• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Pati Jagung - Penggunaan Pati Jagung Gelatinasi Sebagai Bahan Pengikat Pada Formulasi Tablet Allopurinol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Pati Jagung - Penggunaan Pati Jagung Gelatinasi Sebagai Bahan Pengikat Pada Formulasi Tablet Allopurinol"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Pati Jagung

Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik, yang

banyak terdapat pada tumbuhan terutama pada biji-bijian, umbi-umbian. Berbagai

macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai atom karbonnya,

serta lurus atau bercabang (Jane, 1995). Pati dalam jaringan mempunyai bentuk

butir yang berbeda-beda. Umumnya butir pati terdiri dari lapisan-lapisan yang

mengelilingi suatu titik yang disebut hillus. Hillus dapat terletak ditengah atau

dapat pula dipinggir. Biji jagung mengandung pati 54,1% - 71,7%, karbohidrat

pada jagung sebagian besar merupakan komponen pati, sedangkan komponen

lainnya adalah pentose, dekstrin, sukrosa, dan gula pereduksi (Fahn, 1992)

Granul pati utuh tidak larut dalam air dingin. Granul pati dapat menyerap

air dan mengembang, tetapi dapat kembali seperti semula. Apabila granul pati

ditambahkan air panas atau dingin yang kemudian dipanaskan, maka pati dapat

mengalami gelatinasi (Winarno, 1995).

Granula pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas.

Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak terlarut disebut amilopektin

(Winarno, 2002). Amilosa merupakan bagian polimer dengan ikatan α-(1,4) dari

unit glukosa, yang membentuk rantai lurus, yang umumnya dikatakan sebagai

linier dari pati. Struktur ini mendasari terjadinya interaksi iodamilosa membentuk

warna biru (Pudjihastuti, 2010).

(2)

D-glukosa dalam jumlah yang besar. Perbedaannya ada pada tingkat percabangan yang tinggi dengan ikatan α-(1,6)-D-glukosa dan bobot molekul yang besar Bila

amilosa direaksikan dengan larutan iod akan membentuk warna biru tua,

sedangkan amilopektin akan membentuk warna merah (Taggart, 2004).

Gambar 2.1 Gambar struktur amilosa (Pudjihastuti, 2010)

Gambar 2.2 Gambar struktur amilopektin (Pudjihastuti, 2010)

2.2 Klasifikasi Tanaman Jagung Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Klass : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L (Hartono, 2007)

(3)

Gelatinasi merupakan proses pembengkakan granula pati ketika

dipanaskan dalam media air. Granula pati tidak larut dalam air dingin, tetapi

granula pati dapat mengembang dalam air panas. Naiknya suhu pemanasan akan

meningkatkan pembengkakan granula pati. Pembengkakan granula pati

menyebabkan terjadinya penekanan antara granula pati dengan lainnya

(Pomeranz, 1991). Pembengkakan yang diikuti dengan gelatinasi pati terjadi

ketika energi kinetik molekul-molekul air menjadi lebih kuat dari pada daya tarik

menarik antara molekul pati di dalam granula yang menyebabkan air dapat masuk

ke dalam butir-butir pati (Winarno, 1995). Gelatinasi adalah perubahan yang

terjadi pada granula pada waktu mengalami pembengkakan yang luar biasa dan

tidak dapat kembali ke bentuk semula (Winarno, 2002).

Gelatinasi juga disebut sebagai peristiwa koagulasi koloid dengan ikatan

rantai polimer atau penyerapan zat terlarut yang membentuk jaringan tiga dimensi

yang tidak terputus sehingga dapat mengakibatkan terperangkapnya air dan

terhentinya aliran zat cair yang ada di sekelilingnya kemudian mengalami proses

pengorientasian partikel (Meyer, 1973). Suhu gelatinasi adalah suhu pada saat

granula pati pecah. Suhu gelatinasi berbeda-beda bagi tiap jenis pati dan

merupakan suatu kisaran. Menurut Singh, dkk., (2005) suhu gelatinasi pati jagung

69°C - 72°C.

Rahman (2007) menyatakan bahwa gelatinasi merupakan fenomena

kompleks yang bergantung pada:

a. ukuran granula

pada umumnya granula yang besar membentuk gel lebih lambat sehingga

(4)

b. persentase amilosa

pati yang memiliki amilosa dengan kadar tinggi suhu gelatinasinya juga akan

tinggi.

c. bobot molekul

makin besar bobot molekul dari granul pati pembentukan gel akan semakin

lambat.

d. derajat kristalisasi dari molekul pati di dalam granula.

Makin besar derajat kristalisasi dari granula pati, pembentukkan gel semakin

lambat.

Menurut Pomeranz (1991), tidak semua granula pati tergelatinasi pada titik

yang sama, tetapi terjadi pada suatu kisaran suhu tertentu. Proses gelatinasi

melibatkan peristiwa-peristiwa sebagai berikut:

a. hidrasi dan swelling (pengembangan) granula

b. hilangnya sifat birefringent

c. peningkatan kejernihan

d. peningkatan konsistensi dan pencapaian viskositas puncak

e. pemutusan molekul-molekul linier

f. penyebarannya dari granula yang telah pecah.

Suhu gelatinasi tergantung pada konsentrasi dan pH larutan pati. Makin

kental larutan, suhu gelatinasi makin sulit tercapai. Bila pH terlalu tinggi,

pembentukan gel semakin cepat tercapai tetapi cepat turun lagi. Pembentukan gel

optimum pada pH 4 - 7. Selain itu, penambahan gula juga berpengaruh terhadap

kekentalan gel yang terbentuk. Gula akan menurunkan kekentalan, hal ini

(5)

pati menjadi lebih lambat, akibatnya suhu gelatinasi akan lebih tinggi. Adanya

gula akan menyebabkan gel lebih tahan terhadap kerusakan mekanik (Winarno,

2002).

2.4Allopurinol 2.4.1 Tinjauan umum Rumus molekul : C5H4N4O

Nama kimia : 1H-Pirazolol[3,4-d]pirimidin-4-ol[315-30-0]

Berat molekul : 136,11

Pemerian : Serbuk halus putih hingga hampir putih, berbau lemah.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air dan etanol; larut dalam kalium dan

natrium hidroksida; praktis tidak larut dalam kloroform dan

dalam eter (Ditjen POM, 1995).

Gambar 2.3. Rumus Bangun Alopurinol (Ditjen POM, 1995). 2.4.2 Farmakologi

Allopurinol bekerja dengan cara mengurangi sintesa asam urat atas dasar

persaingan substrat dengan zat-zat purin berlandaskan enzim xanthin oksidase.

Enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam

urat. Melalui mekanisme umpan balik allopurinol menghambat sintesa purin yang

merupakan prekursor xanthin (Katzung, 2004).

N H N N

NH

(6)

Allopurinol di dalam tubuh mengalami metabolisme menjadi oksipurinol

(alloxantin) yang juga bekerja sebagai penghambat enzim xantin oksidase.

Mekanisme kerja senyawa ini berdasarkan katabolisme purin dan mengurangi

produksi asam urat, tanpa mengganggu biosintesa purin. Allopurinol dapat

meningkatkan frekuensi serangan artritis gout akut sehingga sebaiknya obat anti

inflamasi atau kolkisin diberikan bersama pada awal terapi (Katzung, 2004).

Allopurinol kira-kira 80% diserap setelah pemakaian oral.

Persenyawaan hasilnya oksipurinol mempertahankan kemampuannya untuk

menghambat xanthine oxidase dan mempunyai durasi kerja yang cukup

panjang sehingga allopurinol cukup diberikan satu kali sehari (Katzung, 2004).

2.5 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau

tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan

merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat

dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan

baja. Tablet dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan

tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).

Untuk mendapatkan tablet yang baik, maka bahan pengisi yang akan

dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat- sifat berikut :

a. mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir

ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet

(7)

b. kompatibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga dihasilkan tablet yang keras.

c. mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan

mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga

permukaan tablet halus dan licin (Sheth, dkk., 1980).

Tablet dibuat dengan 3 cara umum yaitu : Granulasi basah, granulasi

kering dan cetak langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk

meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Granulasi kering

dibuat dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi

tablet yang besar kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan

ukuran partikel yang diinginkan. Cetak langsung merupakan pengempaan

langsung dengan kecepatan tinggi tanpa tahap granulasi terlebih dahulu (Ditjen

POM, 1995).

2.6 Metode Granulasi Basah

Metode ini merupakan metode pembuatan yang paling banyak digunakan

dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam

pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan

mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul basah,

pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan bahan

penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).

Metode granulasi basah dilakukan dengan terlebih dahulu mencampur zat

berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi

(8)

menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40oC - 50oC.

Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang

diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan

mesin tablet (Ansel, 1989).

2.7 Teori Pencampuran

Proses pencampuran merupakan proses yang sangat penting sebelum

dilakukan pencetakan tablet. Pencampuran bertujuan untuk memperolah

campuran homogen antar partikel-partikel penyusunnya, pencampuran yang

kurang baik atau tidak homogen akan menyebabkan kadar zat aktif dalam tablet

kurang seragam (Parrott, 1971).

Campuran yang homogen pada pencampuran serbuk dipengaruhi oleh

bentuk partikel. Bentuk partikel berpengaruh terhadap gerakan partikel pada

waktu pencampuran. Partikel-partikel yang ideal berbentuk bola karena lebih

mudah bergerak, sedangkan partikel yang berbentuk jarum dan partikel yang tidak

teratur lebih sukar bergerak dan membentuk agregat (Parrott, 1971).

Untuk partikel-partikel yang besar akan cenderung memisah dari

partike-partikel yang kecil, yakni partike-partikel besar cenderung ke bawah dan partike-partikel yang

kecil cenderung ke atas dalam bentuk fines. Kerapatan massa, dalam proses

pencampuran di dalam alat pencampuran dapat terjadi segregasi karena gesekan

dari partikel yang mempunyai perbedaan kerapatan massa, untuk komponen yang

kerapatan massanya besar akan turun ke bawah, sedangkan komponen yang

kerapatan massanya kecil akan tetap di atas sehingga dibutuhkan waktu

(9)

Kelengketan dan kelicinan, untuk bahan yang bersifat lengket, maka pada proses

pencampuran partikelnya akan bergerombol satu sama lain dan melekat pada

dinding mixer sehingga proses pencampuran akan lebih sukar, lain halnya bila

didapatkan bahan yang licin, bahan tersebut akan membantu dalam proses

pencampuran. Kelembaban, pengaruh kelembaban tinggi yang dominan adalah

gaya kapiler, gaya ini mengakibatkan bahan cenderung menggumpal dan melekat

pada dinding mixer, sedangkan pada kelembaban yang rendah gaya yang dominan

adalah gaya elektrostatik, gaya ini menyebabkan partikel-partikel menjadi

bermuatan, cenderung membentuk agregat dan mengalami segregasi. Lama

campuran, keefektifan waktu yang digunakan untuk proses pencampuran akan

mempengaruhi hasil pencampuran karena campuran yang sudah homogen bila

proses pencampurannya dilanjutkan maka pada waktu tertentu tidak homogen lagi

(Parrott, 1971).

2.8 Uji Preformulasi

Untuk menghasilkan tablet yang baik maka perlu diketahui sifat fisis dari

campuran bahan yang akan dicetak, pemeriksaan kualitas campuran bahan

meliputi :

2.8.1 Waktu alir

Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan bila sejumlah granul dituangkan

dalam suatu alat kemudian dialirkan. Mudah tidaknya aliran granul dapat

dipengaruhi oleh bentuk granul, sifat permukaan granul dan kelembabannya. Bila

granul memiliki ukuran yang tidak seragam menyebabkan daya kohesinya

(10)

waktu alir yaitu sifat-sifat granul yaitu ukuran partikel, distribusi ukuran partikel

dan kelembaban (Lachman, dkk., 1994).

2.8.2 Sudut diam

Sudut diam yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk

kerucut dengan bidang horisontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh

bentuk, ukuran dan kelembapan granul. Granul atau serbuk kualitas farmasi

mempunyai sudut diam 20° - 40°, sudut yang lebih kecil menunjukkan sifat alir

yang baik (Lachman, dkk., 1994).

2.8.3 Indeks tap

Uji indeks tap dilakukan untuk mengamati penurunan jumlah

serbuk/granul akibat adanya gaya hentakan, juga untuk mengetahui secara tidak

langsung perilaku sifat alir sewaktu kompresi/pencetakan tablet, sifat alir

dikatakan baik apabila indeks tap kurang dari 20% (Voight, 1994).

2.9 Pemeriksaan Kualitas Tablet

Pemeriksaan kualitas tablet dilakukan untuk mengetahui mutu fisik dari

tablet yang dihasilkan, pemeriksaan kualitas tablet meliputi :

2.9.1 Kekerasan tablet

Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam

melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet

selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai

sebagai ukuran dari tekanan pengempakan. Kekerasan tablet biasanya 4 - 8 kg,

(11)

rapuh, tapi bila kekerasan tablet lebih besar dari 8 kg akan didapatkan tablet yang

cenderung keras (Parrott, 1971).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan pada

saat pentabletan, sifat bahan yang dikempa serta jumlah serta jenis bahan obat

yang ditambahkan saat pentabletan akan meningkatkan kekerasan tablet (Ansel,

1989).

2.9.2 Kerapuhan tablet

Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan

pengikisan dan goncangan, besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang

selama pengujian dengan alat friabilator. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kerapuhan antara lain banyaknya kandungan serbuk (fitnes), kerapuhan di atas 1%

menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Lachman, dkk., 1994).

2.9.3 Waktu hancur tablet

Waktu hancur tablet adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet

dalam medium yang sesuai sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas

kasa alat pengujian. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur adalah sifat

fisika kimia granul dan kekerasan tablet, kecuali dinyatakan lain, waktu hancur

tablet tidak bersalut tidak boleh lebih dari 15 menit (Lachman, dkk., 1994).

Waktu hancur yang semakin cepat maka akan semakin cepat pula

pelarutan dari bahan berkhasiat sehingga akan lebih cepat berkhasiat dalam tubuh

2.9.4 Keseragaman sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua cara, yaitu :

1. Keragaman bobot, dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya lebih

(12)

2. Keseragaman kandungan, dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya

urang dari 50 mg. (Ditjen POM, 1995)

2.9.5 Uji penetapan kadar zat berkhasiat

Uji penetapan kadar zat berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah

tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut

tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik

dan tidak layak di konsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan

cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope

Indonesia (Dirjen POM RI, 1995).

2.9.6 Disolusi

Disolusi adalah proses melarutnya suatu obat (Ansel, 1989). Saat sekarang

ini disolusi dipandang sebagai salah satu uji pengawasan mutu yang paling

penting dilakukan pada sediaan farmasi. Pada uji disolusi dapat diketahui bahan

obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya. Cepatnya obat atau tablet

melarut menentukan kadar bahan berkhasiat terlepas didalam tubuh. Karena itu

laju larut berhubungan langsung dengan kemanjuran dari tablet dan perbedaan

bioavaibilitas dari berbagai formula (Lachman, dkk., 1994).

Pada tiap pengujian, volume dari media disolusi (seperti yang

dicantumkan dalam masing-masing monografi) di tempatkan dalam bejana dan

biarkan mencapai temperature 37 ± 0,5°C. Kemudian 1 tablet yang diuji

dicelupkan kedalam bejana atau ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk

diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi. Pada waktu-

(13)

yang terlarut. Tablet harus memenuhi persyaratan seperti yang terdapat dalam

monografi untuk kecepatan disolusi (Ansel, 1989).

2.10Spektrofotmetri

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar

ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan

elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi (Dachriyanus,

2004).

2.10.1 Instrumen

Menurut Khopkar (1990), suatu spektrofotometer tersusun dari:

a. Sumber

Sumber yang biasa digunakan adalah lampu wolfram. Tetapi untuk daerah

UV digunakan lampu hydrogen atau lampu deuterium. Kebaikan lampu wolfram

adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang

gelombang. Untuk memperoleh tegangan yang stabil dapat digunakan

transformator. Jika potensial tidak stabil, kita akan mendapatkan energi yang

bervariasi. Untuk mengompensasikan hal ini maka dilakukan pengukuran

transmitan larutan sempel selalu di sertai larutan pembanding.

b. Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya

berupa prisma ataupun grating. untuk mengarahkan sinar monokromatis yang

diinginkan dari hasil penguraian dapat digunakan celah.

(14)

Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca dapat digunakan, tetapi

untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena

gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10

mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang

biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan.

Kita harus menggunakan kuvet untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa

atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya.

d. Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya

pada berbagai panjang gelombang. Pada spektrofotometer, tabung pengganda

elektron yang di gunakan prinsip kerjanya telah diuraikan.

2.10.2 Penggunaan

Menurut Rohman dan Ganjar (2007), metode spektrofotometri UV-Vis

digunakan untuk menetapkan kadar senyawa obat dalam jumlah yang cukup

banyak. Cara untuk menetapkan kadar sampel adalah dengan menggunakan

perbandingan absorbansi sampel dengan absorbansi baku, atau dengan

menggunakan persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara

konsentrasi baku dengan absorbansinya. Persamaan kurva baku selanjutnya

digunakan untuk menghitung kadar dalam sampel.

Analisis kuantitatif dengan metode spektofotometri UV-Vis dapat digolongkan

atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu:

a. analisis zat tunggal atau analisis satu komponen

b. analisis kuantitatif campuran dua macam zat atau analisis dua komponen

(15)

Jika penetapan kadar atau pengujian menggunakan baku pembanding,

lakukan pengukuran spektrofotometri dengan larutan yang dibuat dari baku

pembanding menurut petunjuk resmi dan larutan yang dibuat dari zat uji. Lakukan

pengukuran kedua secepat mungkin setelah pengukuran pertama menggunakan

kuvet dari kondisi pengujian yang sama. Kuvet atau sel yang dimaksudkan untuk

diisi larutan uji dan cairan pelarut, bila diisi dengan pelarut yang sama, harus

Gambar

Gambar 2.2  Gambar struktur amilopektin (Pudjihastuti, 2010)
Gambar 2.3. Rumus Bangun Alopurinol (Ditjen POM, 1995).

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kedua teknologi ini, bukan berarti bersifat kompetitif, namun diharapkan adanya saling melengkapi untuk membuat suatu halaman web yang sesuai dengan kebutuhan kita. Pada

2 Jumlah SKPD/Unit Kerja yang bersih dari penyimpangan pengelolaan keuangan dan aset yang material. 8

1) Limbah medis, yaitu limbah yang langsung dihasilkan dari kegiatan diagnosis maupun tindakan medis terhadap pasien. Limbah ini bisa berwujud padat seperti kapas, kasa,

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri kami, saya dokter Eka Destianti Saat ini kami akan melaksanakan penelitian tentang gangguan pendengaran dengan pemakaian kemoterapi

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan tentang “Pengaruh pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode bermain terhadap perilaku gosok gigi anak usia pra sekolah di TK

3) Adanya keragaman akses bagi konsumen individu berupa tersedianya lembaga penyelesaian sengketa konsumen, baik yang didirikan oleh pemerintah berupa Badan Penyelesaian

Sistem pemasaran elektronik (e-commerce) yang dirancang dapat melakukan penginputan data dengan benar (login, registrasi, konfirmasi, data produk, data tarif

Sedangkan uji t menunjukkan hasil yang positif dan signifikan antara variabel kualitas terhadap kepuasan pelanggan dan begitu pula kualitas terhadap loyalitas. Yunita (2007)