraka Jahanam, pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu”

Ini kejadian di alam kubur sehingga nafs inilah yang tidak mati, yang melayang, yang lepas dari jasad yang diperlihatkan, (mimpi yang benar) dan manusia tetap sadar ( ingat, merasa, tahu, mengerti, memeahami) apa-apa yang sudah diperbuatnya selama didunia, sehingga sunnatullahnya, atau konsekwensi, akibat dari suatu amal perbuatan didunia itulah yang akan dirasakanya nanti setelah dibangkitkan kembali dengan wujud material yang berbeda, sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah swt, dalam QS. Al-Fajr 89:24











Artinya : “Dia berkata alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan)untuk hidupku ini”

Allah swt, menjelaskan dalam ayat ini bahwa sebuah penyesalan yang teramat dalam harus diterima dan sudah tidak bisa lagi diimbangi dengan amalan-amalan baik karena dimensi waktu untuk melakukan amal soleh sudah tiada lagi.

Kemudian ditegaskan kembali dalam QS. Al-Infithaar 82:19





















Artinya : “(yaitu) pada hari (ketika) seseorang tidak berdaya (menolong) orang lain dari segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah”

Tidak ada lagi dimensi waktu untuk saling menyalahkan apalagi untuk saling menolong, kekuasaan mutlak berada ditangan Allah swt, disinilah diperlihatkan, dirasakan, dan diingatkan, oleh Allah kepada manusia yang telah diberi petunjuk tetapi tetap berada pada kesombongan dan kelalaian. QS. At-Tariq 86:10 “Pama lahuu mintuwatiwalaa naasirin” Artinya : “Maka manusia tidak lagi mempunyai suatu kekuatan dan tidak (pula) ada penolong.

(7)

1. Nafs pisik (mati, terurai dan hancur) 2. Nafs non pisik (ingatan dan peerasaan)

Serta peranan Nafs disini adalah:

 Tahu

 Ingat

 Mengerti

 Merasa

 Memahami

Jadi antara nafs yang pisik da n yang non pisik itu berperan sebab nanti pada hari kiamat ketika dibangkitkan kembali maka nafs-nafs itu akan disatukan kembali dengan dengan nafs material objektip yang berbeda seperti material objektip didunia ini seperti yang jelaskan dalam firman Allah swt, dalam QS. 81:7

Ketika hidup didunia ingatan itu disimpan didalam sel-sel syaraf otak yang rumit dan unik, yang sampai sekarang diteliti oleh para pakar didunia yang masih belum selesai. Ingatan itu proses biologi (kumpulan reaksi elektro kimia didalam otak) atau dengan kata lain ingatan itu ialah informasi yang diberi kode dipanggil kembali.

Contoh : “Kalau kita parkir di suatu Mall misalnya di lantai 2 blok C kemudian ketika kita akan pulang tentu yang dicari lantai 2 blok C. Maka untuk memanggil kembali ingatan dimana kita parker tadi akan dipanggilnya kembali melalui kode itu. Ingatan itu informasi yang diberi kode untuk dipanggil dengan kode itu, jadi si kode itu sebagai alat pemanggil, dan berperan sebagai informasi. Ingatan ini kalau didunia ini sangat penting karena berpikir itu adalah proses mengingat. Jadi apa yang dijelaskan didalam Al-Qur’an bahwa al-Qur’an itu menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk, sebagai rahmat, sebagai kabar gembira bagi orang-orang mukmin

Ingatan dan perasaan itu akan tetap eksis dari dunia sampai akhirat sebagaimana yang difirmankan Allah swt, QS. At-Takwir 81 ;7









artinya : “Dan apabila nafs-nafs dipertemukan dengan tubuh” Nufus disini adalah nafs-nafs. QS. Al-Infitar 82;5 “Setiap Nafs akan mengetahui apa yang telah dikerjakanya dan yang dilalaikanya”.

QS. Al-Mu’min 40:46

Artinya : "Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): 'Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya, ke dalam azab yang sangat keras'.

QS. Ali-Imran 3:110

(8)

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Manusia diberi petunjuk oleh Allah swt, lalu manusia itu diberi kekuatan untuk mencerna petunjuk itu, kalau manusia basyar tidak mampu mencerna, dengan tiupan ruh itulah manusia memiliki ilmu pengetahuan, manusia bertanggung jawab dengan aturan dengan hokum, karena diberi beban, hokum manusia bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas kekholifahan

Kalau kita membahas dari sisi saikologi yang tidak membicarakan masalah baik buruk yang tidak membicarakan masalah keimanan karena yang diresmikan sebagai ilmu yang sudah diresmikan

Saikologi itu adalah teori JB Witsend yaitu saikologi bi hafiorist mempelajari tingkah laku saja karena dianggap oleh JB Withsen itu berbicara masalah batin itu katanya tidak objektif dan tidak ilmiah karena tidak ada buktinya seperti kata iman,t idak ada bukti wujud material

Berbicara masalah nafs yang dikaitkan dengan manusia QS.Az-Zummar 39:42























































Artinya : "Allah mewafatkan nafs-nafs ketika mautnya, dan nafs-nafs yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Ia tahanlah nafs yang telah ia tetapkan kematiannya, dan Dia melepaskan nafs yang lain (yang tertidur) sampai waktu yang ditentukan (saat kematiannya). Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah, bagi kaum yang berpikir."

Allah mewafatkan Nafs ketika matinya jadi ada nafs yang wapat ada Nafs yang mati “Walati lam tamut fimanamiha” dan yang belum mati ketika ia tidur, jadi yang belum mati itu Nafs ketika ia tidur siapa yang tidur Nafs juga, jadi didalam tidur itu ada dua Nafs yang tidur dan yang wafat karena al manam itu adalah mimpi yang benar, jadi al manam disitu bukan tidur itu sendiri yang belum mati ketika tidurnya. Dan yang belum mati ketika tidurnya (yang belum mati itu apa?) nafs didalam manam itu jadi manam itu keteranganya dalam ada pada QS. As-Shaffat 37:102

(9)

Ada yang mati ketika tidurnya mimpi ketika di alam duniawi. Ada yang wafat itu berkaitan dengan kematian, jadi wafat itu adalah mimpi yang benar yang diperlihatkan di alam kubur, Ada yang mati fisik dan yang mati ini dijelaskan dalam QS Ali- Imran : 3/185.

                          

Artinya : “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya”.

QS. Al-Mulk 67 ;10

           

Artinya : “Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".

Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia untuk membedakan yang Hak dan yang Bathil yang pada umumnya para mufasirin mengartikan hak dan Bathil berbeda-beda dalam mengartikanya. Diantaranya bathil diartikan (tanpa hikmah, dan sia-sia) kemudian untuk istilah Hak diartikan (Benar dan Hak). Ada juga ditafsir kontemporer Muhammad Syahrur bahwa arti Hak itu adalah Nyata (Ril) sedangkan arti dari pada Bathil adalah Ilusi. Salah tafsiran ini juga yang menjadi dasar pembahasan dalam jurnal ini.

Artinya: "Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).

Kalau kita mengambil dari QS. Shad 27 kemudian kita bandingkan dengan QS. As-Shuro ayat 24 disini jelas sekali Allah swt, menjelaskan bawa maksudnya adalah (Nyata / Ada) sedangkan Bathil itu adalah (Ilusi / Bohong) bahkan didalam QS. 38 : 27 di jelaskan oleh Allah swt,



Wamaa khalaqnassama'a wal'ardla wamaa baynahumaa baathilan dzalika dhannulladziina kafaruu fawaylullilladziina kafaruu minannar(i)

(10)

Ini tidak hanya sebuah cerita saja tetapi betul-betul nyata dan ada. Kemudian ini titegaskan didalam QS. 42 : 24 “Dan Allah menghapuskan yang Bathil” yang bathil itu hapus “Dan menetapkan yang Hak pada kalimat-kalimat Allah”. Kalimat-kalimat Allah wujud material itu sendiri.

Seperti itulah kita memahami firman Allah swt, QS. Mariam 19:35 “yakulu lahu kunfayakun”. “Apabila Allah telah menetapkan sesuatu Allah hanya berkata kepadanya. Jadilah. Maka jadilah sesuatu itu”.

Redaksi seperti ini terdapat pula dalam beberapa ayat diantaranya QS. Al-Baqarah 2:117 dan QS. Yasin : 82

Mari kita lihat QS. Al Hajj 22:62





































Artinya: 62. (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena Sesungguhnya Allah, Dialah (tuhan)

yang haq dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, Itulah yang batil, dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.

Yang menyeru kepada selain Allah adalah Ilusi artinya hanya Allah yang ada Selain apa-apa yang telah dikemukakan diatas Al-Qur’an juga sebagai Starting Point Ilmu Pengetahuan bagi Manusia dimana wahyu pertama Allah swt, memerintah membaca, Allah swt, berfirman di dalam Al Qur`an surat Al ‘Alaq ayat 1 sampai 5:

Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (alat tulis) (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Seorang alim tafsir yang bernama Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya yang berjudul “Tafsirul Qur`anil ‘Azhim” : “Ayat Al Qur`an yang paling pertama turun adalah ayat-ayat mulia yang memiliki berkah ini. Ayat-ayat-ayat ini adalah rahmat pertama yang mana dengannya Allah merahmati para hamba dan merupakan kenikmatan pertama yang Allah berikan kepada mereka.

Di dalam ayat-ayat ini terdapat peringatan tentang awal mula penciptaan manusia adalah dari segumpal darah. Di antara kemurahan Allah swt, adalah mengajarkan kepada manusia tentang hal yang tidak mereka ketahui. Lalu Allah swt, mengangkat derajatnya dan memuliakannya dengan ilmu. Ilmu inilah ukuran yang membedakan antara bapak manusia Adam dengan para malaikat.

Ilmu terkadang terdapat di dalam akal pikiran, terkadang di lisan, terkadang di tulisan tangan. Akal, lisan, dan tulisan. Oleh karena itu Allah berfirman: Di dalam sebuah atsar disebutkan:

(11)

“Ikatlah ilmu itu dengan tulisan.” [Riwayat Al Hakim (1/106) dari Umar bin Khaththab dan Anas bin Malik secara mauquf. Atsar ini shahih]

Di dalam atsar yang lain:

             

Artinya : “Barangsiapa yang mengamalkan ilmunya, maka Allah akan memberinya ilmu yang tidak diketahuinya sebelumnya.”

[Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di Hilyatul Auliya`]

Membaca disini artinya mempelajari, apa yang harus dibaca atau dipelajari oleh manusia?

Ayat di atas tidak menyebutkan objek bacaan maka dari itu kata iqro di gunakan dalam arti membaca, menelaah, memepelajari, menyampaikan, dan sebagainya, dan karena objeknya bersifat umum, maka objek tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, baik yang merupakan bacaan suci yang bersumber dari Allah swt, maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun tidak tertulis.

Menjadikan dari segumpal darah salah satu cara yang di tempuh oleh al quran untuk mengantar manusia menghayati petunjuk Allah adalah memperkenalkan jati dirinya antara lain dengan menguraikan proses kejadiannya. Dalam ayat ini Allah mengungkapkan cara bagaimana ia menjadikan manusia, yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia di jadikan Allah dari sesuatu yang melekat dan di berinya kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu yang ada di bumi ini serta menundukannya untuk keperluan hidupnya dengan ilmu yang di berikan allah kepadanya.

Arti Qalam dalam ayat ini bukan pena yang pada umumnya terdapat pada kebanyakan tafsir Al-Qur’an tetapi Qalam disini adalah perbedaan-perbedaan yang terkandung didalam semua wujud material objektip ciptaan Allah swt, Contoh material objektip yang harus dibaca dan diperlajari terdapat dalam QS. ar-ruum 30 :22

              

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”.

Pada zaman Adam (species manusia) belum terdapat pena yang diartikan sebagai alat tulis, karena pena dibuat manusia dalam rentan waktu relatip belum lama, jadi Allah mengajar Adam karena Adam sudah diberi taklim yaitu kemampuan membedakan (tiupan Ruh Allah) atau dalam ilmu kedokteran disebut reseptor (penerima).

(12)

Yang diambil kesaksian disini adalah Nafs, Kesaksian terhadap Nafs. Allah mengambil kesaksian terhadap Nafs manusia pada saat nafs masih berada di Sulby (Tulang sulby yang tidak bisa hancur) jadi nafs yang menyaksikan, bahwa nafs yang itu adalah Bala sahidna, langsung tanpa reserve membenarkan bahwa Allah sebagai sang pencipta. siapa itu bala sahidna?.

Disini penyaksianya itu bukan penyaksian fu’adi bukan penyaksian dengan mata dan telinga, bukan dengan penglihatan dan pendengaran, tetapi dengan ingatan dan perasaan yaitu dengan berfikir dan disini sudah memakai akal (alastu birobikum? Bukankah aku ini rabbmu?) rabb itu Pencipta, Pemelihara, Pendidik, Penyempurna (Bukankah Aku ini sebagai pencipta? / Bukankah Aku ini sebagai pemelihara kamu? / Bukankah Aku ini sebagai pendidik kamu? / Bukankah Aku ini sebagai penyempurna kamu? Bala sahidna)

Disitu sudah bisa digambarkan bahwa karena bukan penyaksian secara fuadi, bukan penyaksian dengan secara melihat dengan mata dan mendengar dengan telinga tapi dengan berfikir dan perasaan (ingat dan perasaan).

Maka untuk kehidupan (untuk hidup dan kehidupan kita di alam dunia ini) terdapat dalam QS. An-Nahl :78. Jadi menyaksikan sesuatu itu dengan cara didengar dengan cara dilihat (yang keluar dari kandungan ibu yang tidak tahu apa-apa) yang ini untuk hidup dan kehidupan kemudian diberi potensi yaitu pendengaran, penglihatan dan ‘af-iddah

Alat inilah yang dipergunakan untuk melaksanakan tiupan Ruh (Pendengaran, Penglihatan dan ‘af-iddah) dan itu yang paling utama, disertai dengan seluruh tubuh kita itu sebagai alat penerima dimanapun, sebagai contoh di kaki menginjak duri, dikulit terasa dingin, panas, gatal, perih dll, ingat dan rasa itu tidak bisa dipisahkan karena mempunyai hubungan koherensi yang disebut dalam al-Qur’an itu masuknya stimulus dari luar itu yang dapat menyaksikan secara fuadi pendengaran dan penglihatan masuk kedalam af’iddah (fa’ada – fu-ad – af – iddah), af-iddah itu suhu yang sangat tinggi/panas atau temperature yang sangat tinggi

Jadi permulaan ini kamu tidak tahu apa-apa jelaslah ini hubunganya dengan Ilmu Pengetahuan. Jadi fa’ada, af’idah dan fu’ad disini adalah kemampuan nalar, temperature yang sangat tinggai/ panas disini adalah semangat untuk mencari ilmu, dengan kata lain kita telah diberi kekuatan yang disebut taklim (pembeda) contoh dingin dengan panas

Yang pertama dari Manusia kemudian ada kesaksian Ini bukan kesaksian fu’adi, bukan kesaksian wujud material tetapi kesaksian berfikir.

3. Pelaksanaan Ibadah Manusia a. Pengertian Ibadah

(13)

memperhambakan diri, menyembah dsb. Dengan kata lain pengertian ibadah ialah (amal soleh) yaitu segala prilaku aktivitas perbuatan sadar manusia dijalan lurus.

b. Tujuan Ibadah

Allah tidak semata-mata menciptakan Jin dan Manusia melainkan dengan tujuan agar manusia beribadah kepada Allah swt, . Untuk mencapai tujuan ibadah kita simak firman Allah swt, QS. 2 : 21          

 

Artinya : "Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa." – (QS.2:21)

Jadi manusia didalam kegiatan hidup dan kehidupan keseharianya sehubungan dengan kegiatan bertutur kata berprilaku, beraktivitas, dan berbuat sesuai dengan keahlianya masing-masing, agar kegiatan mereka itu memperoleh nilai ibadah kepada Allah swt, maka kegiatan tersebut diatas harus sesuai dengan tuntunan kitab suci Al-Qur’an

Allah swt, QS. Al Hajj 22:32

Artinya : ”Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan qolbu." – (QS.22:32)

Semakin banyak manusia melaksanakan langkah-langkah ibadah kepada Allah swt, maka akan semakin kuat ketakwaan qolbu manusia itu kepada Allah.

c. Langkah-langkah Ibadah

Salah satu dasar langkah-langkah ibadah kepada Allah kita perhatian firman Allah didalam Al-QS. Al-Isra’17:44

Artinya : “Langit yang tujuh, Bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah. (Tasbih Eksistensial). Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji Allah, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun:.

Kata al-tasbih merupakan derifasi dari sa-ba-ha yang artinya “bergerak secara terus menerus, layaknya seperti mengapung diatas air”. Ini sebagaimana yang difirmankan Allah swt, mengenai gerak segala sesuatu, masing-masing (bergerak) dalam orbitnya (al-anbiya 21:33)

(14)

Allah swt, berfirman QS. As-Shaffat 37 : 139-144 ) ننيللسنررمملرٱ ننمللن سننمويم نننإلون

١٣٩ )

) نلوحمشرمنلرٱ كللرفملرٱ ىلنإل قنبنأن ذرإل

١٤٠ )

) مميللمم ونهمون تموحملرٱ هممنقنتنلرٱفن

١٤٢ )

) ننيحلبنلسنمملرٱ ننمل نناكن ۥهمنننأن النورلنفن

١٤٣ )

) ننوثمعنبريم ملورين ىىلنإل ۦۦهلنلطربن ىفل ثنبللنلن

١٤٤ )

Artinya : "Sesungguhnya, Yunus benar-benar salah seorang rasul," – "(ingatlah), ketika ia lari (dari kaumnya yang sesat), ke kapal yang penuh muatan." – "kemudian ia ikut mengundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian (siapa yang harus keluar dari kapal, yang akan tenggelam itu)." – "Maka ia ditelan oleh ikan yang besar, dalam keadaan tercela." – "Maka kalau sekiranya, dia tidak termasuk orang-orang yang bertasbih," – "niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu, sampai hari berbangkit”.

Sedangkan contoh khusus bagi pelaksanaan tasbih kesadaran terdapat dalam firman Allah QS. Al-Anbiya 21:87

















































Artinya : "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi (meninggalkan kaumnya yang kafir) dalam keadaan marah, lalu ia menyangka, bahwa Kami tidak akan mempersempit (hati)nya (menyulitkannya), maka ia menyeru (kepada-Nya) dalam keadaan sangat gelap: 'Bahwa tak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim (kepada diri sendiri)'." – (QS.21:87)

Pada peristiwa Nabi Yunus ketika Nabi Yunus direlan ikan. Maka nabi yunus bertasbih didalam perut ikan dengan ucapan “Tidak ada illah yang berhak disembah selain Allah. Maha suci Allah sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”.

Tasbih Nabi Yunus ini mengandung dua makna 1. Ucapan “Laa ilaaha illaa anta subhaanaka…”

Mengandung pengertian meng Esakan Allah bahwa tidak ada illah yang berhak diibadati (ditaati) kecuali Allah

2. Tasbih “….. innii kuntu minaz-zaalimiin”. Ini meruakan pengakuan Nabi Yunus bahwa ia telah mendzalimi dirirnya sendiri.

Dari kasus Nabi Yunus bertasbih ketika berada didalam perut ikan dan akhirnya bisa keluar dari penderitaan, ini merupakan pelajaran bagi kita, seberat apapun masalah yang kita hadapi kalau kita dalam keadaan beriman dan beramal soleh akan kebesaran Allah swt, baik bergerak, bertasbih, bedo’a, dan berusaha untuk keluar dari penderitaan akibat dari prilaku ulah sendiri yang menyimpang dari jalan lurus (dosa), maka Allah berfirman dalam QS. Yunus 10:107 .



















































(15)

Artinya : "Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Allah. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia Allah. Allah memberikan kebaikan itu, kepada siapa yang dikehendaki Allah, di antara hamba-hamba Allah, dan Allah Yang Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang." – (QS.10:107)

Untuk meningkat kepada langkah ibadah berikutnya dalam bentuk aktualita, terlebih dahulu kita harus memahami Sunnah Rasul dalam wilayah ketaatan.

Dalam wilayah ketaatan ini terdiri dari tiga hal:

1. “Ketatan yang bersambung” (at-ta’ah al-muttasilah) kepada Allah dan Rasul; adalah ketaatan yang wajib baik pada masa hidup Rasul maupun setelah wapatnya dalam wilayah-wilayah ritual-ritual dan hal-hal yang diharamkan. Ritual-ritual sebagaimana telah dilakukan oleh Rasul sampai kepada kita dengan cara mutawaatir ‘amali (secara turun temurun melalui perbuatan) dan tidak ada kelebihan tentangnya baik bagi para ahli Hadits maupun ahli Fiqih sedangkan al-muharromaat (hal-hal yang diharamkan) telah dijelaskan dalam Kitab Allah. Rasulullah terjaga dari melakukanya, disamping keterjagaan dia dalam wilayah Iblaagh (penyampaian wahyu allah secara langsung) dan Tabliigh (menyampaikan wahyu allah dengan jelas) hal-hal yang termasuk dalam kategori al-muharromaat adalah bersifat fitrah, dimana manusia dengan fitrahnya mampu memahaminya karena ia masuk dalam nurani manusiawi dan didalamnya tidak ada beban dan belenggu.

2. “Ketaatan yang terpisah” (at-ta’ah al-munfasilah); adalah ketaatan yang wajib hanya pada masa hidup Rasul saja. Rasulullah memerintah dan melarang dalam wilayah halal, terkadang dalam bentuk pembatasan dan terkadang memutlakanya kembali dan dia menetapkan dasar-dasar pembentukan masyarakat sesuai kondisi ruang dan waktu. Dalam kaitan ini dia adalah seorang Mujtahid yang tidak terjaga dari kesalahan (Ghayr Ma’sum) dan keputusan-keputusanya mengandung kenisbian historis. Karena itulah, “ketaatan terpisah” kepada rasul ini berjalan seiring dengan ketaatan pada kepala pemerintahan (ulii al-amr).

3. An-Nubuwah adalah pengajaran dan pemberitahuan. Contoh dalam wilayah ketaatan dari tiga hal tersebut diatas adalah:

Ad. 1. Contoh dari “Ketatan yang bersambung” terdapat dalam beberapa ayat didalam Al-Qur’an dibawah ini:

QS. Al-Baqarah [2:43] Seruan agar kita mendirikan sholat dan menunaikan zakat

















Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.

QS. Al-Baqarah 2 : 183 Tentang Saum































(16)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

QS. 2 : 158 Tentang Ibadah haji



















































Artinya : “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan ikhlas, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui."

Ketaatan yang bersambung itu adalah dalam wilayah-wilayah ibadah ritual-ritual berupa shalat, zakat, saum, ibadah haji dll yang dilaksanakan oleh Rasulullah saw, sampai kepada kita secara turun temurun tidak pernah putus dalam perbuatan secara muatawatir’amali.

Ad. 2. “Ketaatan yang terpisah” Terkait dengan Sunnah Nabi

Munculnya beragam bentuk, corak maupun model negara berpenduduk Muslim itu barangkali karena memang tidak ada teks baik al-Quran maupun al-Hadits yang mengatur secara rinci mengenai hal itu. al-Quran hanya menggaris bawahi, kepada umat Islam dalam konteks diperintahkan untuk selalu athi’ullah wa rasulihi wa ulil amri minkum (taatilah Allah, Rasul-Nya, dan pemimpin kalian). Dengan kata lain, umat Islam diperintahkan untuk menerapkan hukum Islam yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadits.

Itulah yang juga dilaksanakan pada masa pemerintahan Rasulullah Saw. di Madinah. Kepada umat Islam, Rasulullah menerapkan hukum-hukum Islam berikut sanksi-sanksinya. Namun, dalam hubungan dengan ketatanegaraan di mana terdapat multi etnis, kabilah, dan agama (kepercayaan), Rasulullah sebagai kepala negara dan peme-rintahan memberlakukan aturan-aturan lain, yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah.

Nabi Muhammad saw, menerangkan mengenai pelarangan ziarah kubur dan pembolehanya. Demikianlah terjadinya perubahan yang terkait dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu. Nabi bersabda:

       

     

Artinya : " Dahulu aku pernah melarang kalian dari berziarah kubur, sekarang berziarahlah kalian".

C. Hak Asasi Manusia

(17)

Pasal 2: Kaum Muhajirin dari Quraisy tetap mempunyai hak asli mereka, saling tanggung-menanggung, membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat) karena suatu pembunuhan, dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman.

Itulah salah satu contoh Regulasi dari sekian banyak regulasi-regulasi yang termuat didalam undang-undang Piagam Madinah. dan Rasulullah sebagai kepala Negara Madani bahwa Rasulullah telah membentuk regulasi didalam hubunganya sebagai kepala Negara. Ad. 3. Contoh dari An-Nubuwah adalah (universitas-universitas, Pusat-pusat penelitian Ilmiah dan Penemuan Edwin hubble tentang benda-benda langit raksasanya)

• Dalam urusan dunia yang tidak berkaitan dengan syariat, baik berupa profesi ataupun adat istiadat diperkenankan terjadi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengenbangan baru.

{ امن ىلنإ نلذرإللرا ىلنإ ةمرناشنإ هليفلفن يننلنعنايننردنملا رلمرأن يفل ننوفمقننونتنتن الن مرتمنرأنفن ايننردنمللل الن نليدنلللل ينهل امننننإ يتلثنعربل نننأنلل ؛ ( { مركمايننردم رلمرأنبل مملنعرأن مرتمنرأن

ايننردنملا رلمرأن يفل ثمدمحرين

اهنيرلنإ لموناننتنتن النفن ةةعنونممرمن تماينندلاعنلرا نموكمتن النفن . Bariiqh al-Mahmuudiyyah I/235

III. Kesimpulan

Al-Qur’an petunjuk jalan yang paling lurus, sudah baik, benar, adil dan sempurna tidak ada seorangpun yang dapat merubahanya. Al-qur’an menjelaskan sesuatu secara terperinci yang harus dipikirkan. Petunjuk yang benar-benar tepat dan akurat untuk manusia.

Manusia diperintah untuk membaca, mempelajari, memahami dan mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dibayangkan kalau manusia tidak mengerti petunjuk, apalagi kalau membacanya saja tidak pernah atau hanya membaca teksnya saja untuk sekedar mengugurkan kewajiban, satu-satunya selesai, sehingga tidak memahami akan maksud dan tujuan diturunkanya Al-Qur’an.

Contoh : “Kalau kita hendak pergi kesuatu tempat, tanpa mengetahui alamat pastinya, apa yang terjadi? Besar kemungkinan akan terjadi kesesatan, seperti gambaran umat Islam pada masa jahiliyah.

Selama ini penafsiran Al-Qur’an sebagian besar hanya monolinier maka kewajiban para intelektual untuk menghidupkan penafsiran ayat-ayat yang selama ini dibungkam, bahkan dibekukan disentuhpun tidak boleh dengan cara penafsiran tunggal yang menyebabkan umat Islam ketinggalan dalam banyak hal.

Manusia yang diberi petunjuk diberi kemampuhan membedakan untuk membaca yang terkandung dalam ayat-ayat Allah swt,.

Contoh :

 Iqro (membaca) sepotong singkong saja sudah terbayang beraneka ragam makanan.

(18)

 Iqro (membaca) sebatang besi dapat dibuat jarum, pesawat terbang sampai kepada gedung pencakar langit.

Inilah pungsi adanya petunjuk dalam merealisasikan kehidupanya, dan hanya manusia yang diberi petunjuk oleh Allah swt,. Manusia diberi potensi sangat luar biasa sehingga sel syaraf otaknya saja satu triliun, jumlah yang sangat fantastic. Dan kemampuhan mengingat informasi juga sangat luar biasa.

Prof. Pyior Anokhin, mengatakan bahwa otak kita mempunyai kemampuan mengingat informasi sebanyak angka 1 diikuti angka 0 yang panjangnya 10.500.000 kilometer mengagumkan, bukan!

Ibadah adalah segala prilaku ativitas perbuatan manusia dijalan lurus, artinya perbuatan atau gerak langkah manusia dibidang keahlian apapun selama itu dikerjakan atas dasar petunjuk Allah swt, itulah ibadah.

Allah menilai perbuatan kita dari sekecil Zarrah sebagaimana yang tercantum didalam QS. Al-Zalzalah 99:7 - 8















Artinya : “Barang siapa yang mengerjakan kabaikan sebesar darrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya















Artinya : “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrahpun, niscaya dia akan melihat(balasan)nya pula

Daftar Pustaka Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Departemen Agama R.I

Drs. Edham Syifa’I, Kamus Lengkap Al-Qur’an, CV. Al-Hasanah, Jakarta Cetakan Pertama 1993 Ma’mur Daud, Terjemah Hadits Shahih Muslim, Penerbit Widjaya Jakarta.

Ma’mur Daud, Bukhoti Muslim, Penerbit Widjaya Jakarta.

Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta 1996

Prof. Dr.J.S. Badudu, Prof. Sultan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996

Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Penerbit Arkola Surabaya 1994 Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, PT. Gramedia Pustaka Jakarta 2001

N.a. Baiquni, Kamus Istilah Agama Islam Lengkap, Indah Surabaya 1996

M. Syahrur, Dialektika Kosmos dan Manusia Dasar-dasar Epistimologi Qurani, Yayasan Nuansa Cendikia 2004

(19)

Azharuddin Sahil, Indek Al-Quran Panduan Mencari ayat Al-Qur’an Berdasarkan Kata Dasarnya, Mizan Media Utama (MMU) 1994

Sukanto Mm. A. Dardiri Hasyim, Nafsiologi Refleksi Analisis tentang Diri dan Tingkah Laku Manusia, Risalah Gusti Surabaya 1995

Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Qur’an dan Neurosains Mutakhir,Mizan Pustaka, Mizan Media Utama (MMU) 2008.

Eric Jensen, Karen Markowitz, Kaifa 1999

Sutanto Widura, Brain Management Series, PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Jakarta 2002.

Tony Buzan, Head Trong, PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2003.

Dr. Ratna Mardiati DSJ, Buku Kuliah Susunan Saraf Otak Manusia, CV. Infomedika Jakarta 1996. Soemarno Markam, Hendra Laksman, Kamus Kedokteran, Edisi Keempat FKUI 2004.

Harun Yahya, Pencipta Alam Raya, Dzikra 2003.

Muhammad Said Al-Asymawi, Nalar Kritis Syari’ah, LKIS Yoyakarta 2004.

Yusuf Al-Qardhawiy, Sunnah Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, PT. Tiara Wacana Yogya 2001. Al-Chaidar dan Herdi Sahrasad, Negara Madinah Refleksi tentang Agama Fluralisme, Madani Press 2000.

Ibnu Taimiyyah, Misteri Do’a Nabi Yunus, Mustaqqin 2004

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Al-Qur‟an sebagai kitab suci (kitâbun muthahharah) maupun sebagai pedoman hidup (hudan linnas) sangat menghargai adanya pluralitas. Pluralitas oleh al-Qur‟an

Agar dapat memperoleh respon sistem yang lebih baik lagi, maka dapat dicoba dengan perancangan membership functions yang lebih baik lagi agar parameter yang

Monte Carlo merupakan dasar untuk semua algoritma dari metode simulasi yang didasari pada pemikiran penyelesaian suatu masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih

Hal ini menunjukkan bahwa Pengaruh Etika Masyarakat Lumban Bulbul terhadap Keinginan Berkunjung Wisatawan Pada Objek Wisata Pantai Lumban Bulbul Balige sebesar 63,6%

Usaha Konfeksi dan Sablon sebagai pemasok Factory Outlet, distro dan clothing untuk daerah Jakarta, terutama daerah Dago (Jl.Ir.H.Juanda) di Kota Bandung. Salah

Hasil tekanan darah sistole sebelum perlakuan 170,74 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sebelum perlakuan sebesar 94,41 mmHg, hasil tekanan darah sistole

Pada tugas akhir penulis akan membangun sebuah perangkat lunak sistem ERP yang khusus menangani domain fungsi Account Payable, Account Receivable dan Fixed Asset

Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu mukjizat kerasulannya. Al- Qur‟an merupakan