BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Profitabilitas
Pada umumnya profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut sartono (2011:120), “Profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Para investor tetap tertarik
terhadap profitabilitas perusahaan karena profitabilitas merupakan indikator
yang paling baik mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
Pengukuran profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan
tingkat Return on Investmen (ROI) yang diharapkan dengan tingkat return
yang diminta para investor dalam pasar modal. Profitabilitas perusahaan
biasanya diukur dengan menggunakan rasio keuangan yang diambil dari
informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan. Rasio
profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dan juga untuk mengetahui efektivitas
perusahaan dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimilikinya. Ada
tiga rasio yang biasa digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas
2.1.1 Profit Margin
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Hanafi
(2005:42) menyatakan bahwa rasio ini juga bisa diinterprestasikan sebagai
kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya di perusahaan pada periode
tertentu. Profit margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Secara
umum, rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen.
Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung
profitabilitas perusahaan
Profit Margin = Laba bersih setelah pajak x 100% Penjualan
2.1.2 Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) sering disebut sebagai Return on Assets
(ROA). Menurut Syamsudin (2000:63) “ROI (Return On Investment) atau
yang sering disebut Return On Total Assets adalah merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan.” ROI dihitung dengan cara
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total asset
2.1.3 Return on Equity (ROE)
Syamsudin (2000:64) menyatakan “Return on Equity (ROE)
merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para
pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan. Angka yang tinggi untuk ROE menunjukkan tingkat
profitabilitas yang tinggi. Rasio ROE tidak memperhitungkan dividen
maupun capital gain untuk pemegang saham yang sebenarnya. Berikut ini
merupakan rumus untuk menghitung ROE.
ROE = Laba bersih setelah pajak x 100% Total Ekuitas
2.2 Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan suatu laporan yang menyajikan
informasi aliran arus kas masuk dan keluar bersih pada periode tertentu,
misalnya bulanan atau tahunan. Aliran kas diperlukan terutama untuk
mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya untuk memenuhi
kewajiban perusahaan sehingga dapat diketahui adanya perubahan aktiva
lancar dan utang lancar. Laporan arus kas menjelaskan perubahan jumlah
kas atau setara kas dalam periode tertentu. Dalam laporan arus kas,
penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menurut tiga kategori
utama, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
Kegunaan informasi arus kas adalah untuk memberikan informasi
yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan aktiva
jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahaan dan
peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai
mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang
dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga
meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan
karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang
berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
Ada 3 jenis laporan arus kas, yaitu :
2.2.1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait
dengan laba. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan
pendanaan. Kas ini diperoleh dari penjualan, penerimaan piutang, dan untuk
pembayaran hutang usaha, pembelian barang, dan biaya biaya lainnya.
Selain pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan laba rugi,
aktivitas operasi juga meliputi arus kas masuk dan keluar bersih yang
berasal dari aktivitas operasi yang terkait, seperti pemberian kredit kepada
pelanggan, investasi dalam persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok.
Aktivitas operasi terkait dengan pos-pos laporan laba rugi dan pos-pos
operasi dalam neraca, umumnya pos modal kerja seperti piutang,
juga meliputi transaksi dan peristiwa yang tidak cocok dikelompokkan
dalam aktivitas investasi atau pendanaan.
Jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi dapat dihitung dan
dilaporkan dengan menggunakan salah satu dari dua metode, yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Dalam metode langsung kelompok
utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan,
sedangkan dalam metode tidak langsung, laba atau rugi bersih disesuaikan
dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau
akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan
di masa depan, dan juga unsur penghasilan atau beban yang berkaitan
dengan arus kas investasi atau pendanaan. Kedua metode tersebut
menghasilkan jumlah yang sama, yaitu jumlah arus kas bersih yang
disediakan oleh arus kas operasi.
Ikatan Akuntan Indonesia secara khusus mengatur arus kas dari
bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan. Menurut (IAI, 2002)
menyatakan bahwa bunga yang dibayar dan bunga serta dividen yang
diterima lembaga keuangan biasanya diklasifikasikan sebagai arus kas
operasi. Namun demikian, bagi perusahaan lain belum ada kesepakatan
mengenai kualifikasi arus kas. Bunga yang dibayarkan dan bunga serta
dividen yang diterima dapat diklasifikasikan sebagai arus kas operasi karena
mempengaruhi laba dan rugi bersih. Sebagai alternatif, bunga yang dibayar
dan bunga serta dividen yang diterima dapat diklasifikasi, masing-masing
perolehan sumber daya keuangan atau sebagai hasil investasi (return on
investment). Dividen yang dibayar dapat diklasifikasikan sebagai arus kas
pendanaan karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan.
Sebagai alternatif, dividen yang dibayar dapat diklasifikasikan sebagai
komponen arus kas dari aktivitas operasi dengan maksud untuk membantu
para pengguna laporan arus kas dalam menilai kemampuan perusahaan
membayar dividen dari arus kas operasi
2.2.2 Arus kas dari Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Dalam aktivitas
ini, kas berasal dari penjualan aktiva tetap atau investasi pada saham atau
obligasi.
2.2.3 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah serta kompetisi modal dan pinjaman perusahaan.
Dalam aktivitas ini, kas berasal dari setoran modal, hutang jangka panjang,
laba ditahan yang dikonversi ke dalam modal dan untuk pengembalian
2.3 Dividen
2.3.1 Pengertian Dividen
Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para
pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang
dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Menurut Skousen et al (2001:757) “dividen adalah pendistribusian laba secara
proporsional kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi
kepada pemegang sahamnya disebut sebagai dividen tunai. Biasanya sebuah
korporasi harus memenuhi 3 kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar
dividen tunai :
1. Laba ditahan yang mencukupi
2. Kas yang memadai
3. Tindakan formal dari dewan komisaris
Intinya sebuah korporasi bias membayar dividen jika laba korporasi
tersebut cukup untuk operasi tahun berikutnya serta tidak mempunyai
kendala dalam keuangan apabila pembayaran dividen dilakukan.
2.3.2 Jenis Dividen
Ada beberapa jenis dividen yang dibagikan perusahaan kepada para
pemegang saham, jenis dividen menurut dyckman (2001:439), adalah
1. Dividen kas 2. Dividen property 3. Dividen saham 4. Dividen likuidasi
5. Dividen skrip atau wesel
Dari jenis dividen diatas para investor paling menyukai dividen kas
karena dividen kas bersifat uang tunai, jika dibandingkan dengan dividen
lain seperti dividen saham yang pembagiannya berjenis saham atau dividen
property yang pembagiannya berjenis surat berharga atau aktiva non kas.
2.3.3 Prosedur Pembayaran Dividen
Tanggal yang berkaitan dengan dividen adalah declaration date,
date of record, ex-dividend date, date of payment.
1. Declaration date, tanggal dimana dewan direksi mengumumkan
dividen. Pada tanggal ini, pembayaran dividen akan merupakan
kewajiban yang legal dari korporasi.
2. Date of record, tanggal dimana pemegang saham berhak untuk
menerima dividen.
3. Ex-dividend date, tanggal dimana hak atas dividen lepas dari saham.
4. Date of payment, merupakan tanggal dimana korporasi akan
membayarkan dengan membagikan cheque dividen kepada pemegang
saham.
Prosedur pembagian dividen berkaitan erat dengan tanggal atau
waktu dikarenakan perusahaan dan para pemegang saham atau investor
sama-sama telah menentukan jadwal.
2.3.4 Kebijakan Dividen
2.3.4.1 Pengertian kebijakan dividen
kebijakan dividen merupakan keputusan pembayaran dividen yang
mempertimbangkan maksimalisasi harga saham saat ini dan periode
mendatang. Atmaja (1994:351) menyatakan, “Manajemen mempunyai dua
alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak perusahaan,
pertama, dibagi kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, kedua, diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan”. Pada umumnya
pendapatan bersih dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi kembali
diinvestasikan. Artinya, manajemen harus membuat keputusan tentang
dividen, inilah yang disebut kebijakan dividen.
2.3.4.2 Kebijakan dividen bagi perusahaan
Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam
investasi di masa yang akan datang. Menurut Tampubolon (2005:183),
kebijakan dividen korporasi sangat penting untuk menjaga kepentingan
investor dan kepentingan korporasi dalam hal program keuangan dan
capital budgeting korporasi, cash flow perusahaan, dan nilai modal saham
1. Stable Dividend Policy, Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang makin menurun. Jadi, besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income.
2. Flactuating Dividend Policy, Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode, apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang akan dibayarkan relative tinggi, juga sebaliknya.
Semua kebijakan dividen punya kesesuaian masing-masing
tergantung pada perusahaannya. Jadi setiap perusahaan harus bisa
menentukan kebijakan mana yang paling sesuai dengan perusahaan mereka.
2.3.4.4 Teori kebijakan dividen
Tampubolon (2005:186) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pertumbuhan korporasi 2. Keterikatan dalam rapat
3. Profitability 4. Stabilitas laba 5. Kontrol perbaikan
6. Memahami pengungkit keuangan 7. Kemampuan untuk kondisi eksternal 8. Ukuran dan umur korporasi
Perusahaan dapat menentukan kebijakan mana yang sesuai untuk
mereka gunakan dalam pembagian dividen dengan cara membandingkan
kebijakan dividen dengan faktor-faktor diatas.
2.3.4.5 Indikator kebijakan dividen
Menurut Warsono (203:275) indikator yang digunakan untuk
mengukur kebijakan dividen ada dua, yaitu hasil dividen (Dividen Yield)
dan rasio pembayaran dividen (Dividen Payout Ratio). Dividend yield
harga saham biasa. Dividend yield menyediakan suatu ukuran komponen
pengembalian total yang dihasilkan dividen, dengan menambahkan
apresiasi harga yang ada. Beberapa investor menggunakan dividend yield
sebagai suatu ukuran resiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu
mereka akan berusaha menginvestasikan dananya dalam saham yang
menghasilkan dividend yield yang tinggi. Menurut Warsono (2003:275)
Dividen yield secara matematis diformulasikan sebagai berikut di bawah
ini.
Dividend Yield = dividen per lembar saham x 100% harga per lembar saham
Indikator kedua yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen
adalah rasio pembayaran dividen (dividend payout Ratio). Besar atau
kecilnya payout ratio ditentukan oleh kebijakan dividen suatu perusahaan.
Dividend Payout Ratio lebih populer digunakan sebagai indikator kebijakan
dividen dibandingkan dengan dividend yield. Menurut Warsono (2003:27).
Dividend Payout Ratio merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen
dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa.
2.4Tinjauan Penelitian terdahulu
Pradhono dan Yulius Jogi Christiwan (2004) melakukan penelitian
dengan objek perusahaan manufaktur mengenai pengaruh Economic Value
Added (EVA), Residual Income Earnings, dan Arus Kas Operasi terhadap
return yang diterima pemegang saham. Penelitian ini menunjukkan bahwa
arus kas operasi mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap return
yang diterima oleh pemegang saham, kemudian diikuti variabel earning.
Sedangkan EVA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
return yang diterima pemegang saham.
Michell Suharli (2007) melakukan penelitian dengan objek
perusahaan perusahaan industry yang bergerak di bidang jasa/service yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Penelitian ini
menggunakan variabel Return On Equity, Fixed Asset, Current Ratio dan
Dividend Payout Ratio. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa Return
On Equity berpengaruh terhadap dividen tunai perusahaan, fixed asset tidak
berpengaruh terhadap dividen tunai perusahaan, sedangkan Current Ratio
dapat digunakan sebagai variabel penguat karena mempunyai pengaruh
yang signifikan
Indah Agustina Manurung (2009) melakukan penelitian mengenai
pengaruh laba dan arus kas dari operasi terhadap kebijakan dividen
(Dividend Payout Ratio) dari perusahaan manufaktur go publik sejak tahun
2005 sampai dengan tahun 2007. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa
sedangkan arus kas operasi berpengaruh positif signifikan terhadap dividend
payout ratio.
2.5 Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.5.1 Kerangka konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh return on
investment (ROI) dan arus kas operasi terhadap kebijakan dividen. Dalam
memutuskan kebijakan dividen, perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa
factor yang secara teori dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Faktor
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang akan diukur
dengan ROI dan arus kas perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi.
Profitabilitas pada dasarnya merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Profitabilitas yang tinggi menggambarkan laba
perusahaan yang meningkat yang berarti perusahaan mampu untuk
membayar dividen atau bahkan dividen yang akan dibayarkan juga
meningkat. Sebagaimana tertera pada penjelasan sebelumnya, teori yang
mendukung bahwa profitabilitas yang tinggi akan membayar dividen dalam
jumlah yang besar. Demikian juga dengan tersedianya kas perusahaan
melalui operasinya yang berarti juga mampu menghasilkan kas bagi
perusahaan dan kemudian akan dibagikan kepada para pemegang saham.
Oleh karena itu, hubungan antara Return on Investment (ROI), arus kas
operasi, dan kebijakan dividen dapat digambarkan dalam kerangka di bawah
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
H1
H2
H3
Sumber : data yang diolah penulis, 2012
Return on Investment (ROI) adalah merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan, semakin tinggi rasio ini maka
semakin baik keadaan suatu perusahaan. Maka bisa dibilang semakin tinggi
rasio ini maka semakin tinggi dividen yang akan dibayarkan.
Arus kas operasi adalah laporan mengenai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara kas. Dan jika semakin tinggi arus kas
maka semakin baik perputaran uang dalam perusahaan tersebut, dan ini
tentu mempengaruhi pembayaran dividen perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan Kebijakan Dividen
(DPR)
(Y)
Return On Investment
(ROI)
investasi di masa yang akan datang. kebijakan dividen korporasi penting
untuk menjaga kepentingan dan kepercayaan investor kepada perusahaan.
2.5.2 Hipotesis Penelitian
Menurut kuncoro (2003:47) Hipotesis adalah suatu penjelasan
sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah
terjadi atau akan terjadi.
Terdapat beberapa hipotesis dalam penelitian ini.
H1 = Return on Investment (ROI) secara parsial berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
H2 = Arus kas operasi perusahaan secar parsial berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
H3 = Return on Investment (ROI) dan arus kas operasi perusahaan secara