2.1Kapitalisme
2.1.1 Pengertian Kapitalisme
Marx (Ritzer, 2003), kapital adalah uang yang menghasilkan banyak uang.
Dengan kata lain, kapital lebih merupakan uang yang diinvestasikan ketimbang
uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia.
Kapitalisme menurut Max Weber bukan sekadar sebuah nilai atau sikap mental
untuk mencari keuntungan secara rasional dan sistematis atau sekadar sebuah
sistem produksi yang berorientasi pada pencarian keuntungan. Sementara menurut
Karl Marx kapitalisme merupakan sebuah cara produksi dan hubungan dalam
proses produksi kemudian menimbulkan berbagai implikasi seperti ekonomi
politik, sosial psikologis maupun kultural. Ketika feodalisme mulai memudar,
kemudian hadir sistem ekonomi yang kapitalistik, maka yang terjadi kemudian
adalah perubahan hubungan antarkelas, mode produksi (mode of production), dan perubahan gaya hidup masyarakat.
Esensi kapitalisme adalah pemilikan, persaingan, dan rasionalitas. Berbeda
dengan feodalisme dimana modal dan sumber pembentukan kelas tergantung pada
kepada pemilikan luas lahan dan tradisi, dalam kapitalisme sumber perbedaan
dan pembagian kelas adalah modal dan kepemilikan aset industri. Hal ini
berdampak buruk bagi kelas proletar yang cenderung teralienasi dan mengalami
proses eksploitasi yang menyebabkan posisi mereka benar-benar marginal.
Esensi lain yang mendasar dari kapitalisme menurut Robert Lekachman
1. Modal adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa yang merupakan hasil
karya manusia dan karenanya bisa diproduksi berulang kali
(reproducible).
2. Dibawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat,
alat-alat produksinya dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hak legal
untuk menggunakan hak miliknya guna meraup keuntungan pribadi.
3. Kapitalisme bergantung pada sistem pasar, yang menentukan distribusi,
mengalokasikan sumber daya dan menetapkan tingkat pendapatan, gaji,
biaya sewa, dan keuntungan dari kelas-kelas yang berbeda.
Waralaba Indomaret merupakan salah satu bentuk aplikatif kapitalisme,
dengan kata lain sebuah bisnis ekonomi besar yang mana cara produksi dan
hubungan dalam proses produksi menguasai pelaku ekonomi kecil lainnya.
Indomaret ditandai sebagai kapitalisme karena secara legal alat-alat produksi dan
modal yang besar bahkan tenaga kerja dimiliki oleh pelaku bisnis. Misalnya hak
kekayaan intelektual seperti hak paten merek suatu produk dan gedung Indomaret,
mesin, serta keseluruhan tenaga kerja dikoordinasikan dan dikendalikan oleh
pemilik waralaba Indomaret. Secara signifikan proses tersebut mengindikasikan
peminggiran sosial bagi pedagang kecil.
2.1.2 Ciri-Ciri Khusus Ekonomi Kapitalis
Kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat-alat produksi. Mereka
adalah orang yang memberi upah. Sistem kapitalis adalah struktur sosial yang
orang-orang yang hidup dari keuntungan kapital mereka melalui eksploitasi proletariat.
Adapun karakteristik pokok ekonomi kapitalisme menurut Mandel (2006) adalah
sebagai berikut :
1. Produksi terdiri dari produksi komoditas, yaitu produksi yang bertujuan
untuk dijual di pasar. Jika komoditi yang diproduksi tidak terjual diatas
harga yang ada, perusahaan kapitalis dan kelas borjuis secara keseluruhan
tidak akan mendapatkan nilai lebih yang dihasilkan pekerja melalui
komoditi.
2. Produksi dijalankan dalam kondisi dimana alat produksi dimiliki secara
pribadi. Adanya kekuasaan untuk mengatur tenaga produktif (alat produksi
dan tenaga kerja) bukan milik kolektif, melainkan terbagi-bagi antara
perusahaan-perusahaan yang dikontrol oleh kelompok-kelompok kapitalis
yang berbeda (kepentingan individu dan keluarga, perusahaan terbatas dan
kelompok-kelompok financial).
3. Produksi dijalankan untuk sebuah pasar yang tidak terbatas dan dibawah
tekanan persaingan. Setiap individu kapitalis (pemilik pribadi, tiap
perusahaan atau kelompok kapitalis) berusaha untuk mendapatkan
keuntungan terbesar tanpa mempertimbangkan hasil keseluruhan dari
keputusan serupa yang diambil oleh perusahaan lain yang beroperasi
dalam bidang yang sama. Hal ini dilakukan untuk memperoleh bagian
keuntungan terbesar dari keuntungan yang bisa dikeruk dari pasar.
4. Tujuan produksi kapitalis adalah memaksimalkan keuntungan. Kelas
pemilik prakapitalis hidup dari produk surplus sosial, umumnya
merendahkan biaya produksi (biaya dan harga) serta menggunakan
teknologi mesin yang canggih untuk mendapatkan jumlah kapital yang
besar. Karenanya dibawah cambukan kompetisi, kapitalisme diwajibkan
untuk mencari maksimalisasi keuntungan agar mengembangkan investasi
produktif hingga maksimum.
5. Produksi kapitalis muncul menjadi produk yang tidak hanya untuk
memperoleh keuntungan akan tetapi akumulasi kapital.
Berdasarkan ciri-ciri kapitalisme sebagaimana yang telah dikemukakan
diatas maka dapat dijelaskan bahwa Indomaret adalah salah satu contoh dari
sekian banyak bentuk Ekonomi Kapitalisme, dimana memproduksi barang yang
akan di distribusikan kepada konsumen. Bukan hanya kebutuhan pokok
masyarakat akan tetapi kebutuhan tambahan seperti rekreasi dan kenyamanan
serta kepuasan juga menjadi basis dalam menjalankan bisnis Indomaret. Dalam
menjalankan bisnis Indomaret tidak terlepas dari tekanan persaingan dari pelaku
ekonomi lain. Oleh sebab itu, pemilik waralaba Indomaret menggunakan berbagai
strategi dalam meraup keuntungan. Seperti merendahkan biaya produksi dan
harga jual produk kepada konsumen, membuat promosi dan mengakumulasikan
modal melalui ekspansi waralaba keberbagai daerah. Hal ini menjadi fenomena
umum bahwa kontrol perusahaan keluarga menjadi modern karena pemilik usaha
tidak secara langsung berhubungan dengan buruh akan tetapi melalui manajer
Indomaret yang disebut sebagai borjuis minor.
Dilain pihak Desai (Suyanto, 2011) memberikan gagasan bahwa dasar
Hal ini juga yang menandai ciri-ciri kapitalisme antara lain : (1). Produksi untuk
dijual dan bukannya untuk dikonsumsi sendiri, (2). Adanya pasar dimana tenaga
kerja dibeli dan dijual dengan alat tukar upah melalui hubungan kontrak, (3).
Penggunaan uang dalam proses tukar menukar yang selanjutnya memberikan
peranan yang sistematis kepada bank dan lembaga keungan nonbank, (4). Proses
produksi atau proses kerja berada dalam kontrol para pemilik modal atau
agen-agen manajerialnya, (5). Kontrol dalam keputusan keuangan berada ditangan
pemilik modal, dimana para pekerja tidak ikut serta dalam proses pengambilan
keputusan, (6). Berlakunya persaingan bebas diantara pemilik kapital.
2.1.3 Hukum Gerak Kapitalisme
Modus produksi kapitalis yang berkembang berdasarkan hukum gerak
kapitalisme (Mandel, 2006), yaitu sebagai berikut :
1. Konsentrasi dan sentralisasi kapital dalam kompetisi ikan yang besar
menelan ikan yang kecil, perusahaan-perusahaan yang besar mengalahkan
yang kecil, yang memiliki sedikit alat yang tidak memperoleh keuntungan
dari kemajuan produksi massal, dan tidak dapat menggunakan teknik
-teknik yang paling maju dan mahal. Pada waktu yang sama, banyak
perusahaan yang hancur oleh kompetisi di serap oleh pesaing mereka yang
menang (sentralisasi kapital).
2. Proletarisasi progresif terhadap populasi pekerja. Sentralisasi kapital
membuat jumlah bos-bos kecil yang bekerja atas usaha sediri setiap waktu
dihancurkan. Lebih lagi konsentrasi kapital berarti bahwa biaya
mayoritas bourjuis kecil dan seluruh kelas pekerja dari akses kepemilikan
industri dan perusahaan komersial yang besar.
3. Pertumbuhan komposisi organik kapital. Fungsi kapital dibagi menjadi
dua yaitu; 1) untuk membeli mesin, bangunan, dan bahan baku. Nilainya
tetap sama selama proses produksi, nilai kapital hanya dipertahankan
tenaga kerja. Hal ini disebut kapital konstan. 2). Membeli tenaga kerja
untuk membayar upah. Marx menyebutnya kapital variabel.
4. Jika komposisi organik kapital meningkat, keuntungan akan cenderung
meningkat. Selain itu, adanya peningkatan nilai lebih dengan kenaikan
angka eksploitasi pekerja upahan.
5. Sosialisasi objektif dari produktif. Seiring dengan berkembangnya sistem
kapitalis, ikatan teknik dan sosial saling ketergantungan dan berkembang
diantara perusahaan dan sektor industri terus bertambah.
Sebagaimana hukum gerak kapitalisme yang dipaparkan diatas
mengindikasikan bahwa esensi bisnis adalah memperoleh keuntungan, yaitu
melalui konsentrasi dan sentralisasi kapital. Sepertihalnya yang dilakukan oleh
waralaba Indomaret. terbukti perkembangan Indomaret semakin pesat hal ini
menunjukkan sebagai sebuah investasi yang menarik dan menguntungkan
kapitalis. Pada akhirnya minimarket tersebut akan mengusai pasar dan
mengalahkan usaha kecil seperti dagangan eceran maupun kelontong yang berada
2.1.4 Akumulasi Modal
Kapitalisme adalah suatu paham yang menyakini bahwa pemilik modal
bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi
prinsip tersebut, kapitalis mengembangkan jaringan usaha produksinya dengan
memaksimalkan sirkulasi kapital tersebut atau sirkulasi komoditas, yaitu
keinginan untuk memperoleh banyak keuntungan dan lebih banyak nilai-surplus
melalui ekspansi bisnis. Karl Max menyebutkan hal ini sebagai “hukum akumulasi
modal kapitalis”.
Akumulasi modal adalah proses yang dilakukan oleh para pemilik modal
dalam memperbesar faktor produksinya. Dalam buku pertama Kapital, Marx
menjelaskan tiga tipe sirkulasi komoditas. Sirkulasi bentuk pertama adalah ciri
kapital, yaitu uang→Komoditas→Uang (dengan jumlah yang lebih besar), jika
disimpulkan maka formulanya adalah M1-C-M2. Operasi ini disebut “ membeli untuk menjual” atau “kapitalisasi nilai lebih” masuk akal hanya jika penjual
tersebut membawa nilai tambah atau sebuah nilai lebih. Dalam hal ini M2 merupakan nilai lebih, jumlah peningkatan dalam nilai M. Sedangkan sirkulasi
bentuk kedua bukan ciri kapital, yaitu Komoditas→Uang→Komoditas, maka
formulanya adalah (C1-M-C2).
Dengan demikian perumusan bagi sirkuit kapital uang adalah M–
C...P...C’-M’(money-comodity…production…commodity’-money’). Titik tersebut
menandakan proses peredaran (sirkulasi) telah diinterupsi, sedangkan C’ dan M’
menandakan peningkatan pada C dan M sebagai hasil nilai-lebih. Nilai lebih dalam bentuk uang ini kemudian bisa dijadikan oleh pemilik modal untuk
sebagai modal untuk pengembangan usaha sang pemilik modal yang kemudian
awam dikenal dengan akumulasi modal (Engels, 2007).
Seorang kapitalis mengeluarkan uang (M) untuk merekrut pekerja dan
membeli alat-alat produksi, kemudian menjual output yang dihasilkan untuk uang
yang cukup untuk menutupi pengeluaran awalnya dan memperoleh keuntungan
“nilai-surplus”. Dalam proses ini nilai tampil dalam berbagai-bagai bentuk seperti
uang dan nilai melalui input produksi (tenaga kerja, bahan mentah, mesin-mesin
dan gedung), setelah memproduksi maka dihasilkan nilai dari hasil komoditi yang
diproduksi kemudian komoditi tersebut dijual akhirnya memperoleh nilai uang
surplus.
Adapun hal yang mendasari akumulasi modal yang dilakukan oleh pemilik
modal tidak lain lagi karena adanya persaingan bisnis waralaba yang dirangkum
dalam Sistem Ekonomi Kapitalis. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Adam
Smith, Sistem Ekonomi Liberal Kapitalis adalah sistem ekonomi yang terbentuk
dengan sendirinya sebagai akibat persaingan yang sehat antar individu dalam
memenuhi kepentingan ekonominya. Sebuah perusahaan akan kalah dalam
persaingan apabila produk-produk yang dihasilkannya memiliki kualitas yang
kalah bagus dibanding pesaingnya, atau mereka akan gagal mendapatkan
keuntungan maksimal apabila kuantitas produksi mereka tidak mampu memenuhi
pemintaan pasar. Solusinya adalah akumulasi kapital dalam bentuk teknologi
mesin dan perkakas produksi muthakir yang akan meningkatkan kapasitas
produksi perusahaan (Suyanto, 2011).
Marx pada dasarnya berpendapat bahwa struktur dan etos mendorong
banyak lagi. Untuk melakukan ini, kerja merupakan sumber nilai, kapitalis
digiring untuk meningkatkan eksploitasi terhadap proletariat (Ritzer, 2003).
Sementara menurut Karl Marx (Prawironegoro, 2012) menyatakan bahwa dalam
masyarakat kapitalis, persaingan yang terjadi antara kapitalis dengan kapitalis
lainnnya dalam memperebutkan daerah pemasaran. Persaingan itulah yang
mendorong akhirnya akumulasi modal, konsentrasi perusahaan, kesengsaraan
proletar, kelebihan produksi dan krisis ekonomi, sosial, dan politik. Salah satu
bentuk aplikasi sirkulasi modal Karl Marx adalah melalui ekspansi jaringan
Indomaret di berbagai daerah. Dalam proses sirkulasi komoditas juga dipengaruhi
harga, yaitu harga barang itu sendiri menjadi tidak sama persis dengan nilainya
sendiri.
Bisnis waralaba Indomaret merupakan salah satu upaya yang dilakukan
kaum kapitalis dalam meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan
kekuatan modal yang dimiliki kaum kapitalis dengan mudah dapat bekerjasama
dengan berbagai sumber produksi, baik perusahaan nasional maupun
internasional. Hal ini dilakukan supaya dapat mensuplay produk yang akan dijual
digerai Indomaret atau bahkan mampu membeli alat produksi sehingga kaum
kapitalis dapat menghasilkan produk dengan label Indomaret. Apabila sebagian
nilai-surplus diakumulasi, daya beli yang berkorespondensi dengannya digunakan
untuk menambah alat-alat produksi dan perluasan ekonomi kapitalis.
Secara spesifik, pemilik Indomaret memiliki modal yang besar minimal
Rp 500 juta kemudian mensuplay barang dari PT Indomarco Prismatama dan
perusahaan multinasional atau nasional lainya seperti, Unilever, Indogrosir dan
menarik dengan berbagai diskon dan harga yang murah yaitu sesuai harga pokok
penjualan, selanjutnya didistribusikan kepada konsumen dan pada akhirnya akan
memperoleh nilai uang lebih dari komoditas yang dipasarkan tersebut.
2.2 Franchise (Waralaba)
Franchise dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah waralaba. Franchise bersal dari bahasa Prancis, yang berarti bebas atau bebas dari penghambaan atau perbudakan. Dalam konteks ini, Franchise (waralaba) kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan sendiri suatu usaha
tertentu di wilayah tertentu. Sehingga pewaralabaan (Franchising) merupakan suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise) yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchise) (Tunggal, 2004).
Sedangkan PH Collin (Widjaja, 2002) dalam law dictionary mendefinisikan Franchise sebagai peran nama dagang dalam pemberian waralaba dengan imbalan royalti. Dalam bentuknya sebagai bisnis, waralaba memiliki dua
jenis kegiatan :
1. Waralaba produk dan merek dagang.
2. Waralaba format bisnis (Fox dalam waralaba atau lisensi, 2002).
Waralaba produk dan merek dagang adalah bentuk waralaba yang paling
sederhana. Dalam waralaba produk dan merek dagang, pemberi waralaba
memberi hak penerima waralaba untuk menjual produk yang dikembangkan oleh
dagang milik pemberi waralaba. Atas ijin penggunaan merek dagang tersebut
biasanya pemberi waralaba memperoleh suatu bentuk pembayaran royalti dimuka,
dan selanjutnya pemberi waralaba memperoleh keuntungan melalui penjualan
produk yang diwaralabakan kepada penerima waralaba.
Dalam bentuk ini terdapat hubungan berlanjut, yaitu hubungan kontrak
antara pemilik waralaba dan pemegang waralaba. Ini merupakan suatu metode baku dalam melakukan bisnis dengan citra (image) yang melekat pada barang dan jasa. Dalam hal ini, penerima waralaba menyediakan paket yang mencakup
pengetahuan (know-how) dari usahanya, prosedur operasional, penyediaan produk, manajemen, cara promosi dan jaringan penjualan. Penerima waralaba
pada umumnya membayar sejumlah uang kepada pemberi waralaba, yang berupa penyediaan dana untuk menyiapkan outlet beserta desain interior, membeli bahan baku produksi, membeli peralatan yang diperlukan dan membayar royalti.
Pemberi waralaba yang sudah mengembangkan produk atau format bisnis
yang berhasil dengan mewaralabakan, memperoleh cara untuk melipatgandakan
konsep bisnisnya di banyak lokasi geografis tanpa menginvestasikan modal,
waktu dan usaha untuk mendirikan outlet milik perusahaannya sendiri. Penerima waralabalah yang mempertaruhkan uangnya. Meskipun pada awalnya pemberi
waralaba menerima biaya awal yang kecil dari penerima waralaba, namun pada akhirnya ia mendapatkan hasil yang cukup dari royalti yang berlanjut ditambah
lagi hasil dari pembelian pasokan atau produk yang dilakukan penerima waralaba
2.2.1 Tipe-Tipe Waralaba
Mencermati perkembangan dan penggolongan usaha waralaba, menurut
Sjahputra (Widjaja, 2002), terdapat beberapa tipe waralaba, antara lain :
1. Product franchising (trade name-franchising)
Dalam pengaturan ini, dealer diberi hak untuk mendistribusikan produk
untuk pabrikan. Untuk hak tersebut, dealer (franchise/penerima waralaba) membayar fee untuk hak menjual kepada produsen (franchisor/pemberi waralaba).
2. Manufacturing franchising (Product-distribution franchising).
Pengaturan ini sering digunakan dalam industri ringan (pepsi, coca-cola).
3. Business-format franchising (pure comprehensive franchising).
2.2.2 Jenis-Jenis Waralaba
Sementara itu menurut International Franchise Association (IFA) yaitu Organisasi Waralaba International yang beranggotakan negara-negara di dunia
yang berkedudukan di Washington DC, ada empat jenis franchise yang mendasar yang biasa digunakan di Amerika Serikat, yaitu:
1. Product Franchise
Produsen memberikan hak kepada pemilik toko untuk mendistribusikan
barang-barang milik pabrik dan mengijinkan pemilik toko untuk menggunakan
nama dan merek dagang pabrik. Pemilik toko harus membayar sejumlah biaya
atau membeli persediaan minimum sebagai timbal balik dari hak-hak ini.
Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk
membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan
merek dagang dan merek franchisor. Jenis franchise ini seringkali ditemukan dalam industri makanan dan minuman.
3.Business Oportunity Ventures
Bentuk ini mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli dan
mendistribusikan produk-produk dari suatu perusahaan tertentu. Perusahaan harus
menyediakan pelanggan atau rekening bagi pemilik bisnis dan sebagai timbal
baliknya pemilik bisnis harus membayarkan suatu biaya atau prestasi sebagai
kompensasinya. Contohnya, pengusahaan mesin-mesin penjualan otomatis atau
distributorship.
4. Business Format Franchising
Ini merupakan bentuk franchising yang paling populer di dalam praktek, di mana perusahaan menyediakan suatu metode yang telah terbukti kesuksesannya
untuk dioperasikan oleh pemilik bisnis dengan menggunakan nama dan merek
dagang perusahaan. Dalam hal ini perusahaan menyediakan sejumlah bantuan
tertentu kepada pemilik bisnis dengan membayar sejumlah biaya atau royalty. (International Franchise Business Management, 2009).
Dalam hal ini Indomaret sebagai salah satu waralaba yang merupakan
kombinasi dari beberapa bentuk. Dalam artian, Indomaret yang mempunyai
lisensi untuk memproduksi barang dengan menggunakan alat-alat produksi
kapitalis. Dengan kekuatan modal pebisnis memproduksi barang dengan
2.2.3 Jaringan Waralaba Indomaret
Pada umumnya bentuk waralaba yang paling banyak digemari oleh
masyarakat adalah waralaba minimarket seperti indomaret, alfamart, alfamidi,
post-shop, dan lain-lain. Waralaba Indomaret dalam penelitian ini merupakan
jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan
sehari-hari dengan luas jangkauan kurang dari 200 m2 dan persediaan barangnya dikelola
oleh PT. Indomarco Prismatama.
Dalam meningkatkan profitabilitas maka pengusaha akan mengembangkan
jaringan waralaba Indomaret hingga keberbagai penjuru daerah. Eksistensi
Indomaret yang dikontrol oleh pimpinan pusat. Misalnya dalam hal pengalokasian
sumber barang yang akan didistribusikan ke berbagai gerai. Pola Indomaret yang
dibedakan berdasarkan kepemilikan tempat usaha atau yang diwaralabakan oleh
merek Indomaret. Jalur distribusi yang diterapkan oleh Indomaret ada 2 sistem,
yakni langsung dengan pabrik-pabrik besar yang sifatnya nasional maupun
internasional dan tidak langsung melalui pusat distribusi yang disebut
Bagan 2.1
Skema Distribusi Waralaba Indomaret
Sumber : www.kadin-indonesia.or.id, 2009
Hubungan sosial-ekonomi yang intim antar pemasok dan seluruh elemen
Indomaret merupakan sarana untuk mempertahankan serta memperluas jaringan.
Mulai dari penguasaan atas urusan jual beli bahkan pengeluaran, pemasaran,
distribusi, promosi saling membantu dan mendukung sehingga ritel tersebut tetapi
eksis dikalangan masyarakat. Keberadaan jaringan sangat penting dalam
membangun keberhasilan usaha. Suatu jaringan dapat berfungsi sebagai sumber
informasi penting dalam mengeksploitasi peluang-peluang untuk memperoleh
keuntungan. Hal ini berdampak positif terhadap hubungan yang terjalin antar
individu. Pada penelitian ini, jaringan sosial-ekonomi yang merupakan bagian
yang tidak terlepaskan dari berjalannya bisnis waralaba Indomaret. Pabrik-pabrik besar
(nasional dan
internasional)
IRT
IRT IRT
Merchandizing
Indomaret