• Tidak ada hasil yang ditemukan

Demokrasi dan Negara Hukum pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Demokrasi dan Negara Hukum pdf"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

DEMOKRASI DAN NEGARA HUKUM

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Materi Kuliah PPKN

Disusun oleh :

KELOMPOK 4

BONAR AGUNG SAPUTRA

163040156

MUHAMMAD ARIF RAHMAN

163040XXX

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

………...

i

DAFTAR ISI

………

iii

KATA PENGANTAR

………..

v

DAFTAR PUSTAKA

………

12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ………...

1

1.2

Tujuan ………...…

1

BAB II PEMBAHASAN

1.3

Sejarah Demokrasi di Indonesia ……….

2

1.3.1

Periode Demokrasi Parlementer (1945-1965) ………. 2

1.3.2 Periode Demokrasi Terpimpin / Orde Lama (1959-1965) …………... 2

1.3.3 Periode Demokrasi Pancasila / Orde Baru (1965-1998) ……….. 3

1.3.4 Periode Pasca Orde Baru / Reformasi (1998 – sekarang) ……… 3

1.4 Negara Hukum ……….. 4

1.5 Ciri - ciri Negara Hukum ……….. 4

1.6 Indonesia Sebagai Negara Hukum ……… 7

1.7 Hubungan Negara Hukum Dengan Demokrasi ………. 8

1.8 Kasus Pemilu Di Indonesia ……… 9

1.9 Pembahasan Pemilu 2014 Di Indonesia ……… 10

(3)

KATA PENGANTAR

Bissmillahirahmaanirrahiim,

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Demokrasi dan Negara Hukum.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dengan kerjasama kelompok kami sehingga dapat mempercepat pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Demokrasi dan Negara Hukum dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, Oktober 2016

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN

Apakah demokrasi itu? Apakah negara ini sudah demokrasi? Sengaja pertanyaan

ini

kami munculkan

Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos artinya rakyat dan kratein artinya pemerintah. Secara sederhana, demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat, dalam hal ini kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Diantara beberapa pengertian tentang demokrasi, barangkali pengertian yang dikemukakan oleh Abraham Lincoln dapat merangkum makna demokrasi dalam sebuah kalimat sederhana. Menurut Abraham Lincoln demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Sedangkan pengertian negara hukum adalah sebuah negara yang dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan pada hukum. Jadi, penyelenggaraan pemerintahan di negara hukum seperti Indonesia tidak boleh menyalahi perangkat negara yang mengatur tentang hukum seperti undang-undang, Pancasila, TAP MPR, Peraturan pemerintah seperti peraturan daerah, peraturan presiden, dan yang lainnya. Hal tersebut bertujuan untuk membuat sebuah negara yang adil dimana seluruh rakyatnya merasakan kemakmuran. Namun dengan tujuan yang baik tersebut, lantas tidak membuat semua negara memegang prinsip negara hukum.

Sebagai sebuah kondisi ideal, demokrasi dan negara hukum tentu dicita-citakan oleh banyak kalangan. Tetapi upaya menuju keduanya yang ideal merupakan sebuah proses yang tidak mudah. Salah satunya proses menuju demokrasi inilah yang disebut sebagai demokratisasi. Demokratisasi biasanya diawali dengan adanya liberalisasi (meluasnya kebebasan). Dalam negara hukum kita sebagai warga negara harus taat dalam penyelenggaraan dan taat sebagai pelapor bila adanya pelanggaran hukum di sekitar kita

1.2 TUJUAN

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

1.3 Sejarah Demokrasi di Indonesia

Sejarah demokrasi di Indonesia

terbagi menjadi empat periode dan setiap periode

memiliki ciri demokrasi tersendiri, secara singkat antara lain ialah :

1. 3.1 Periode Demokrasi Parlementer (1945-1965)

Periode ini merupakan awal perkembangan demokrasi di Indonesia.

Namun sayangnya demokrasi pada periode ini tidak mempunyai modal

cukup untuk menjadi mapan dalam implementasinya, entah dalam teori,

konsep dan praktiknya. Demokrasi pada periode ini hanya menjadi

pemersatu dan alat koalisi antar suku dan agama yang beragam di

Indonesia untuk dapat menjadi bangsa. Namun demokrasi parlementer ini

ternyata kurang begitu cocok diterapkan di Indonesia karena dalam

prosesnya timbul banyak perpecahan politik dan partai-partai politik yang

mendominasi terpecah belah. Sehingga Demokrasi Parlementer ini

digantikan menjadi Demokrasi Terpimpin (Guided Democracy).

1.3.2 Periode Demokrasi Terpimpin / Orde Lama (1959-1965)

(6)

1.3.3 Periode Demokrasi Pancasila / Orde Baru (1965-1998)

Periode ini merupakan masa pemerintahan Presiden Soeharto yang

disebut masa Orde Baru. Sebutan Orde Baru merupakan kritik terhadap

periode sebelumnya, Orde Lama.

Demokrasi Pancasila pada periode ini secara garis besar menawarkan tiga

komponen demokrasi. Pertama, menegakkan kembali asas-asas negara

hukum dan kepastian hukum. Kedua, mengutamakan kehidupan yang

layak bagi semua warga negara. Ketiga, pengankuan dan perlindungan

HAM, peradilan yang bebas dan tidak memihak.

Namun ternyata tawaran-tawaran Demokrasi Pancasila hanya

retorika politik belaka, sehingga terjadi ketidakdemokratisan pernguasa

Orde Baru yang ditandai oleh : (1) dominannya peranan militer (ABRI); (2)

birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik; (3)

pengebirian peran dan fungsi partai politik; (4) campur tangan pemerintah

dalam berbagai urusan partai politik dan publik; (5) politik masa

mengambang; (6) monolitisasi ideologi negara; (7) inkorporasi (peleburan)

lembaga nonpemerintah.

1.3.4 Periode Pasca Orde Baru / Reformasi (1998 – sekarang)

(7)

1.4 NEGARA HUKUM

Pengertian negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, dalam Dwi Winarno, 2006).

Dengan demikian dalam negara hukum, kekuasaan negara berdasar atas hukum, bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang berpaham konstitusionalisme, tanpa hal tersebut sulit disebut sebagai negara hukum. Supremasi hukum harus mencakup tiga ide dasar hukum, yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. Oleh karena itu di negara hukum, hukum harus tidak boleh mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”.

Negara-negara komunis atau negara otoriter memiliki konstitusi tetapi menolak gagasan tentang konstitusionalisme sehingga tidak dapat dikatakan sebagai negara hukum dalam arti sesungguhnya. Jimly Asshiddiqie (dalam Dwi Winarno, 2006) menyatakan bahwa negara hukum adalah unik, sebab negara hendak dipahami sebagai suatu konsep hukum. Dikatakan sebagai konsep yang unik karena tidak ada konsep lain. Dalam negara hukum nantinya akan terdapat satu kesatuan sistem hukum yang berpuncak pada konstitusi atau undang-undang dasar.

Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan kepentingan warga negara. Namun seiring perkembangan zaman, negara hukum formil berkembang menjadi negara hukum materiil yang berarti negara yang pemerintahannya memiliki keleluasaan untuk turut campur tangan dalam urusan warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Negara bersifat aktif dan mandiri dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat.

1.5 CIRI-CIRI NEGARA HUKUM

Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule of Law. Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut.

A. Hak asasi manusia

B. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa dikenal sebagai Trias Politika

(8)

Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi ciri-ciri Rule of Law sebagai berikut.

1) Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.

2) Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat

3) Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan

Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep negara hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas terlihat bahwa peranan pemerintah hanya sedikit karena ada dalil bahwa “Pemerintah yang sedikit adalah pemerintah yang baik”. Dengan munculnya konsep negara hukum materiil pada abad ke-20 maka perumusan ciri-ciri negara hukum sebagaimana dikemukakan oleh Stahl dan Dicey di atas kemudian ditinjau lagi sehingga dapat menggambarkan perluasan tugas pemerintahan yang tidak boleh lagi bersifat pasif. Sebuah komisi para juris yang tergabung dalam International Comunition of Jurits pada konferensi Bangkok tahun 1965 merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang demokratis di bawah Rule of Law yang dinamis. Ciri-ciri tersebut adalah

1) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selai daripada menjamin hak-hak individu harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin;

2) Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak; 3) Kebebasan untuk menyatakan pendapat;

4) Pemilihan umum yang bebas;

5) Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi; 6) Pendidikan civics (kewarganegaraan)

Disamping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai pendapat mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Montesquieu, negara yang paling baik adalah negara hukum, sebab di dalam konstitusi di banyak negara terkandung tiga inti pokok, yaitu :

1) Perlindungan HAM

2) Ditetapkan ketatanegaraan suatu negara; dan

(9)

Prof. Sudargo Gautama mengemukakan 3(tiga) ciri atau unsur dari negara hukum, yakni sebagai berikut.

1) Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, maksudnya negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatasi oleh hukum, individual mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap penguasa.

2) Asas legalitas

Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.

3) Pemisahan kekuasaan

Agar hak-hak asasi betul-betul terlindungi, diadakan pemisahan kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan dan badan yang mengadilin harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan.

Frans Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya 5 (lima) ciri negara hukum sebagai salah satu ciri hakiki negara demokrasi. Kelima ciri negara hukum tersebut adalah sebagai berikut.

1) Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan ketetapan sebuah undang-undang dasar.

2) Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting. Karena tanpa jaminan tersebut, hukum akan menjadi sarana penindasan. Jaminan hak asasi manusia memastikan bahwa pemerintah tidak dapat menyalahgunakan hukum untuk tindakan yang tidak adil atau tercela

3) Badan-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya taat pada dasar hukum yang berlaku.

4) Terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu ke pengadilan dan putusan pengadilan dilaksanakan oleh badan negara.

5) Badan kehakiman bebas dan tidak memihak.

Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara hukum, yaitu

1) Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia

(10)

berisi ketentuan-ketentuan tentang hak asasi manusia. Inilah salah satu gagasan konstitusionalisme

2) Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak.

Dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa pengadilan sebagai lembaga peradilan dan badan kehakiman harus benar-benar independen dalam membuat putusan hukum, tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan eksekutif. Dengan wewenang sebagai lembaga yang mandiri terbebas dari kekuasaan lain, diharapkan negara dapat menegakkan kebenaran dan keadilan.

3) Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya

Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun warga negara dibenarkan oleh kaidah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

1.6 INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.

Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut.

1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat). 2) Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental.

(11)

Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional; 2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi;

3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi;

4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD 1945) 5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR);

6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil;

7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);

8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; dan

9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD 1945).

1.7 HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN DEMOKRASI

Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun, negara hukum belum tentu negara demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi. Franz Magnis Suseno (dalam Dwi Winarno, 2006) menyatakan adanya 5 gugus ciri hakiki dari negara demokrasi. Kelima ciri tersebut adalah :

1) negara hukum;

2) pemerintahan di bawah kontrol nyata masyarakat; 3) pemilihan umum yang bebas;

4) prinsip mayoritas; dan

5) adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.

(12)

1.8 KASUS PEMILU DI INDONESIA 2014

Badan Pengawas Pemilu dan sejumlah pengawas independen telah menerima sejumlah laporan tentang kekeliruan dan dugaan kecurangan selama proses pemilu presiden lalu. Dikhawatirkan permasalahan seperti akan sering dijumpai selama proses rekapitulasi yang dijadwalkan akan berakhir pada pekan ketiga bulan Juli, kata Bawaslu. "Hingga saat ini kurang lebih 36 laporan dari seluruh provinsi," kata Ketua Bawaslu, Muhammad, kepada wartawan, Sabtu (12/07) malam di Jakarta. Bawaslu, menurutnya, tengah mengecek ulang laporan-laporan tersebut untuk memastikan apakah itu semata kekeliruan atau dugaan kecurangan. Menurutnya, salah-satu temuannya adalah ada sejumlah pemilih yang diperkenankan memilih tanpa formulir A5. "Saya kira itu tidak sesuai dengan peraturan KPU," katanya. Adapun anggota Bawaslu, Daniel Zuchron mengatakan, pihaknya terus melakukan pengawasan selama proses rekapitulasi karena dikhawatirkan terjadinya sejumlah potensi pelanggaran lainnya. "Pertama, potensi kecurangan melalui mobilisasi dari kelompok tertentu di TPS. Kedua, potensi tidak terakomodirnya pemilih dalam DPT sehingga dia tidak memiliki hak pilih," kata Daniel kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Minggu (13/07) sore. "Selanjutnya, kesalahan-kesalahan yang disengaja atau pun karena lalai menyangkut penghitungan ataupun rekapitulasi," kata Daniel. Sementara, Komite Pemantau Independen Indonesia, KPII, mengatakan, pihaknya telah menerima dugaan kecurangan atau kekeliruan pemilu presiden yang terjadi di beberapa TPS di antaranya di Tangerang, Banten dan Pontianak, Kalimantan Barat. Mereka juga masih memeriksa kebenaran laporan tentang dugaan kecurangan atau kekeliruan hasil penghitungan suara di Malaysia. Anggota KPII, Umar Idris mengatakan, pihaknya menemukan pola dugaan kecurangan yang sering dijumpai di TPS.

(13)

1.9 PEMBAHASAN KASUS PEMILU 2014

Dalam proses penyelenggaraan demokrsai seharusnya pada saat Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "LUBER" yang merupakan singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asas "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru. :

1. "Langsung" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan.

2. "Umum" berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara.

3. "Bebas" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

4. "Rahasia" berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.

Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas "jujur" mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Asas "adil" adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu. Dan bilamana terjadi pelanggaran dalam pemilu di BAB XXII UU08 Tahun 2012 Ketentuan Pidana Bagian Kesatu Pelanggaran :

Pasal 273

Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar mengenai dirisendiri atau diri orang lain tentang suatu hal yang diperlukan untuk pengisian daftar Pemilih dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahundan denda paling banyakRp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Pasal 274

(14)

BAB III

KESIMPULAN

(15)

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia

http://brainly.co.id/tugas/126210

https://web.facebook.com/notes/n-togakratu/ketentuan-pidana-pemilu/10151550840457162/?_rdr

http://www.negarahukum.com/hukum/tindak-pidana-pemilu.html

Referensi

Dokumen terkait

XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, merupakan salah satu ketetapan MPR/S yang masih berlaku dalam

[5]. Secara umum, perusahaan adalah suatu organisasi dimana sumber daya seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang atau jasa.

(1) Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan adalah unsur pembantu pimpinan di bidang akademik, kemahasiswaan, perencanaan dan sistem informasi yang berada di bawah

Dari kata yang ditemukan dari beberapa analisis STP, USP dan SWOT yang telah menemukan beberapa keyword akan disempitkan lagi untuk mendapatkan kata kunci yang

a) Guru membagi kelas menjadi lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang dibagi dengan cara mengambil undian permen di dalam sebuah kotak. Pengelompokan

Dalam bidang pendidikan misalnya, komunikasi yang terjadi antara guru dengan murid di sekolah dasar akan berjalan dengan baik jika menggunakan bahasa Indonesia sebagai

Menurut Conover, prosedur untuk regresi monotonik berdasarkan realitas bahwa jika dua variabel mempunyai sebuah hubungan monotonik, maka variabel peringkat kedua variabel itu

Hasil sidik ragam terhadap berat volume ta- nah, porositas tanah total menunjukkan bahwa dengan perlakuan kompos (P1, P2, P3, dan P4) berpengaruh nyata untuk memperbaiki BV dan