TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Kedudukan tanaman terung dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Divisi: Magnoliophyta;
Class: Magnoliopsida; Ordo: Solanales; Family: Solanaceae; Genus: Solanum
Spesies: Solanum melongena L. (Tjitrosoepomo, 2004).
Akar pada tanaman terung adalah akar tunggang yang bercabang
(ramosus), artinya akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang
bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Akar tunggang ini
berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak,
yang lebih besar kepada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas
hingga dapat menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak
(Tjitrosoepomo, 2004).
Tanaman terung termasuk tanaman yang berbentuk perdu. Batangnya
rendah, berkayu dan bercabang. Batang tanaman terung dibedakan menjadi dua
bagian yaitu batang utama (primer) dan batang percabangan (skunder). Batang
utama merupakan batang untuk penjangga dan memperkokoh berdirinya tanaman,
sedangkan batang percabangan merupakan batang untuk mengeluarkan bunga
(Hadiatna, 2006).
Daun tanaman terung berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) dengan
ujung daun meruncing dan pangkal daun menyempit, sedangkan bagian tengahnya
melebar. Ada juga yang berkerut-kerut (bergerigi), berbulu, berwarna hijau muda,
yang sempit ada yang lebar berwarna hijau hingga hijau tua, bersifat kuat dan
halus. Tulang-tulang daunnya bercabang-cabang dan menyirip (Budiman, 2008).
Bunga terung tergolong kedalam hermaproditus yaitu berkelamin ganda. Dalam
satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina
(putik). Bunga terung bentuknya mirip bintang, berwarna biru atau lembayung,
cerah sampai gelap. Penyerbukan bunga dapat berlangsung secara silang maupun
menyerbuk sendiri (Astawan, 2009).
Buah terung ungu berukuran besar dan berbentuk bulat agak memanjang
dengan bagian ujung buah bulat tumpul. Buah muda memiliki warna ungu muda,
sedangkan warna buah tua ungu keputihan. Buah muda biasanya dimanfaatkan
untuk asinan dan manisan sedangkan buah tua biasanya dijadikan bahan sayur
(Hastuti, 2007).
Biji terdapat dalam jumlah banyak dan tersebar di dalam daging buah,
berbentuk bulat kecil, agak keras, berwarna coklat kehitaman dan permukaannya
licin mengkilap. Biji terung dapat juga dijadikan sebagai bahan perbenihan
(perbanyakan tanaman) (Astawan, 2009).
Syarat Tumbuh Iklim
Suhu udara 20oC-32oC (0 – 1200 m dpl), merupakan suhu yang cocok
untuk tanaman terung. Suhu panas dan iklim kering ini berkaitan dengan
ketinggian tempat dari permukaan laut (dpl). Suhu mempengaruhi pertumbuhan
tanaman seperti dalam proses perkecambahan, pertunasan, pembungaan dan
Tanaman terung dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran
tinggi dengan ketinggian tempat berkisar antara 1-1200 m diatas permukaan laut.
Terung yang dibudidayakan di dataran rendah dan bertopografi datar mempunyai
umur panen yang lebih pendek dibandingkan terung yang dibudidayakan
didataran tinggi (Simanjuntak, 2003).
Tanaman terung cocok ditanam di musim kemarau. Dapat juga ditanam
sepanjang tahun. Umumnya terung dapat tumbuh di kawasan yang mempunyai
kriteria berikut : suhu udara 22-30°C, jenis tanah lempung berpasir, memiliki
sinar matahari yang cukup, tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian
800 m diatas permukaan laut (Sakri, 2012)
Tanah
Tanaman terung umumnya memiliki daya adaptasi yang sangat luas,
namun kondisi tanah yang subur dan gembur dengan sistem drainase dan tingkat
keasaman yang baik, merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman
terung. Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harus berkisar antara 5.5-6.7,
namun tanaman terung masih toleran terhadap pH yanah yang lebih rendah yaitu
5.0. Pada tanah dengan pH yang lebih rendah dari 5.0 akan menghambat
pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan rendahnya tingkat produksi tanaman
(Simanjuntak, 2003).
Tanah yang mudah mengikat air, gembur, atau kedalaman tanah yang
cukup merupakan sifat yang cocok untuk pertumbuhan tanaman terung.
Jenih tanah yang baik adalah regosol, latosol dan andosol yang merupakan tanah
lempung ringan dengan daya drainase dan daya ikat air yang baik. Tanah dengan
dari 5.5) akan menyebabkan tanaman mengalami klorosis. Namun tanaman juga
akan pendek, jumlah daunnya sedikit dan produksinya rendah, bila kondisi
tanahnya terlalu basa (>7.5). Tanaman terung masih toleran terhadap keasaman
tanah 6-7.5 (Budiman, 2008).
Pupuk Organik dan Anorganik
Pemberian pupuk SP-36, KCl, atau urea sesuai cara budidayanya, dipakai
urea 150 kg/ha, SP-36 400 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha. Pemupukan selanjutnya 15
hari setelah tanam, dan 60 hari setelah tanam dengan dosis setengah dari sisanya
(Budiman, 2008).
Pengaruh pupuk terutama pupuk organik sangat berpengaruh terhadap
sifat-sifat biologi tanah seperti aktivitas organisme tanah, jumlah dan
perkembangannya baik makroorganisme dan mikroorganisme. Mikroorganisme
juga membutuhkan unsur hara untuk kehidupannya, anara lain hara N, P, K dan
Ca serta ber-pH 6. Berdasarkan hal-hal diatas pupuk dapat mempengaruhi
aktivitas dan perkembangan jasad-jasad hidup tanah seperti bakteri, fungi dan
aktinomicetes (Damanik dkk, 2010).
Pupuk adalah salah satu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik,
bila ditambahkan kedalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara
serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan tanah.
Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemberian pupuk atau bahan-bahan lain
seperti bahan kapur, bahan organik, pasir ataupun tanah liat ke dalam tanah.
Jadi pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara pemberiannya.
Pupuk banyak macam dan jenis-jenisnya serta berbeda pula sifat-sifatnya dan
tersebut maka diperoleh hasil pemupukan yang efesien dan tidak merusak akar
tanaman maka harus diketahui sifat, macam dan jenis pupuk dan cara pemberian
pupuk yang tepat (Hasibuan, 2006).
Pupuk-pupuk anorganik (buatan) pada umumnya tidak banyak
berpengaruh terhadap sifat-sifat biologis tanah. Sifat biologis tanah yang
dimaksud ialah segala aktivitas jasad-jasad mikro (mikroba) tanah. Pupuk yang
banyak pengaruhnya terhadap sifat biologi tanah ialah pupuk-pupuk organik.
Bahan organik merupakan sumber energi dari jasad-jasad mikro tanah.
Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah semakin besar aktifitas
perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Aktifitas mikroorganisme ini
sangat penting dalam hal perombakan bahan organik, pelapukan protein menjadi
asam-asam amino, proses nitrifikasi yang akhirnya membebaskan unsur hara
seperti N, P dan S serta unsur-unsur mikro (Damanik dkk, 2010).
Pupuk Kandang Ayam
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran padat, kotoran cair
dari hewan ternak yang dikandangkan yang dapat bercampur dengan alas kandang
dan sisa-sisa makanan. Sifat dan ciri pupuk kandang ditentukan oleh sebagai
faktor antara lain: jenis ternak dan umurnya, makanan hewan ternak, hasil hewan
ternak, jumlah dan macam alas kandang, bentuk atau struktur kandang dan tempat
penyimpanan pupuk (Damanik dkk, 2010).
Pupuk kandang ayam merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran
cairan dan padat ternak ayam yang tercampur sisa-sisa makanan dan alas kandang.
Pupuk kandang ayam dapat meningkatkan jumlah hara yang tersedia dalam tanah
dimiliki pupuk kandang ayam yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena
mengandung N, P, K dan Mg dan dapat meningkatkan kesuburan biologis tanah.
Menurut Supriati dan Herliana (2010), kandungan unsur hara pupuk kandang
ayam terdapat 1,5% N, 1,5% P2O5 dan 0,8% K2O.
Pupuk fosfor
Hampir semua pupuk fosfor komersial berasal dari batuan fosfor. Selain
itu dapat pula berasal dari mineral-mineral fosfor dan bahan-bahan organik seperti
tepung tulang dan guano. Bahan baku untuk pembuatan fosfor (fosfor alam)
banyak disuply dari Afrika Utara (Tunisia, Aljazair dan Maroko) dan Amerika
Serikat (florida). Batuan fosfor terbaik mengandung sekitar 35% P2O5. Sumber
fosfor alam yang dikenal mempunyai kadar P tinggi adalah batuan beku dan
batuan endapan dengan bahan mineral (Damanik dkk, 2010).
Di dalam tubuh tanaman fosfor memberikan peranan yang penting dalam
beberapa hal antara lain: (1) pembelahan sel dan pembentukan lemak dan
albumin, (2) pembentukan bunga, buah dan biji, (3) kematangan tanaman
melawan efek nitrogen, (4) merangsang perkembangan akar,
(5) meningakatkatkan kualitas hasil tanaman dan (6) ketahanan terhadap hama
dan penyakit. Superfosfor adalah pupuk yang dibuat dengan mereaksikan batuan
fosfor dengan Asam Sulfat (H2SO4). Selanjutnya dengan asam ini juga dibuat
pupuk fosfor lainnya seperti Double Superfosfor (DSP), Triple Superfosfor (TSP),
dan Superfosfor 36 (SP36) (Damanik dkk., 2010).
Pupuk P dikelompokkan dalam tiga kelompok berdasarkan kelarutannya
yaitu : (a) Pupuk P yang melarut kedalam asam keras (mengandung P2O5,
yang melarut dengan ammonium nitrat netral atau asam sitrun (mengandung
P2O5, merupakan pupuk yang mudah tersedia bagi keperluan tanaman) (c) Pupuk
P yang melarut dalam air (mengandung P2O5, juga merupakan pupuk P yang
mudah tersedia bagi tanaman) (Sutedjo, 2002).
Superfosfor Triple (TSP) dibuat melalui pengemasan batuan fosfor dengan
H3PO4 dengan peralatan dan proses yang sama dengan pupuk superfosfor biasa.
Pupuk ini mempunyai rumus kimia yang sama dengan pupuk superfosfor rangkap
Ca(H2PO4)2, pupuk padat yang berbentuk butiran kasar, berwarna abu-abu dan
termasuk pupuk yang mudah larut di dalam air. Kandungan hara pupuk ini sekitar
46-48% P2O5, tidak bersifat higroskopis dan reaksinya di dalam tanah netral