• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapitalisme 2.1.1 Pengertian Kapitalisme - Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran (Studi Korelasi di Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapitalisme 2.1.1 Pengertian Kapitalisme - Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran (Studi Korelasi di Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

2.1Kapitalisme

2.1.1 Pengertian Kapitalisme

Marx (Ritzer, 2003), kapital adalah uang yang menghasilkan banyak uang.

Dengan kata lain, kapital lebih merupakan uang yang diinvestasikan ketimbang

uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia.

Kapitalisme menurut Max Weber bukan sekadar sebuah nilai atau sikap mental

untuk mencari keuntungan secara rasional dan sistematis atau sekadar sebuah

sistem produksi yang berorientasi pada pencarian keuntungan. Sementara menurut

Karl Marx kapitalisme merupakan sebuah cara produksi dan hubungan dalam

proses produksi kemudian menimbulkan berbagai implikasi seperti ekonomi

politik, sosial psikologis maupun kultural. Ketika feodalisme mulai memudar,

kemudian hadir sistem ekonomi yang kapitalistik, maka yang terjadi kemudian

adalah perubahan hubungan antarkelas, mode produksi (mode of production), dan perubahan gaya hidup masyarakat.

Esensi kapitalisme adalah pemilikan, persaingan, dan rasionalitas. Berbeda

dengan feodalisme dimana modal dan sumber pembentukan kelas tergantung pada

kepada pemilikan luas lahan dan tradisi, dalam kapitalisme sumber perbedaan

dan pembagian kelas adalah modal dan kepemilikan aset industri. Hal ini

berdampak buruk bagi kelas proletar yang cenderung teralienasi dan mengalami

proses eksploitasi yang menyebabkan posisi mereka benar-benar marginal.

Esensi lain yang mendasar dari kapitalisme menurut Robert Lekachman

(2)

1. Modal adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa yang merupakan hasil

karya manusia dan karenanya bisa diproduksi berulang kali

(reproducible).

2. Dibawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat,

alat-alat produksinya dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hak legal

untuk menggunakan hak miliknya guna meraup keuntungan pribadi.

3. Kapitalisme bergantung pada sistem pasar, yang menentukan distribusi,

mengalokasikan sumber daya dan menetapkan tingkat pendapatan, gaji,

biaya sewa, dan keuntungan dari kelas-kelas yang berbeda.

Waralaba Indomaret merupakan salah satu bentuk aplikatif kapitalisme,

dengan kata lain sebuah bisnis ekonomi besar yang mana cara produksi dan

hubungan dalam proses produksi menguasai pelaku ekonomi kecil lainnya.

Indomaret ditandai sebagai kapitalisme karena secara legal alat-alat produksi dan

modal yang besar bahkan tenaga kerja dimiliki oleh pelaku bisnis. Misalnya hak

kekayaan intelektual seperti hak paten merek suatu produk dan gedung Indomaret,

mesin, serta keseluruhan tenaga kerja dikoordinasikan dan dikendalikan oleh

pemilik waralaba Indomaret. Secara signifikan proses tersebut mengindikasikan

peminggiran sosial bagi pedagang kecil.

2.1.2 Ciri-Ciri Khusus Ekonomi Kapitalis

Kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat-alat produksi. Mereka

adalah orang yang memberi upah. Sistem kapitalis adalah struktur sosial yang

(3)

orang-orang yang hidup dari keuntungan kapital mereka melalui eksploitasi proletariat.

Adapun karakteristik pokok ekonomi kapitalisme menurut Mandel (2006) adalah

sebagai berikut :

1. Produksi terdiri dari produksi komoditas, yaitu produksi yang bertujuan

untuk dijual di pasar. Jika komoditi yang diproduksi tidak terjual diatas

harga yang ada, perusahaan kapitalis dan kelas borjuis secara keseluruhan

tidak akan mendapatkan nilai lebih yang dihasilkan pekerja melalui

komoditi.

2. Produksi dijalankan dalam kondisi dimana alat produksi dimiliki secara

pribadi. Adanya kekuasaan untuk mengatur tenaga produktif (alat produksi

dan tenaga kerja) bukan milik kolektif, melainkan terbagi-bagi antara

perusahaan-perusahaan yang dikontrol oleh kelompok-kelompok kapitalis

yang berbeda (kepentingan individu dan keluarga, perusahaan terbatas dan

kelompok-kelompok financial).

3. Produksi dijalankan untuk sebuah pasar yang tidak terbatas dan dibawah

tekanan persaingan. Setiap individu kapitalis (pemilik pribadi, tiap

perusahaan atau kelompok kapitalis) berusaha untuk mendapatkan

keuntungan terbesar tanpa mempertimbangkan hasil keseluruhan dari

keputusan serupa yang diambil oleh perusahaan lain yang beroperasi

dalam bidang yang sama. Hal ini dilakukan untuk memperoleh bagian

keuntungan terbesar dari keuntungan yang bisa dikeruk dari pasar.

4. Tujuan produksi kapitalis adalah memaksimalkan keuntungan. Kelas

pemilik prakapitalis hidup dari produk surplus sosial, umumnya

(4)

merendahkan biaya produksi (biaya dan harga) serta menggunakan

teknologi mesin yang canggih untuk mendapatkan jumlah kapital yang

besar. Karenanya dibawah cambukan kompetisi, kapitalisme diwajibkan

untuk mencari maksimalisasi keuntungan agar mengembangkan investasi

produktif hingga maksimum.

5. Produksi kapitalis muncul menjadi produk yang tidak hanya untuk

memperoleh keuntungan akan tetapi akumulasi kapital.

Berdasarkan ciri-ciri kapitalisme sebagaimana yang telah dikemukakan

diatas maka dapat dijelaskan bahwa Indomaret adalah salah satu contoh dari

sekian banyak bentuk Ekonomi Kapitalisme, dimana memproduksi barang yang

akan di distribusikan kepada konsumen. Bukan hanya kebutuhan pokok

masyarakat akan tetapi kebutuhan tambahan seperti rekreasi dan kenyamanan

serta kepuasan juga menjadi basis dalam menjalankan bisnis Indomaret. Dalam

menjalankan bisnis Indomaret tidak terlepas dari tekanan persaingan dari pelaku

ekonomi lain. Oleh sebab itu, pemilik waralaba Indomaret menggunakan berbagai

strategi dalam meraup keuntungan. Seperti merendahkan biaya produksi dan

harga jual produk kepada konsumen, membuat promosi dan mengakumulasikan

modal melalui ekspansi waralaba keberbagai daerah. Hal ini menjadi fenomena

umum bahwa kontrol perusahaan keluarga menjadi modern karena pemilik usaha

tidak secara langsung berhubungan dengan buruh akan tetapi melalui manajer

Indomaret yang disebut sebagai borjuis minor.

Dilain pihak Desai (Suyanto, 2011) memberikan gagasan bahwa dasar

(5)

Hal ini juga yang menandai ciri-ciri kapitalisme antara lain : (1). Produksi untuk

dijual dan bukannya untuk dikonsumsi sendiri, (2). Adanya pasar dimana tenaga

kerja dibeli dan dijual dengan alat tukar upah melalui hubungan kontrak, (3).

Penggunaan uang dalam proses tukar menukar yang selanjutnya memberikan

peranan yang sistematis kepada bank dan lembaga keungan nonbank, (4). Proses

produksi atau proses kerja berada dalam kontrol para pemilik modal atau

agen-agen manajerialnya, (5). Kontrol dalam keputusan keuangan berada ditangan

pemilik modal, dimana para pekerja tidak ikut serta dalam proses pengambilan

keputusan, (6). Berlakunya persaingan bebas diantara pemilik kapital.

2.1.3 Hukum Gerak Kapitalisme

Modus produksi kapitalis yang berkembang berdasarkan hukum gerak

kapitalisme (Mandel, 2006), yaitu sebagai berikut :

1. Konsentrasi dan sentralisasi kapital dalam kompetisi ikan yang besar

menelan ikan yang kecil, perusahaan-perusahaan yang besar mengalahkan

yang kecil, yang memiliki sedikit alat yang tidak memperoleh keuntungan

dari kemajuan produksi massal, dan tidak dapat menggunakan teknik

-teknik yang paling maju dan mahal. Pada waktu yang sama, banyak

perusahaan yang hancur oleh kompetisi di serap oleh pesaing mereka yang

menang (sentralisasi kapital).

2. Proletarisasi progresif terhadap populasi pekerja. Sentralisasi kapital

membuat jumlah bos-bos kecil yang bekerja atas usaha sediri setiap waktu

dihancurkan. Lebih lagi konsentrasi kapital berarti bahwa biaya

(6)

mayoritas bourjuis kecil dan seluruh kelas pekerja dari akses kepemilikan

industri dan perusahaan komersial yang besar.

3. Pertumbuhan komposisi organik kapital. Fungsi kapital dibagi menjadi

dua yaitu; 1) untuk membeli mesin, bangunan, dan bahan baku. Nilainya

tetap sama selama proses produksi, nilai kapital hanya dipertahankan

tenaga kerja. Hal ini disebut kapital konstan. 2). Membeli tenaga kerja

untuk membayar upah. Marx menyebutnya kapital variabel.

4. Jika komposisi organik kapital meningkat, keuntungan akan cenderung

meningkat. Selain itu, adanya peningkatan nilai lebih dengan kenaikan

angka eksploitasi pekerja upahan.

5. Sosialisasi objektif dari produktif. Seiring dengan berkembangnya sistem

kapitalis, ikatan teknik dan sosial saling ketergantungan dan berkembang

diantara perusahaan dan sektor industri terus bertambah.

Sebagaimana hukum gerak kapitalisme yang dipaparkan diatas

mengindikasikan bahwa esensi bisnis adalah memperoleh keuntungan, yaitu

melalui konsentrasi dan sentralisasi kapital. Sepertihalnya yang dilakukan oleh

waralaba Indomaret. terbukti perkembangan Indomaret semakin pesat hal ini

menunjukkan sebagai sebuah investasi yang menarik dan menguntungkan

kapitalis. Pada akhirnya minimarket tersebut akan mengusai pasar dan

mengalahkan usaha kecil seperti dagangan eceran maupun kelontong yang berada

(7)

2.1.4 Akumulasi Modal

Kapitalisme adalah suatu paham yang menyakini bahwa pemilik modal

bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi

prinsip tersebut, kapitalis mengembangkan jaringan usaha produksinya dengan

memaksimalkan sirkulasi kapital tersebut atau sirkulasi komoditas, yaitu

keinginan untuk memperoleh banyak keuntungan dan lebih banyak nilai-surplus

melalui ekspansi bisnis. Karl Max menyebutkan hal ini sebagai “hukum akumulasi

modal kapitalis”.

Akumulasi modal adalah proses yang dilakukan oleh para pemilik modal

dalam memperbesar faktor produksinya. Dalam buku pertama Kapital, Marx

menjelaskan tiga tipe sirkulasi komoditas. Sirkulasi bentuk pertama adalah ciri

kapital, yaitu uang→Komoditas→Uang (dengan jumlah yang lebih besar), jika

disimpulkan maka formulanya adalah M1-C-M2. Operasi ini disebut “ membeli untuk menjual” atau “kapitalisasi nilai lebih” masuk akal hanya jika penjual

tersebut membawa nilai tambah atau sebuah nilai lebih. Dalam hal ini M2 merupakan nilai lebih, jumlah peningkatan dalam nilai M. Sedangkan sirkulasi

bentuk kedua bukan ciri kapital, yaitu Komoditas→Uang→Komoditas, maka

formulanya adalah (C1-M-C2).

Dengan demikian perumusan bagi sirkuit kapital uang adalah M

C...P...C’-M’(money-comodity…production…commodity’-money’). Titik tersebut

menandakan proses peredaran (sirkulasi) telah diinterupsi, sedangkan C’ dan M’

menandakan peningkatan pada C dan M sebagai hasil nilai-lebih. Nilai lebih dalam bentuk uang ini kemudian bisa dijadikan oleh pemilik modal untuk

(8)

sebagai modal untuk pengembangan usaha sang pemilik modal yang kemudian

awam dikenal dengan akumulasi modal (Engels, 2007).

Seorang kapitalis mengeluarkan uang (M) untuk merekrut pekerja dan

membeli alat-alat produksi, kemudian menjual output yang dihasilkan untuk uang

yang cukup untuk menutupi pengeluaran awalnya dan memperoleh keuntungan

“nilai-surplus”. Dalam proses ini nilai tampil dalam berbagai-bagai bentuk seperti

uang dan nilai melalui input produksi (tenaga kerja, bahan mentah, mesin-mesin

dan gedung), setelah memproduksi maka dihasilkan nilai dari hasil komoditi yang

diproduksi kemudian komoditi tersebut dijual akhirnya memperoleh nilai uang

surplus.

Adapun hal yang mendasari akumulasi modal yang dilakukan oleh pemilik

modal tidak lain lagi karena adanya persaingan bisnis waralaba yang dirangkum

dalam Sistem Ekonomi Kapitalis. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Adam

Smith, Sistem Ekonomi Liberal Kapitalis adalah sistem ekonomi yang terbentuk

dengan sendirinya sebagai akibat persaingan yang sehat antar individu dalam

memenuhi kepentingan ekonominya. Sebuah perusahaan akan kalah dalam

persaingan apabila produk-produk yang dihasilkannya memiliki kualitas yang

kalah bagus dibanding pesaingnya, atau mereka akan gagal mendapatkan

keuntungan maksimal apabila kuantitas produksi mereka tidak mampu memenuhi

pemintaan pasar. Solusinya adalah akumulasi kapital dalam bentuk teknologi

mesin dan perkakas produksi muthakir yang akan meningkatkan kapasitas

produksi perusahaan (Suyanto, 2011).

Marx pada dasarnya berpendapat bahwa struktur dan etos mendorong

(9)

banyak lagi. Untuk melakukan ini, kerja merupakan sumber nilai, kapitalis

digiring untuk meningkatkan eksploitasi terhadap proletariat (Ritzer, 2003).

Sementara menurut Karl Marx (Prawironegoro, 2012) menyatakan bahwa dalam

masyarakat kapitalis, persaingan yang terjadi antara kapitalis dengan kapitalis

lainnnya dalam memperebutkan daerah pemasaran. Persaingan itulah yang

mendorong akhirnya akumulasi modal, konsentrasi perusahaan, kesengsaraan

proletar, kelebihan produksi dan krisis ekonomi, sosial, dan politik. Salah satu

bentuk aplikasi sirkulasi modal Karl Marx adalah melalui ekspansi jaringan

Indomaret di berbagai daerah. Dalam proses sirkulasi komoditas juga dipengaruhi

harga, yaitu harga barang itu sendiri menjadi tidak sama persis dengan nilainya

sendiri.

Bisnis waralaba Indomaret merupakan salah satu upaya yang dilakukan

kaum kapitalis dalam meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan

kekuatan modal yang dimiliki kaum kapitalis dengan mudah dapat bekerjasama

dengan berbagai sumber produksi, baik perusahaan nasional maupun

internasional. Hal ini dilakukan supaya dapat mensuplay produk yang akan dijual

digerai Indomaret atau bahkan mampu membeli alat produksi sehingga kaum

kapitalis dapat menghasilkan produk dengan label Indomaret. Apabila sebagian

nilai-surplus diakumulasi, daya beli yang berkorespondensi dengannya digunakan

untuk menambah alat-alat produksi dan perluasan ekonomi kapitalis.

Secara spesifik, pemilik Indomaret memiliki modal yang besar minimal

Rp 500 juta kemudian mensuplay barang dari PT Indomarco Prismatama dan

perusahaan multinasional atau nasional lainya seperti, Unilever, Indogrosir dan

(10)

menarik dengan berbagai diskon dan harga yang murah yaitu sesuai harga pokok

penjualan, selanjutnya didistribusikan kepada konsumen dan pada akhirnya akan

memperoleh nilai uang lebih dari komoditas yang dipasarkan tersebut.

2.2 Franchise (Waralaba)

Franchise dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah waralaba. Franchise bersal dari bahasa Prancis, yang berarti bebas atau bebas dari penghambaan atau perbudakan. Dalam konteks ini, Franchise (waralaba) kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan sendiri suatu usaha

tertentu di wilayah tertentu. Sehingga pewaralabaan (Franchising) merupakan suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise) yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchise) (Tunggal, 2004).

Sedangkan PH Collin (Widjaja, 2002) dalam law dictionary mendefinisikan Franchise sebagai peran nama dagang dalam pemberian waralaba dengan imbalan royalti. Dalam bentuknya sebagai bisnis, waralaba memiliki dua

jenis kegiatan :

1. Waralaba produk dan merek dagang.

2. Waralaba format bisnis (Fox dalam waralaba atau lisensi, 2002).

Waralaba produk dan merek dagang adalah bentuk waralaba yang paling

sederhana. Dalam waralaba produk dan merek dagang, pemberi waralaba

memberi hak penerima waralaba untuk menjual produk yang dikembangkan oleh

(11)

dagang milik pemberi waralaba. Atas ijin penggunaan merek dagang tersebut

biasanya pemberi waralaba memperoleh suatu bentuk pembayaran royalti dimuka,

dan selanjutnya pemberi waralaba memperoleh keuntungan melalui penjualan

produk yang diwaralabakan kepada penerima waralaba.

Dalam bentuk ini terdapat hubungan berlanjut, yaitu hubungan kontrak

antara pemilik waralaba dan pemegang waralaba. Ini merupakan suatu metode baku dalam melakukan bisnis dengan citra (image) yang melekat pada barang dan jasa. Dalam hal ini, penerima waralaba menyediakan paket yang mencakup

pengetahuan (know-how) dari usahanya, prosedur operasional, penyediaan produk, manajemen, cara promosi dan jaringan penjualan. Penerima waralaba

pada umumnya membayar sejumlah uang kepada pemberi waralaba, yang berupa penyediaan dana untuk menyiapkan outlet beserta desain interior, membeli bahan baku produksi, membeli peralatan yang diperlukan dan membayar royalti.

Pemberi waralaba yang sudah mengembangkan produk atau format bisnis

yang berhasil dengan mewaralabakan, memperoleh cara untuk melipatgandakan

konsep bisnisnya di banyak lokasi geografis tanpa menginvestasikan modal,

waktu dan usaha untuk mendirikan outlet milik perusahaannya sendiri. Penerima waralabalah yang mempertaruhkan uangnya. Meskipun pada awalnya pemberi

waralaba menerima biaya awal yang kecil dari penerima waralaba, namun pada akhirnya ia mendapatkan hasil yang cukup dari royalti yang berlanjut ditambah

lagi hasil dari pembelian pasokan atau produk yang dilakukan penerima waralaba

(12)

2.2.1 Tipe-Tipe Waralaba

Mencermati perkembangan dan penggolongan usaha waralaba, menurut

Sjahputra (Widjaja, 2002), terdapat beberapa tipe waralaba, antara lain :

1. Product franchising (trade name-franchising)

Dalam pengaturan ini, dealer diberi hak untuk mendistribusikan produk

untuk pabrikan. Untuk hak tersebut, dealer (franchise/penerima waralaba) membayar fee untuk hak menjual kepada produsen (franchisor/pemberi waralaba).

2. Manufacturing franchising (Product-distribution franchising).

Pengaturan ini sering digunakan dalam industri ringan (pepsi, coca-cola).

3. Business-format franchising (pure comprehensive franchising).

2.2.2 Jenis-Jenis Waralaba

Sementara itu menurut International Franchise Association (IFA) yaitu Organisasi Waralaba International yang beranggotakan negara-negara di dunia

yang berkedudukan di Washington DC, ada empat jenis franchise yang mendasar yang biasa digunakan di Amerika Serikat, yaitu:

1. Product Franchise

Produsen memberikan hak kepada pemilik toko untuk mendistribusikan

barang-barang milik pabrik dan mengijinkan pemilik toko untuk menggunakan

nama dan merek dagang pabrik. Pemilik toko harus membayar sejumlah biaya

atau membeli persediaan minimum sebagai timbal balik dari hak-hak ini.

(13)

Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk

membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan

merek dagang dan merek franchisor. Jenis franchise ini seringkali ditemukan dalam industri makanan dan minuman.

3.Business Oportunity Ventures

Bentuk ini mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli dan

mendistribusikan produk-produk dari suatu perusahaan tertentu. Perusahaan harus

menyediakan pelanggan atau rekening bagi pemilik bisnis dan sebagai timbal

baliknya pemilik bisnis harus membayarkan suatu biaya atau prestasi sebagai

kompensasinya. Contohnya, pengusahaan mesin-mesin penjualan otomatis atau

distributorship.

4. Business Format Franchising

Ini merupakan bentuk franchising yang paling populer di dalam praktek, di mana perusahaan menyediakan suatu metode yang telah terbukti kesuksesannya

untuk dioperasikan oleh pemilik bisnis dengan menggunakan nama dan merek

dagang perusahaan. Dalam hal ini perusahaan menyediakan sejumlah bantuan

tertentu kepada pemilik bisnis dengan membayar sejumlah biaya atau royalty. (International Franchise Business Management, 2009).

Dalam hal ini Indomaret sebagai salah satu waralaba yang merupakan

kombinasi dari beberapa bentuk. Dalam artian, Indomaret yang mempunyai

lisensi untuk memproduksi barang dengan menggunakan alat-alat produksi

kapitalis. Dengan kekuatan modal pebisnis memproduksi barang dengan

(14)

2.2.3 Jaringan Waralaba Indomaret

Pada umumnya bentuk waralaba yang paling banyak digemari oleh

masyarakat adalah waralaba minimarket seperti indomaret, alfamart, alfamidi,

post-shop, dan lain-lain. Waralaba Indomaret dalam penelitian ini merupakan

jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan

sehari-hari dengan luas jangkauan kurang dari 200 m2 dan persediaan barangnya dikelola

oleh PT. Indomarco Prismatama.

Dalam meningkatkan profitabilitas maka pengusaha akan mengembangkan

jaringan waralaba Indomaret hingga keberbagai penjuru daerah. Eksistensi

Indomaret yang dikontrol oleh pimpinan pusat. Misalnya dalam hal pengalokasian

sumber barang yang akan didistribusikan ke berbagai gerai. Pola Indomaret yang

dibedakan berdasarkan kepemilikan tempat usaha atau yang diwaralabakan oleh

merek Indomaret. Jalur distribusi yang diterapkan oleh Indomaret ada 2 sistem,

yakni langsung dengan pabrik-pabrik besar yang sifatnya nasional maupun

internasional dan tidak langsung melalui pusat distribusi yang disebut

(15)

Bagan 2.1

Skema Distribusi Waralaba Indomaret

Sumber : www.kadin-indonesia.or.id, 2009

Hubungan sosial-ekonomi yang intim antar pemasok dan seluruh elemen

Indomaret merupakan sarana untuk mempertahankan serta memperluas jaringan.

Mulai dari penguasaan atas urusan jual beli bahkan pengeluaran, pemasaran,

distribusi, promosi saling membantu dan mendukung sehingga ritel tersebut tetapi

eksis dikalangan masyarakat. Keberadaan jaringan sangat penting dalam

membangun keberhasilan usaha. Suatu jaringan dapat berfungsi sebagai sumber

informasi penting dalam mengeksploitasi peluang-peluang untuk memperoleh

keuntungan. Hal ini berdampak positif terhadap hubungan yang terjalin antar

individu. Pada penelitian ini, jaringan sosial-ekonomi yang merupakan bagian

yang tidak terlepaskan dari berjalannya bisnis waralaba Indomaret. Pabrik-pabrik besar

(nasional dan

internasional)

IRT

IRT IRT

Merchandizing

Indomaret

Referensi

Dokumen terkait

menurut Teori Hierarki Pengaruh milik Shoemaker-Reese, khususnya dalam Kebijakan Redaksional Good News From Indonesia (GNFI) berupa; (1) Individu Pekerja Media

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dampak perubahan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Beringin terhadap debit banjir yang ada..

Proses flowchart pada login merupakan data yang harus di isi sesuai dengan user name dan password yang sudah melakukan registrasi sebelumnya, proses ini

Dimana apabila menunjukan status tersedia dari sebuah sarana pada suatu tanggal tertentu itu artinya sarana tersebut masih bisa untuk dilakukan pemesanan karena

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis akan meneliti pengaruh dari penerapan PSAK 24 khususnya mengenai imbalan pascakerja terhadap risiko perusahaan dan

Namun pada neonatus dengan gejala klinis TB dan didukung oleh satu atau lebih pemeriksaan penunjang (foto toraks, patologi anatomi plasenta dan mikrobiologis darah v.umbilikalis)

Data hasil observasi dalam penelitian upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi jajargenjang dengan menggunakan metode penemuan terbimbing di kelas IV

Skripsi berjudul “Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Angka Kesakitan Malaria: Studi di Provinsi Lampung” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar