45 4.1. Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini perlu dilakukan penyusaian diri kepada guru maupu kepada siswa, karena pendekatan saintifik melalui model pembelajarn Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan suatu model pembelajaran yang baru. Pelaksanaan penelitian di SD Negeri 1 Tempel dan SD Negeri 2 Tempel Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 masing-masing dilkukan dalam 3 kali pertemuan. Untuk uraian kegiatan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 15
Jadwal Kegiatan Pembelajaran di SD N Tempel Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2014/2015
No. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
1. Sabtu, 21 Febuari 2015 Meminta ijin kepada pihak SD untuk melakukan penelitian (kelas kontrol dan kelas eksperimen). 2. Jumat, 27 Febuari 2015 Meminta ijin kepada pihak SD melakukan uji
validitas dan reabilitas.
3. Sabtu, 28 Febuari 2015 Melakukan uji validitas dan reabilitas di SD N 1 Singonegoro.
4. Jumat, 14 Maret 2015 Menjelaskan prosedur pengajaran menggunakan pendekatan saintifik melauli model kooperatif tipe TSTS pada kelas 3 SD N 1 Tempel sebagai kelas kontrol dan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL pada kelas 3 SD N 2 Tempel sebagai kelas eksperimen.
5. Sabtu, 15 Maret 2015 Melakukan uji kesetaraan (pretest) di kelas kontrol dan eksperimen.
6. Senin, 16 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (pertemuan 1).
7. Selasa, 18 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (pertemuan 2).
8. Rabu, 19 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS serta pemberian posttest (pertemuan 3).
10. Kamis, 20 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui PBL (pertemuan 2).
11. Jumat, 21 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui PBL serta pemberian posttest (pertemuan 3).
4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukanakan tetapi guru yang banyak membuat kesimpulan dan siswanya malu-malu untuk mengungkapkan pendapatnya. Kemudian dalam kegiatan penutup guru dan siswa melakukan refleksi tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan serta meminta mempelajari dan memperdalam materi selanjutnya.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari rabu 18 maret 2015. Pada kegiatan awal guru memberi salam kemudian mengecek kehadiran siswa lalu mengajak para siswa untuk berdoa. Pada kegiatan apresepsi guru mengajak bernayanyi lagu “Persegi dan Persegi Panjang”.Kemudian guru menyampaikan tujuan pempelajaran.Dalam kegiatan Intiuntuk menyiapakan siswa dalam pengerjaan soal siswa diminta menjawab kuis yang disediakan oleh guru.Kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi (posttest).Kegiatan Penutup guru dan siswa melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah berlangsung kemudian guru meminta para siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.Adapun hasil pengamatan keterlaksanaan sintak pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 16
Keterlaksanaan Sintak Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
No Indikator Butir Pengamatan Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Kegiatan Awal 4 4 - 4 - 4 -
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi 5 5 - 5 - 5 -
3. Elaborasi 11 9 2 9 2 - 11
4. Konfirmasi 2 1 1 1 1 2 -
5. Kegiatan Akhir 1 1 - 1 - 1 -
Jumlah 23 20 3 20 3 12 11
4.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
oleh pita. Salah satu siswa diminta maju ke depan untuk mengamati figura dan mencoba mengelilingi sisi figura dengan pita. Kemudian guru menjelaskan sedikit bagaimanacara menghitung keliling persegi dan persegi panjang. Menuju kegiatan elaborasi guru memberikan intruksi atau tata cara diskusi yang akan akan dilakukan serta mempersiapakan media yang akan digunakan. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang heterogen.Kemudian guru memberi tugas pada masing-masing kelompok.Siswa diminta untuk memecahkan masalah dalam kelompok bersama anggota-anggotanya membuat siswa ramai sendiri dengan kelompoknya. Guru membimbing siswa dalam tiap kelompok setelah selesai berdiskusi kemudian perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil masih dibimbing oleh guru karena masih ragu dalam berbicara sendiri di depan kelas. Kemudian dalam kegiatan penutup guru dan siswa melakukan refleksi tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan serta meminta mempelajari dan memperdalam materi selanjutnya.
memiliki percaya diri. Kemudian dalam kegiatan penutup guru dan siswa melakukan refleksi tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan serta meminta mempelajari dan memperdalam materi selanjutnya.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari jumat 20 maret 2015. Pada kegiatan awal guru memberi salam kemudian mengecek kehadiran siswa lalu mengajak para siswa untuk berdoa. Pada kegiatan apresepsi guru mengajak bernayanyi lagu “Persegi dan Persegi Panjang”.Kemudian guru menyampaikan tujuan pempelajaran.Dalam kegiatan Inti untuk menyiapakan siswa dalam pengerjaan soal siswa diminta menjawab kuis yang disediakan oleh guru.Kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi (posttest).Kegiatan Penutup guru dan siswa melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah berlangsung kemudian guru meminta para siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.Adapun hasil pengamatan keterlaksanaan sintak pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 17
Keterlaksanaan Sintak Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran
Problem Based Learning
No Indikator Butir Pengamatan Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Kegiatan Awal 4 4 - 4 - 4 -
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi 5 5 - 5 - 5 -
3. Elaborasi 10 9 1 10 - - 10
4. Konfirmasi 2 1 1 2 - 2 -
5. Kegiatan Akhir 1 1 - 1 - 1 -
Jumlah 22 20 2 22 - 12 10
4.2 Data Hasil Penelitian 4.2.1 Data Hasil Belajar
4.2.1.1 Data Hasil Belajar Pretest
Analisis diskriptif yang dilakukan menggunakan bantuan SPSS 16.Sebelum analisis diskriptif hasil belajar siswa tanpa adanya treatment (pretest), terlebih dahuludipaparkan mengenai distribusi frekuensi skor setiap variabel penelitian pada kelas kontrol dan eksperimen.Tujuananya untuk memperjelas gambaran hasil penelitian, dalam penentuan kelas interval dapat diketahui melalui hasil dari dari skor maksimal dikurangi skor minimal dibagi banyaknya kelas. Dalam penentuan banyaknya kelas menggunakan acuan dari Stuges dengan ketetapan K= 1 + 3,322 log n. Dimana n adalah banyaknya siswa. untuk melihat hasil distribusi frekuensi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 18
Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen SD N Tempel Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015
Interval Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
66-70 3 12,50% 4 19,05%
Dari tabel 18 dapat diketahui hasil pretes pada kelas kontrol tidak ada yang mendapat nilai antara 81-85 dengan presentase 0,00%. Untuk skor 66-70 terdapat 3 orang siswa dengan presentase 12,50%. Siswa yang mendapat skor 77-75 terdapat 4 orang siswa dengan presentase sebesar 16,67%. Siswa yang mendapat skor 76-80 terdapat 7 orang siswa dengan presentase 29,10%. Siswa yang mendapat skor 86-90 terdapat 6 orang siswa dengan presentase 25,00%. Siswa yang mendapat skor 91-95 terdapat 4 0rang siswa dengan presentase 16,67%. Dapat disajikan berupa grafik terlihat pada gambar 2.
terdapat 4 orang siswa dengan presentase sebesar 19,05%. Siswa yang mendapat skor 76-80 terdapat 6 orang siswa dengan presentase 28,57%. Siswa yang mendapat skor 86-90 terdapat 5 orang siswa dengan presentase 23,81%. Siswa yang mendapat skor 91-95 terdapat 2 orang siswa dengan presentase 9,52%.
Untuk memperjelas daftar distribusi skor pada tabel 18 dapat ditampilkan diagram batang yang mengambarkan persebaran frekuensi pada kelas kontroldan kelas eksperimen pada gambar 2.
Gambar 2Diagram Batang Distribusi Frekuensi Skor Pretest
4.2.1.2 Data Hasil Belajar Posttest
Analisis diskriptif yang dilakukan menggunakan bantuan SPSS 16. Sebelum analisis diskriptif hasil belajar siswa setelah adanya treatment (posttest) , terlebih dahuludipaparkan mengenai distribusi frekuensi skor setiap variabel penelitian pada kelas kontrol dan eksperimen. Tujuananya untuk memperjelas gambaran hasil penelitian, dalam penentuan kelas interval dapat diketahui melalui hasil dari dari skor maksimal dikurangi skor minimal dibagi banyaknya kelas. Dalam penentuan banyaknya kelas menggunakan acuan dari Stuges dengan ketetapan K= 1 + 3,322 log n. Dimana n adalah banyaknya siswa. untuk melihat
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
66-70 71-75 76-80 81-85 86-90 91-95
hasil distribusi frekuensi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat tabel sebagai berikut:
Tabel 19
Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen SD N Tempel Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015
Interval Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
65-70 3 12,50% 2 9,52%
71-76 5 20,83% 3 14,29%
77-82 6 25,00% 6 28,57%
83-88 7 29,17% 7 33,33%
89-94 2 8,33% 2 9,52%
95-100 1 4,17% 1 4,76%
Jumlah 24 100% 21 100%
Dari tabel 19 dapat diketahui hasil posttes pada kelas kontrol tidak ada yang mendapat nilai antara 65-70 terdapat 3 orang siswa dengan presentase 12,50%. Untuk skor 71-76 terdapat 5 orang siswa dengan presentase 20,83%. Siswa yang mendapat skor 77-82 terdapat 6 orang siswa dengan presentase sebesar 25,00%. Siswa yang mendapat skor 83-88 terdapat 7 orang siswa dengan presentase 29,17%. Siswa yang mendapat skor 89-94 terdapat 2 orang siswa dengan presentase 8,33%. Siswa yang mendapat skor 95-100 terdapat 1 0rang siswa dengan presentase 4,17%.
hasilposttes pada kelas kontrol tidak ada yang mendapat nilai antara 65-70 terdapat 2 orang siswa dengan presentase 9,52%. Untuk skor 71-76 terdapat 3 orang siswa dengan presentase 14,29%. Siswa yang mendapat skor 77-82 terdapat 6 orang siswa dengan presentase sebesar 28,57%. Siswa yang mendapat skor 83-88 terdapat 7 orang siswa dengan presentase 33,33%. Siswa yang mendapat skor 89-94 terdapat 2 orang siswa dengan presentase 9,52%. Siswa yang mendapat skor 95-100 terdapat 1 orang siswa dengan presentase 4,76%.
Gambar 3Diagram Batang Distribusi Frekuensi Skor Posttest
4.3 Analisis Data
Dari skor yang diperoleh siswa melalui tes yang diberikan setelah dilakukan treatmentselanjutnya dianalisis menggunakan uji t. Sebelum dilakukannya uji t maka prasyarat yang harus dipenuhi yaitu, meliputi uji normalitas dan homogenitas.
4.3.1 Uji Prasyarat
Normlitas dan homogentitas adalah uji prasyarat sebelum melakukan uji t. Untuk memenuhi prasyarat maka dilakukan uji normalitas sebagai prasyarat pertama.Pengujian normalitas soal pretest menggunakan SPSS 16 yaitu dengan statistik uji kolmogorov-smirnov. Hasil uji normalitas pada tabel sebagai berikut:
Tabel 20
Berdasarkan Tabel 20 hasil uji normalitas terhadap penyebaran data sebelum mendapat treatmentdiperoleh nilai signifikansi pada uji
kolmgorov-0%
sminov untuk kelas kontrol 0,061 dan kelas eksperimen 0,071, keduanya signifikan > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pretestberdistribusi normal. Gambar grafik histogram pada kelas kontrol terlihat pada gambar berikut:
Gambar 4 Grafik Histogram Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol
Kemudian grafik histogram kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5 Grafik Histogram Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
Tabel 21
Berdasarkan tabel 21 diperoleh nilai pretes pada kelas kontrol dan eksperimen pada Based on Mean yang menunjukkan signifikan 0,850 > 0,05. Hal ini menyatakan variasi nilai awal sama atau kedua variasi sama sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua populasi homogen.
Langkah berikutnya adalah uji banding dua sampel menggunakan parametric karena berdistribusi normal menggunakan anilisis uji independent t test.Hal ini dilakukan karena untuk mengetahui perbedaan hasil nilai pretestkelas kontrol dan kelas eksperimen.Sebelum dilakukan uji uji independent t test.terlebih dahulu disajikan hasil uji banding dua sampel pada tabel berikut:
Tabel 22
Tabel 22 menunjukkan hasil analisis data hasil pretest matematika kelas kontrol dan kelas eksperimen.Tabel independent sampels test menunjukkannilai signifikansi(2-tailed) pada kolom t-test for Equality of Meanadalah 0, 418> 0,05 yang berarti variansi kedua kelas sama atau kedua kelas homogen terlihat pada tabel sebagai berikut:
Homogenitas Data Awal (Pretest) Kelas Kontrol dan kelas Eksperimen Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Pretest Based on Mean .036 1 43 .850
Based on Median .003 1 43 .958
Based on Median and
with adjusted df .003 1 42.995 .958
Based on trimmed mean .036 1 43 .850
Uji Banding Dua Sampel Pretest
Group Statistics
Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pretest Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
1 24 80.75 8.502 1.735
Sebelum melakukan analisis hasil belajar matematika siswa menggunakan uji banding dua sampel yaitu uji independent t test (uji beda rata-rata), terlebih dahulu dilakukan sebagai uji normalitas sebagai prasyarat pertama. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data awal atau hasil pretestkelas kontrol dan kelas ekperimen berdistribusi normal atau tidak. Instrumen dikatakan normal jika nilai signifikan > 0,05. Pengujian normalitas soal pretest menggunakan SPSS 16 yaitu dengan statistik uji kolmogorov-smirnov. Hasil uji normalitas pada tabel sebagai berikut:
Tabel 24
Normalitas Data Akhir (Posttest) Tests of Normality
Uji T Skor Pretest SD N TEMPEL TAHUN PELEJARAN 2014/2015 Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Posttest Kontrol .157 24 .131 .945 24 .215
Eksperimen .180 21 .074 .945 21 .276
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 20 diperoleh nilai signifikansi pada uji kolmgorov-sminov untuk kelas eksperimen 0,074 dan kelas kontrol 0,131, keduanya signifikan > 0,05. Hal ini berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.Adapun gambar grafik histogram untuk kelas kontrol terlihat pada gambar 6.
Gambar 6 Grafik Histogram Uji Normalitas PosttestKelas Kontrol
Gambar 7 Grafik Histogram Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
4.3.2 Uji T
Prasyarat sebelum dilakukannya uji t langkah berikutnya adalah uji banding dua sampel, hal ini dilakukan mengguakan analisis uji independent samples test. Uji banding dua sampel dilakukan karena untuk mengetahui perbedaan hasil nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil uji banding dua sampel dapat dilihat pada sebagai berikut:
Tabel 24
Uji Banding Dua Sampel Posttest
Tabel 24 menunjukkan hasil analisis data hasil posttest matematika kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang bedanya hanya sedikit. Kemudian dapat dilakukan uji beda rata-rata pada kedua kelas tersebut dengan bantuan SPSS 16 menggunakan Independent-Sampel T Test. Hasil uji Independent-Sampel T Testdapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Group Statistics
Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Posttest Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
1 24 80.21 7.442 1.519
Tabel 25
Uji T Skor Posttes SD N TEMPEL TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Berdasarkan tabel 25 hasil uji independent t test menunjukkan signifikansi (2-tailed) pada kolom t-test for Equality of Mean adalah 0,574 > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan anatara penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learningterhadap hasil belajar siswa kelas 3 SD.
4.3.3 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan tingkat signifikansi adalah Ho diterima jika lebih besar dari 0,05 (Ho > 0,05). Dan Ho ditolak jika signifikan lebih kecil dari 0,05 (Ho < 0,05). Dari uji beda atau independent t testdapat dilihat signifikansi (2-tailed) sebesar 0,574 maka Ho diterima, karena signifikansi lebih besar dari 0,05 dengan ditolaknya H1. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan
Adapun faktor yang menyebabkan penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learningdengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray tidak adapengaruh yang signifikan dikarenakan pendekatan saintifik digunakan dalam kedua kelas yang sama yaitu kelas kontrol. Tidak terjadinya pengaruh juga karena kedua kelas diberi perlakuan model pembelajaran yang setipe ditambah nilai posttest kelas eksperimen sebesar 81,43 dan pada kelas kontrol sebesar 80,21 hanya selisih sedikit. Model pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran kooperatif tipeTwo Stay Two Strayyang memiliki langkah-langkah pembelajaran yang hampir sama.Proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pada kelas kontrol berjalan dengan baik, karena dari 21 orang siswa terdapat satuorang siswa yang mendapatkan nilai hasil belajar matematika sebesar 65yang berarti nilai siswa tersebut di bawah KKM. Sedangkan KKM untuk pelajaran matematika pada SD Negeri 2 Tempel sebesar 67, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learning sudah efektif. Sedangkan di kelas kontrol yang menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Strayterdapat dua orang siswa yang nilai hasil belajar matematika mendapatkan 65 hal ini menunjukkan hasil belajar kedua siswa tersebut di bawah KKM. Pada SD Negeri 1 Tempel juga sama halnya SD Negeri 2 Tempel yaitu 65.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
rata-rata siswa untuk mengetahui hasil belajar namun sebelumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu.
Kemampuan awal siswa kedua kelas sebelum adanya treatment yang disebut pretest melalui uji homogenitas diperoleh signifikansi sebesar 0,850 > 0,05 yang menyatakan kedua kelas tersebut homogen, kemudian uji independent t tes diperoleh nilai signifikasi (2-tailed) 0,418 > 0,05, yang berarti kemampuan awal siswa kedua kelas ekperimen dan kontrol sama. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 78,67 sedangkan kelas kontrol adalah 80, 75. Perbedaan rata-rata tersebut tidak terlalu tinggi, yang berarti bahwa kedua kelas tersebut mempunyai kemampuan yang sama.
Hasil akhir belajar siswa yang disebut posttestmenunjukkan uji banding dua sampel atau uji independent t test diperoleh nilai signifikansi sebesar (2-tailed) sebesar 0,574. Nilai signfikansi tersebut > 0,05 yang berarti rataan kedua kelas tidak jauh berbeda, karena nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 81,43 sedangkan kelas kontrol adalah 80,21. Perbedaan nilai rata-rata kedua kelas tersebut yang tidak signifikan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pendekataan saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learningtidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas 3 SD 2 Negeri Tempel. Hal ini tidak mendukung hipotesis bahwa “ada perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar matematika pada siswakelas 3 SD Negeri 1 dan 2 Tempel”.
Pendekatan saintifik sudah efektif digunakan pada kedua kelas, tidak terjadinya pengaruh yang signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol ini dikarenakan kedua kelas dikelola dengan menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Penelitian ini berbeda dengan penelitain yang lain karena pembandingnya tidak menggunakan model pembelajaran konvensional melainkan model pembelajaran yang sudah inovatif. Jadi pendekatan saintifik akan digunakan dimodel manapun hasilnya sama-sama baik.
2012 yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa SD Kelas V Semester II Desa Depok Tahun Ajaran 2011/2012”, yang menunjukkan bahwa siswa yang diajar menggunkaan Model PBL lebih baik dibandingkan siswa yang diajar menggunakan model pebelajaran konvensional, terbukti dari nilai rata-rata siswa sebagi kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model PBL sebesar 78,60 dan rata-rata siswa sebagai kelas kontrol yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional sebesar 64,14.
Kemudian penelitian ini juga berbeda dengan yang dilakukan oleh Heri Hendra Gunawan (292008023) pada tahun 2012 yang berjudul Pengaruh Penggunaan Metode Two Stay Two Stray (TSTS) dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Kelas V SD Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012, menunjukkan bahwa nilai t adalah 3,7071 dengan probabilitas signifikan 0,04 < 0,05 dan perbedaan rata-ratanya berkisar 3,37644 sampai 17,28110 dengan perbedaan rata-rata 10,34524 dan dapat disimpulkan adanya pengaruh penggunaan metode TSTS.