BAB II
KERANGKA TEORI
2.1Modal Kerja
2.1.1 Pengertian Modal Kerja
Pada masa sekarang ini dunia usaha dan industri sedang berkembang
dengan pesat dan menjadi pemegang peranan penting dalam pembangunan suatu
negara atau wilayah tersebut. Salah satu penentu berhasil atau tidaknya sebuah
usaha atau industri adalah modal kerja yang dimiliki perusahaan tersebut dan
bagaimana pengelolaan modal kerja itu. Setiap usaha yang bergerak di bidang
apapun membutuhkan modal kerja yang cukup untuk membiayai kegiatan
operasionalnya, dimana perusahaan juga berharap bahwa modal kerja yang
mereka miliki dapat berputar kembali dengan cepat sehingga dapat memberikan
untung yang maksimal bagi mereka. Ada banyak pengertian modal kerja dalam
perusahaan menurut para ahli ekonomi yang berbeda-beda antara satu dengan
lainnya. Menurut Lukas Setia Atmajaya dalam Ririn Setiorini (2009:12), modal
adalah Dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi
perusahaan. Menurut Kashmir (2008:248-249) dalam praktiknya pengertian dana
atau fund dibagi ke dalam beberapa pengertian yaitu: 1. Dana dianggap sebagai kas (uang tunai)
Dana sebagai uang kas, artinya dana sepeti yang tertera di dalam neraca
dapat juga diartikan sebagai dana yang yang sesungguhnya dimiliki
perusahaan dan siap digunakan setiap waktu dibuthkan.
2. Dana dianggap sebagai uang yang disimpan di bank dalam bentuk giro
atau tabungan.
Dana sebagai uang yang disimpan di bank mengandung arti bahwa dana
tersebut ditempatkan dalam bentuk simpanan. Biasanya jenis simpanan
(rekening) yang dikelompokkan disini adalah rekening giro (demand deposit) dan rekening tabungan (saving deposit).
3. Dana dianggap sebagai modal kerja.
Dana sebagai modal keja merupakan dana yang digunakan untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaan, terutama yang memiliki
jangka pendek.
4. Dana dianggap sebagai seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan
Dana diartikan sebagai seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan, artinya
seluruh harta perusahaan yang dimiliki perusahaann.
5. Dana dianggap sebagai aktiva yang memiliki sifat sama dengan kas.
Artinya semua aktiva yang memiliki fungsi seperti kas, dapat dikatakan
dana.
Dana dalam penelitian kali ini khusus membahas dana yang dianggap
sebagai modal kerja. Menurut Agnes Sawir (2005:129) modal kerja adalah
keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan
sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan
diperlukan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang/jasa atau untuk
membelanjai kegiatan perusahaan sehari-hari, dan selalu berputar dalam periode
tertentu dalam menopang usaha perusahaan (Bambang Riyanto 1998:58). Setiap perusahaan akan selalu membutuhkan modal kerja yang cukup dan bahkan
maksimal agar setiap keperluan atau kebutuhan perusahaan tersebut dapat
terpenuhi dengan baik pula. Jika sebuah perusahaan mengalami kekurangan kas
maka ia akan memiliki kesulitan atau gangguan dalam pembayaran hutang atau
kewajiban jangka pendek, sedangkan jika ia mengalami kekurangan persediaan
(inventory) perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan karena pembeli tidak jadi membeli produk perusahaan sehingga tidak terjadi piutang (S. Munawir,
2004:116). Pemahaman arti modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka
menghitung kebutuhan modal keja. Pengertian modal kerja yang berbeda akan
menyebabkan perhitungan kebutuhan modal kerja juga berbeda (Kamaruddin,
2002:2).
Menurut Kasmir (2008:250-251) modal kerja secara mendalam
terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva
lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana
untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering
disebut modal kerja kotor (gross working capital).
2. Konsep kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada
lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih
atau net working capital.
3. Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki
perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki
dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin
banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat
meningkatkan perolehan laba. Demikian sebaliknya, jika dana yang
digunakan sedikit, laba pun akan menurun. Akan tetapi, dalam
kenyataanya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian.
2.1.2 Jenis-jenis Modal Kerja.
Dari pengertian modal kerja tersebut terdapat beberapa jenis modal kerja
yang ada di dalam sebuah perusahaan. Menurut Kamaruddin (2002:4) jenis modal
kerja adalah:
a. Modal kerja permanen, modal kerja yang harus terus – menerus ada dalam
rangka kontinuitas usaha. Modal kerja permanen digolongkan menjadi 2 jenis:
1. Modal kerja primer, yaitu modal kerja minimum
2. Modal kerja normal, modal kerja untuk menyelenggarakan luas produksi
normal dan bersifat fleksibel.
b. Modal kerja variabel, modal kerja yang mengalami perubahan sesuai dengan
situasi yang dihadapi perusahaan. Jenis modal kerja ini dibedakan atas:
1. Modal kerja musiman, yang mengalami perubahan karena fluktuasi
2. Modal kerja siklus, yang perubahannya mengikuti pola atau fluktuasi
konjuntur.
3. Modal kerja darurat (Emergency working capital). Modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan situasi darurat yang diperkirakan akan
terjadi atau situasi yang tidak diketahui sebelumnya.
Atas dasar keterangan di atas, jumlah modal kerja suatu perusahaan adalah:
Gambar 2.1 Jenis-Jenis Modal Kerja Perusahaan
TOTAL MODAL KERJA
Sumber : kamaruddin (2002:5)
2.1.3 Unsur –unsur Modal Kerja
Modal kerja memiliki beberapa komponen yang sangat berpengaruh antara
lain: kas, surat –surat berharga, piutang, dan persediaan. Pengertian kas di sini
tidak hanya meliputi uang kas yang berada dalam perusahaan atau di bank,
melainkan juga termasuk investasi dalam surat-surat berharga jangka pendek yang
dapat digunakan dengan segera. Kas merupakan unsur modal kerja yang paling
tinggi tingkat likuiditasnya.
Piutang adalah akun yang timbul akibat adanya kebujaksanaan penjualan
secara kredit. Semakin besar proporsi penjualan secara kredit akan memperbesar
jumlah investasi dalam piutang. Semakin besarnya jumlahnya piutang berarti Primer
PERMANEN
VARIABEL
Normal
Musiman
Siklus
resiko semakin besar, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitabilitas
(Riyanto,2001:86)
Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara
terus-menerus mengalami perubahan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga,
memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar
kerugian karena kerusakaan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semuanya
ini akan memperkecil keuntungan perusaahaan.
Investasi yang terlalu kecil dalam inventory akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga. Akibat kekurangan material, perusahaan tidak dapat
bekerja dengan luas produksi yang optimal. Ini berarti capital assets dan direct labor tidak dapat didaya gunakan dengan sepenuhnya, sehingga akan mempertinggi biaya rata-rata yang pada akhirnya akan menekan keuntungan juga.
2.1.4 Peranan Modal Kerja
Pada hakekatnya modal kerja yang dimiliki perusahaan akan terus
berubah-ubah karena manajemen perusahaan selalu menggunakan modal kerja itu
untuk kebutuhan operasional peusahaan. Menurut Kamaruddin (2002:6) peranan
modal kerja bagi perusahaan ada 2 yaitu:
a. Menopang kegiatan produksi dan penjulaan atau sebagai jembatan saat
pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan
b. Menutup dana atau pengeluaran tetap dana yang tidak berhubungan secara
langsung dengan produksi dan penjualan.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Perusahaan dalam setiap periode membutuhkan modal kerja yang harus
segera dipenuhi oleh pihak manajemen. Tetapi pada kenyataanya terkadang modal
kerja yang dibutuhkan itu tidak selalu ada dan cukup. Sehingga manajemen harus
menaruh perhatian khusus bagi pemenuhan modal kerja dan segala faktor yang
mempengaruhi modal kerja. Menurut Kasmir (2008:254) ada beberapa fakor yang
mempengaruhi modal kerja antara lain:
a. Jenis perusahaan
Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi dua macam, yaitu
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan non jasa (industri).
Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika
dibandingkan dengan perusahaan jasa.
b. Syarat kredit
Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan
cara mencicil (angsuran) juga sangat mempengaruhi modal kerja.
Untuk meningkatkan penjualan bisa dilakukan dengan berbagai cara
dan salah satunya adalah melalui penjualan secara kredit Penjualan
barang secara kredit memberikan kelonggaran kepada konsumen untuk
membeli barang dengan cara pembayaran diangsur beberapa kali untuk
c. Waktu produksi
Artinya jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Makin
lama waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang, maka
akan semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Demikian pula
sebaliknya semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi modal kerja, maka semakin kecil modal kerja yang
dibutuhkan.
d. Tingkat perputaran sediaan
Pengaruh tingkat perputaran sediaan terhadap modal kerja cukup
penting bagi perusahaan. Semakin kecil atau rendah tingkat
perputaran, kebutuhan modal kerja semakin tinggi, demikian pula
sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan perputaran sediaan yang
cukup tinggi agar memperkecil resiko kerugian akibat penurunan harga
serta mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan
sediaan.
2.1.6 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Kebutuhan setiap perusahaan akan modal kerja wajib dipenuhi oleh pihak
manajemen perusahaan tersebut dengan berbagai cara dan bentuk. Menurut
Kasmir (2008:256) bahwa terdapat beberapa sumber modal kerja yang dapat
digunakan antara lain:
a. Hasil operasi perusahaan, adalah pendapatan atau laba yang diperoleh
ditambah dengan penyusutan. Seperti misalnya cadangan laba atau
laba yang belum dibagi.
b. Keuntungan penjualan surat-surat berharga, selisih antara harga beli
dengan harga jual surat berharga tersebut. Namun sebaliknya, jika
terpaksa harus menjual surat-surat berharga dalam kondisi rugi,
otomatis akan mengurangi modal kerja.
c. Penjualan saham, artinya perusahaan melepas sejumlah saham yang
masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. Hasil penjualan
saham ini dapat digunakan sebagai modal kerja.
d. Penjualan aktiva tetap, artinya yang dijual disini adalah aktiva tetap
yang kurang produktif atau masih menganggur. Hasil penjualan ini
dapat dijadikan uang kas atau piutang sebesar harga jual.
e. Penjualan obligasi, artinya perusahaan mengeluarkan sejumlah
obligasi untuk dijual kepada pihak lainnya. Hasil penjualan ini juga
dapat dijadikan modal kerja, sekalipun hasil penjualan obligasi lebih
diutamakan kepada investasi perusahaan jangka panjang.
f. Memperoleh pinjaman dari kreditor (bank atau lembaga lain), terutama
pinjaman jangka pendek, khusus untuk pinjaman jangka panjang juga
dapat digunakan, hanya saja peruntukkan pinjaman jangka panjang
biasanya digunakan untuk kepentingan investasi.
g. Dana hibah dari berbagai lembaga, ini juga dapat digunakan sebagai
modal kerja. Dana hibah biasanya tidak dikenakan beban biaya
Jika perusahaan memutuskan untuk menggunakan modal kerja yang
mereka miliki untuk membayar beberapa pengeluaran yang ada, maka akan terjadi
penurunan jumlah aktiva lancar yang mereka miliki. Sehingga manajmen
perusahaan harus teliti dan penuh pertimbangan dalm menggunakan modal kerja
mereka.
Menurut S. Munawir (2004:125), pengguanaan aktiva lancar yang
mengakibatkan turunya modal kerja adalah sebagai berikut:
a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi
pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan,
supplier kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.
b. Kerugian-kerugian yang di derita oleh perusahaan karena adanya
penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidental
lainnya.
c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk
tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan
obligasi, dana pensiun pegawai, dana ekspansi ataupun dana-dana
lainnya.
d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka
panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya
aktiva lancar atau tumbulnya utang lancar yang berakibat
berkurangnya modal kerja.
e. Pembayaran utang-utang jangka panjang yang meliputi utang hipotek,
penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun atau
seterusnya) saham perusahaan yang beredar atau adanya penurunan
utang jangka panjang diimbangi berkurang aktiva lancar.
f. Pengembalian uang atau barang dagang oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik saham dalam perusahaan perseorangan dan
persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan
terbatas.
Disamping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya
modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah
jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu
sendiri, yaitu pemakaian atau penggunaan modal kerja/aktiva lancar yang hanya
menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar yang tidak
mengurangi modal kerja, seperti:
a. Pembelian efek (maketable securities) secara tunai
b. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.
c. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang yang lain, misalnya
dari piutang dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes rceivable).
2.1.7 Manajemen Modal Kerja
Dalam praktiknya, perusahaan membutuhkan jumlah modal kerja yang
menentukan jumlah modal kerja yang dibutuhkan berdasarkan jumlah biaya
operasional dalam menjalankan kegiatan produksinya. Oleh karena itu maka
manjemen perusahaan selalu berusaha agar dapat memenuhi kebutuhan modal
kerjanya, sehingga dapat meningkatkan likuiditas dari perusahaan tersebut. Jika
perusahaan sudah memiliki modal kerja yang cukup, maka manejemen juga harus
memperhatikan bagaimana pengelolaan modal kerja yang ada.Manajemen atau
pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan
usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan, Hanafi dalam Ekadini (2010).
Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan menyebabkan
buruknya kondisi keuangan perusahaan sehingga kegiatan perusahaan dapat
terhambat atau terhenti sama sekali. Adanya kesalahan atau kekeliruan dalam
pengelolaan modal kerja dapat menimbulkan kelebihan atau kekurangan dalam
penyediaan modal kerja, Tunggal dalam Ekadini (2010). Menurut Kasmir
(2008:252) secara umum tujuan manajemen modal kerja adalah:
a. Guna memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan
b. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban pada waktunya.
c. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki sediaan yang cukup dalam
rangka memenuhi kebutuhan pelangganya.
d. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para
kreditor, apabila rasio keuangannya memenuhi syarat.
e. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minat
f. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna meningkatkan
penjualan dan laba.
g. Melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya niai
aktiva lancar
2.1.8 Rasio-rasio Modal Kerja
Menurut Sawir (2005:144), jenis-jenis modal kerja terdiri dari:
1. Kecukupan Aktiva Lancar
a. Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (current ratio) Current Ratio = Current Assets
Current Liabilities
Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa perusahaan mungkin tidak
dapat membayar tagihan-tagihannya pada masa mendatang. Rasio yang
tinggi mungkin mengindikasikan jumlah aktiva lancar yang berlebihan.
b. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva
Current Assets to Total Assets Ratio = Current Assets Total Assets
Rasio yang rendah mungkin menunjukkan kurangnya penjualan kredit
(piutang yang rendah) atau kurangnya dukungan untuk produksi dengan
persediaan yang cukup. Rasio yang tinggi mungkin mengindikasikan
kebijakan pengumpulan piutang yang buruk atau persediaan yang besar.
c. Rasio aktiva lancar terhadap penjualan
2. Kecukupan Quick Assets
a. Rasio quick assetsterhadap kewajiban lancar (quick ratio) Quick Ratio = Quick Assets
Current Liabilities
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
tagihan tanpa bergantung pada penjualan persediaannya.
b. Rasio quick assets terhadap total aktiva
Quick Assets to Total Assets Ratio = Quick Assets Total Assets
Rasio ini menunjukkan besar kas dan piutang dalam bauran total
aktivanya.
c. Rasio quick assets terhadap penjualan
Quick Assets to Revenues Ratio = Quick Assets
Revenues
Rasio ini memperlihatkan kecukupan kas dan piutang apabila
penjualan meningkat. Rasio ini juga menunjukkan kas dan piutang
yang berlebihan bila penjualan menurun.
3. Kecukupan kas
a. Rasio kas terhadap kewajiban lancar (cash ratio)
Cash Ratio = Cash
Current Liabilities
Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi
b. Rasio kas terhadap total aktivas
Cash to Total Assets = Cash Total Assets
Rasio ini merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya
likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap.
c. Rasio kas terhadap penjualan
Cash to Revenues Ratio = Cash Revenues
Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan kegiatan
opersinya.
4. Arus Dana Dari Persediaan
a. Perputaran persediaan dalam kas (inventory turnover in cash) Inventory Turnover In Cash = Revenues
Inventory
Rasio ini mengukur berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan
menghasilkan penjualan yang sama dengan saldo persediaanya.
Perputaran 12:1 berarti penjualan 1 bulan 1 sama dengan saldo
persediaan.
b. Perputaran persediaan dalam unit (inventory turnover in units)
5. Exposure Dari Kewajiban Lancar
a. Rasio total aktiva terhadap kewajiban lancar (total assets to current liabilities ratio)
Total Assets to Current Liabilities Ratio = Total Assets Current Liabilities
Rasio ini mengukur porsi aktiva yang didanai oleh hutang jangka
pendek.
b. Rasio HPP terhadap utang dagang (COGS to a accounts payable ratio) COGS to Account Payables Ratio = COGS
Account Payables
6. Kecukupan Modal Kerja
a. Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih
Total Assets to Net Working Capital Ratio = Total Assets Net WorkingCapital
Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas,
sedangkan rasio yang rendah mengindikasikan tingkat likuiditas yang
tinggi.
b. Rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih
Current Liabilities to Net Working = Current Liabilities Capital Ratio Net Working Capital
Rasio ini merupakan ekspresi alternatif dari current ratio. Bila
rendah. Bila rasio ini rendah, current ratio akan tinggi,
mengindikasikan likuiditas tinggi.
c. Perputaran modal kerja (revenues to net working capital ratio) Working Capital Turnover = Revenues
Net Working Capital
Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar
atas kewajiban lancar. Rasio yang tinggi mengindikasikan likuiditas
yang rendah untuk mendukung operasional, sedangkan rasio yang
rendah menunjukkan liuiditas yang tinggi.
2.2Profitabilitas
2.2.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono
2001:130). Hal yang serupa dikatakan oleh Sartono (1998: 130) dalam Firnandy
(2007) bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.
Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi
keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk
menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau
investasi.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang selalu berusaha untuk
mencapai tujuan manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya. Sesuai dengan
digunakan (Kasmir, 2008:198). Setiap rasio profitabilitas tersebut digunakan
untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan tersebut melalui laporan
keuangan perusahaan.
2.2.2 Rasio-rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:198), dalam praktiknya jenis-jenis rasio yang dapat
digunakan adalah:
1. Profit Margin (Profit margin on sales)
Profit Margin on Sales atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur
margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan
penjualan bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga
dikenal dengan nama profit margin.
Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut: a. Untuk margin laba kotor dengan rumus :
Profit Margin = Penjualan Bersih –Harga Pokok Penjualan (profit margin on sales) Sales
b. Untuk margin laba bersih dengan rumus :
Net Profit Margin = Earning After Interest and Tax (EAIT) (profit margin on sales) Sales
2. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI)
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas
manajemen dalam mengelola investasinya.
Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas
dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal
sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian
pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas
dari keseluruhan operasi perusahaan.
Rumus untuk mencari Return on Investment dapat digunakan sebagai berikut:
Return On Investment (ROI) = Earning After Interest and Tax Total Assets
3. Hasil Pengembalian Ekuitas
Hasil pengembaliana ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunan modal
sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik
perusahaan semakin kuat demikan pula sebaliknya.
Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut:
4. Laba Per Lembar Saham Biasa ( Earning per Share of Common Stock) rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio
yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan
pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan
pemegang saham meningkat. Dalam pengertian lain, tingkat
pengembalian yang tiggi. Keuntungan bagi pemegang saham adalah
jumlah keuntungan setelah dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia
bagi pemegang saham biasa adalah jumlah keuntungan dikurangi pajak,
dividen, dan dikurangi hak-hak lain untuk pemegang saham prioritas.
Rumus untuk mencari laba per saham biasa adalah sebagai berikut:
Laba Per Lembar Saham = Laba saham biasa
Saham biasa yang beredar
2.3Laporan Keuangan
2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2004:2) : ‘’laporan keuangan pada dasarnya adalah
hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut’’. Dalam
pengertian yang lebih sederhana menurut Kasmir (2012:7) : ‘’laporan keuangan
adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau
Berdasarkan pengertian diatas, maka menurut penulis bahwa laporan
keuangan adalah sebuah laporan yang berisi informasi keuangan dari sebuah
perusahaan untuk periode tertentu yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi
keuangan perusahaan tersebut kepada pihak perusahaan dan pihak-pihak lainnya
yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut.
2.3.2 Jenis Laporan Keuangan
Menurut (Kasmir 2012:28-30) secara umum jenis-jenis laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
1. Neraca
Laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal
tertentu, yaitu posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban
dan ekuitas) suatu perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu
periode tertentu, dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan
dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh serta jumlah biaya dan
jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini,
laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya
4. Laporan Kas
Laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan
perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap
kas.
5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang
memerlukan penjelasan tertentu.
2.4Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
2.4.1 Hubungan Current Ratio (CR) Dengan Return On Investment (ROI)
Analisis Modal Kerja terhadap profitabilitas adalah sangat penting dalam
analisis laporan keuangan suatu perusahaan. Dimana tujuan setiap perusahaan
pada umumnya adaalah untuk memperoleh keuntungan /profit dari hasil kegiatan operasional perusahaan. analisis keuangan sangat penting bagi investor dan
kreditor. karena para investor enggan untuk berinvestasi ke suatu perusahaan
apabila memiliki laporan keuangan yang buruk.
Salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan modal kerja
yang dapat dialokasikan untuk kegiatan operasi perusahaan, dapat menggunakan
rasio lancar atau current ratio. Rasio lancar merupakan rasio yang terdapat dalam rasio likuiditas, yang membandingkan antara aktiva lancar terhadap hutang
(kewajiban) perusahaan dan bertujuan menunjukkan kemampuan aktiva lancar
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo .
Semakin besar penempatan dana pada sisi aktiva lancar perusahaan dibandingkan
kewajiban. Jika penempatan dana aktiva lancar besar, menunjukkan bahwa tingkat
likuiditas perusahaan baik, akan tetapi disisi lain peluang perusahaan untuk
memperoleh tambahan laba akan hilang, karena dana yang awalnya digunakan
untuk investasi oleh perusahaan akan dicadangkan guna pemenuhan likuiditas
perusahaan (Hastuti dalam pramudita, 2013:34) . Tingkat presentase rasio lancar
yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat likuiditas perusahaan juga tinggi. Tetapi,
semakin tinggi likuiditas perusahaan justru memperkecil perolehan profitabilitas
(Van Horne dan Wachowiczdalam pramudita,2013: 34)
2.4.2 Hubungan Inventory Turnover (ITO) Dengan Return On Investment (ROI)
Inventory atau persediaan adalah elemen utama dari modal kerja yang merupakan aktiva yang selalu berputar dan mengalami perubahan. Perputaran
persediaan menggambarkan berapa kali persediaan dapat dikonversikan menjadi
kas selama satu periode. Perputaran persediaan dapat diketahui dengan
memperbandingkan Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan nilai rata-rata
persediaan yang dimiliki. Periode perputaran persediaan mampu menunjukkan
apakah terjadi kelebihan investasi dalam berbagai komponen persediaan sehingga
terjadi . Semakin tinggi perputaran persediaan, maka biaya yang dikeluarkan
untuk pemeliharaan dan perawatan barang digudang kecil sehingga menghemat
biaya. Semakin kecil biaya yang ditanggung oleh perusahaan maka semakin besar
2.4.3 Hubungan Working Capital Turnover (WCTO) Dengan Return On Investment (ROI)
Perputaran modal kerja adalah kemampuan modal kerja berputar dalam
suatu periode siklus kas dari perusahaan. Perputaran modal kerja mengukur
efektifitas penggunaan aktiva lancar untuk menghasilkan penjualan. Diukur
dengan menggunakan rasio penjualan terhadap aktiva lancar (Working Capital Turnover) yaitu membandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan total aktiva lancar perusahaan pada periode tertentu. Semakin tinggi tingkat perputaran
tersebut semakin efektif penggunaan modal kerja. Hal tersebut menunjukkan
banyaknya penjualan yang diperoleh perusahaan. Penjualan yang tinggi
meningkatkan profitabilitas perusahaan sebaliknya tingkat perputaran yang rendah
menunjukkan adanya kelebihan modal kerja (Riyanto:2011)
2.5Kerangka Pemikiran Konseptual
Menurut Sugiyono (2012:89) : ‘’Kerangka berpikir merupakan sintesa
tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan’’. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut,
selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa
tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel
tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis’’.
Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
Gambar 2.2 Kerangka Pemkiran Konseptual
Sumber : diolah peneliti, 2014
Return Of Investment (ROI)
Working Capital Turn Over (WCTO)
Modal Kerja Inventory Turn Over
(ITO) Current Ratio
(CR)
H1
H4
H3