• Tidak ada hasil yang ditemukan

Krisis Ekologi dan Merefleksikan kembali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Krisis Ekologi dan Merefleksikan kembali"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Krisis Ekologi dan Merefleksikan Kembali Peran

Green Journalism

1

Azmi I. Firdhausi | Ilmu Komunikasi UI

2016

Pendahuluan: Krisis Ekologi Akibat Disekuilibrium Pembangunan

Menurut sebuah perumpamaan, seekor katak yang dimasukkan ke dalam air mendidih akan segera melompat keluar untuk menyelamatkan diri. Namun jika katak tersebut dimasukkan ke dalam panci berisi air dingin yang secara perlahan direbus hingga mendidih, si katak tidak akan mendeteksi bahaya tersebut, hingga

akhirnya mati direbus.

Sebuah analogi katak tadi, rasanya tidak berlebihan ketika melihat bagaimana kita semua

(termasuk spesies selain manusia) telah memasuki batas sebuah zaman antroposen2. Manusia serta merta menjelma menjadi primata inventif dan berlebih-lebihan. Menjadi pemuja “lagi” dan tidak puas dengan “cukup.” Homo ludens3 yang sibuk bermain-main hingga melupakan sebuah kewajiban kosmik tentang menjaga. Juga hubungan yang sangat mendasar, sebuah respirotas yang

tidak hanya berdimensi horizontal-tetangga dalam waktu yang bersama, tetapi juga vertikal-dengan

generasi dalam rentang waktu yang berbeda.

Bumi memang sudah mencapai titik kritisnya, kalau tidak bisa dibilang sudah benar-benar

sekarat. Perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia, lahan berhektar-hektar habis diluluh

lantakan lumpur di Sidoarjo, kepunahan orangutan karena berbagai upaya eksploitasi dan

penyelundupan, krisis air di Bandung beberapa waktu lalu, krisis pangan pokok di Merauke hingga

menyebabkan angka gizi buruk meningkat tajam, pencemaran air oleh limbah tambang emas

1.Green Journalism didefinisikan sebagai jurnalis yang mengangkat persoalan lingkungan menjadi sebuah kesadaran hijau (green consciousness). Berita lingkungan bukan hanya demi komoditas yang sedang laku, tetapi demi sebuah misi yang lenbih besar. Jurnalis hijau harus mampu berperan seperti jurnalis advokasi yang menyuarakan “suara

alam” yang tercemar.

2.Anthroposen adalah istilah yang menggambarkan sebuah periode, yang dimulai sekitar abad ke-18 dimana aktivitas manusia mulai mempengaruhi iklim dan ekosistem secara global. Periode ini dimulai ketika meletusnya revolusi industri. Semenjak saat itu, atas nama pembangunan, manusia menjadi tokoh utama yang mempengaruhi lingkungan secara signifikan. Istilah ini pertama kali diperkenalka oleh seorang ahli kimia terkenal, Paul Crutzen.

(2)

di Gunung Halimun, pendangkalan sungai di beberapa lokasi di Jakarta, dan banyak lagi masalah

lain yang setiap hari selalu kita dengar. Entah itu dari surat kabar, televisi, media sosial, hingga

media-media alternatif dari komunitas yang menaruh kepeduliannya terhadap krisis ekologi4.

Pembahasan mengenai krisis ekologi berikut kerusakan yang disebabkan oleh ulah tangan

manusia memang mejadi perbicangan yang tidak pernah usai, sekaligus tidak pernah usang. Berita

tentang kerusakan bumi bahkan telah dibaca jauh-jauh hari sebelum ilmu pengetahuan tentang

ekologi dicetuskan. Hal ini dibuktikan dalam Al-Quran tepatnya dalam Surat Ar-Rum yang artinya

adalah sebagai berikut :

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka

kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), bepergianlah di bumi lalu lihatlah

bagimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS Ar-rum;41-42)

Salah satu kutipan dari maha karya tulisan Dewi Lestari dapat menggambarkan bagaimana

arogannya spesies manusia di muka bumi ini.

Humans share 63 % commonality with the protozoa genes, 66% of genes withcorn, 75%

with worm. We share 97 % of the same genes with orangutan, however the remaining 3% has made

destruction of the species. Man has become the first predator on this planet.5

Populasi yang terus membengkak, menuntut kebutuhan yang tak sedikit. Ditambah lagi ulah

manusia-manusia serakah. Dengan liciknya, mengobrak-abrik tatanan ekosistem yang lama sudah

bertahta. Hendro Sangkoyo dalam tulisannya yang amat kritis melihat bahwa Sikuit akumulasi kapital, ‘Uang-Barang-Uang yang lebih besar’ memang tidak hanya terjadi di dinding-dinding pabrik tempat sebuah komoditas diproduksi oleh para buruh. Lebih luas dari itu, sirkuit akumulasi

kapital selalu mensyaratkan relasinya dengan alam. Untuk menghasilkan sebuah komoditas, terlebih

dahulu seorang kapitalis mengambil bahan baku dari alam, atau dalam ilmu ekonomi merupakan

bagian dari kapital konstan. Dalam skemanya, tidak pernah ada kata berhenti dalam corak produksi

kapitalisme, sebaliknya, kapitalisme adalah akumulasi kapital yang tidak pernah berujung. Dalam

hal itu, artinya proses ekstraksi bahan baku dari alam pun akan selalu dilakukan. Disinilah persisnya

4. Krisis Ekologi adalah sebuah kondisi akibat yang terjadi karena adanya disekuilibrium atau ketidakseimbangan antara ekosistem dengan tatanan sistem sosial (termasuk didalamnya sistem politik, ekonomi dan budaya). Krisis ekologi kental dikaitkan dengan proses pembangunan. Berbagai kegiatan yang mengatasnamakan pembangunan dilegalisasi untuk menmperkosa alam dan lingkungan secara brutal. Ekosistem yang secara alamiah merupakan rantai yang berputar ekulibrium, perlahan digerogoti berbagai masalah.

(3)

krisis sosial-ekologis terjadi. Sumber daya alam yang terbatas dihantam oleh kebutuhan akumulasi

kapital yang tidak berbatas. Selain itu, krisis ekologis akan selalu bersamaan dengan krisis sosial,

sebab, yang dirusak oleh kapitalisme tidak lain adalah ruang hidup tempat manusia tinggal.6

Jurnalisme Hijau di Tengah Hiruk Pikuk Krisis Ekologi

Di tengah keributan tentang berbagai krisis ekologi, jurnalisme hijau, lewat

tulisan-tulisannya memiliki peran utama untuk membangkitkan kesadaran hijau (green consciousness)

masyarakat. Petanyaan paling mendasarnya adalah, apakah melalui tulisan-tulisannya para jurnalis

hijau mempu membuat para pembuat kebijakan, pengadilan, penegak hukum, warga sipil, pelaku

ekonomi dan seluruh lapisan masyarakat tergerak untuk melakukan upaya serius dalam penanganan

krisis ekologi.

Geliat urgensi perlunya jurnalisme hijau mulai terlihat dengan berdirinya beberapa

perkumpulan atau asoiasi jurnalis peduli lingkungan. Seperti Society of Environment Journalists

atau yang lebih dikenal dengan SEJ yang secara konsisten selama 25 tahun telah meletakkan

fokusnya untuk memberikan penghargaan pada insan jurnalis yang memiliki kepedulian akan isu

ekologi.7 Jurnalis hijau perlu memiliki keberpihakan tanpa mengurangi sikap independen dan obyektif. Keberpihakan yang ddimaksud adalah keberpihakan pada alam. Dalam kacamata

ekofenomenologi, jurnalis hijau dituntut untuk mampu mendefinisikan alam secara bijaksana.8

Eko Kurniawan, 2006 lalu, melakukan penelitian tentang pemberitaan isu lingkungan hidup

dan implikasinya terhadap kebijakan pengelolaan di Kabupaten Bangka. Eko Kurniawan melakukan

penelitian terhadap koran koran regional di Bangka, yakni Bangka Pos, Bangka Belitung Pos dan

Rakyat Pos. Dengan melakukan analisis isi terhadap rubrikasi penyajian berita lingkungan hidup,

narasumber berita, jumlah narasumber, kecenderungan isi berita, tema berita, serta ukuran kolom

pemberitaan lingkungan didapatkan temuan data bahwa berita-berita tersebut rata-rata berisi kritik

dan masukan kepada pemerintah yang dikategorikan sebagai tuntutan kebijakan untuk tahap

penyusunan agenda. Namun, ternyata ditemukan data bahwa terdapat sebuah perbedaan cara

pandang yang mendasar antara pemerintah, pers dan LSM.

6. (Sangkoyo, 2014) 7. Lihat www.sej.org

(4)

Pemerintah memandang bahwa segala kebijakan penambangan yang dibuat semata-mata

mengakomodir keinginan masyarakat. Sementara kalangan pers sebaliknya, kerusakan lingkungan

yang terjadi secara masif di Bangka Belitung berawal dari adanya kebijakan pertambangan tersebut.

Implikasi pemberitaan terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang jelas adalah ketika

media massa telah menjalankan fungsi kontrol sosial dengan menyuarakan kritik dan tuntutan,

pemerintah memberikan respon dengan melakukan tindakan mengenai pelanggaran peraturan

daerah bidang lingkunhga, evaluasi kegiatan penambang, pengehentian kegiatan usaha, sampai

penegakan hukum melalui pengadilan. Pemerintah juga semakin membuka transparansi dan

partisipasi sehingga komunikasi dialog antara pemerintah dengan masyarakat sipil semakin

kondusif dengan terwakilinya suara masyarakat melalui media massa.

Media massa lain, seperti Kompas juga terlihat memiliki itikad baik dalam mengisi peran

media massa dalam membekali masyarakat dengan kesadaran hijau. Dengan hadirnya rubrik Iptek,

Lingkungan dan Kesehatan yang hadir dalam surat kabar harian, juga Lingkungan tyang menjadi

sub kolom, di bawah kolom Sains. Itikad baik tersebut juga terlihat dalam salah satu beritanya.

Ahmad Arif9, seorang jurnalis hijau dari Kompas berhasil mengemas berita lingkungan dengan sangat baik. Judul beritanya adalah Petisi Para Ahli dan Aktivis Soal Krisis Ekologi ke Jokowi.

Tulisan tersebut dimuat dalam Kompas.com pada tanggal 30 Desember 2015.10

Dalam beritanya, Ahmad Arif membagi berita kedalam beberapa bagian. Pertama adalah

pendahuluan. Dalam bagian ini, jurnalis memberikan informasi terkait dengan adanya petisi yang

ditujukan kepada Presiden RI Joko Widodo. Petisi ini berkaitan dengan protes para akademisi,

tokoh agama, aktivis lingkungan dan agrara, serta perwakilan masyarakat adat yang memprotes arah

pembangunan yang hanya mengedepankan pertumbuhan ekonomi tetapi abai dengan daya dukung

lingkungan serta keadilan sosial. Bagian kedua menjelaskan permasalahan.

9. Ahmad Arif sudah bekerja di Kompas sejak tahun 20013. Krya jurnalisnya pernah dibukukan dengan judul Jurnnalisme bencana, bencana Jurnalisme: Kesaksian dari Tanah Bencana. Ia

pernah meraih beberapa penghargaan, yakni Juara 2 penulisan tentang dampak rekonstruksi

Aceh pasca tsunami terhadap lingkungan oleh Nat Geo Indonesia di tahun 2007. Tahun 200,

penghargaan dari BBPT untuk tulisan Adaptasi petanu: Bertani di Sawah yang Berubah. Ia juga

pernah meemenangkan Anugerah Jurnalistik Jakarta 2012 dari AJI. Ahmad Arif pernah

memenangi Mochtar Lubis Award berturut-turut untuk kategori penulisan feature: Pada tahun

2008 dengan tulisan Meno Kaya Tidur di Selokan, yang mengisahkan dampak sosial dari

keberadaan tambang emas di Timika; tahun 2009 dengan seri tulisan tentang perdagangan

manusia dari Indonesia ke Malaysia, dengan judul Jejak Hitam di Jalan Sutera.

(5)

Di bagian kedua berita tersebut dijelaskan bahwa pemantik dari petisi ini adalah banyakya proyek

pembangunan dijawa seperti industri semen, pembangkit listrik serta penambangan. Jurnalis

tersebut memberikan data statistik kondisi lingkungan yang mengalami kerusakan. Terakhir, ia

menutupnya dengan harapan. Disinilah, jurnalis hijau menyuarakan suara demi pembaharuan

lingkunga. Pada bagian ini, dijelaskan siapa saja pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab dan

perlu untuk segera merespon. Diantaranya adalah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Menteri Agraria dan tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR), Menteri BUMN,

Menteri Koordinator Perekonomian, serta Kapolri Panglima dan TNI.

Tidak hanya Kompas, media nasional yang menyadari urgensi jurnalis hijau, Suara

Mahasiswa (UI) sebagai Majalah Kampus sejak tahun 2011 tahu persis bahwa lingkungan adalah

isu yang harus digarap serius oleh jurnalis. Berangkat dari penelitian WHO yang menyatakan

bahwa Jakarta menjadi kota dengan tingkat populasi terburuk ketiga di dunia. Maka muncullah

kesadaran akan pentingnya permasalahan lingkungan sekitar dan membedah pelbagai masalah

lingkungan yang terjadi untuk mengawalnya dalam ranah jurnalisme. Dengan pernyataan mendasar

tersebut, Suara Mahasiswa sempat mengadakan klinik jurnalistik yang bertema Let’s Go Green

Jornalism : Restore Our Awareness of Jakarta’s Environment Through Journalism. Acara tersebut

terdiri dari seminar, workshop dan company visit ke National Geographic Indonesia.

Kesimpulan

Akhirnya, jurnalis hijau harus mampu menyasar target secara holistik dalam

membangkitkan kesadaran hijau. Kepada pemerintah, jurnalis hijau dapat menyampaikan kritik

serta masukan bagi agenda kebijakan pengelolaan lingkungan hidup. Untuk para pengusaha, jurnalis hijau harus bisa membalikkann logika dagang “untung-rugi” dengan logika keuntungan jangka panjang dengan memprioritaskan ekosistem yang sustainable diatas apapun. Jurnalis hijau

juga harus bisa mengungkap keberadaan perusahaan bermasalah yang merugikan lingkungan. Juga

kepada masyrakat, hendaknya jurnalis hijau mempu memberikan pemahaman pengelolaan

lingkungan pada tingkat mikro serta memberikan inspirasi tindakan kecil yang mampu dilakukan

individu sebagai kontribusinya pada alam semeta.

Fakta bahwa permasalahan ekologi yang semakin kompleks juga perlu diambil perhatian.

Sebab permasalahan ini ternyata belum mampu diimbangi dengan sumber daya manusia pers

terutama yang berada di jalur lingkungan. Jumlah jurnalis hijau perlu ditingkatkan lagi. Institusi

media massa perlu melakukan capacity building bagi para jurnalis hijau, pemimpin redaksi harus

lebih memberi kesempatan untuk membuka ruang masyarakat agar menyadari perannya dalam alam

(6)

Daftar Pustaka

Atmakusumah, Maskun Iskandar, dan Warief Djajanto Basorie (1996) Mengangkat Masalah Lingkungan ke Media Massa. Jakarta: Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) dan Yayasan Obor Indonesia

Collins, William. (2012) English Dictionary 0 Complete and Unabridge 2012 Digital Edition.

Dewi, Saras. (2015). Ekofenomenologi : Mengurai Disekulibrium Manusia dengan Alam. Jakarta: Marjin Kiri

Huizinga, Johan. (1955). Homo Ludens ; a Study of The play-element in Culture. Boston: Beacon Press

Ibrahim, Idi Subandy. (2011). Kritik Budya Komunikasi ; Budaya, Media dan Gaya Hidup dalam proses Demokratisasi di Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra

Jostein Gaarder. (2014). Dunia Anna: Sebuah Novel Filsafat Semesta. Jakarta: Mizan

Kurniawan, Eko. (2016). Studi Analisis Isi Pemberitaan Media Massa tentang Lingkungan Hidup

dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengelolaan Lingkungan di Kabupaten Bangka. From

http://eprints.undip.ac.id/15499/1/Eko_Kurniawan.pdf

Lestari, Dewi. (2012). Supernova: Partikel. Jakarta: Bentang Pustaka

Roosadijo, Marmin Martin. 1982. Ekologi Pemerintahan di Indonesia. Bandung: Alumni.

Sangkoyo, Hendro. (2014, October 29). Kita Sekarang Berada pada Garis Depan Kemajuan dari

Lex Mercatoria, Rezim Hukum untuk Membela Kepentingan Dagang. From

http://indoprogress.com/2014/10/hendro-sangkoyo-kita-sekarang-berada-pada-garis-depan-kemajuan-dari-lex-mercatoria-rezim-hukum-untuk-membela-kepentingan-dagang/

Watts, Anthony. (2014, Augustus 28). Green Journalis; Mainstream Media Creating Climate Stories. From http://wattsupwiththat.com/2014/08/28/green-journalism-mainstream-media-creating-climate-stories/

Media Massa

_________, http://www.anakui.com/2011/09/20/klinik-jurnalistik-suara-mahasiswa-universitas-indonesia-let%E2%80%99s-go-green-journalism/

Arif, Ahmad. (2015, December 30). Petisi Para Ahli dan Aktivitas Soal Krisis Ekologi ke Jokowi. From http://print.kompas.com/baca/2015/12/30/Petisi-Para-Ahli-dan-Aktivis-Soal-Krisis-Ekologi-k

Kesenjangan Meninggi, Konflik Meningkat. (2015, June 5). From

http://print.kompas.com/baca/2015/06/05/Kesenjangan-Meninggi%2c-Konflik-Meningkat?utm_source=bacajuga

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 96 ayat (4) dan Pasal 97 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6

Ada dua cara utama orang terinfeksi dengan MRSA, yaitu (#) kontak fisik dengan seseorang yang baik terinfeksi atau pembaa (orang-orang yang tidak terinfeksi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa rasio mol asam laurat/etanol (m/v) menghasilkan derajat esterifikasi yang

Mengacu pada kurangnya ruang terbuka yang minim di kota Manado, maka penulisan ini berisi konsep-konsep perancangan Kawasan Industri Peternakan berkonsep Agrowisata

Hal ini menandakan bahwa aksi gen overdominan positif pada parameter jumlah polong isi, jumlah biji, dan bobot biji mengakibatkan F1 persilangan tersebut memiliki potensi hasil

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode Make A Match mata pelajaran matematika materi Penjumlahan Pecahan kelas IV

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesopanan yang terdapat pada rubrik Pojok dalam koran Joglosemar dan (2) mendeskripsikan makna

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah disinggung sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terbentuknya engagement ditentukan oleh