• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Gambaran Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Gambaran Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Citra tubuh

2.1.1 Pengertian

Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu (Hidayat, 2007).

Menurut Honigman dan Castle, body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Dewi, 2009). Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter, 2005).

(2)

Sejak lahir individu mengeksplorasikan bagian tubuhnya, menerima reaksi tubuhnya dan menerima stimulus orang lain. Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain dilingkungan pasien terhadap tubuh pasien turut mempengaruhi penerimaan pasien pada dirinya (Keliat, 1998). Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya.

Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain fokus individu terhadap bentuk fisiknya, cara individu memandang dirinya yang berdampak penting terhadap aspek psikologis individu tersebut, citra tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap dirinya, dan eksplorasi individu terhadap dirinya, gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri, individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, 2008).

2.1.2 Gangguan Citra Tubuh

(3)

berhubungan dengan orang lain, yang tiba-tiba mengalami perubahan dalam satu penampilan fisik yang dapat hadir signifikan dan kompleks sebagai tantangan psikologis (Wald & Alvaro, 2004).

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.

Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan bagian tubuh yang berubah dan mengabaikan kebutuhan perawatan diri. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses perawatan dan penyembuhan serta rehabilitasi dan berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).

Individu yang mempunyai gangguan bentuk tubuh bisa tersembunyi atau tidak kelihatan atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang berubah secara signifikan dalam bentuk struktur yang disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit. Beberapa individu boleh juga menyatakan perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, dan kelemahan, dan boleh juga menunjukkan perilaku yang bersifat merusak terhadap dirinya sendiri, seperti penurunan pola makan atau usaha bunuh diri. (Kozier, 2004).

(4)

pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).

Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan meliputi perubahan dalam kebebasan. Pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi. Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa respon penyesuaian yang menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan) dan respon mal-adaptip yang merupakan lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan keluarga dan respon maladaptif: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak bantuan.

(5)

kedangkalankepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa ;menjadi diri sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan (Carol, 1997).

2.1.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan

fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter, 2005).

2.1.4 Citra Tubuh Terganggu dan Tidak Terganggu

(6)

Citra Tubuh yang tidak terganggu merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan hal yang lain. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009).

2.1.5 Tanda dan gejala gangguan citra tubuh :

Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan (Harnawatiaj, 2008).

2.1.6 Pengkajian

Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan pengkajian lain. Setelah diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera tampak respon pasien terhadap perubahan-perubahan. Tetapi perawat perlu mengkaji kemampuan pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh secara efektif (Keliat, 1998).

(7)

gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang timbul. Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri pasien dengan memperhatikan tingkat persepsi pasien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri pasien dengan meninjau persepsi pasien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh pasien sendiri, pandangan pasien terhadap rendah dalam antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.

2.1.7 Diagnosa Keperawatan

Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa aktual.

Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998).

Adapun Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya: 1. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh

2. Isolasi social : menarik diri 3. Deficit perawatan diri

2.1.8 Rencana Tindakan Keperawatan

(8)

mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998). Setelah seluruh tujuan diatas tercapai maka pasien dapat mengintegrasikan pada konsep dirinya perubahan citra tubuh yang terjadi.

SP Pasien Gangguan Citra Tubuh

Tujuan Umum :

o Kepercayaan diri klien kembali normal Tujuan khusus :

o Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .

o Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).

o Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh. o Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi

o Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.

o Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.

o Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu. o Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.

o Gunakan protese, wig, kosmetik atau yg lainnya sesegera mungkin, gunakan pakaian yang baru.

o Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap. o Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.

(9)

o Lakukan interaksi secara bertahap o Susun jadual kegiatan sehari-hari.

o Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga dan sosial.keluarga dan sosial.

o Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran pentingbaginya.

o Beri pujian thd keberhasilan pasienmelakukan interaksi.

SP Keluarga Pasien Gangguan Citra Tubuh

Tujuan umum :

o Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien Tujuan khusus :

o Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.

o Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh. o Keluarga mengetahui cara mengatasi.

o Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra tubuhmasalah gangguan citra tubu.

o Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh. o Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan

o Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas pasien dan memberikan pujian atas keberhasilannya.

Intervensi

o Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien.

(10)

o Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.

o Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah. o Memfasilitasi interaksi dirumah.

o Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial. o Memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

2.1.9 Evaluasi

Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan sebelumnya termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian, mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping, kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang berubah, kemampuan mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi, mampu mendiskusikan perubahan (Keliat, 1998).

Penyesuaian terhadap perubahan citra tubuh melalui proses seperti berikut: a. Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan

dapat terjadi pada saat pertama terjadinya fraktur maupun setelah post operasi fraktur. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadapa ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat pasien menggunakan mekanisme pertahanan seperti mengingkari, menolak, projeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.

(11)

Pasien menjadi positif, tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.

c. Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan/ berduka muncul. Setelah fase ini pasien mulai melakukan reintegrasi dengan citra tubuh yang baru.

d. Integrasi merupakan proses yang panjang dapat mencapai beberapa bulan, oleh karena itu perencanaan pulang dan perawatan dirumah perlu dilaksanakan. Pasien tidak sesegera mungkin dilatih (Keliat, 1998).

2.2 Konsep Fraktur

2.2.1 Pengertian

Menurut Admin (2005), fraktur adalah keadaan dimana hubungan kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur, terjadinya fraktur disebabkan karena trauma, stress kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal. Menurut Apley (1995), fraktur adalah suatu patahan kontinuitas struktur tulang, patahan mungkin lebih dari satu retakan.

(12)

2.2.2. Klasifikasi Fraktur

Beberapa jenis fraktur yang sering terjadi akibat trauma, cedera maupun disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, antara lain :

1. Fraktur komplet/tidak komplet

Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). Fraktur tidak komplet, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

2. Fraktur tertutup

Fraktur tertutup merupakan fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit. 3. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks)

Merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai ke bagian yang fraktur. Fraktur terbuka digradasi menjadi; Gradasi I dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya, kerusakan jaringan lunak sedikit; Grada si II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif; Gradasi yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan kondisi yang paling berat.

2.2.3. Jenis-jenisFraktur Ekstremitas Bawah

Menurut Lewis et al (2000) jenis-jenis fraktur pada bagian ekstremitas bawah, antara lain :

1. Fraktur collum femur (fraktur hip)

(13)

exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen didalam acetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur didaerah collum femur. fraktur leher femur kebanyakan terjadi pada wanita tua (60 tahun keatas) dimana tulang sudah mengalami osteoporosis.

2. Fraktur subtrochanter femur

Fraktur subtrochanter femur ialah dimana garis patah berada 5 cm distal dari trochanter minor. Mekanisme fraktur biasanya trauma langsung dapat terjadi pada orang tua biasanya disebabkan oleh trauma yang ringan seperti jatuh dan terpeleset dan pada orang muda biasanya karena trauma dengan kecepatan tinnggi. 3. Fraktur batang femur

Mekanisme trauma biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas dikota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak sehingga menimbulkan shock pada penderita. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena nyeri tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi keluar, terlihat lebih pendek dan bengkak pada bagian proximal akibat perdarahan kedalam jaringan lunak.

4. Fraktur patella

(14)

mempertahankankestabilan lutut. Fraktur langsung dapat disebabkan penderita jatuh dalam posisi lutut fleksi, dimana patella terbentur dengan lantai.

5. Fraktur proximal tibia

Mekanisme trauma biasanya terjadi trauma langsung dari arah samping lutut, dimana kakinya masih terfiksir ditanah. Gaya dari samping ini menyebabkan permukaan sendi bagian lateral tibia akan menerima beban yang sangat besar yang akhirnya akan menyebabkan fraktur intraartikuler atau terjadi patahnya permukaan sendi bagian lateral tibia, dan kemungkinan yang lain penderita jatuh dari ketinggian yang akan menyebabkan penekanan vertikal pada permukaan sendi. Hal ini akan menyebabkan patah intra artikular berbentuk T atau Y.

6. Fraktur tulang tibia dan fibula

(15)

2.2.4 Proses Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan fraktur bervariasi sesuai dengan ukuran tulang dan umur pasien. Faktor lainnya adalah tingkat kesehatan pasien secara keseluruhan, atau kebutuhan nutrisi yang cukup. Berdasarkan proses penyembuhan fraktur, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Proses hematom

Merupakan proses terjadinya pengeluaran darah hingga terbentuk hematom (bekuan darah) pada daerah terjadinya fraktur tersebut, dan yang mengelilingi bagian dasar fragmen. Hematom merupakan bekuan darah kemudian berubah menjadi bekuan cairan semi padat (Dicson & Wright, 1992).

2. Proses proliferasi

Pada proses ini, terjadi perubahan pertumbuhan pembuluh darah menjadi memadat, dan terjadi perbaikan aliran pembuluh darah (Pakpahan, 1996).

3. Proses pembentukan callus

Pada orang dewasa antara 6-8 minggu, sedangkan pada anak-anak 2 minggu. Callus merupakan proses pembentukan tulang baru, dimana callus dapat terbentuk diluar tulang (subperiosteal callus) dan didalam tulang (endosteal callus). Proses perbaikan tulang terjadi sedemikian rupa, sehingga trabekula yang dibentuk dengan tidak teratur oleh tulang imatur untuk sementara bersatu dengan ujung-ujung tulang yang patah sehingga membentuk suatu callus tulang (Pakpahan, 1996).

4. Proses konsolidasi (penggabungan)

(16)

seperti sebelum terjadi fraktur, konsolidasi terbentuk antara 6-12 minggu (ossificasi) dan antara 12-26 minggu (matur). Tahap ini disebut dengan penggabungan atau penggabungan secara terus-menerus (Pakpahan, 1996).

5. Proses remodeling

Proses remodeling merupakan tahapan terakhir dalam penyembuhan tulang, dan proses pengembalian bentuk seperti semula. Proses terjadinya remodeling antara 1-2 tahun setelah terjadinya callus dan konsolidasi (Smeltzer & Bare, 2002).

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Fraktur.

Fraktur atau patah tulang merupakan keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang putus. Dalam proses penyembuhan fraktur ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan pada fraktur, antara lain :

1. Usia

Lamanya proses penyembuhan fraktur sehubungan dengan umur lebih bervariasi pada tulang dibandingkan dengan jaringan jaringan lain pada tubuh. Cepatnya proses penyembuhan ini sangat berhubungan erat dengan aktifitas osteogenesis dari periosteum dan endosteum. Sebagai contoh adalah fraktur diafisis femur yang akan bersatu (konsolidasi sempurna) sesudah 12 (dua belas) minggu pada usia 12 tahun, 20 (dua puluh) minggu pada usia 20 tahun sampai dengan usia lansia

2. Tempat (lokasi) fraktur

(17)

kompakta.Fraktur dengan garis fraktur yang oblik dan spiral sembuh lebih cepat dari pada garis fraktur yang transversal.

3. Dislokasi fraktur

Fraktur tanpa dislokasi, periosteumnya intake, maka lama penyembuhannya dua kali lebih cepat daripada yang mengalami dislokasi. Makin besar dislokasi maka semakin lama penyembuhannya.

4. Aliran darah ke fragmen tulang

Bila fragmen tulang mendapatkan aliran darah yang baik, maka penyembuhan lebih cepat dan tanpa komplikasi. Bila terjadi gangguan berkurangnya aliran darah atau kerusakan jaringan lunak yang berat, maka proses penyembuhan menjadi lama atau terhenti.

2.2.6 Penatalaksanaan Pasien yang Menjalani Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah

A. Jenis Pembedahan

Penanganan fraktur pada ekstremitas bawah dapat dilakukan secara konservatif dan operasi sesuai dengan tingkat keparahan fraktur dan sikap mental pasien (Smeltzer& Bare, 2001). Operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Menurut Smeltzer & Bare (2002) Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada pasien fraktur ekstremitas bawah meliputi :

1. Reduksi terbuka dengan fiksasi interna (open reduction and internal fixation/ORIF).

(18)

atau pin kedalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan. Sasaran pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan, stabilitas, mengurangi nyeri dan disabilitas.

3. Fiksasi eksterna,

Digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini dapat memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur comminuted(hancur & remuk) sementara jaringan lunak yang hancur dapat ditangani dengan aktif. Fraktur complicated pada femur dan tibia serta pelvis diatasi dengan fiksator eksterna, garis fraktur direduksi, disejajarkan dan diimmobilsasi dengan sejumlah pin yang dimasukkan kedalam fragmen tulang. Pin yang telah terpasang dijaga tetap dalam posisinya yang dikaitkan pada kerangkanya, Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien, mobilisasi dini dan latihan awal untuk sendi disekitarnya.

4. Graft Tulang

(19)

dari tibia, fibula atau iga. Graft tulang dengan allograft dilakukan ketika tulang dari pasien itu tidak tersedia karena kualitas tidak baik atau karena prosedur sekunder tidak diinginkan pada pasien (Meeker & Rothrock, 1999).

B. Anastesi bedah fraktur

(20)

C. Perawatan Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas bawah dengan ORIF

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga yang dikaji dalam penelitian ini adalah Tanda (gambar, rupa, bentuk, warna pada meme - meme Haji Lulung); Objek (makna dari tanda-tanda yang ada pada meme

Infark miokard adalah kematian jaringan otot jantung yang ditandai adanya sakit dada yang khas lama sakitnya lebih dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat atau pemberian

Karena obat ini mempunyai beberapa ke- lebihan dibanding anti epilepsi lain yaitu dapat digu­ nakan untuk semua tipe epilepsi kecuali petit mal dan kejang demam,

Fungsi utama hati dalam metabolisme lemak adalah untuk memecah asam lemak menjadi senyawa kecil yang dapat dipakai untuk energi, untuk mensintesis trigliserida,

subjek yang serius terhadap pembelajaran grammar selama games diterapkan, lebih. banyak peran games dalam memotivasi belajar subjek

Guru meminta setiap kelompok untuk membuat Mind Map tentang perkembangan teknologi komunikasi pada selembar kertas yang diberikan.. Guru mengamati dan membimbing siswa

Keterbukaan sistem politik, kebebasan pers, mekanisme check and balances yang semakin kuat, penghapusan korupsi, kolusi dan nepotisme, serta kepemimpinan politik yang

Bagi kalangan yang kontra dengan Perda ini, mereka mengargumenkan bahwa pembentukan Perda berbasis syari’ah dinilai berlebihan, bahkan ada yang menyatakannya secara terbuka