• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Morfologi Bahasa Pakpak Dialek Simsim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Morfologi Bahasa Pakpak Dialek Simsim"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Dalam penyusunan sebuah karya ilmiah, sangat diperlukan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka merupakan paparan atau konsep-konsep yang mendukung

pemecahan masalah dalam suatu penelitian, paparan atau konsep-konsep tersebut bersumber dari pendapat para ahli, empirisme (pengalaman penelitian), dokumentasi,

dan nalar penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Penulisan proposal skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, data-data yang

ditampilkan harus berdasarkan data-data yang akurat dan berhubungan dengan objek

yang diteliti. Penulis menggunakan beberapa buku sebagai acuan kepustakaan yang relevan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun bahan rujukan yang penulis gunakan adalah :

Menurut Chaer (2008:3) secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti’ bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harafiah kata

morfologi berati ‘ilmu mengenai bentuk’. Jadi morfologi ialah ilmu mengenai

bentuk-bentuk dan pembentukan kata, sedangkan proses Morfologi adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalaui pembubuhan afiks (dalam

(2)

Keraf (1980:50) morfologi adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan

bentuk kata. konsep kata atau tegasnya kata berdasarkan bentuknya dapat dibagi atas

kata dasar, kata berimbuhan (afiks), kata ulang, dan kata majemuk.

Parera (1990:18) proses Morfemis merupakan proses pembentukan kata bermorfem jamak baik derivatif maupun inflektif. Proses ini disebut morfemis karena

proses ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki oleh sebuah bentuk dasar. Selain sebutan morfemis, disebut juga proses Morfologi.

Ramlan (1978:21) Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Sedangkan proses

Morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya mungkin berupa kata. dalam bahasa indonesia terdapat tiga proses Morfologik yaitu proses pembubuhan afiks, proses perulangan,

dan proses pemajemukan.

Selanjutnya Samsuri (1994:190) proses morfologis ialah cara pembentukan

kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Buku ini menguraikan tentang proses morfologi yang dapat dilakukan melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, proses perubahan intern, suplisi, dan modifikasi kosong.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa morfologi adalah suatu cabang ilmu

bahasa yang membicarakan tentang morfem bebas atau morfem terikat yang dapat disusun membentuk kata. Sedangkan Proses Morfologi adalah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

(3)

2.2Teori yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk dan berlaku

secara umum yang akan mempermudah penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori digunakan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis.

Dalam landasan teori penelitian ini, penulis menggunakan teori pendekatan Struktural oleh Ramlan. Penulis menggunakan teori ini karena penulis berpendapat

bahwa untuk menganalisis Morfologi dalam bahasa Pakpak Dialek Sim-sim, teori ini lebih sesuai.

Selain menggunakan teori Ramlan, penulis juga menggunakan teori Abdul

Chaer yang mendukung dan menunjang untuk memahami konsep-konsep pokok serta memecahkan masalah. Dengan demikian kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini bersifat gabungan ,tetapi tidak bertentangan, bahkan saling melengkapi.

Menurut Ramlan (1978:51-52) proses Morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya

mungkin berupa kata. Seperti pada kata terjauh yang dibentuk dari kata jauh, kata menggergaji yang yang dibentuk dari kata gergaji, rumah-rumah yang dibentuk dari kata rumah; mungkin berupa pokok kata, misalnya bertemu yang dibentuk dari

pokok kata temu, kata bersandar yang dibentuk dari pokok kata sandar ; mungkin

berupa frase, misalnya kata ketidakadilan yang dibentuk dari frase tidak adil; mukngkin berupa kata dan kata, misalnya kata rumah sakit yang dibentuk dari kata rumah dan sakit; mungkin berupa kata dan pokok kata, misalnya kata pasukan

(4)

berupa pokok kata dan pokok kata, misalnya kata lomba lari yang dibentuk dari

pokok kata lomba dan pokok kata lari.

Proses pembentukan kata dengan pembubuhan afiks itu disebut afiksasi dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata berafiks. Proses pembentukan kata dengan pengulangan bentuk dasarnya itu disebut proses perulangan atau reduplikasi,

dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata ulang, gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru yang, seperti kata meja makan dan kepala batu,

yang dibentuk dari kata meja dan makan, kepala dan batu. Proses pembentukan dengan semacam itu disebut proses pemajemukan, dan kata yang dibentuk dengan proses seperti ini disebut kata majemuk.

Dari uraian Ramlan, telah dijelaskan bahwa dalam bahasa indonesia terdapat tiga proses Morfologik, ialah proses pembubuhan afiks, proses perulangan, dan proses pemajemukan.

Abdul Chaer ( 2008:25 ) proses Morfologi adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalaui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi),

pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabunagan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akrominasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).

2.2.1 Proses Pembubuhan Afiks

Proses pembubuhan afiks ialah pembubuhan afiks pada satuan-satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal, maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata

(5)

memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau

pokok kata baru.

Setiap afiks tentu berupa satuan terikat, artinya dalam tuturan biasa tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatik selalu melekat pada satuan lain, namun morfem di- seperti dalam di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat

digolongkan afiks sebab secara gramatik morfem itu sebanarnya mempunyai sifat bebas, tidak seperti halnya morfem di- dalam dipukul, dibaca, dikelola, diadakan.

Afiks yang terletak di jalur paling depan disebut prefiks karena selalu melekat di depan bentuk dasar, contoh: morfem ber- dalam berlari, bertopi,bernyanyi. Morfem ter- dalam terjatuh, terluka, terbakar. yang terletak di lajur tengah disebut infiks

karena selalu melekat di tengah bentuk dasar, contoh: morfem –el-,-er-, dan em-yang hanya terdapat dalam geletar, gerigi,gemetar,temali, seruling. yang terletak di lajur belakang disebut sufiks karena selalu melekat di belakang bentuk da sar, contoh:

morfem –kan dalam samakan, gulungkan, ikatkan. dan sebagiannya terletak di muka bentuk dasar, sebagiannya terletak di belakangnya yang disebut simulfiks atau afiks

terpisah, contoh: /pen- + -an/ pada pemakaian, pemisahan dan afiks /ber- + -an/ pada berpakaian,berberserakan.

Berdasarkan uraian dari teori tersebut, afiks-afiks pembentuk kata dalam

bahasa Pakpak dialek Simsim melalui prefiks, infiks, sufiks dan afiks terpisah

(konfiks) adalah: 1. Prefiks

Prefiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu

(6)

Pe- + kundul ‘duduk’ pekundul ‘dudukkan’

Pe- + jolmit ‘dekat’ pejolmit ‘dekatkan’

Prefiks per- contoh:

per- + dalan ‘jalan’ perdalan ‘cara berjalan’

per- + juma ‘ladang’ perjuma ‘pekerja kebun’

Prefiks mer-

contoh :

mer- + dalan ‘jalan’ merdalan ‘berjalan’

mer- + ukur ‘hati’ merukur ‘baik’

Prefiks se- contoh :

se- + sambung ‘ember’ sesambung ‘satu ember’

se- + selup ‘liter’ seselup ‘satu liter’

2. Infiks

Infiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu Infiks

in-Contoh :

-in- + tukak ‘tusuk’ tinukak ‘ ditusuk’

-in- + taka ‘belah’ tinaka ‘dibelah’

Infiks –um -Contoh :

-um- + tabah ‘tebang’ tumabah ‘menebang

(7)

3. Sufiks

Sufiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu

Sufiks -en Contoh :

-en +‘sukut ‘cerita’ sukuten ‘cerita/perkataan’

-en +‘laus ‘pergi’ lausen ‘akan dilewati’

Sufiks –i

Contoh :

-i + palu ‘pukul’ palui ‘pukuli’

-i + sira ‘garam’ sirai ‘garami’

Sufiks –ken Contoh :

-ken + berre ‘beri’ berreken ‘berikan’

-ken + gampar ‘letak’ gamparken ‘letakkan’

4. Konfiks / simulfiks

simulfiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak Suak Simsim yaitu Konfiks ke -en

Contoh :

ke -en + bincar ‘terang’ kebincaren ‘cahaya terang’

(8)

2.2.2 Proses Perulangan

Ramlan (1980:63) proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan

satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, Baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan ini disitu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk

dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kataulang bolak-balik daribentuk dasar balik.

Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata dalam bahasa Indonesia, misalnya: sia-sia, alun-alun,mondar-mandir, dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena tidak ada satuan yang diulang. Dari

deretan morfologi dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Berbeda dengan temu, sekalipun satuan ini tidak bertemu dalam bentuk temu saja, namun dari deretan morfologi dapat dipastikan

bahwa satuan itu ada. Deretan morfologiknya adalah : pertemuan, penemuan, bertemu, ketemu, ditemukan, menemukan, mempertemukan, dipertemukan.

Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang, satuan yang diulang itu disebut bentuk dasar. Sebagian kata ulang dapat lebih mudah ditentukan bentuk dasarnya, misalnya : rumah-rumah bentuk dasarnya rumah, sakit-sakit bentuk

dasarnya sakit, dua-dua bentuk dasarnya dua.

Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu (1) pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi

(9)

bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya. Misalnya: mengambil

menjadi mengambil-ambil, membaca menjadi membaca-baca, (3) perulangan yang

berkombinasi dengan pembubuhan afiks merupakan perulangan yang terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung suatu fungsi, misalnya : kereta-keretaan yang bentuk dasarnya adalah kereta dan

bukan keretaan, dan (4) pengulangan dengan perubahan fonem merupakan kata ulang yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem. Misalnya : gerak menjadi

gerak-gerik, serba menjadi serba-serbi.

Dengan demikian, reduplikasi dalam bahasa Pakpak dialek Simsim secara nyata masih hidup dan tetap dipakai pada masyarakat penutur adalah sebagai berikut:

1. pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem.

contoh :

bapa ‘ayah’ → bapa-bapa ‘bapak-bapak’

kedek ‘kecil’ → kedek-kedek ‘kecil-kecil’

2.Perulangan sebagiaan ialah perulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.

Bentuk perulangan sebagian

Contoh :

bagak ‘cantik’ → babagak ‘cantik-cantik’

dogok ‘duduk’ → dokdogok ‘duduk-duduk’

gomok ‘gemuk’ → gogomok ‘gemuk-gemuk’

(10)

3. Perulangan yang berkombinasi denganpembubuhan afiks merupakan perulangan

yang terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks.

a. Reduplikasi dengan prefiks :

Reduplikasi prefiks ini mendapat prefiks pada kata dasarnya. Contoh :

menangkih ‘memanjat’ → menangkih-nangkih ‘memenjat-manjat’

menurat ‘menulis’ → menurat-nurat ‘menulis-nulis’

b. Reduplikasi dengan infiks :

Reduplikasi ini terjadi dengan mendapat infiks, baik pada kata yang pertama maupun pada kata yang kedua.

Contoh :

dumurban ‘serentak’ → dumurban-durban ‘serentak-serentak’

tumutung ‘membakar’ → tumutung-tutung ‘membakar-bakar’

c.Reduplikasi dengan sufiks :

Reduplikasi ini mendapat sufiks pada kata dasar.

Contoh :

paluken ‘pukulkan’→palu-paluken ‘pukul-pukulkan’

endeken ‘nyanyikan’→ ende-endeken ‘nyayi-nyanyikan’

d.Reduplikasi dengan konfiks :

Reduplikasi yang terjadi dengan mendapat konfiks pada kata dasar. Contoh :

mersitukulen ‘saling memukul’ → mersitukulen ‘saling memukul’

mersipaguten ‘saling memukul’ → mersipaguten ‘saling mematok’

(11)

2.2.3 Proses Pemajemukan

Ramlan (1980:76) Gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru.

Misalnya: rumah sakit, meja makan, kepala batu, keras hati. Kata yang terdiri dari gabungan dua kata sebagai unsurnya merupakan kata majemuk. Disamping itu ada juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya.

Misalnya: daya tahan, kamar kerja, ruang baca, kolam renang, lempar lembing. Kata-kata majemuk yang terdiri dari unsur berupa kata dan pokok kata. Unsur

yang berupa pokok kata, misalnya : kolam renang,pasukan tempur, medan tempur, lomba lari, kamar kerja, jam kerja, masa kerja. Sedangkan unsur yang berupa kata ialah : kolam, pasukan, medan, lomba, kamar, jam, masa. Sedangkan kata majemuk

yang terdiri dari pokok kata semua misalnya: terima kasih, lomba lari, loba tembak, lomba masak, lomba nyanyi, jual beli, tanggung jawab, tanya jawab, simpan pinjam

dan sebagainya.

Chaer (2008:209) komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar ( biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan ) untuk mewadahi suatu konsep

yang belum tertampung dalam sebuah kata.

komposisi dapat dibedakan lima macam yaitu sebagai berikut :

1. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat,

sehingga bentuk komposisinya yang koordinatif. Contoh : baca tulis, makan

minum, kaya miskin, ayam itik, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : juma sabah ‘sawah ladang’.

2. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat,

(12)

lontong, sate madura, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : mangan gadong ‘makan ubi’

3. Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah tentu, sekalipun bebas dari konteks kalimatnya sebagai istilah yang digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Contohnya : tolak peluru, angkat besi,

terjun payung. Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : limper mbaling ‘logam bengkok’

4. Komposisi pembentuk idiom, yakni penggabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Contoh : memeras keringat’bekerja keras’,

membanting tulang’kerja keras’, menjual gigi’tertawa’ Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : merdea kessah ‘jual nyawa’

5. Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah wujut

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini saya ingin mengetahui apakah pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien rawat inap di Pusat Pelayanan Jantung dan Pembuluh darah Rumah Sakit Umum

Berdasarkan tabel di atas dari 7 kali pemeriksaan yang dilakukan dimasing- masing kolam memperoleh hasil terdapat benda-benda terapung dimasing-masing kolam renang, hal

IPS sebagai pewarisan nilai-nilai kewarganegaraan tujuan utamanya adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik.. Nilai dan budaya bangsa akan

Cek Kembali isian data anda, jika sudah benar maka pilih Finalisasi. Perhatian data yang telah di Finalisasi tidak dapat di ubah. l) Cetak Kartu Ujian Pilih Cetak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan siaga bencana gempa bumi terhadap kesiapsiagaan anak-anak sekolah dasar dalam menghadapi

KI 2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif)

Berdasarkan pembahasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu, ada hubungan antara persepsi siswa terhadap karakteristik guru bimbingan dan konseling

Fungsi personal adalah ungkapan emosi penutur kepada mitra tutur melalui bahasa atau tuturannya. Emosi tersebut misalnya rasa senang, rasa marah, rasa sedih, rasa kecewa