• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Regulated Learning 1. Pengertian Self-Regulated Learning - Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Regulated Learning 1. Pengertian Self-Regulated Learning - Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

13

A. Self-Regulated Learning

1. Pengertian Self-Regulated Learning

Menurut Wolters (1998), self-regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga mendapat hasil belajar yang optimal. Schunk & Zimmerman (1998) juga menambahkan bahwa self-regulated learning bukan kemampuan mental seperti inteligensi atau kemampuan akademik, tetapi lebih kepada proses mengarahkan diri untuk mengubah kemampuan mental menjadi kemampuan akademik. Dengan demikian berdasarkan perspektif sosial kognitif, siswa yang dapat dikatakan sebagai self-regulated learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral aktif dan turut serta dalam proses belajar mereka (dalam Zimmerman, 1989). Siswa tersebut dengan sendirinya memulai usaha belajar secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang diinginkan, tanpa bergantung pada guru, orang tua atau orang lain.

Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) selanjutnya mendefinisikan

self-regulated learning sebagai suatu proses dimana seorang siswa mengaktifkan

dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behaviour) dan perasaannya

(affect) secara sistematis dan berorientasi pada pencapaian tujuan belajar.

(2)

diri yang membuat mereka lebih mudah dalam belajar dan motivasinya selalu terpelihara.

Pintrich (dalam Boekaerts et al., 2000) kemudian mendefinisikan

self-regulated learning sebagai proses konstruktif dimana siswa menetapkan

tujuan belajarnya dan kemudian berusaha untuk memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan tingkah lakunya agar sesuai dengan tujuannya dan kondisi kontekstual dari lingkungannya.

Ormord (2003) menambahkan bahwa self-regulated learning sangat penting dimiliki oleh individu dalam proses pembelajaran. Seseorang yang memiliki self-regulated learning, akan cenderung lebih memiliki prestasi yang baik. Hal ini diperkuat ketika siswa memiliki self-regulated learning, mereka menetapkan tujuan akademik yang lebih tinggi untuk diri mereka sendiri, belajar lebih efektif dan berprestasi di kelas.

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa self-regulated learning adalah proses belajar dimana peserta didik menetapkan tujuan belajarnya dan kemudian berusaha untuk memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan tingkah lakunya agar sesuai dengan tujuannya.

2. Strategi-Strategi Self-Regulated Learning

Zimmerman dan Martinez-Pons (1988) melakukan sebuah penelitian dengan metode wawancara yang telah menghasilkan 14 strategi self-regulated

(3)

a. Evaluasi terhadap kemajuan tugas (Self evaluating)

Merupakan inisiatif siswa dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas tugas dan kemajuan pekerjaannya. Siswa memutuskan apakah hal-hal yang telah dipelajari mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini siswa membandingkan informasi yang didapat melalui

self monitoring dengan beberapa standar atau tujuan yang dimiliki.

Contohnya siswa meneliti ulang tugas-tugas untuk memastikan sudah dikerjakan dengan baik atau belum, siswa mengevaluasi hasil ujian agar dapatmenilai kemampuan belajarnya.

b. Mengatur materi pelajaran (Organizing & transforming)

Strategi organizing menandakan perilaku overt dan covert dari siswa untuk mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan efektivitas proses belajar. Strategi transforming dilakukan dengan mengubah materi pelajaran menjadi lebih sederhana dan mudah dipelajari. Contohnya seperti membuat outline sebelum mempelajari suatu materi.

c. Membuat rencana dan tujuan belajar (Goal setting & planning)

(4)

memungkinkan siswa untuk fokus pada hal-hal yang penting bagi perolehan kesuksesan jangka panjang. Untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari perencanaan, maka perencanaan perlu ditinjau kembali secara rutin. Contohnya belajar dua minggu sebelum ujian dimulai, dan mengulangnya kembali pada saat ujian tiba.

d. Mencari informasi (Seeking information)

Siswa memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas ataupun ketika mempelajari suatu materi pelajaran. Strategi ini dilakukan dengan menetapkan informasi apa yang penting dan bagaimana cara mendapatkan informasi tersebut. Contohnya siswa berusaha melengkapi materi pelajaran dari sumber lain atau literatur perpustakaan.

e. Mencatat hal penting (Keeping record & monitoring)

Strategi ini dilakukan dengan mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari, kemudian menyimpan hasil tes, tugas maupun catatan yang telah dikerjakan. Contohnya siswa mencatat hal penting untuk dipelajari, siswa mencatat hal-hal yang tidak dipahami untuk dipelajari ulang.

f. Mengatur lingkungan belajar (Environmental structuring)

(5)

baik. Contohnya siswa mematikan televisi saat belajar untuk membantu konsentrasi.

g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (Self consequences)

Strategi ini dilakukan dengan mengatur atau membayangkan reward atau punishment yang didapatkan bila berhasil atau gagal dalam mengerjakan tugas. Contohnya siswa merasa malu apabila mendapatkan hasil ujian buruk, siswa menganggap keberhasilan sebagai motivasi untuk dapat mempertahankan keberhasilannya. h. Mengulang dan mengingat (Rehearsing & memorizing)

Siswa berusaha mempelajari ulang materi pelajaran dan mengingat bahan bacaan dengan perilaku yang overt dan covert. Contohnya sebelum ujian matematika, siswa mencoba menghafal rumus-rumus matematika.

i. Mencari bantuan teman (Seeking peer assistance)

Siswa meminta bantuan kepada teman sebaya, jika menghadapi masalah dengan tugas.

j. Meminta bantuan guru (Seeking teacher assistance)

Bertanya kepada pengajar di kelas maupun di luar kelas dengan tujuan agar dapat membantu dalam menyelesaikan tugas.

k. Meminta bantuan orang dewasa (Seeking adult assistance)

(6)

l. Mengulang test atau tugas sebelumnya (Reviewing test)

Siswa mengulang pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber informasi untuk belajar.

m. Mengulang catatan (Reviewing notes)

Sebelum mengikuti ujian, siswa meninjau ulang catatan sehingga mengetahui topik apa saya yang akan diuji.

n. Meninjau buku pelajaran (Reviewing textbook)

Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan pendukug catatan sebagai sarana belajar.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning

Berdasarkan perspektif sosial kognitif yang dikemukakan Bandura (dalam Zimmerman, 1989) bahwa self-regulated learning ditentukan oleh 3 faktor yakni :

a. Faktor personal

Faktor personal melibatkan self efficacy yang mengacu kepada penilaian individu terhadap kemampuannya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan dalam belajar. Persepsi self

efficacy siswa tergantung kepada empat tipe yang mempengaruhi pribadi

(7)

pengetahuan bersyarat mengarah kepada pengetahuan kapan dan mengapa strategi tersebut berjalan efektif. Siswa dengan self-regulated learning tidak hanya bergantung kepada pengetahuan siswa tetapi juga proses metakognitif pada pengambilan keputusan dan perfoma yang dihasilkan dengan melibatkan perencanaan atau analisis tugas yang berfungsi mengarahkan usaha dalam mengontrol belajar. Pengambilan keputusan metakognitif tergantung juga kepada tujuan jangka panjang siswa dalam belajar. Tujuan merupakan kriteria yang digunakan siswa untuk memonitor mereka dalam belajar. Tujuan dan pemakaian proses metakognitif dipengaruhi oleh persepsi terhadap self efficacy dan afeksi. Afeksi mengacu kepada kemampuan mengatasi emosi yang timbul dalam diri meliputi kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola pikir dalam mencapai tujuan.

Faktor personal melibatkan penggunaan strategi mengatur materi pelajaran (organizing & transforming), membuat rencana dan tujuan yang ingin dicapai (goal setting and planning), mencatat hal-hal penting

(keeping record and monitoring), serta mengulang dan mengingat materi

pelajaran (rehearsing and memorizing). b. Faktor perilaku

Mengacu kepada kemampuan siswa dalam menggunakan strategi

self-evaluation sehingga mendapatkan informasi tentang keakuratan dan

(8)

(self-observation), penilaian diri (self-judgment), dan reaksi diri (self-reaction). Komponen tersebut terdiri dari perilaku yang dapat diamati, dilatih dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, ketiga komponen tersebut dikategorikan sebagai faktor perilaku yang mempengaruhi self-regulated

learning. Faktor perilaku ini melibatkan penggunaan strategi evaluasi

terhadap diri (self-evaluation) dan konsekuensi terhadap diri (self-consequences).

c. Faktor lingkungan

(9)

4. Karakteristik Siswa yang Menggunakan Strategi Self-Regulated Learning

Beberapa penelitian mengemukakan karakteristik siswa dengan penggunaan strategi self-regulated learning tinggi adalah sebagai berikut (Montalvo, 2004) :

a. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam menggunakan strategi kognitif (pengulangan, elaborasi dan organisasi) yang membantu mereka untuk memperhatikan, mentransformasi, mengorganisasi, mengelaborasi serta menguasai informasi.

b. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam merencanakan, mengorganisasikan, dan mengarahkan proses mental untuk mencapai tujuan personal

c. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam merencanakan, mengontrol waktu, dan memiliki usaha terhadap penyelesaian tugas, tahu bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, seperti mencari tempat belajar yang sesuai atau mencari bantuan dari guru dan teman jika menemui kesulitan.

d. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam melakukan strategi disiplin, yang bertujuan menghindari gangguan internal dan eksternal, menjaga konsentrasi, usaha, dan motivasi selama menyelesaikan tugas.

Sedangkan karakteristik siswa dengan penggunaan strategi

self-regulated learning rendah yaitu diantaranya tidak mampu mengorganisasikan

(10)

yang kurang sehingga mereka cenderung memiliki perilaku belajar yang tidak memiliki perencanaan dan tujuan yang jelas.

B. Persepsi Iklim Kelas 1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi menurut Irwanto dkk. (1996) adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Pengertian terhadap lingkungan dapat diperoleh melalui interpretasi terhadap rangsang-rangsang yang diterima. Kemudian Chaplin (1999) menambahkan persepsi merupakan upaya mengamati dunia, mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian. Robbins (1996) menyatakan persepsi merupakan suatu proses di mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera untuk memberi makna kepada lingkungan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses memahami ransang seperti objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa yang diperoleh dimana terdapat proses penafsiran untuk memberikan makna.

2. Iklim Kelas

a. Pengertian Iklim Kelas

(11)

Khine & Chiew, 2001) menyatakan iklim kelas adalah tempat dimana siswa dan guru berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan beberapa sumber informasi dalam usaha pencarian ilmu dalam aktifitas belajar.

Bloom (dalam Hadiyanto dan Subiyanto, 2003) kemudian menambahkan bahwa iklim kelas adalah kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian iklim kelas di atas, maka dapat disimpulkan iklim kelas sebagai keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa lainnya.

b. Dimensi Iklim Kelas

Fraser, Fisher dan McRobbie (dalam Khine, 2001) mengemukakan tujuh dimensi dalam mengukur iklim kelas, yaitu :

1) Kekompakan siswa (Student cohesiveness), dimensi ini mengukur sejauh mana siswa saling mengenal, membantu dan mendukung satu sama lainnya.

2) Dukungan guru (Teacher support), dimensi ini mengukur sejauh mana guru mau membantu siswa, memperlakukan siswa sebagai teman, percaya kepada siswa serta menaruh perhatian kepada siswa.

(12)

kelas, berpartisipasi di dalam diskusi, mengerjakan tugas tambahan, serta merasa nyaman berada di kelas.

4) Investigasi (Investigation), dimensi ini menekankan pada sejauh mana kemampuan siswa melakukan investigasi dan proses mencari tahu

(inquiry) digunakan dalam mengatasi masalah serta dikembangkan di

dalam kegiatan belajar di kelas.

5) Orientasi tugas (Task orientation), dimensi ini mengukur sejauh mana siswa merasa penting untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru serta tetap berfokus kepada tugas.

6) Kerjasama (Cooperation), dimensi ini mengukur sejauh mana siswa saling bekerja sama dan tidak saling bersaing di dalam belajar.

7) Kesetaraan (Equity), dimensi ini mengukur sejauh mana siswa diperlakukan sama oleh guru.

c. Faktor-Faktor Iklim Kelas

Freiberg (1999) mengemukakan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi iklim kelas yaitu :

1) Lingkungan fisik kelas

(13)

2) Sistem sosial

Sistem sosial terdiri dari hubungan dan interaksi antar siswa dan hubungan interaksi antara siswa dan guru. Relasi guru dengan siswa biasanya ditunjukkan melalui perhatian yang diberikan kepada siswa sehingga siswa merasa bahwa gurunya ramah dan bersahabat.

3) Kerapian lingkungan kelas

Kerapian lingkungan kelas yaitu susunan kelas, kenyamanan, dan keberfungsian yang ada di kelas. Kerapian kelas diperlukan untuk pengelolaan kelas yang baik.

4) Harapan guru terhadap hasil yang dicapai siswa

Harapan guru terhadap hasil yang dicapai siswa berupa harapan yang positif, self-efficacy, dan sikap profesional. Dalam proses pembelajaran di kelas, cara guru memandu transaksi pembelajaran bertumpu pada faktor yang memicu tumbuhnya rasa keberhasilan dalam belajar (success experience). Pengalaman keberhasilan yang berulang-ulang cenderung memicu tumbuhnya rasa percaya diri (self efficacy). d. Karakteristik Iklim Kelas yang Positif

(14)

mereka dengan baik, guru dan siswa saling menghargai satu sama lain, dan adanya kerjasama serta kolaborasi kelompok yang tinggi.

3. Persepsi Iklim Kelas

Pesepsi menurut Chaplin (1999) adalah upaya mengamati dunia, mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian. Sedangkan iklim kelas menurut Rawnsley & Fisher, (1998) merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa lainnya. Persepsi iklim kelas merupakan sebagai upaya pemahaman keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa lainnya.

C. SMA Negeri 3 Medan 1. Sejarah Sekolah

(15)

Limun dan dikepalai oleh Bapak Putu Mas. Selanjutnya lokasi SMA Negeri 3 Medan kembali lagi ke Jalan Seram mulai dari tahun 1965 s/d 1976 dan Kepala Sekolahnya berturut-turut dipimpin oleh Bapak Lajim Bangun (1965 s/d 1967), Bapak Drs. Kadar Efendy (1967 s/d 1976), Bapak M. Daim Tanjung (1976-1977), Bapak Abdul Rahim Batubara (1977-1984), Bapak Marolop Siahaan (1984-1985), Bapak Drs. Tasrir Ismail (1985-1987), Bapak Drs. H. M. Syarif (1987-1989), Ibu Hj. Khairiyah (1989-1995), Bapak Ruslan Hasan (1995-1997), Bapak Zamardin Abbas (1997-1998), Bapak Drs. Burhanuddin Lubis (1998-2005), Ibu Dra. Hj. Rebekka Girsang (2005-2006), dan Bapak Drs. Sahlan Daulay, M.Pd (2006-Sekarang). Pesatnya pembangunan Kota Medan dan pertimbangan terhadap perkembangan SMA Negeri 3 Medan pada masa yang akan datang, menyebabkan lokasi SMA Negeri 3 Medan yang berada di Jalan Seram dirasakan kurang strategis, sehingga pada tahun 1978 lokasi SMA Negeri 3 Medan dipindahkan ke Jalan Budi Kemasyarakatan No. 3 Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat. Pada awal pindahnya SMA Negeri 3 Medan di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat dipimpin oleh Bapak Abdul Rahim Batubara sampai dengan tahun 1984. Sampai saat ini SMA Negeri 3 Medan masih tetap eksis berada di Jalan Budi Kemasyarakatan No. 3 Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Kota Medan (Tim ICT SMAN 3 Medan, 2014).

2. Visi Misi Sekolah

(16)

Memiliki Pengetahuan Yang Luas, Berwawasan Lingkungan, Serta Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Yang Tinggi Dengan Dilandasi Iman dan Taqwa.

Sedangkan misi SMA Negeri 3 Medan adalah :

a. Membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak dan berbudi pekerti luhur,

b. Meningkatkan prestasi akademik lulusan secara berkelanjutan,

c. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimilikinya, d. Menumbuhkan dan mendorong keunggulan dalam penerapan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni,

e. Mewujudkan sekolah yang berwawasan lingkungan, f. Meningkatkan prestasi pada bidang ekstra kurikuler, g. Menumbuhkan dan meningkatkan minat baca siswa, h. Meningkatkan kemampuan ber-bahasa Inggris,

i. Meningkatkan wawasan pengetahuan, serta penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (Tim ICT SMAN 3 Medan, 2014).

3. Kelas Unggulan

a. Pengertian Kelas Unggulan

(17)

penyelenggaraan kelas unggulan yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Dasar (1996) adalah sejumlah anak didik yang karena prestasinya menonjol dikelompokkan di dalam satu kelas tertentu kemudian diberi program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan, dan adanya tambahan materi pada materi pelajaran tertentu (Depdikbud, 1996).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kelas unggulan merupakan suatu kelas yang didalamnya terdapat sejumlah anak didik yang memiliki prestasi menonjol dibandingkan anak didik lainnya yang kemudian diberi program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan.

b. Ciri - Ciri Kelas Unggulan

Kelas unggulan yang dikembangkan untuk mewadahi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan yang tinggi ini harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Depdikbud, 1996) :

1) Masukan atau raw input adalah peserta didik yang diseleksi secara baik dengan menggunakan kriteria dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan yang mampu membedakan antara anak yang memiliki potensi kecerdasan yang tinggi atau memiliki kebakatan yang istimewa dengan anak yang hanya memiliki kecerdasan normal. Kriteria yang biasa digunakan adalah hasil belajar dan hasil psikotes. 2) Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi belajar peserta

(18)

3) Lingkungan belajar yang menunjang untuk berkembangnya potensi keunggulan, baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis.

4) Guru dan tenaga kependidikan yang unggul dari penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode mengajar dan komitmen dalam melaksanakan tugas.

5) Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional yang diperkaya, dengan tetap berpegagang pada kurikulum nasional yang baku, dilakukan pengayaan yang optimal sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan dan motivasi belajar yang tinggi.

6) Jumlah jam waktu belajar di sekolah yang lebih lama dibandingkan kelas lain pada umumnya.

7) Proses belajar mengajar yang bermutu dan hasilnya selalu dapat dipertanggungjawabkan kepada peserta didik, lembaga maupun masyarakat.

8) Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam keseluruhan sistem pembinaan peserta didik dan melalui praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari.

4. Dinamika Persepsi Iklim Kelas Dengan Penggunaan Strategi Self-Regulated Learning

(19)

mengarahkan diri untuk mengubah kemampuan mental menjadi kemampuan akademik. Tentunya, dalam menjalankan perubahan tersebut seorang siswa perlu memiliki suatu cara atau strategi yang digunakan. Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Boerkarts, Pintrich, & Zeidner, 2000) mengungkapkan terdapat empat belas strategi self-regulated learning. Dikarenakan dalam menjalankan proses self-regulated learning siswa dapat menggunakan keempat belas strategi tersebut, maka dalam penggunaannya faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya juga sama.

(20)
(21)

Di kota Medan sendiri, salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) yang memiliki kelas unggulan adalah SMA Negeri 3 Medan. Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu guru di SMA Negeri 3 Medan, siswa-siswi kelas unggulan dipilih berdasarkan penyaringan siswa yang ketat. Proses seleksi dimulai dari penyaringan nilai rapor yang dilanjutkan dengan tes kemampuan akademik dengan memberikan soal-soal mata pelajaran wajib seperti matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. SMA Negeri 3 Medan juga telah memenuhi beberapa ciri-ciri dalam mengembangkan kelas unggulan yang dikemukakan oleh Depdikbud (1996) yaitu memiliki sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi belajar peserta didik, baik dalam kegiatan intra maupun ekstra kurikuler, lingkungan belajar yang menunjang untuk berkembangnya potensi keunggulan, baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis serta guru dan tenaga kependidikan yang unggul dari penguasaan materi pelajaran dan penguasaan metode mengajar.

(22)

sekolah dan guru memberikan banyak kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas, siswa tersebut berusaha mengatur materi pembelajaran dengan membuat ringkasan sebelum mempelajari suatu materi, membuat rencana dan tujuan belajar dengan cara belajar beberapa minggu sebelum ujian dan mengulangnya serta mengingatnya kembali serta saat ujian tiba. Strategi lainnya yang dilakukan oleh beberapa siswa kelas unggulan saat suasana kelas menuntut mereka untuk mencari tahu dalam kegiatan belajar, maka siswa akan cenderung melakukan evaluasi terhadap kemajuan tugasnya dengan mengecek kembali hasil belajarnya. Begitu juga saat siswa merasa iklim kelasnya menuntut mereka untuk bekerja sama maka siswa tersebut akan melakukan strategi dengan cara mencari bantuan teman.

5. Hipotesa Penelitian

Bedasarkan uraian teoritis, maka peneliti membuat hipotesa bahwa terdapat pengaruh persepsi iklim kelas terhadap penggunaan strategi

self-regulated learning siswa kelas X dan XI unggulan pada SMA Negeri 3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur drama “Majalah Dinding” karya Bakdi Soemanto yang terdiri dari alur, karakter, dan tema (2) mendeskripsikan tekstur

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada masyarakat di Kelurahan Pakuncen Wirobrajan Yogyakarta.. Metode Penelitian: Penelitian

• TIDAK DIPERLUKAN URAIAN MATERI DENGAN KALIMAT PANJANG LEBAR.. • DITUNTUT KEMAMPUAN KREATIF DALAM MEMADUKAN TEKS, GAMBAR,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun pegagan berpengaruh nyata terhadap tingkat hidrolisis pati nasi instan namun hasil yang didapatkan tidak

In conclusion, we have established an efficient nursery plant production system for dwarf cogongrass through mass propagation in liquid culture and analyzed the genetic stability of

Dengan ini kami mengundang Saudara untuk mengikuti Pembuktian Kualifikasi Jasa Konstruksi dengan Sistem Pemilihan Langsung untuk :. Peningkatan / Pemeliharaan Jalan ruas jalan

Dari nilai pada Tabel 3 dan Gambar 8 dike- tahui bahwa penggunaan katalis dalam proses deko- lorisasi fotokatalitik, baik mikropartikel TiO 2 mau- pun ZnO secara individual pada

Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pengaruh pemberian dosis pupuk organik yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman bawang daun memberikan pengaruh yang