• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Experiential Marketing - Analisis Pengaruh Experiential Marketing,Perceived Quality Dan Advertising Terhadap Keputusan Pembelian Produk Luwak White Koffie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Univers

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Experiential Marketing - Analisis Pengaruh Experiential Marketing,Perceived Quality Dan Advertising Terhadap Keputusan Pembelian Produk Luwak White Koffie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Univers"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Experiential Marketing

Experiential Marketing berasal dari dua kata yaitu Experiential dan

Marketing. Sedangkan Experiential sendiri berasal dari kata experience yang

berarti sebuah pengalaman. Experiential marketing merupakan sebuah pendekatan

untuk memberikan informasi yang lebih dari sekedar informasi mengenai sebuah

produk atau jasa.Experiential marketing lahir pada akhir tahun 90-an. Konsep ini

digagas pertama kali oleh Schmitt yang memadukan elemen-elemen seperti sense,

feel, think, act dan relate yang kemudian dipadatkan menjadi experiential

marketing. Konsep ini tidak saja mengandalkan fitur dan benefit, tapi

menyuguhkan diferensiasi unik berupa pengalaman (experience) mengesankan

dalam ingatan konsumen.

Andreani (2007: 2) menyatakan bahwa Experiential Marketing adalah

lebih dari sekedar memberikan informasi dan peluang pada pelanggan untuk

memperoleh pengalaman atas keuntungan yang didapat dari produk atau jasa itu

sendiri tetapi juga membangkitkan emosi dan perasaan yang berdampak terhadap

pemasaran, khususnya penjualan. Sehingga pada ada era saat ini perang

pemasaran bukanlah dipasar melainkan dibenak pelanggan, sehingga setiap

kegiatan pemasaran selalu dilakukan untuk merebut hati pelanggan lewat produk

dan jasa ( service) atau lazimnya disebut excellence telah menjadi sebuah konsep

(2)

Kotler (2004: 72) menyatakan bahwa Experiential marketing atau

pengalaman atas pemasaran adalah bagaimana mendesain

pengalaman-pengalaman dan menambahkannya di seputar barang-barang dan jasa yang kita

hasilkan sedangkan Thejasukmana dan Sugiharto (2014: 2) menyatakan bahwa

fokus utama dari suatu experiential marketing adalah pada tanggapan panca indra,

pengaruh, tindakan serta hubungan. Oleh karena itu suatu badan usaha harus dapat

menciptakan experential brands yang dihubungkan dengan kehidupan nyata dari

konsumen. Tujuan dari pemasaran yang menjual pengalaman-pengalaman ini

adalah untuk menambahkan drama dan hiburan. Industri dan kondisi pasar yang

semakin berkembang dan bermacam – macam seperti sekarang ini, telah

mengubah cara pandang terhadap suatu pemasaran kearah experiential marketing

untuk mengembangkan produknya, berkomunikasi dengan konsumen,

membangun hubungan penjualan dan membangun lingkungan pemasaran yang

baik.

Farias (2014 : 93)”Developing recognition of and purchasing goods or

services from a company or brand after they experience activities and perceive

stimulations. Experiential marketing motivates customers to make faster and more

positive purchasing decisions” (mengembangkan pengakuan pelanggan atas

pembelian barang atau jasa dari sebuah perusahaan atau merek setelah mereka

mengalami kegiatan dan merasakan rangsangan. Pengalaman pemasaran

memotivasi pelanggan untuk membuat keputusan pembelian yang lebih cepat dan

(3)

Andreani (2007:3) menyatakan bahwa pengalaman merupakan sebuah alat

yang membedakan produk atau jasa sehingga dapat disimpulkan bahwa

experiential marketing merupakan kemampuan dari suatu produk dalam

menawarkan pengalaman emosi sehingga menyentuh hati dan perasaan

konsumen.

2.1.1.1Sense (Panca Indra)

Sense marketing dalam konteks experiential marketing adalah

menciptakan pengalaman sensory terhadap suatu objek melalui kelima panca

indra : penglihatan, penciuman, perasa, pendengaran, dan peraba. Sense marketing

ini bagi konsumen, berfungsi untuk mendiferensiasikan suatu produk dari produk

yang lain, untuk memotivasi pembeli untuk bertindak, dan untuk membentuk

value pada produk atau jasa dalam benak pembeli.

Indera manusia dapat digunakan selama fase pengalaman (pra pembelian,

pembelian dan sesudah pembelian) dalam mengkonsumsi sebuah produk atau

jasa. Perusahaan biasanya menerapkan unsur sense dengan menarik perhatian

pelanggan melalui hal-hal yang mencolok, dinamis, dan meninggalkan kesan yang

kuat. Perangsangan melaui kelima panca indra ini bagi masing – masing

perusahaan dan produk akan berbeda. Sense yang ditawarkan harus stimulus

dengan benar agar dapat memberikan sesuatu yang mengesankan dan tidak dapat

dilupakan. Hasil yang terbaik akan diperoleh apabila perusahaan dapat

memberikan stimulus terhadap pelanggannya secara multisensory dari pada single

(4)

Terdapat tiga tujuan dari panca indera senses marketing yaitu:

1. Panca indera sebagai pendiferensiasi

Sebuah organisasi dapat menggunakan sense marketing untuk

mendiferensiasikan produk organisasi dengan produk pesaing didalam

pasar, memotivasi pelanggan untuk membeli produknya, dan

mendistrisbusikan nilai kepada konsumen.

2. Panca indera sebagai motivator

Penerapan unsur sense dapat memotivasi pelanggan untuk mencoba

produk dan membelinya.

3. Panca indera sebagai penyedia nilai

Panca indera juga dapat menyediakan nilai yang unik kepada konsumen.

2.1.1.2Feel (Perasaan)

Feel berhubungan dengan suasana hati dan perasaan berhubungan dengan

perasaan yang paling dalam dan emosi pelanggan. Feel marketing adalah suatu

strategi dan implementasi untuk memberikan pengaruh kepada perusahaan dan

merek melalui pemberian pengalaman untuk menjadi berhasil.

Feel marketing memerlukan pengertian yang jernih tentang bagaimana

menciptakan suatu perasaan positif selama pengalaman

mengkonsumsi.Selanjutnya adalah bagaimana mengusahakan pelanggan agar

merasakan perasaan yang positif agar dapat menimbulkan pikiran dan opini yang

positif. Feel dalam experiential marketing erat kaitannya dengan pengalaman

(5)

Feel marketing inisering digunakan untuk membangun emosi pelanggan

secara perlahan. Ketika pelanggan merasa senang terhadap produk yang

ditawarkan perusahaan, pelanggan akan menyukai produk dan perusahaan.

Sebaliknya, ketika pelanggan merasa tidak senang terhadap produk yang

ditawarkan perusahaan, maka konsumen akan meninggalkan produk tersebut dan

beralih kepada produk lain.

Jika sebuah strategi pemasaran dapat menciptakan perasaan yang baik

secara konsisten bagi pelanggan, maka perusahaan dapat menciptakan loyalitas

merek yang kuat dan bertahan lama. Dalam mengatur feel ini pemasar harus

mempertimbangkan mood dan emosi pelanggan sesuai dengan keingginannya.

2.1.1.3Think (Cara Berpikir)

Perusahaan berusaha untuk menantang konsumen, dengan cara

memberikan problem-solvingexperiences, dan mendorong pelanggan untuk

berinteraksi secara kognitif dan atau secara kreatif dengan perusahaan atau

produk. Objek dari think marketing adalah untuk mendorong pelanggan untuk

menggunakan pemikiran yang kreatif .

Intisari dari think marketing adalah untuk menyerukan kepada konsumen

pemikiran yang kreatif tentang suatu perusahaan dan mereknya. Tujuannya adalah

mendorong konsumen sehingga tertarik dan berpikir secara kreatif sehingga

mungkin dapat menghasilkan evaluasi kembali mengenai perusahaan dan merek

tersebut.

Menurut Schmitt cara yang baik untuk membuat think marketing berhasil adalah

(6)

1. Kejutan (surprise)

Kejutan merupakan suatu hal yang penting dalam membangun pelanggan

agar mereka terlibat dalam cara berpikir yang kreatif. Kejutan dihasilkan

ketika pemasar memulai dari sebuah harapan. Kejutan harus bersifat

positif, yang berarti pelanggan mendapatkan lebih dari yang mereka minta,

lebih menyenangkan dari yang mereka harapkan, atau sesuatu yang sama

sekali lain dari yang mereka harapkan yang pada akhirnya dapat membuat

pelanggan merasa senang.

Dalam experiential marketing, unsur surprise menempati hal yang sangat

penting karena dengan pengalaman-pengalaman yang mengejutkan dapat

memberikan kesan emosional yang mendalam dan diharapkan dapat terus

membekas di benak konsumen dalam waktu yang lama.

2. Memikat (intrigue)

Jika kejutan berangkat dari sebuah harapan, intrigue campaign mencoba

membangkitkan rasa ingin tahu pelanggan, apa saja yang memikat

pelanggan. Namun, daya pikat ini tergantung dari acuan yang dimiliki oleh

setiap pelanggan. Terkadang apa yang dapat memikat seseorang dapat

menjadi sesuatu yang membosankan bagi orang lain, tergantung pada

tingkat pengetahuan, kesukaan, dan pengalam pelanggan tersebut.

(7)

Provokasi dapat menimbulkan sebuah diskusi, atau menciptakan sebuah

perdebatan. Provokasi dapat beresiko jika dilakukan secara tidak baik dan

agresif.

2.1.1.4Act (Tindakan)

Act merupakan pengalaman pelanggan yang berhubungan dengan fisik,

perilaku jangka panjang dan gaya hidup serta pengalaman yang terjadi sebagai

hasil dari interaksi dengan orang lain. Act berhubungan dengan keseluruhan

individu yaitu pikiran dan tubuh untuk meningkatkan hidup dan gaya hidupnya

dimana gaya hidup sendiri merupakan pola perilaku individu dalam hidup yang

direfleksikan dalam tindakan, minat dan pendapat.

Pesan-pesan yang memotivasi, menginspirasi dan bersifat spontan dapat

menyebabkan pelanggan untuk berbuat hal-hal dengan cara yang berbeda,

mencoba dengan cara yang baru merubah hidup mereka lebih baik. Act experience

yang berupa gaya hidup dapat diterapkan dengan menggunakan trend yang sedang

berlangsung atau mendorong terciptanya trend budaya baru. Tujuan dari act

marketing adalah untuk memberikan kesan terhadap pola perilaku dan gaya

hidup, serta memperkaya pola interaksi sosial melalui strategi yang dilakukan.

2.1.1.5Relate (Pertalian)

Relate marketing berisikan aspek-aspek dari sense, feel, think, act

marketing serta menitik beratkan pada penciptaan persepsipositif dimata

pelanggan. Relate menghubungkan pelanggan secara individu dengan masyarakat,

atau budaya. Pada umumnya relate experience menunjukkan hubungan dengan

(8)

yang lebih luas dan abstrak (misalnya negara, masyarakat, budaya). Tujuan dari

relate adalah menghubungkan konsumen tersebut dengan budaya dan lingkungan

sosial yang dicerminkan oleh merek suatu produk

Perusahaan dapat menciptakan relate antara pelanggannya dengan kontak

langsung baik telepon maupun kontak fisik, diterima menjadi salah satu bagian

dalam kelompok atau menjadi member sehingga membuat konsumen menjadi

senang atau tidak segan untuk datang kembali Sebaliknya bila hal tersebut tidak

terjadi dalam arti konsumen merasa terabaikan, maka konsumen akan berfikir

ulang untuk datang kembali..

2.1.1.6Karakteristik Experiential Marketing

Experiential marketing memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai

berikut:

1. Fokus pada pengalaman konsumen

Experiential marketing berfokus pada pengalaman terjadi sebagai hasil

dari interaksi atau suatu peristiwa yang menstimulasi panca indra, hati dan

pikiran. Secara keseluruhan, pengalaman merangsang panca indra, emosi,

kognitif, tingkah laku dan nilai hubungan yang mengakibatkan nilai

fungsional.

2. Menguji situasi konsumen

Experiential marketing percaya bahwa kesempatan yang paling baik untuk

mempengaruhi suatu merek terjadi pada saat setelah pembelian suatu

(9)

produk adalah kunci untuk menumbuhkan kepuasan konsumen dan

loyalitas terhadap suatu merek.

3. Mengenali aspek rasional dan emosional sebagai pemicu dari konsumsi

Bagi para experiential marketing, konsumen adalah sosok emosional

seperti halnya sosok rational, artinya walaupun konsumen pada waktu

tertentu membuat keputusan atau pilihan secara rasional tetapi mereka juga

memiliki dorongan dan keinginan secara emosi seperti kepekaan, hasrat,

aktualisasi diri, fantasi dan lain – lainnya.

4. Metode dan perangkat bersifat elektrik

Metode yang digunakan dalam experiential marketing adalah electeric

(tidak semata analitikal kuantitatif tetapi bervariasi dan multiaset). Dengan

kata lain experiential marketing tidak terikat pada ideologi metode

tertentu. Experiential marketing dapat bermanfaat untuk digunakan dalam

berbagai situasi termasuk :

a. Meningkatkan kinerja perusahaan

b. Mendiferensiasikan produk dan jasa dari perusahaan pesaing

c. Menciptakan image dan identitas perusahaan

d. Mempromosikan inovasi

e. Membujuk konsumen untuk mencoba, membeli, dan yang paling

penting adalah menjadikan mereka loyal.

2.1.1.7Manfaat Experiential Marketing

Pengalaman konsumen dalam mengonsumsi barang dan jasa erat

(10)

experiential marketing dapat mencipatkan konsumen yang loyal, konsumen

mencari perusahaan dan merek tertentu untuk dijadikan bagian dari hidup mereka.

Experiential marketing dapat dimanfaatkan secara efektif apabila diterapkan pada

beberapa situasi tertentu .

Manfaat lain yang disampaikan oleh Rini (2009: 17) dari jurnalnya yang

berjudul Menciptakan Pengalaman Konsumen dengan Experiential Marketing

yaitu:

a. Membuat konsumen puas

b. Meningkatkan merek pada tahap penurunan

c. Mendeferensiasi produk

d. Menciptakan sebuah citra dan image perusahaan

e. Meningkatkan inovasi

f. Membujuk pelanggan agar melakukan pembelian

Mencipatakan pelanggan yang loyal

2.1.2 Perceived Quality

Menurut Kotler dan Keller (2008:228) dalam pemasaran persepsi lebih

penting daripada realitas, karena persepsi itu yang akan mempengaruhi perilaku

aktual konsumen. Pendapat Kotler dan Keller bahwa persepsi mempengaruhi

bagaimana seorang memutuskan untuk menggunakan suatu produk atau jasa yang

ditawarkan oleh perusahaan. Persepsi bukan hanya proses psikologis semata,

tetapi diawali dengan proses fisiologis yang dikenal sebagai sensasi.

Persepsi kualitas meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan

(11)

pelanggan terhadap kualitas dari merek yang dimiliki maka perusahaan dapat

menentukan langkah-langkah apa yang dapat diambil guna memperkuat persepsi

pelanggan terhadap merek yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Menurut Aaker dalam Situmorang (2011:201) perceived quality adalah

persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk

atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Persepsi

terhadap kualitas produk mengakibatkan seorang niat atau tidak dalam

mengkonsumsi suatu produk karena persepsi kualitas produk merupakan salah

satu pertimbangan konsumen dalam menggunakan produk yang nantinya dapat

memberikan manfaat yang diinginkan setiap konsumen.

Persepsi seseorang terhadap suatu produk dapat berbeda beda,hal ini

disebabkan oleh adanya proses seleksi terhadap berbagai stimulus yang ada. Pada

hakekatnya persepsi akan berhubungan dengan perilaku seseorang dalam

mengambil keputusan terhadap apa yang dikehendaki. Karena persepsi kualitas

merupakan persepsi konsumen maka dapat diramalkan jika persepsi kualitas

pelanggan negatif, produk tidak akan disukai dan tidak akan bertahan lama

dipasar. Sebaliknya, jika persepsi kualitas positif maka produk akan disukai. Salah

satu cara untuk mengetahui perilaku konsumen adalah dengan menganalisis

persepsi konsumen terhadap produk. Dengan persepsi konsumen kita dapat

mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan

ataupun ancaman bagi produk kita.

Tsiotsou (2005: 8)“Perceived product quality could be also used by

(12)

consumers.The basis selected for segmenting a market is a key factor in providing

a firm with a strategic advantage over its competitors.” ( Kualitas produk yang

dirasakan dapat juga digunakan oleh pemasar sebagai kriteria segmentasi untuk

mengidentifikasi kelompok homogen konsumen. Dasar yang dipilih untuk

segmentasi pasar merupakan faktor kunci dalam memberikan perusahaan

keuntungan dan strategi atas pesaingnya.)

Aaker dalam Situmorang (2011: 201) membagi persepsi kualitas kedalam enam

dimensi yakni:

1. Kinerja yaitu melibatkan berbagai karakteristik operasional utama

2. Pelayanan yaitu mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada

produk tersebut

3. Ketahanan yaitu mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut

4. Kehandalan yaitu konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk

dari suatu pembelian ke pembelian berikutnya

5. Karakteristik produk yaitu bagian-bagian tambahan dari produk

(feature),seperti remote control sebuah video ,tape deck,sistem WAP

untuk telepon genggam

6. Kesesuaian dengan spesifikasi yaitu pandangan mengenai spesifikasi yang

telah ditentukan dan teruji

2.1.3 Advertising

Definisi iklan dan periklanan yang dipopulerkan oleh American Marketing

(13)

mengimplementasikan dan mempromosikan ide, barang atau jasasecara non

personal oleh sponsor yang jelas.

Kotler dan Armstrong (2008: 117) mengatakan bahwa iklan adalah semua

bentuk terbayar presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa dengan

sponsor tertentu.

Dengan demikian periklanan adalah :

1. Merupakan alat komunikasi pemasaran produk maupun jasa yang dibayar

oleh sponsor khusus dengan cara mempresentasikan dan mempromosikan

ide, barang, jasa secara non personal.

2. Rancangan pesan khusus dan disampaikan melalui sarana media (pers,

radio, televisi, dan lain – lain) yang bertujuan untuk melakukan tindakan

pembelian suatu produk maupun jasa.

2.1.3.1 Fungsi Periklanan

Fungsi-fungsi periklanan menurut (Lee dan Johson, 2007 : 10-11) antara lain:

1. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “informasi” seperti

mengomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, dan lokasi penjualannnya.

2. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “ persuasif” seperti mencoba

membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu tau

mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tertentu.

3. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “ pengingat” seperti teurs-menerus

mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka

(14)

Setiap iklan dirancang guna mencapai sasaran tertentu. Sasaran periklanan

bisa ditentukan berdasarkan klasifikasi apakah tujuan periklanan

bermaksud menginformasikan, membujuk atau hanya mengingatkan saja.

Kotler (2004 : 4-6) terdapat 5 M yang dianut dalam dunia periklanan yaitu:

a. Mission

Mission atau misi dari iklan dapt berupa salah satu empat hai yaitu

memberi informasi, mengajak, mengingatkan, atau mendorong terjadinya

keputusan untuk membeli suatu produk

b. Message

Message atau pesan yang dibawa oleh iklan itu harus dapat

mengkomunikasikan nilai lebih yang dimiliki suatu produk baik dengan

menggunakan kata-kata maupun dengan gambar.

c. Media

Media harus dipilih berdasarkan kemampuannya menggapai target pasar

yang efektif tanpa mengabaikan segi biayanya.

Di samping media-media yang sudah lazim, seperti surat kabar, majalah,

radio, televisi, billboard (papan iklan), banyak sekali sumber-sumber

media terbaru seperti e-mail, fax, telemarketers, majalah digital, iklan

in-store.

d. Money

Money atau pendanaan. Besarnya anggaran iklan ditentukan oleh

keputusan atas harga di tiap-tiap fungsi seperti jangkauan pemasaran,

(15)

memperhitungkan tagihan yang harus dibayar oleh perusahaan atas ongkos

pembuatan iklan tersebut dan biaya-biaya lain.

e. Measurement

Measurement atau tolok ukur keberhasilan suatu iklan. Kampanye iklan

suatu produk membutuhkan premeasurement dan postmeasurement

(pengukuran pra dan pasca kampanye).

Klasifikasi periklanan menurut (Lee dan Johson, 2007 : 4-10) antara lain:

a. Periklanan Produk

Porsi utama pengeluaran periklanan dibelanjakan untuk produk seperti

presentasi dan promosi produk-produk baru, produk-produk yang ada dan

produk-produk hasil revisi.

b. Periklanan Eceran

Berlawanan dengan iklan produk, periklanan eceran bersifat lokal dan

berfokus pada toko, tempat dimana bergam produk dapat dibeli atau

dimana jasa ditawarkan.

c. Periklanan Korporasi

Fokus periklnana ini adalah membangun identitas korporasi atau untuk

mendapatkan dukungan publik terhadap sudut pandang organisasi.

d. Periklanan Bisnis ke Bisnis

Istilah ini berkaitan dengan periklanan yang ditujukan kepada para pelaku

industri, para pedagang perantara serta para profesional ( seperti pengacara

(16)

e. Periklanan Direktori

Orang merujuk periklanan direktori untuk menemukan cara membeli

sebuah produk atau jasa.

f. Periklanan Respon Langsung

Periklanan respon langsung melibatkan komunikasi dua-arah di antara

pengiklan dan konsumen. Periklanan tersebut dapat menggunakan

sembarang media periklanan (pos, televisi, koran atau majalah) dan

konsumen dapat menanggapinya ,seringkali lewat pos, telepon, atau faks.

g. Periklanan Pelayanan Masyarakat

Periklanan pelayanan masyarakat dirancang untuk beroperasi demi

kepentingan masyarakat dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat..

h. Periklanan Advokasi

Periklanan advokasi berkaitan dengan penyebaran gagasan-gagasan dan

klarifikasi isu sosial yang kontroversial dan menjadi kepentingan

masyarakat .

Menurut Kotler dan Amstrong (2004:652), terdapat berbagai media iklan beserta

keunggulan dan kelemahan dari masing – masing media tersebut :

Tabel 2.1 Media Iklan

Media Kelebihan Kelemahan

Surat kabar Fleksibilitas ; ketepatan waktu; peliputan pasar lokal bagus, penerimaan luas, sangat dipercaya

Umur pendek; mutu reproduksi rendah; sedikit pembaca selain pembelinya

Televisi Peliputan pasar massal bagus; biaya rendah pertayangan; kombinasi suara,

(17)

Sumber: Kotler dan Amstrong (2004:652)

2.1.4 Keputusan Pembelian

Pemahaman mengenai keputusan pembelian konsumen meliputi

bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan

dan tidak menggunakan barang atau jasa. Memahami konsumen tidaklah mudah

karena setiap konsumen memutuskan pembelian tertentu yang berbeda-beda dan

sangat bervariasi. Secara umum, banyak hal yang mempengaruhi keputusan

gambar penayangan terlalu

sebentar; selektivitas pemirsa lebih kecil

Pos Langsung

Selektivitas pemirsa tinggi; fleksibilitas; tidak ada kompetisi dengan medium yang sama; meungkinkan personalisasi

Harga per paparannya relative mahal

Radio Penerimaan lokal bagus; selektivitas geografis dan demografis tinggi; biaya rendah

Suara saja; paparan terlalu sebentar; perhatian rendah

Majalah Selektivitas geografis dan demografis tinggi; kredibilitas dan presetise; reproduksi bermutu tinggi; umur panjang dan banyak

pembaca selain pembelinya

Tenggang waktu pembelian iklan lama; harga mahal; tidak ada jaminan posisi

Alam terbuka

Fleksibilitas; paparan yang kerap berulang; biaya rendah; selektivitas posisi bagus

Selektivitas audiens kecil; pembatasan kreatif

Internet Selektivitas tinggi; harga murah; segera; kemampuan interaktif

(18)

pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Tingkat keterlibatan konsumen dalam

pembelian sangat dipengaruhi oleh kepentingan personal yang ditimbulkan serta

dirasakan oleh stimulus. Berbagai upaya dilakukan perusahaan agar bisa memiliki

daya tarik yang kuat tertancap di pikiran konsumen dan pada akhirnya dapat

meraih pangsa pasar yang luas sehingga mampu bersaing dengan kompetitor lain.

Proses pengambilan keputusan sebagai aktivitas penting dalam perilaku

konsumen perlu dipahami untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat yang

mampu memperngaruhi setiap tahapan proses pengambilan keputusan yang

berlangsung. Keputusan pembelian barang atau jasa seringkali melibatkan dua

pihak atau lebih .

Menurut Suryani ( 2008: 13) umumnya ada lima peran yang terlibat antara lain:

1. Pemrakarsa yaitu orang yang pertama kali menyarankan ide untuk

membeli suatu barang atau jasa

2. Pembawa pengaruh yaitu orang yang memiliki pandangan atau nasehat

yang mempengaruhi keputusan pembelian

3. Pengambil keputusan yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian

4. Pembeli yaitu orang yang melakukan pembelian secara nyata

5. Pemakai yaitu orang yang mengkonsumsi dan menggunakan barang atau

jasa yang dibeli

Supranto (2007: 3) menyatakan bahwa karakteristik dan proses keputusan

pembeli mengarah ke keputusan pembelian yang pasti, dimana tugas pemasar

adalah memahami apa yang terjadi pada kesadaran pembeli, antara datangnya

(19)

2.1.4.1 Tahap Pengambilan Keputusan Pembelian

Sumber : Kotler dan Keller (2009:185)

Gambar 2.1 Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap – tahap pengambilan keputusan pembelian tersebut menurut (Kotler dan

Keller, 2009: 185-190) sebagai berikut:

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai pada saat pembeli mengenali sebuah masalah

atau kebutuhan. Pengenalan kebutuhan ini ditujukan untuk mengetahui

adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi dan terpuaskan.

Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu.

Kotler (2009:235) mengatakan bahwa dengan mengumpulkan informasi

sejumlah konsumen pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang

paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk. Jika

kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera dipenuhi atau

masih bisa ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama-sama harus

segera dipenuhi.

2. Pencarian informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari

informasi lebih banyak. Melalui pengumpulan informasi, konsumen

mengetahui tentang merek- merek yang ada dan keistimewaan dari setiap

merek tersebut. Pengenalan

masalah

Perilaku Pasca pembelian Keputusan

Pembelian Evaluasi

Alternatif Pencarian

(20)

3. Evaluasi alternatif

Beberapa konsep dasar akan membantu dalam memahami proses evaluasi

konsumen. Kotler (2009 : 237) menyatakan evaluasi alternatif merupakan

proses dimana suatu alternatif pilhan disesuaikan dan dipilih untuk

memenuhi kebutuhan konsumen. Kotler (2009 : 238) evaluasi sering

mencerminkan keyakinan dan sikap. Melalui bertindak dan belajar, orang

mendapatkan keyakinan dan sikap. Keyakinan (relief) adalah gambaran

pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan

orang tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian

mereka. Sedangkan yang tak kalah pentingnya adalah sikap. Sikap

(attitude) adalah evaluasi, perasaan emosi dan kecenderungan tindakan

yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada

seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu.

4. Keputusan pembelian

Pada saat hendak memutuskan pilhan pembeliannya, terdapat dua faktor

pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain mengurangi alternatif

yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu: intensitas

sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen untuk

motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Faktor kedua

ialah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan

mengubah niat pembelian.

Kotler (2009:240) dalam melaksanakan maksud pembelian konsumen

(21)

metode pembayaran. Dalam pembelian produk seharihari keputusannya

lebih kecil dan kebebasannya juga lebih kecil .

5. Perilaku pasca pembelian

Setelah membeli produk, konsumen mengalami level kepuasan atau

ketidakpuasan tertentu. Para pemasar harus memantu kepuasan pasca

pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca

pembelian. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk

akan mengalami perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan

menunjukan loyalitas produk tersebut lebih tinggi.

Para pelanggan yang tidak puas akan beraksi sebaliknya. Kepuasan

pembelian adalah fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli produk

dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut .

Kotler (2009: 243) menyatakan konsumen yang merasa puas akan

memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan

berikutnya. Konsumen yang merasa puasa akan cenderung mengatakan sesuatu

(22)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Advertising Terhadap

Keputusan Pembelian Pada ProdukLuwak White Koffie(Studi Kasus Pada Komunitas

Pecinta Kopi

Variabel experiential marketing, dan advertising berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sedangkan variabel

perceived quality secara

parsial tidak signifikan terhadap keputusan Harga, Iklan dan KualitasTerhadap

Keputusan Pembelian Minuman Kemasan Merek Teh Botol Sosro di Desa

Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel harga (X1), Iklan (X2), dan kualitas (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap keputusan pembelian minuman kemasan merek teh botol sosro pada masyarakat desa Somoroto Terhadap Keputusan

(23)

Almira

Marketing terhadap

Keputusan

Pembelian dan dampaknya terhadap Loyalitas Pelanggan pada PT.Danapaint Jakarta (Studi Kasus di Mitra 10 Jakarta)

Harga (𝑋𝑋1) secara simultan.

Secara Parsial, Variable Experiential

Marketing tidak

menunjukan adanya Fatigon Hydro di Purwokerto)

Kesadaran

Merek(𝑋𝑋1),Asosiasi Merek(𝑋𝑋2),Persepsi Kualitas Persepsi Kualitas, dan Loyalitas Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

2.3 Kerangka Konseptual

Experiential marketing secara keseluruhan sangat efektif dalam

mempengaruhi persepsi atas sebuah merek (brand perception) dan keputusan

pembelian (purchasing decision), experiential marketing mampu memberikan

pengalaman yang kuat terhadap produk sehingga dapat menjadi informasi untuk

mengambil keputusan pembelian Andreani (2007:4 ).

Sense berpengaruh bagi konsumen dalam mengambil tindakan pada saat

(24)

tersebut. Feel marketing juga adalah penting karena ketika pelanggan mengalami

feel good, dia akan melakukan keputusan pembelian terhadap suatu produk dan

sebaliknya.Aspek think dapat dibangun melalui kejutan, kejutan harus bersifat

positif, yang berarti pelanggan mendapatkan lebih dari yang mereka minta, lebih

menyenangkan dari yang mereka harapkan, atau sesuatu yang sama sekali lain

dari yang mereka harapkan yang pada akhirnya dapat membuat pelanggan merasa

senang membeli produk.

Act marketing bertujuan untuk menciptakan pelanggan untuk merubah

perilaku dan gaya hidup pelanggaan. Act memperlihatkan kepada pelanggan suatu

alternatif lain untuk berbuat sesuatu seperti melakukan pembelian.Terakhir , relate

marketing merupakan seseorang dan kelompok referensinya yang dapat

berinteraksi, berhubungan, dan berbagi kesenangan yang sama untuk melakukan

keputusan pembelian .

Andreani (2007: 3) berpendapat bahwa relate berkaitan dengan budaya

seseorang dan kelompok referensinya yang dapat menciptakan identitas sosial.

Seorang pemasar harus mampu menciptakan identitas sosial (generasi,

kebangsaan, etnis) bagi pelanggannya dengan produk atau jasa yang ditawarkan,

agar dapat membuat konsumen merasa senang melakukan keputusan pembelian.

Unsur- unsur dari experiential marketing menunjukkan bahwa aspek dari

experiential marketing yang meliputi: sense, feel, think, act dan relate seringkali

digunakan oleh pemasar untuk mendorong terjadinya keputusan pembelian. Hal

(25)

keputusan pembelian, dimana semakin besar penilaian konsumen terhadap aspek

dari experiential marketing berarti semakin besar pula konsumen akan membeli

produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

Persepsi kualitas yang baik akan mendorong keputusan pembelian

terhadap produk tersebut. Selanjutnya mengingat persepsi konsumen dapat

diramalkan maka jika persepsi kualitasnya negatif, produk tidak akan disukai dan

tidakakan bertahan lama di pasar. Sebaliknya, jika persepsi kualitas pelanggan

positif maka produk akan disukai.

Menurut Monle dan Johson ( 2007 : 3 ), periklanan adalah komunikasi

komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang

ditransmisikan ke suatu khayalak target melalui media bersifat massal seperti

televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung) ,reklame luar

ruang, atau kendaraan umum.

Dengan adanya periklanan yang dilakukan oleh perusahaan,diharapkan

kepercayaan dan kesadaran konsumen timbul dan berkembang menjadi sikap

positif terhadap produk yang ditawarkan. Sikap ini berhubungan dengan perilaku

konsumen. Konsumen memberikan respon yang baik,memiliki minat,sampai pada

(26)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sense

Perceived Quality

Advertising

Keputusan Pembelian Y Feel

Think

Act

(27)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas,maka

hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Sense berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

2. Feel berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

3. Think berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

4. Act berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa FEB USU.

5. Relate berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

6. Perceived quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi

(28)

7. Advertising berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Gambar

Tabel 2.1 Media Iklan
gambar penayangan
Gambar 2.1 Tahap Pengambilan Keputusan
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
+2

Referensi

Dokumen terkait

1) variabel tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki, keberadaan penerus usaha, kecepatan memperoleh penghasilan,

Dari hasil proses tindak lanjut yang dilakukan oleh direktorat penyelidikan menunjukan bahwa parkara yang paling banyak ditindak lanjuti di direktorat

1. Kedua orang tua, kakak, adik, serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan nasehat dan do’a. Dosen pembimbing dan dosen penguji yang telah berkenan membantu

Pertamanan Kabupaten Banyuwangi dihimbau lebih menyesuaikan dan meningkatkan upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang ada sesuai dengan upah minimum

Tabel 4.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Responden dalam Menghadapi Menopause di Dusun Gulon Srihardono Pundong Bantul Yogyakarta Berdasarkan

Tindakan yang dapat digolongkan pada kejahatan terhadap kemanusiaan adalah serangan yang ditujukan terhadap sekelompok penduduk sipil, bersifat pemusnahan, melakukan

Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang manfaat pijat bayi.Tujuan penelitian adalah untuk Mengetahui Pengaruh penyuluhan terhadap minat ibu dalam

2 Menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen terlarut akan menurun karena proses fotosintesis semakin berkurang dan