• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kasus Pelanggaran Hak Asasi Man (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kasus Pelanggaran Hak Asasi Man (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusis oleh ISIS

terhadap Irak

Ranadya Kartika Nadhila Putri

Fakultas Hukum Univeristas Negeri Semarang e-mail : [email protected]

Abstract

Negara di dunia akhir-akhir ini seakan di kagetkan dengan kehadiran suatu kelompok agama baru yang berlandaskan islam. Kelompok agama ini dianggap oleh Negara-Negara Internasional adalah kelompok agama yang radikal, bahkan ada yang menyebutkan bahwa kelompok ini adalah teroris. Terorisme kerap sering terjadi di seluruh dunia, terorisme adalah serangan terkoordinasi yang bertujuan untuk melakukan teror terhadap sekelompok masyarakat. Kali ini dunia sedang dilanda teror oleh NIIS (Negara Islam di Irak dan Suriah) atau ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), mereka adalah sekelompok orang Islam radikal yang telah bergabung dengan militan Al Qaeda di Irak dan Suriah. ISIS menduduki hampir seluruh bagian wilayah Irak salah satunya adalah Mosul. ISIS melakukan penyerangan dengan cara meledakkan pabrik sulfur yang mengakibatkan hampir 1.000 warga Mosul mengalami gangguan pernapasan akibat asap beracun, sedikitnya 2 warga sipil tewas akibat ledakan tersebut. Hanya dalam jangka waktu 48 jam ISIS telah berhasil membantai kurang lebih 120 warga sipil di Mosul. Pembantaian itu terjadi karena warga sipil berusaha untuk melarikan diri dari bentrokan antara pasukan keamanan Irak dan ISIS di wilayah tersebut. Sedikitnya 650.000 warga sipil yang terperangkap dalam perang ini, sekitar 1.500 tentara Irak dan petugas keamanan ditangkap dan dibunuh oleh ISIS. Hampir 800.000 warga sipil telah meninggalkan kota Mosul Irak utara sejak dimulainya operasi militer. Terdapat sekitar 5.000 tentara AS di Irak untuk melaksanakan operasi merebut kembali Kota Mosul dari ISIS, ditambah dengan jumlah personel di pangkalan udara Qayyara Barat.

Kata Kunci : Terorisme, ISIS, 1.000 orang terpapar Gas Beracun, Mosul-Irak

PENDAHULUAN

A. Latar belakang kasus

Secara flsafati bisa dijelaskan bahwa HAM adalah hak yang melekat atau inherent sejak manusia itu dilahirkan. Manusia mempunyai derajat luhur dan dilengkapi oleh Tuhan budi dan nurani. HAM secara obyektif adalah kewenangan-kewenangan pokok yang melekat pada manusia sebagai manusia, dan yang harus diakui dan dihormati oleh negara.1 Istilah HAM sendiri pada awalnya digunakan dan dimaknai secara berbeda di setiap negara. Pada abad ke-18 misalnya, Thomas Jeferson yang merupakan penggagas Declaration of Independece (Deklarasi Kemerdekaan) Amerika Serikat lebih sering menggunakan istilah ‘natural rights’ baru digantikan ‘rights of man’

1 Anis Widyawati, “Kajian Hukum Internasional Terhadap HAM”, Pandecta, Vol. 2 No. 2,

(2)

sejak tahun 1789 dan memiliki konotasi yang berbeda dengan ‘human rights’ (merujuk pada kekejaman perbudakan).2

Terorisme ibarat sebuah tanaman yang tumbuh subur, patah tumbuh – hilang berganti. Terorisme bukanlah persoalan pelaku, terorisme lebih terkait pada keyakinan teologis. Yang artinya, pelakunya bisa di tangkap bahkan dibunuh, tetapi keyakinan tidak mudah untuk ditaklukkan. Aksi terorisme yang disponsori oleh jaringan terorisme internasional Al Qaeda dan gerakan Taliban di Afganistan. Terorisme ada yang berbentuk faham keagamaan yang bersifat masif, tetapi ada juga yang berbentuk gerakan dimanifestasikan dalam aksi terorisme yang sering terjadi belakangan ini.3 Banyak diantaranya yang terkait dengan tindakan terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal, seperti contoh aksi teror yang mengatasnamakan kelompok agama seperti NIIS atau ISIS.

Terorrisme termasuk kedalam kejahatan genosida. Genosida yang diartikan sebagai pembunuhan secara sistematis dan terencana yang ditujukan untuk melenyapkan seluruh atau sebagian masyarakat atau sekelompok etnis atau religius. Secara luas, genosida bisa diartikan sebagai pembunuhan sekelompok orang dengan alasan politis.4 Kedatangan ISIS di Irak adalah ekses dari konfik Timur Tengah yang melibatkan banyak pihak. Tindakan yang dilakukan ISIS terhadap warga sipil adalah kejahatan kemanusiaan, seperti menculik sejumlah gadis dan diperlakuan dengan sangat kasar untuk dijadikan budak seks, dan berbagai bentuk kekerasan fsik kepada perempuan dan anak-anak. ISIS telah melakukan pelanggaran HAM berat terhadap kelompok-kelompok minoritas termasuk Kristen, Muslim Syiah dan Yazidi dalam konfik yang telah memaksa jutaan warga Irak harus mengungsi ketempat yang lebih layak dan aman. ISIS terus melakukan penyerangan kepada warga Irak, seperti serangan bom mobil serta menjatuhkan bahan peledak dari pesawat tak berawak. 5

Terorisme sendiri terdiri dari dua bentuk. Pertama, state-sponsored terrorism, yaitu tindakan terorime yang dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai tujuannya. Misalnya Amerika Serikat mengidentifkasikan beberapa negara untuk hal ini seperti Kuba, Iran, Sirya, Libya, Irak, danKorea Utara. Kedua, privately-based terrorism, yaitu tindakan terorismeyang dilakukan oleh suatu kelompok terorisme privat, seperti ISIS, Al-Qaeda, Jamaah Islamiyah, dan sebagainya.6

B. Kronologi Kasus

Serangan yang dilakukan ISIS terhadap Irak merupakan kejahatan perang atau kejahatan terhadap kemanusiaan, seperti perbudakan, kekerasan fsik pada wanita dan anak-anak, pembantaian, bom bunuh diri, serta meledakkan pabrik sulfur. 20 Oktober 2016 lalu, ISIS meledakkan pabrik sulfur di Mosul. Akibat diledakkannya pabrik sulfur di Kota Mosul itu membuat warga sulit bernafas karena terpapar gas beracun, sedikitnya 2 warga sipil tewas dan 1.000 orang terpapar gas beracun. Gas beracun ini memaksa tentara AS di pangkalan udara Qayyara Barat didekat Mosul harus mengenakan masker

2 Ani W. Soetjipto, HAM dan Politik Internasional : Sebuah Pengantar, Jakarta : Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2015, hlm 45

3 A.M. Hendropriyono, Terorisme : Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan Islam, Jakarta : PT

Kompas Media Nusantara, 2009, hlm 249

4 Ani W. Soetjipto, Op Cit., hlm 13

5 Reno Muhammad, ISIS : Mengungkap Fakta Terorisme Berlabel Islam, Jakarta : Penerbit Noura

Books (PT Mizan Publika), 2014, hlm 146

6 Conway W. Henderson, International Relations: Terrorism, Confict and Cooperation at the

(3)

pelindung. Pangkalan udara Qayyara Barat merupakan pusat kegiatan untuk mendukung operasi tentara AS untuk merebut kembali Kota Mosul dari ISIS. Sampel udara dari Qayyara Barat itu telah dikirim ke Badan Pengurangan Ancaman Pertahana AS untuk dianalisis lebih lanjut.

Hanya dalam jangka waktu 48 jam ISIS telah berhasil membantai kurang lebih 120 warga sipil di Mosul. Pembantaian itu terjadi karena warga sipil berusaha untuk melarikan diri dari bentrokan antara pasukan keamanan Irak dan ISIS di wilayah tersebut. Sedikitnya 650.000 warga sipil yang terperangkap dalam perang ini. Sekitar 1.500 tentara Irak dan petugas keamanan ditangkap dan dibunuh oleh ISIS. Hampir 800.000 warga sipil telah meninggalkan kota Mosul Irak utara sejak dimulainya operasi militer. Berbagai perlawanan atau serangan telah dilakukan militer Irak untuk merebut kembali wilayahnya di Mosul Barat. Setelah kemarin pasukan Irak berhasil merebut Kota Qaraqos yang merupakan sebuah kota Kristen yang telah dikuasai oleh ISIS sejak 2014 silam. Gerakan kemajuan pasukan Irak terjadi setelah Menteri Pertahanan AS Ash Carter bertemu dengan Perdana Menteri Haider al-Abadi di Baghdad. Pertemuan itu dilakukan untuk mengevaluasi operasi besar ke Mosul yang digelar sejak Senin pekan ini dibawah dukungan pasukan udara dan darat koalisi pimpinan AS.

Pasukan khusus Irak sebelumnya juga berhasil menduduki Bartella, sebuah desa Kristen di luar Kota Qaraqos. Ofensif ke Mosul akan menjadi pertempuran terbesar di Irak sejak invasi pimpinan AS pada 2003. ISIS juga menduduki beberapa bagian wilayah Suriah. Pasukan Irak juga berusaha merangsek dari arah selatan dan timur, sedangkan pasukan Kurdi Peshmerga maju dari front timur dan utara. Kantor media pasukan Irak menyebutkan sudah 50 desa telah dirampas kembali dari ISIS sejak Senin pekan ini.

C. Rumusan Masalah

1. Bentuk pelanggaran HAM apa saja yang terjadi pada kasus tersebut? 2. Bagaimana upaya penegakan hukum dalam kasus tersebut?

PEMBAHASAN

1. Bentuk pelanggaran HAM dalam kasus Irak dengan ISIS

(4)

sebagai cita-cita yang tertinggi bagi manusia pada umumnya.7 Namun di zaman modern ini dengan teknologi yang semakin canggih marak terjadinya kasus pelanggaran HAM. Pelanggaran yang dilakukannya pun tidak hanya pelanggaran HAM ringan namun meliputi pelanggaran HAM berat.

Beberapa tahun terakhir, dunia dikejutkan dengan maraknya kasus pengeboman yang dilakukan ISIS terhadap beberapa negara di dunia, salah satunya Irak. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat bahwa upaya-upaya nasional kontra terorisme telah menempatkan sejumlah hak-hak manusia (HAM) dalam posisi terancam. Menurut catatan PBB, serangkaian hak dan kebebasan yang terancam penghormatan dan pemenuhannya dalam kaitan dengan upaya melawan hukum teroris adalah hak untuk hidup, bebas dari penyiksaan dan penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat; penghormatan prinsip legalitas; hak untuk bebas dari penahanan sewenang-wenang; hak bagi terciptanya peradilan yang fair termasuk hak didampingi penasehat hukum; kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama; kebebasan berekspresi dan bersidang; kebebasan dari diskriminasi; kebebasan untuk mendapatkan suaka politik dari persekusi; dan penghormatan untuk hak-hak yang dilindungi dalam situasi darurat.8

Bentuk pelanggaran yang terjadi termasuk kedalam jenis pelanggaran HAM berat, yakni kejahatan genosida. Karena pada kasus ini ISIS mencoba untuk mendirikan negara islam dengan cara merebut suatu kota di Irak dan menghabisi seluruh masyarakat yang berada di daerah tersebut dengan genjatan senjata. Adapun akibat dari kejahatan genosida itu sendiri, yakni sedikit saja ada yang menyulut, emosi akan naik dan kerusuhan pun akan terjadi, peperangan bukan hal yang tidak mungkin untuk terjadi. Rasisme dan merasa bahwa ras dirinya adalah yang terbaik, juga menjadi hal yang rawan menimbulkan perselisihan.

Setiap bentuk dari kejahatan genosida sudah pasti meninggalkan korban jiwa dan harta benda dari para korban yang tidak berdosa dan tidak ikut dalam konfik bersenjata atau kekerasan terhadap pihak yang lemah seperti wanita dan anak-anak. Perbuatan melanggar hukum internasional itu dinilai sebagai kejahatan oleh negara atau militer yang dikutuk dunia sebagai perilaku yang kurang manusiawi. Pengadilan terhadap para pelaku pelanggaran HAM melibatkan masyarakat internasional, karena perbuatan tersebut dianggap dapat mengancam perdamaian dunia (world peace) yang dibangun berdasarkan pada prinsip kesamaan, kebebasan berpendapat, keadilan, dan penghormatan terhadap HAM.9

Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah perbuatan yang meluas atau sistematis yang dapat diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa tindakan :

7 Adnan B. Nasution, Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia, Jakarta : Yayasan Obor

Indoneisa, 2006, hlm 135

8 Usman Hamid, “Kontra-Terorisme : Menghukum Teroris Dan Melindungi HAM”, Jurnal

Kriminologi Indonesia, Vol. 4 No. 1, September 2005, hlm 49-64

9 Teguh Sulistya, “Peran Internasional Criminal Court Dan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

(5)

(1)Pembunuhan; (2)Pemusnahan; (3)Perbudakan;

(4)Pemindahan penduduk secara paksa;

(5)Penganiayaan suatu kelompok yang diklasifkasikan atas dasar aliran politik, ras, suku bangsa, etnis, budaya, agama dan gender atau atas dasar klasifkasi mengenai penyiksaan dengan tegas dilarang dalam hukum internasional dan yuridikasi ICC.

Tindakan yang dapat digolongkan pada kejahatan terhadap kemanusiaan adalah serangan yang ditujukan terhadap sekelompok penduduk sipil, bersifat pemusnahan, melakukan perbudakan, deportasi, atau tindakan lain yang jelas melanggar hukum dan HAM terhadap kebebasan dan kemerdekaan seseorang atau kelompok suku dan bangsa.10

2. Upaya penegakan hukum dalam kasus Irak dengan Islamic State of Iraq and Syria

Penyelesaian perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat merupakan wujud pemajuan, perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia. Pelanggaran berat hak asasi manusia dalam lingkup hukum internasional merupakan kejahatan internasional, kejahatan yang dianggap sebagai musuh bersama umat manusia (hostis humanis generis), karena berkaitan dengan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan. Oleh karena menjadi tanggung jawab semua umat manusia (obligatio erga omnes) untuk menyelesaikannya secara hukum, menghukum pelakunya secara adil.11 Menurut hukum yang berada di Indonesia pelanggaran HAM sudah diatur dalam UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Menurut Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa segala bentuk pelanggaran HAM baik pelanggaran HAM ringan maupun HAM berat diadili sesuai dengan hukum pidana yang berlaku di Indonesia. Pada umumnya yang menjadi rujukan sebagai instrumen internasional HAM yang berkaitan dengan hak masyarakat adalah sejumlah dokumen hukum paling dalam lingkup PBB.

Untuk kasus kejahatan internasional sendiri akan diminta pertanggungjawaban individu secara pidana dan yurisdiksi yang berlaku, dalam hal ini adalah yurisdiksi universal. Yurisdiksi universal adalah respon hukum internasional atas fenomena impunitas bagi pelaku pelanggaran kejahatan serius menurut hukum internasional, yang karena mendapatkan impunitas, pelaku dengan bebas melakukan kegiatan di berbagai belahan dunia, tanpa tuntutan hukum. Sejak tahun 1963, masyarakat internasional telah mempunyai 14 instrumen hukum universal dan 4 (empat) amandemen yang mengatur mengenai pencegahan terhadap tindakan-tindakan terorisme yakni :

10 Ibid

11 Asmara Nababan, “Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat: Belajar dari

(6)

a. 1963 Convention on Ofences and Certain Other Acts Committed On Board Aircraft (Aircraft Convention);

b. 1970 Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft (Unlawful Seizure Convention). 2010 Protocol Supplementary to the Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft;

c. 1971 Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Civil Aviation (Civil Aviation Convention);

d. 1973 Convention on the Prevention and Punishment of Crimes Against Internationally Protected Persons (Diplomatic Agents Convention);

e. 1979 International Convention against the Taking of Hostages (Hostages Convention);

f. 1980 Convention on the Physical Protection of Nuclear Material (Nuclear Materials Convention). Amendments to the Convention on the Physical Protection of Nuclear Material;

g. 1988 Protocol for the Suppression of Unlawful Acts of Violence at Airports Serving International Civil Aviation, supplementary to the Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Civil Aviation (Extends and supplements the Montreal Convention on Air Safety) (Airport Protocol);

h. 1988 Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Maritime Navigation (Maritime Convention). 2005 Protocol to the Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Maritime Navigation;

i. 1988 Protocol for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Fixed Platforms Located on the Continental Shelf (Fixed Platform Protocol). 2005 Protocol to the Protocol for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Fixed Platforms Located on the Continental Shelf;

j. 1991 Convention on the Marking of Plastic Explosives for the Purpose of Detection (Plastic Explosives Convention);

k. 1997 International Convention for the Suppression of Terrorist Bombings (Terrorist Bombing Convention);

l. 1999 International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism (Terrorist Financing Convention);

m.2005 International Convention for the Suppression of Acts of Nuclear Terrorism (Nuclear Terrorism Convention);

n. 2010 Convention on the Suppression of Unlawful Acts Relating to International Civil Aviation (New civil aviation convention).12

Namun UU No.26 Tahun 2000 tidak berlaku untuk kasus kejahatan terorisme. Kejahatan terorisme itu sendiri diatur dalam UU No.15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Pada pasal 6 RUU tersebut dijelaskan bahwa “Setiap orang dengan segaja menggunakan kekerasaan atau ancaman kekerasaan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidna dengan pidana mati atau penjara seumur

12 Ridarson Galingging, “Universal Jurisdiction in Absentia *Congo v. Belgium, ICJ, Feb.14,

(7)

hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun”.13 Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana pun juga

diatur pasal tentang terorisme yakni pasal 106-108, 187, dan 406.

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ISIS atau Islam radikal dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam dan mengajarkan kekerasan untuk mencapai tujuannya, seperti bom bunuh diri, penyiksaan terhadap warga sipil yang lemah, deportasi, dan memukuli orang yang tidak sependapat denga mereka. Tindakan yang dilakukan oleh ISIS terhadap Irak termasuk dalam pelanggaran HAM berat, dimana para warga sipil seperti wanita dan anak-anaklah yang menjadi korban. Yang sudah sangat jelas melanggar hukum dan HAM terhadap kebebasan dan kemerdekan suatu kelompok suku dan bangsa. Masyarakat Irak di perlakukan dengan kasar, wanita menjadi budak seks, pembantaian dan penculikan. ISIS menjadikan beberapa wilayah yang starategis dan potensi kekayaan alam untuk dijadikan sebagai wilayah kekuasaannya.

Tindakan mereka itu merupakan kejahatan perang atau kejahatan terhadap kemanusiaan. Target serangan ISIS terutama diarahkan kepada masyarakat Muslim Syiah. Hampir 50% dari negara yang penduduknya mayoritas Muslim mengalami konfik yang serupa dengan Irak yaitu kejahatan genosida atau kejahatan kemanusiaan. Hal ini terjadi di Pakistan, Afghanistan, Yaman, Mesir, Suriah, Nigeria dan Libya. Jika di cermati, konfik seperti ini sering terjadi di Timur Tengah yang mayoritas berpenduduk Muslim. Karena kawasan Timur Tengah merupakan wilayah yang strategis dan memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Dalam lingkup hukum internasional, pelanggaran berat dalam Hak Asasi Manusia merupakan kejahatan internasional yang menjadi musuh seluruh manusia di dunia. Karena berhubungan dengan kepentingan seluruh masyarakat internasional, yang menjadi tanggungjawab bersama untuk membantu menyelesaikan secara hukum dan adil.

13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak

(8)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Hendropriyono, A.M, 2009. Terorisme : Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan Islam, Jakarta :

PT KompasMedia Nusantara

Muhammad, Reno, 2014. ISIS : Mengungkap Fakta Terorisme Berlabel Islam, Jakarta :Penerbit

Noura Books (PT Mizan Publika)

Nasution, Adnan B, 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia, Jakarta :

Yayasan Obor Indoneisa

Soetjipto, Ani W, 2015. HAM dan Politik Internasional : Sebuah Pengantar, Jakarta : Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

JURNAL

Galinggang, Ridarson, Universal Jurisdiction in Absentia, Jurnal Hukum Internasional Vol.1 No.

2, Agustus 2002

Hamid, Usman, Kontra-Terorisme : Menghukum Teroris Dan Melindungi HAM, Jurnal Kriminologi

Indonesia, Vol. 4 No. 1, September 2005

Nababan, Asmara, Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat: Belajar dari Pengalaman,

Jurnal HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Vol.2 N0.2, November 2004

Sulistya, Teguh, Peran Internasional Criminal Court Dan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Oleh

Militer, Jurnal Hukum Internasional, Vol. 5 No. 1, Oktober 2007

Widyawati, Anis, Kajian Hukum Internasional Terhadap HAM, Pandecta, Vol. 2 No. 2,

Juli-Desember, 2008

UNDANG-UNDANG

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

pertanyaan dapat digunakan untuk mengukur suatu variabel atau tidak.

sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga. dimensi tersebut

Vinsentia Ismijati, SST Surabaya dengan hasil penelitian : ada hubungan antara Mobilisasi dini dengan Involusi Uterus pada ibu nifas di BPS Vinsentia Ismijati,

Pembahasan mengenai Web ini akan menjelaskan tentang aplikasinya, bagaimana interaksi antara mahasiswa dengan dosen pembimbing, setiap dosen dan mahasiswa harus mendaftarkan diri

Lari jarak sedang menit detik Kurang (K). Kurang

Website Toko Cantik Parcel ini menyajikan banyak jenis parsel berikut keterangan harga dan gambarnya pengunjung dapat memesan parsel yang diinginkan, dapat melihat

1) Untuk setiap pernyataan, beri tanda (v) pada kotak Tidak Pernah, Kadang-kadang, Sering atau Selalu. Pilihlah jawaban dari pernyataan yang sesuai keadaanmu meskipun

Web ini merupakan suatu alternatif yang diajukan guna memcahkan masalah didalam pembelanjaan, pembeli tidak dapat langsung bertatap muka dengan penjual dikarenakan tidak bisa