• Tidak ada hasil yang ditemukan

abstrak Pengaruh Penambahan Limbah Styrofoam Dan Berat Jenis Dan Kuat Tekan Beton Ringan Struktural cover

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "abstrak Pengaruh Penambahan Limbah Styrofoam Dan Berat Jenis Dan Kuat Tekan Beton Ringan Struktural cover"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan.

1. Kajian teori

a. Beton

Beton adalah pencampuran dari pasir sebagai agregat halus, kerikil sebagai

agregat kasar dan semen (PC) sebagai bahan pengikat hidrolis bila dicampur

dengan air. “Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik

yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan

yang membuat masa padat”. (SK SNI 03-2847-2002).

Beton adalah suatu bahan bahan bangunan dan konstruksi, yang

sifatsifatnya dapat ditentukan lebih dahulu dengan mengadakan perencanaan dan

pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih. Bahan-bahan pilihan

itu adalah, ikatan keras, yang ditimbulkan oleh reaksi kimia antara semen dan air,

serta agregat dimana semen yang mengeras itu beradhesi dengan baik maupun

kurang baik. Agregat itu berupa kerikil, batu pecah, sisa-sisa bahan mentah

tambang, agregat ringan buatan, pasir atau bahan sejenisnya. (L.J.Murdock,

1999:2)

Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa

material, yang bahan utamanya terdiri dari medium campuran antara semen,

agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan lain dengan perbandingan

tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat

tergantung darikualitas masing-masingmaterial pembentuk.(Tjokrodimulyo,1992).

Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan

untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain-lain. Beton merupakan satu

kesatuan yang homogen. Beton terdiri dari campuran agregat halus dan agregat

kasar (pasir, kerikil, batu pecah, atau jenis agregat lain), dengan semen, yang

dipersatukan oleh air dalam perbandingan tertentu ( Wuryati S.& Candra R,

(2)

commit to user

7

Ketika semen dan air dicampur, partikel-partikel semen

cenderungberkumpul menjadi gumpalan yang dikenal sebagai gumpalan

semen.Penggumpalan mencegah pencampuran antara semen dan air yang

menghasilkankehilangan kemampuan kerja (loss of workability) dari campuran

betonsebagaimana hal tersebut mencegah campuran hidrasi yang sempurna. Ini

berartibahwa pengurangan kekuatan potensial penuh dari pasta semen akan

ditingaktkan. Pada beberapa kejadian dalam 28 hari perawatan hanya 50%

kandungan semensudah terhidrasi. (Smith dan Andreas, 1989).

Menurut SK SNI S-04-1989-F ( Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A),

agregat halus untuk bahan bangunan sebaiknya dipilih yang memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1) Butir-butir tajam, dankeras dengan indeks kekerasan 㑸2,2 %

2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan hujan).

Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksmum

12 persen, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 persen.

3) Tidak mengandung lumpur ( butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih

dari 5 persen.

4) Tidak mengandung zat organic terlalu banyak, yang dibuktikan dengan

percobaan warna dengan larutan 3% NaOH, yaitu warna cairan diatas endapan

agregat halus tidak boleh gelap daripada warna standar atau pembanding.

5) Modulus halus butir antara 1,50 – 3,80 dan dengan variasi butir sesuai standar

gradasi.

6) Khusus untuk beton dengan tingkat keawaten tinggi, agregat halus harus tidak

reaktif terhadap alkali

7) Agregat halus dari laut atau pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk dari

lembaga pemeriksaan bahan – bahan yang diakui.

Menurut Nugraha dan Antoni (2007), kegunaan agregat halus adalah:

a. Mengisi ruang antara butir agregat kasar.

b. Memberikan kelecakan.

Jika agregat halus terlalu banyak:

(3)

commit to user

8

2. Kebutuhan air bertambah untuk slump (kelecakan) yang disyaratkan.

3. Adanya hubungan antara gradasi agregat halus dan pendarahan pada beton.

b. Beton Ringan

Menurut Neville dan Brooks (1987) beton ringan dapat dibagi menjadi tiga

kategori, yaitu :

1) Beton ringan struktur (Struktural Lightweight Concrete).

Beton ini memiliki kuat tekan minimum pada umur beton 28 hari tidak kurang

dari 17 MPa (2500 psi). Berat jenis beton ini tidak lebih dari 1840 kg/m3 dan

biasanya terletak antara 1400 kg/m3 – 1840 kg/m3.

2) Beton ringan untuk pasangan batu (Masonry Concrete).

Beton ini memiliki berat jenis antara 500 kg/m3 - 800 kg/m3 dan kuat tekan antara

7 MPa – 14 MPa (1000 psi – 2000 psi).

3) Beton ringan penahan panas (Insula ting Concrete).

Beton ini memiliki koefisien hantar panas kurang dari 0,3 J/m2s 8C/m dengan

berat jenis beton kurang dari 800 kg/m3 dan kuat tekan beton antara 0,7 MPa – 7

MPa (100 psi – 1000 psi).

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan beton ringan

antara lain (Tjokrodimuljo, 1996).

1) Dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan semen.

Dengan demikian akan terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Bubuk

alumunium yang ditambahkan ke dalam semen akan menimbulkan

gelembung-gelembung udara.

2) Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu apung.

Dengan demikian beton yang dihasilkan akan lebih ringan daripada beton biasa.

3) Pembuatan beton dengan tanpa butir-butir agregat halus.

Dengan demikian beton ini disebut “ beton non pasir” dan hanya dibuat dari

semen dan agregat saja (butir maksimum agregat kasar sebesar 20 mm atau 10

(4)

commit to user

9 c. Sifat beton ringan

Beton ringan (Gambhir,1986) mempunyai sifat-sifat positif sebagai berikut:

1) Ringan, berat jenis beton biasa sekitar 2300 kg/m3, adapun berat jenis beton

ringan dari 300 kg/m3 sampai 1200 kg/m3. Beton yang sangat ringan biasanya

baik dipakai untuk bahan isolasi, adapun beton tidak begitu ringan dapat

digunakan untuk struktur ringan.

2) Tidak menghantarkan panas, beton ringan mempunyai nilai isolasi sebesar 3

sampai 6 kali bata dan sekitar 10 kali beton biasa. Dinding tembok tebal 200 mm

yang terbuat dari beton ringan dengan berat jenis 800 kg/m3 mempunyai tingkat

isolasi sama dengan dinding bata tebal 400 mm yang berta jenisnya 1600 kg/m3.

3) Tahan api, beton ringan mempunyai sifat yang baik sekali dalam menahan

kebakaran, sifatnya yang tidak baik dalam menghantarkan panas membuat beton

ringan itu amat baik untuk melindungi bagian struktur dari pengaruh api.

4) Mudah dikerjakan, beton ringan dapat dengan mudah digergaji, dipotong atau

dipaku, oleh karena itu beton ringan mudah dibuat, perbaikan setempat juga

mudah dilakukan tanpa merusak bagin lain yang tidak diperbaiki.

5) Keawetan, karena beton ringan biasanya bersifat tidak kedap air maka beton ini

tidak dapat mencegah terjadinya karat pada baja tulangannya sebagainya terjadi

pada beton biasa oleh karena itu maka baja tulangan yang dipakai perlu diberi

lapisan khusus untuk mencegah terjadinya korosi.

6) Harga murah karena beratnya ringan dan nilai banding antara kuat tekan dan berat

jenisnya kecil, pemakaian beton jenis ini akan membuat pemakaian baja tulangan

yang sedikit.

d. Styrofoam

Styrofoa m terbuat dari bahan utama polysterene yaitu bahan plastik yang

cukup kuat, yang disusun oleh erethylene dan benzene. Bahan ini diproses secara

injeksi ke dalam sebuah cetakan dengan tekanan tinggi dan dipanaskan pada suhu

tertentu dan waktu tertentu. Akhir abad 19, apoteker Jerman bernama Eduard

Simon menemukan senyawa polysterene. Ia mengisolasi bahan itu dari bahan

(5)

commit to user

10

menjadi bahan plastic polimer dan menjadi tonggak perkembangan styrofoa m

(Zainal Abidin, 2004: 1-2).

Mr. Cho dari Korea dalam Seminar Inovasi Bahan Bangunan di Semarang

16 Maret 2004, dimana ia membawakan makalah dengan judul Memperkenalkan

Styrofoa m Sebagai Bahan Bangunan Untuk Interior dan Exterior, Sistem

Wa terproofing Untuk Gedung, dan Penggunaan Breksi Batu Apung Pada

Campuran Beton, berpendapat bahwa,” Styrofoa m adalah hasil bahan olahan dari

polyester yang berupa butiran sintetik yang saling rekat yang mempunyai sifat

tidak bisa tenggelam dan mampu menahan suhu ruangan lebih lama.”

e. Beton Ringan Styrofoam

Sambodo.“Penggunaa n Styrofoa m untuk Beton Ringan denga n Kandungan Semen 350 kg/m3” (1999), meneliti penggunaan styrofoa m untuk beton ringan

dengan kandungan semen 350 kg/m3. Pengujian ini dilakukan untuk 3 buah

silinder setiap variasi adukan pada saat berumur 28 hari. Variasi styrofoa m yang

digunakan adalah 0 %, 20 %, 40 %, 60 %, 80 %, 100 % dari total pasir.

Persyaratan untuk beton ringan struktural yaitu mempunyai berat jenis

antara 1440-1840 kg/m3 dan kuat tekannya > 17 Mpa.

Taufiq Lilo A.S. dan AG.Tamrin. ”Ma teria l Beton Struktur Da ri Beton

Ringan Styrofoa m”(2006), meneliti tentang penggunaan styrofoam untuk

menggantikan sebagian dari agregat kasar dalam campuran adukan beton ringan

struktural dan didapatkan hasil bahwa beton ringan struktur dengan berat jenis

paling kecil dan masih memenuhi syarat kuat tekan beton ringan struktur adalah

1887.24 kg/m³ dengan kuat tekan 18.59 MPa pada variasi 20% styrofoa m

pengganti agregat kasar untuk kuat tekan rencana 20 MPa.

Ernawati Sri S. dan Taufiq Lilo A.S. “Penga ruh Fa ktor Bentuk Styrofoa m

Terhadap Kuat Teka n da n Berat Jenis Beton Ringan Struktura l” (2007), meneliti

tentang pengaruh faktor bentuk styrofoa m terhadap kuat tekan dan berat jenis

beton ringan struktural. Dan diperoleh hasil bahwa faktor bentuk styrofoa m tidak

(6)

commit to user

11

segitiga, segiempat maupun tak beraturan akan memberikan kuat tekan dan berat

jenis yang tidak jauh berbeda.

f. Abu Terbang (F lyash)

Flya shmerupakan pozolan, yaitu bahan alam atau buatan yang sebagian

besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan aluminat yang reaktif (PUBI-1982).

Pozolan sendiri tidak memiliki sifat semen, tetapi dalam keadaan halus (lolos

ayakan 0,21 mm) bereaksi dengan air dan kapur padam pada suhu normal (24-27

ºC) menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air.

Dalam SK SNI S-15-1990-F, Spesifikasi Abu Terbang Sebagai Bahan

Tambahan untuk Campuran Beton disebutkan ada 3 jenis abu terbang, yaitu :

1) Abu terbang kelas F, ialah abu terbang yang dihasilkan dari pembakaran batubara

jenis a nthra cite pada suhu 1560 ºC, abu terbang ini mempunyai sifat-sifat semen

dengan kadar kapur dibawah 10%.

2) Abu terbang kelas N, ialah hasil kalsinasi dari pozolan alam, misalnya diatomic,

shole, tuft dan batu apung.

3) Abu terbang kelas C,ialah abu terbang yang dihasilkan dari pembakaran lignite

atau batubara dengan kadar karbon sekitar 60%, abu terbang ini mempunyai

sifat-sifat semen dengan kadar kapur diatas 10%.

Komposisi kimia masing-masing jenis abu terbang sedikit berbeda

dengan komposisi kimia semen. Tabel 2.4 berikut ini menjelaskan komposisi

kimia abu terbang dan semen menurut Ratmaya Urip (2003).

(7)

commit to user

12

g. Bahan Penyusun Beton

Gambar pembuat beton disajikan pada gambar 1 berikut:

Unsur terurai: Matriks komposit:

Semen

(Sumber: Nugraha dan Antoni, 2007: 2)

Gambar2.1. Pembuat Beton

Bahan yang digunakan dalam pembuatan campuran beton pada

umumnya adalah:

1) Portland Cement (PC)

Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara

menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat – silikat kalsium yang

bersifat hidrolis, dan gips sebagai bahan pembantu (Tjokrodimuljo,2004).

Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai

semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari

kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk

kalsium sulfat sebagai bahan tambah yang digiling bersama – sama dengan bahan

utamanya.

Roosseno (1954) menyatakan semen terbentuk oleh 1,7 ukuran – berat

calcium – oxyde (CaO) dan 1 ukuran – berat campuran Siliciumoxyde (SiO) +

tanah tawas (aluinaarde) AlDO + Ferrioxyde FeDO, perbandingan

�ir

r蒨�e r 蒨 r mempengaruhi kualitas semen.

Tjokrodimuljo (2004) menyatakan bahan dasar semen portland terdiri

(8)

commit to user

13

sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 2.3. Oksida – oksida tersebut berinteraksi

satu sama lain untuk membentuk serangkaian produk yang lebih komplek selama

proses peleburan.

Tabel 2 . 2 . Susunan unsur semen portland

Oksida Persen (Sumber: Tjokrodimuljo, 2004: II – 2)

Terdapat empat senyawa penting dalam semen. Menurut Tjokrodimuljo

(2004), keempat senyawa tersebut adalah :

· Trikalsium silikat (CS) atau 3CaO.SiOD

· Dikalsium silikat (CDS) atau 2CaO.SiOD

· Trikalsium Aluminat (CA) atau 2CaO.AlDO

· Tetrakalsium aluminoferit (CAF) atau 4CaO.AlDO.FeDO

Menurut Tjokrodimuljo (2004 : II.8), sesuai dengan tujuan pemakaiannya, Semen Portland di Indonesia (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, Bahan

Bangunan Bukan Logam, SK SNI – S – 04 – 1989 – F), dibagi 5 jenis, yaitu :

(1) Jenis I

Semen Portland untuk kontruksi umum, yang tidak memerlukan persyaratan – persyratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis – jenis lain.

(2) Jenis II

Semen Portland untuk konstruksi yang agak tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

(3)Jenis III

Semen Portland untuk kontruksi dengan syarat kekuatan awal tinggi. (4) Jenis IV

Semen Portland kontruksi dengan syarat panas hidrasi rendah. (5) Jenis V

(9)

commit to user

14

Tabel 2 . 3. Reaksi hidrasi senyawa semen

Senyawa yang bereaksi Komponen yang dihasilkan

Trikalsium silikat + air

Gel Tobermorit + Kalsium Hidroksida

Dikalsium silikat + air Gel Tobermorit + Kalsium Hidroksida

Tetrakalsium Aluminoferrit + Air + Kalsium Hiroksida

Kalsium Aluminoferrit Hidrat

Tetrakalsium Aluminat + Air + Kalsium Hiroksida

Tetrakalsium Aluminat Hidrat

Tetrakalsium Aluminat + Air + Gypsum

Kalsium Monosulfoaluminate

(Sumber: Nugraha dan Antoni, 2007: 34)

Waktu pencampuran semen dan air sampai saat kehilangan

sifat keplastisannya disebut waktu ikatan awal, sedangkan waktu

sampai mencapai pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu

ikatan akhir. Pada semen portland biasa, waktu ikatan awal tidak

boleh kurang dari 60 menit, dan waktu ikatan akhir tidak boleh kurang

dari 480 menit . Pengertian waktu ikatan awal merupakan hal penting

pada pekerjaan beton. Waktu ikatan awal yang cukup lama diperlukan

untuk memberi peluang pembuat beton mengerjakan proses

pembuatan beton, yaitu waktu untuk: pengadukan, transportasi,

penuangan, pemadatan, dan perataan permukaan. Proses ikatan ini

disertai perubahan temperatur. Temperatur naik dengan cepat dari

ikatan awal dan mencapai puncaknya pada waktu berakhirnya ikatan

akhir (Tjokrodimuljo, 2004).

2) Air

Murdock dan Brook (1986) berpendapat di dalam campuran

beton, air mempunyai dua buah fungsi, yang pertama untuk

memungkinkan reaksi kimia yang menyebakan pengikatan dan

berlangsungnya pengerasan, dan yang kedua, sebagai pelincir

(10)

commit to user

15

Untuk bereaksi dengan semen Portland, air yang diperlukan

hanya sekitar 25 – 30 persen saja dari berat semen, namun dalam

kenyataannya jika nilai faktor air semen (berat air dibagi berat semen)

kurang dari 0,35 adukan beton sulit dikerjakan, sehingga umumnya

nilai faktor air semen lebih dari 0,40 (berarti terdapat kelebihan air

yang tidak bereaksi dengan semen). Kelebihan air ini digunakan untuk

pelumas maka adukan beton makin mudah dikerjakan. Akan tetapi

perlu dicatat bahwa jumlah air untuk pelumas ini tidak boleh terlalu

banyak karena dapat mengakibatkan keropos sehingga kekuatannya

akan rendah (Tjokrodimuljo, 2004).

Air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi syarat

sebagai berikut (Standar SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan

Bangunan Bagian A):

(a) air harus bersih.

(b) tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang lainnya, yang dapat dilihat secara visual. Benda – benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2 gram perliter. (c) tidak mengandung garam – garam yang dapat larut dan

dapat merusak beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram / liter.

(d) tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram / liter. Khusus untuk beton prategang kandungan klorida tidak boleh lebih dari 15 gram / liter.

(e) tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO) lebih

dari 1 gram / liter.

3) Agregat

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan

pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira – kira

menempati sebanyak 70 % volume mortar atau beton. Walaupun

namanya hanya sebagai bahan pengisi, tetapi agregat sangat

berpengaruh terhadap sifat mortar/betonnya, sehingga pemilihan

agregat adalah suatu bagian penting dalam pembuatan

(11)

commit to user

16

Mengingat bahwa agregat menempati 70 – 75 % dari total

volume beton maka kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap

kualitas beton. Dengan agregat yang baik, beton dapat dikerjakan

(worka ble), kuat, tahan lama (dura ble) dan ekonomis (Nugraha dan

Antoni, 2007).

Tabel 2 . 4. Pengaruh sifat agregat pada sifat beton

Sifat Agregat Pengaruh

pada

Sifat Beton

Bentuk, Tekstur, gradasi Beton cair Kelecakan,pengikatan dan pengerasan Sifat fisik,sifat kimia, mineral Beton keras Kekuatan, kekerasan,

ketahanan (Sumber: Nugraha dan Antoni, 2007: 44)

Sifat yang paling penting dari agregat ialah kekuatan hancur

dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi

ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik

penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses

pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan

terhadap penyusutan (Murdock dan Brook, 1986:27).

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya

berukuran lebih kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih

besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya

(Mulyono, 2003).

Berdasarkan ukuran butirannya, agregat dibagi menjadi dua,

yaitu agregat halus dan agregat kasar.

(a) Agregat kasar

Agregat kasar yaitu batuan yang ukuran butirannya

lebih besar dari 4,8 mm (4,75 mm). Agregat yang ukuran butirannya

lebih besar dari 4,8 mm, dibagi lagi menjadi dua: yang berdiameter

di antara 4,8 – 40 mm disebut kerikil beton, dan yang lebih dari 40

(12)

commit to user

17

Menurut SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan

Bangunan Bagian A), agregat kasar untuk bahan bangunan

sebaiknya dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(1) Butir – butirnya keras dan tidak berpori. Indeks kekerasan

㑸 5 persen (diuji dengan goresan batang tembaga). Bila diuji dengan bejana Rudeloff atau Los Angeles seperti 2. 2. (2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik

matahari dan hujan). Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 20 persen, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 persen. (3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat

ayakan 0,06 mm) lebih dari 1 persen.

(4) Tidak boleh mengandung zat – zat yang reaktif terhadap alkali.

(5) Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20 persen.

(6) Modulus halus butir antara 6 – 7, 10 dan dengan variasi butir sesuai dengan standar gradasi.

(7) Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari: 1/5 jarak terkecil antara bidang – bidang samping cetakan, 1/3 tebal plat beton, ¾ jarak bersih antar tulangan atau berkas tulangan.

Tabel 2 . 5. Persyaratan kekerasan / kekuatan agregat kasar untuk beton normal

Kelas dan mutu beton

Bejana Rudeloff Maksimum bagian yang hancur, menembus ayakan 2

mm (persen)

(13)

commit to user

18

(b) Agregat halus

Menurut Mulyono (2003: 82), “Agregat halus ialah

agregat yang semua butirnya menembus ayakan berlubang 4,8

mm (SII.0052, 1980) atau 4,75 mm (ASTM C33, 1982) atau

5mm (BS.812, 1976)”.

Pasir alam terbentuk dari pecahan batu karena beberapa

sebab. Pasir dapat diperoleh dari dalam tanah, pada dasar sungai

atau tepi laut. Oleh karena itu pasir digolongkan menjadi 3

macam yaitu:

(1) Pasir galian

Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan

tanah atau dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini

biasanya tajam bersudut, berpori dan bebas dari

kandungan garam.

(2) Pasir sungai

Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai yang pada

umumnya berbutir halus dan bulat – bulat akibat proses

gesekan.

(3) Pasir pantai

Pasir pantai adalah pasir yang diambil dari pintai,

butirannya halus dan bulat karena gesekan. Pasir ini

merupakan jenis pasir yang paling jelek dibandingkan

pasir galian dan pasir sungai. Apabila dibuat beton maka

harus dicuci terlebih dahulu dengan air tawar karena pasir

ini banyak mengandung garam – garaman. Garam –

garaman dalam pasir ini akan menyerap banyak

kandungan air di udara dan pasir ini selalu agak basah,

juga menyebabkan pengembangan volume pasir bila sudah

(14)

commit to user

19

h. Kuat Tekan Beton

Kekuatan beton adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan

persatuan luas. Dalam beton terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan

bahwa semua tegangan tekan didukung oleh beton tersebut. Penentuan

kekuatan tekan dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan dan

benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM C-39 atau kubus

dengan prosedur BS-1881 Part 115;116 pada umur 28 hari (Mulyono,2003).

Menurut Tjokrodimuljo (2004: VIII-6), sifat utama dari beton adalah

sangat kuat jika menerima beban tekan, maka mutu beton pada umumnya

hanya ditinjau terhadap kuat tekan beton tersebut.

Berdasarkan kuat tekannya beton dapat dibagi menjadi beberapa

jenis:

Tabel 2 .6 . Beberapa jenis beton menurut kuat tekannya

Jenis beton Kuat Tekan (Mpa)

Beton sederhana (plain concrete) Sampai 10 MPa

Beton normal (beton biasa) 15 – 30 MPa

Beton pra tegang 30 – 40 MPa

Beton kuat tekan tinggi 40 – 80 MPa

Beton kuat tekan sangat tinggi >80 MPa

(Sumber: Tjokrodimuljo, 2004: VIII – 1)

Benda uji silinder ditekan dengan mesin uji tekan sampai pecah.

Beban tekan maksimum yang memecahkan itu dibagi dengan luas

penampang kubus atau luas penampang silinder diperoleh nilai kuat tekan

beton. Nilai kuat tekan dinyatakan dalam MPa. Dari hasil – hasil percobaan

diperoleh bahwa karena pengaruh bentuknya maka kuat tekan beton dengan

uji silinder menghasilkan kuat tekan sekitar 83% daripada dengan benda uji

kubus. Umumnya hasil uji contoh beton dengan bentuk silinder

mendapatkan hasil yang lebih seragam (perbedaan antar benda uji kecil)

(15)

commit to user

20

berada dengan standar tersebut, maka hasil uji kuat tekannya berbeda,

sehingga harus dikalikan dengan faktor pengali.

Pencatatan yang dilakukan saat pengujian kuat tekan adalah

besarnya beban P pada saat silinder beton hancur. Besarnya tegangan hancur

pada benda uji silinder digunakan rumus:

dimana: fc’ = kuat tekan beton benda uji silinder (MPa)

P = beban tekan max (N)

A = luas permukaan benda uji silinder (mm2)

Faktor – faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah :

1) Umur beton

Kuat tekan beton bertambah tinggi dengan bertambahnya

umur. Yang dimaksudkan umur disini dihitung sejak beton dicetak.

Laju kenaikan kuat tekan beton mula – mula cepat, lama – lama laju

kenaikan itu semakin lambat dan laju kenaikan tersebut menjadi relatif

sangat kecil setelah berumur 28 hari, sehingga secara umum dianggap

tidak naik lagi setelah berumur 28 hari.

Tabel 2.7. Rasio beton pada berbagai umur (PBI 1971,NI2)

Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365

Semen Portland Biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35

Semen Portland dengan kekuatan awal yang tinggi

0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20

(Sumber: Tjokrodimuljo, 2004: VIII-3)

Tabel 2.8. Rasio kuat tekan beton pada berbagai umur

Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 90

Kuat tekan beton (suhu sekitar 28°C)

0,49 0,68 0,84 0,93 1,00 1,27

(Sumber: Tjokrodimuljo, 2004: VIII-3) fc’=

튐 ...(N / mm

2

(16)

commit to user

21

2) Faktor air – semen

Faktor air – semen (f. a. s) ialah perbandingan berat antara air dan semen

portland didalam campuran adukan beton. Dalam praktek, nilai faktor air – semen

berkisar antara 0,40 dan 0,60. Hubungan antara faktor air – semen dan kuat tekan

beton secara umum dapat ditulis menurut Duff Abrams (1991, dalam shetty,

1997) sebagai berikut

Dengan : fc = kuat tekan beton

X = perbandingan volume antara air dan semen A,B = konstanta

Gambar 2.2. Pengaruh faktor air semen terhadap kuat tekan beton (Shetty, 1997)

(Sumber: Tjokrodimuljo, 2004: VIII-4)

3) Kepadatan beton

Kekuatan beton berkurang jika kepadatan beton berkurang. Beton yang

kurang padat berarti berisi rongga sehingga kuat tekannya berkurang

(Tjokrodimuljo, 2004).

4) Jumlah pasta semen

Pasta semen dalam beton berfungsi untuk merekatkan butir – butir agregat.

Pasta semen akan berfungsi secara maksimal jika seluruh pori antar butir – butir

agregat terisi penuh dengan pasta semen, seluruh permukaan butir agregat

terselimuti pasta semen. Jika pasta semen sedikit maka tidak cukup untuk mengisi

pori – pori antar butir agregat dan tidak seluruh permukaan butir agregat

Fc=

Beton tidak padat

Beton padat

(17)

commit to user

22

terselimuti oleh pasta semen, sehingga rekatan antar butir kurang kuat, dan

berakibat kuat tekan beton lebih didominasi oleh pasta semen, bukan agregat.

Karena umumnya kuat tekan pasta semen lebih rendah daripada agregat, maka

jika terlalu banyak pasta semen kuat tekan beton menjadi lebih rendah.

Kuat tekan beton (Mpa)

.

Jumlah semen permeter kubik beton, kg

Gambar 2.3. Pengaruh jumlah semen terhadap kuat tekan beton

padafaktor air – semen sama (Tjokrodimuljo, 1993)

Sumber : (Tjokrodimuljo, 2004: VIII-5)

5) Jenis semen

Semen portland untuk pembuatan beton terdiri dari beberapa jenis,

sebagaimana dapat dilihat pada Bab II. Masing – masing jenis semen Portland

(termasuk Semen Portland Pozolan) mempunyai sifat tertentu. Misalnya cepat

mengeras, dan sebagainya, sehingga mempengaruhi pula terhadap kuat tekan

betonnya.

6) Sifat agregat

Beberapa sifat agregat yang mempengaruhi kekuatan beton, yaitu:

(a) Kekasaran permukaan, karena permukaan agregat yang kasar dan

tidak licin membuat rekatan antara permukaan agregat dan pasta semen lebih kuat

daripada permukaan agregat yang halus dan licin

250 35

30 20

300 350 400

(18)

commit to user

23

(b) Bentuk agregat, karaena bentuk agregat yang bersudut misalnya

pada batu pecah, membuat butir – butir agregat itu sendiri saling mengunci dan

sulit digeserkan, berbeda dengan batu kerikil yang bulat. Oleh karena itu maka

beton yang dibuat dari batu pecah lebih kuat daripada beton yang dibuat dari

kerikil.

Kuat tekan agregat, Karena sekitar 70 persen volume beton terisi oleh

agregat, sehingga kuat tekan beton didominasi oleh kuat tekan agregat. Jika

agregat yang dipakai mempunyai kuat tekan rendah akan diperoleh beton yang

kuat tekannya rendah pula.

i. Berat jenis beton

Berat jenis (dalil Archimides) ialah suatu ukuran untuk menentukan apakah

suatu benda tenggelam, melayang, ataukah mengapung bila dimasukkan ke dalam

air.

Bila berat jenis benda lebih besar dari berat jenis air, maka benda itu akan

tenggelam. Bila berat jenis benda lebih kecil dari berat jenis air, maka benda itu

akan terapung. Dan bila berat jenis benda sama dengan berat jenis air, maka benda

itu akan melayang.

Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan

massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000 kg/m³. Berat

jenis tidak mempunyai satuan atau dimensi.(http://id.wikipedia.org/wiki/Berat_jenis).

Dalam hal struktural ada beberapa istilah mengenai berat jenis yang dipakai pada

agregat :

1) Berat Jenis Absolut, yaitu perbandingan antara berat suatu massa

yangmasif terhadap berat air murni pada volume yang sama.

2) Berat Jenis nyata, yaitu berat yang dibandingkan adalah

beratkeseluruhan agregat (termasuk volume pori yang tidak tembus

air).

3) Berat jenis pada kondisi kering permukaan (Saturated Surfa ce

(19)

commit to user

24

keringpermukaan (volume benda termasuk volume pori-pori yang

tidak tembus air).

4) Berat Jenis pada kondisi kering, yaitu berat yang dibandingkan

dalamkondisi kering (termasuk volume pori yang tembus ataupun

tidak tembus air)

b. Hasil Penelitian yang relevan

Suharwanto, Pengguna an Abu Terba ng (Flya sh) da la m Beton, Prosiding

Ma ga ng Intensif Beton,(2000). Menyatakan bahwa dalam proses hidrasi, air

dalam campuran beton segar akan mengikat Dikalsium Silikat (C2S) dan

Trikalsium Silikat (C3S) yang kemudian menjadi Kalsium Silikat hidrat gel

(3CaO.2SiO2.3H2O atau CSH) dan membebaskan Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2).

Tambahan abu terbang yang mengandung silica (SiO2) akan bereaksi dengan

Ca(OH)2 yang dibebaskan dari proses hidrasi dan akan membentuk CSH kembali,

sehingga beton yang dibentuknya akan lebih padat dan kuat atau mutunya

bertambah. Reaksi ini sering disebut reaksi sekunder dan reaksi ini berjalan lebih

lambat dan berlaku lebih lama, sehingga mutu beton diatas umur 28 hari masih

dapat meningkat.

Ernawati S. Dan Anis R.Tinjauan Pena mba han Aditif Minera l Abu

Terba ng Terha da p Keta ha na n Beton Pa da Lingkungan Agresi Sulfa, (2009).

Menyatakan bahwa penambahan abu terbang kedalam adukan beton akan

meningkatkan kuat tekan beton. Pada penambahan abu terbang 20% dari berat

semen kuat tekan beton naik sebesar 23,39%. Untuk penambahan abu terbang

30% dan 40%, peningkatan kuat tekan beton masing-masing adalah 21,54 % dan

0,31%. Sedangkan persentase penambahan abu terbang yang optimum yaitu

sebesar 23,46%. Setelah tercapai nilai optimum, penambahan abu terbang ke

dalam adukan beton mengakibatkan nilai kuat tekannya menurun, akan tetapi

(20)

commit to user

25

B. Kerangka berpikir.

Beton merupakan bahan bangunan yang sering digunakan oleh masyarakat

sebagai pilihan utama satu konstruksi. Kuat tekan yang besar, menjadi satu alasan

masyarakat untuk memilih bahan ini. Namun, beton juga mengalami kekurangan

yaitu berat jenis yang relatif besar (2400 kg/m3). Hal ini menjadi salah satu

penghambat dalam sebuah konstruksi dan juga kurang bagus jika dipakai di

daerah dengan intensitas gempa yang cukup tinggi seperti Indonesia.

Styrofoa m atau Foa med Polysterene (FPS) yang ringan dan praktis ini

masuk dalam kategori jenis plastik. Styrofoa m dibuat dari monoer stirena melalui

polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan

pemanasan untuk pelunakkan resin dan menguapkan sisa bowling agen. Bahan

dasar yang digunakan adalah 90-95% polysterene dan 5-10% gas seperti n-butana

dan n-pentana. Jika bisa diasumsikan sebagai bahan substitusi pengganti agregat

kasar (split). Sehingga volume penggunaan agregat kasar rendah maka kuat tekan

beton menjadi rendah pula.

Kelemahan beton agregat styrofoa m ini, bisa dengan penambahan flya sh.

Fly-a sh adalah limbah pembakaran batu bara yang mempunyai sifat pozzola nic.

Dengan menambahkan flya sh pada campuran adukan beton dengan persentase

tertentu akan meningkatkan kuat tekan beton dan beton lebih kedap air. Selain itu

pemakaian flya sh juga mengurangi penggunaan jumlah semen dalam campuran

beton, yang pada akhirnya akan mengurangi biaya pembuatan beton. Fly-a sh

dapat mengisi rongga-rongga yang terbentuk dari hasil ikatan antara semen dan

air. Kondisi ini nantinya akan mampu memperbaiki kelemahan dari beton agregat

styrofoa m yang memiliki kuat tekan yang berkurang, sehingga kelemahan tersebut

dapat teratasi. Pada akhirnya akan diperoleh beton dengan berat jenis yang ringan

namun memiliki kuat tekan yang tinggi. Secara garis besar, kerangka berfikir

(21)

commit to user

26

Gambar 2.4. Paradigma ganda dengan dua variable

(Sumber : http://diditnote.blogspot.com/2013/05/pa ra digma -penelitia n.html) Keterangan :

X1 ; X2 = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

Gambar berikut adalah paradigma ganda dengan 2 variabel independen

yaitu X1 dan X2. Untuk mencari besarnya hubungan antara X1 dengan Y; X2

dengan Ydapat menggunakan korelasi sederhana. Untuk mencari besarnya

hubungan antar X1 secara bersama sama dengan X2 dengan Y digunakan korelasi

ganda. Regresi sederhana dan ganda serta korelasi parsial dapat diterapkan dalam

paradigma ini.

(22)

commit to user

27 C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dari kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruhpenambahan styrofoa m dan flya sh terhadap berat jenis beton

ringan struktural.

2. Terdapat pengaruh penambahan styrofoa m dan flya sh terhadap kuat tekan beton

Gambar

Gambar pembuat beton disajikan pada gambar 1 berikut:
Tabel 2 . 2 . Susunan unsur semen portland Oksida Persen
Tabel 2 . 3. Reaksi hidrasi senyawa semen
Tabel 2 . 4. Pengaruh sifat agregat pada sifat beton Sifat Agregat Pengaruh Sifat Beton
+6

Referensi

Dokumen terkait

ATI NARMIYATI. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhamamdiyah Surakarta. Secara langsung pendidikan etis dicapai dengan pelajaran yang membentuk tanggapan dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X AP 1 pada mata pelajaran melakukan prosedur administrasi di SMK

At two months after observation, the blood glucose level decreased from 315.38 to 185.38 mg/dl (P = 0.04) in group consuming milk containing soy germed protein plus Zn, but

Alat pemijat pada infra bag ini membutuhkan daya yang diperoleh dari baterai dimana baterai memerlukan pengisian daya yang diperoleh dari listrik PLN atau energi

Hitung massa (dalam gram) natrium etanoat yang harus ditambahkan ke dalam 1 L larutan asam etanoat 0,10 M (dengan nilai Ka yang diperoleh dari jawaban soal (d). Jika tidak

Berdasarkan evaluasi sel kosong masih terdapat nilai indeks perbaikan yang lebih kecil dari nol atau bernilai negatif (-), maka pedistribusian Raskin oleh perusahaan belum

Panti asuhan yatim mardhatillah Kartasura merupakan tempat untuk mengatasi berbagai kendala sosial, salah satu diantaranya adalah masalah pendidikan bagi anak

Dinas Bina Marga Sumber Daya Air Energi dan Sumber Daya