• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FREKUENSI PENYADAPAN SEMEN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA PADA AYAM SENTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH FREKUENSI PENYADAPAN SEMEN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA PADA AYAM SENTUL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

594

Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan

PENGARUH FREKUENSI PENYADAPAN SEMEN

TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA

PADA AYAM SENTUL*

Oleh

Dadang M Saleh, Sigit Mugiyono, dan Moch. Mufti

Fak. Peternakan Unsoed, Purwokerto

email : dadangmsdr@yahoo.com

ABSTRAK

Suatu penelitian telah dilakukan untuk mempelajari pengaru Frekuensi Panyadapan Semen terhadap Kualitas Spermatozoa pada Ayam Sentul. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL). Sebagai perlakuan adalah frekuensi penyadapan semen (F) yang terdiri atas : F1 = setiap tiga hari sekali, F2 = Setiap enam hari sekali, danF3 = Setiap

sembilan hari sekali. Setiap unit percobaan diisi 3 ekor ayam jantan umur 24 minggu dan diulang delapan kali sehingga melibatkan 72 ekor ayam yang dipelihara selama 6 minggu. Peubah yang diamati adalah kualitas spermatozoa meliputi volume semen, konsentrasi, motilitas, viabilitas, abnormalitas, dan gerak masa spermatozoa.Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dilanjutkan Uji Beda Nyata Jujur. Analisis statistik menunjukkan bahwa frekuensi penyadapan semen berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap seluruh peubah yang diamati kecuali terhadap konsentrasi dan viabilitas spermatozoa (P<0,05). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa frekuensi penyadapan semen setiap enam hari sekali menghasilkan kualitas spermatozoa yang terbaik.

Kata kunci : Ayam Sentul, frekuensi penyadapan, kualitas, spermatozoa

ABSTRACT

A study was conducted to study the spermatozoaquality of Sentul chicken. The research

method used was experiment with a completely randomized design (CRD), as a treatment was

a variety of Sentul chicken consisting of 5 treatments: Abu Sentul Chicken = S

1

; Batu Sentul

Chicken = S

2

; Debu Sentul Chicken= S

3

; Emas Sentul Chicken = S

4

; and Geni Sentul Chicken

= S

5.

Each experimental unit consisted of 3 rooster chickens with age 30 weeks, with 5

replication, thus involving 75rooster chickens reared untill 6 weeks. Variables measured were

spermatozoa quality included semen volume, concentration, motility, and abnormality of

spermatozoa. Data were analyzed with analysis of variance. Statistical analysis showed that

Sentul Chicken influenced unreal (P> 0,05) to all observed variables. The results of this study

can be concluded that quality of spermatozoa Sentul Chicken are relatively the same.

(2)

595

PENDAHULUAN

Keberadaan ayam di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagaian, yaitu ayam ras

import dan ayam ras lokal atau ayam lokal. Ayam lokal Indonesia memiliki kontribusi yang cukup

besar terhadap pemenuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Ayam lokal ini pada umumnya

dipelihara secara semi intensif atau ekstensif di pedesaan. Bagi golongan masyarakat tertentu, daging

ayam lokal tersebut memiliki cita rasa yang sangat spesifik dan tidak tergantikan oleh daging ayam ras

yang harganya lebih murah.

Nataamijaya (2000) menyatakan terdapat 31 rumpun ayam lokal Indonesia yang mempunyai

ciri khas diantaranya: ayam Pelung, ayam Sentul, ayam Nunukan, ayam Sedayu, ayam Sentul, ayam

Gaok dan lainnya. Salah satu jenis unggas lokal yang potensinya cukup besar adalah ayam Sentul.

Ayam Sentul adalah ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Ciamis, dan merupakan salah satu

sumber daya genetik asli serta telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan Jawa Barat. Keunggulan

Ayam Sentul diantaranya adalah pertumbuhan yang relatif cepat dan produksi telur yang tinggi

dibandingkan dengan ayam lokal yang lain. Dengan adanya keunggulan tersebut memungkinkan Ayam

Sentul dapat digunakan sebagai komoditas industri kerakyatan atau untuk dikembangkan lebih lanjut

menjadi ayam lokal unggul. Pengembangan Ayam Sentul sangat penting untuk menggali potensi,

mengingat populasinya yang semakin berkurang, dan merupakan plasma nutfah ayam lokal Indonesia.

Penampilan fisik Ayam Sentul mirip dengan ayam bangkok atau ayam aduan, bulu berwarna abu-abu

dengan sedikit warna merah keemasan, namun sekarang banyak dipeliharan sebagai penghasil telur dan

daging.

Berdasarkan warna bulunya, ayam Sentul dapat digolongkan menjadi 5 macam jenis ayam

Sentul di antaranya ayam Sentul Geni, Sentul Batu, Sentul Kelabu, Sentul Debu, dan Sentul Emas

(Purnama, 2005). Ayam Sentul mempunyai sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan Ayam

Kampung, karena pertumbuhan yang relatif cepat serta produksi telur yang tinggi (Kurnia, 2011).

Keunggulan Ayam Sentul diantaranya adalah pertumbuhan yang relatif cepat dan produksi telur yang

tinggi dibandingkan dengan ayam lokal yang lain (Mugiyono et al., 2013; 2014; 2015). Dengan

adanya keunggulan tersebut memungkinkan ayam Sentul dapat digunakan sebagai komoditas industri

kerakyatan atau untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi ayam lokal unggul. Pengembangan ayam

Sentul sangat penting untuk menggali potensi, mengingat populasinya dan kualitas genetik yang

semakin berkurang / menurun , dan merupakan plasma nutfah ayam lokal Indonesia.

Populasi dan kualitas genetik Ayam Sentul yang semakin berkurang dan hanya

dikembangkan di Kabupaten Ciamis. Hal tersebut disebabkan karena jumlah permintaan melebihi

(3)

596

diperkirakan populasinya hanya sekitar 2.800 sampai 3.000 ekor dan populasinya cenderung menurun

karena permintaan daging ayam yang sangat tinggi sehingga persediaan terbatas. Sebagian besar

permintaan Ayam Sentul untuk produksi daging adalah ayam muda (periode pertumbuhan) khususnya

ayam jantan. Kondisi tersebut berakibat pada ketersediaan ayam jantan untuk digunakan sebagai

pejantan. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dicari solusi bagaimana memanfaatkan ayam

jantan untuk perkembangbiakan dan sekaligus meningkatkan efisiensi pejantan dan juga diharapkan

dapat meningkatkan populasi dan mutu genetik ayam Sentul, salah satunya dengan inseminasi buatan

(IB).

Model pelaksanaan IB pada ayam Sentul belum banyak dilakukan. Sehubungan dengan hal

tersebut perlu dikaji bagaimana pelaksanaan IB yang sesuai pada ayam Sentul, yang meliputi model IB

dengan semen segar berdasarkan konsentrasi spermatozoa dan frekuensi pelaksanaan IB.

METODE PENELITIAN

Materi yang digunakan dalam penelitian adalah ayam sentul jantan umur 24 minggu

sebanyak 75 ekor. Pakan yang digunakan dalam penelitian yaitu pakan campuran ayam petelur periode

produksi terdiri atas, dedak, jagung, konsentrat dengan perbandingan 3 : 4 : 3 dan memiliki kandungan

protein 17,2%, kandungan energi 2.750 kkal/kg. Bahan yang digunakan yaitu kapur, sekam padi, bahan

fumigasi kandang, kapas, alkohol, larutan Eosin dan larutan Natrium Klorida. Alat yang digunakan

adalah kandang batere dengan ukuran panjang 46 cm, lebar 45,5 cm, dan tinggi 46 cm, timbangan

digital, peralatan kandang, termos, penampung sperma, pipet tetes, tissue, counter check, becker glass,

mikroskop elektrik, object glass dan cover glass.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode experimen. Penelitian dilaksanakan

di Kelompok Ternak Ayam Sentul (KTAS) Gemah Ripah Desa Sukajadi Kecamatan Sadananya

Kabupaten Ciamis, Laboratorium Fisiologi TerapanFakultas Peternakan,dan Laboratorium Riset,

Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Peubah yang diukur adalah kualitas spermatozoa yang

meliputi volume semen, konsentrasi, motilitas, viabilitas, abnormalitas, dan gerak masa spermatozoa.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebagai perlakuan

adalah frekuensi penyadapan semen (F) yang terdiri atas : F1 = setiap tiga hari sekali, F2 = Setiap enam

hari sekali, dan F3 = Setiap sembilan hari sekali. Setiap unit percobaan diisi 3 ekor ayam jantan umur

24 minggu dan diulang delapan kali sehingga melibatkan 72 ekor ayam yang dipelihara selama 6

minggu. Satu ekor ayam dilakukan pengambilan semen sebanyak 3 kali, dengan frekuensi pengambilan

(4)

597

variansi dilanjutkan Uji Beda Nyata Jujur dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan

terhadap peubah yang diamati (Steel dan Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah kualitas spermatozoa yang meliputi volume

semen (ml), konsentrasi (109 ekor/ml), motilitas (%), viabilitas (%), abnormalitas (%), dan gerak

sembilan sembilan hari hampir sama berkisar 0,30 - 0,90 ml. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

frekuensi penyadapan semen berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap volume semen.. Walaupun

demikian pada interval penampungan yang semakin lama menunjukkan peningkatan jumlah volume

semen. Hasil yang hampir serupa diperoleh pada ayam leghorn yang telah dilakukan oleh McDaniel

dan Sexton (1977), frekuensi koleksi satu kali dalam sehari dan enam hari sekali, volume semen yang

dihasilkan hampir sama. Hasil penelitian ini juga hampir sama/ mendukung hasil penelitian yang

dilakukan Parker (2006) yang menunjukkan bahwa peningkatan frekuensi (memperpendek masa

waktu/interval) penampungan semen mengurangi volume ejakulasi. Penjelasan mengenai tidak

berbedanya volume semen yang dihasilkan dari frekuensi penyadapan 3, enam dan sembilan sangat

dimungkinkan waktu istirahat tiga hari ayam jantan sudah cukup untuk memproduksi semen kembali

secara normal.

2. Konsentrasi.

Data konsentrasi spermatozoa pada ayam sentul yang ditampung (disadap) setiap tiga, enam

dan sembilan sembilan hari hampir sama berkisar 1,65 - 4,30 milyar ekor per ml (lampiran 3). Hasil

analisis ragam menunjukkan bahwa frekuensi penyadapan semen berpengaruh nyata (P<,0,05)

(5)

598

spermatozoa yang ditampung setiap tiga hari menghasilkan angka yang paling rendah bila

dibandingkan dengan konsentrasi yang ditampung setiap enam hari (2,66 milyar vs 3,09 milyar,

P>0,05), dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan konsentrasi ayam yang ditampung setiap

sembilan hari (2,66 milyar vs 4,28 milyar, P<0,05), sedangkan koleksi setiap enam hari tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata dengan koleksi setiap sembilan hari (3,09 dan 4,28 milyar,

P>0,05),

Konsentrasi spermatozoa semakin tinggi sesuai dengan bertambahnya interval waktu

pengoleksian, bubungan antara interval penyadapan dengan konsentrasi spermatozoa Y = 0,270x +

1,723 dengan R2 = 0,9317. Hubungan antara interval penyadapan dengan konsentrasi spermatozoa

tersaji pada gambar 1.

Hasil ini hampir sama dengan data konsentrasi spermatozoa pada ayam broiler hasil

penelitian Riaz et al (2004) yang menunjukkan semakin lama interval pengoleksian semen maka

semakin tinggi tingkat konsentrasinya. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Parker

(2006) yang menyatakan semakin sering ayam jantan dikoleksi semakin berkurang konsentrasinya,

semakin lama periode waktu koleksi maka semakin tinggi nilai konsentrasinya. Untuk menjelaskan hal

tersebut dimungkinkan proses spermatogenesis terus berjalan setiap hari dan semakin bertambah

sejalan dengan waktu lamanya pengoleksian, sedangkan cairan transparan yang diproduksi relatif tetap

(seperti tertera pada Tabel 1 untuk data volume semen pada setiap frekuensi pengoleksian tidak

berbeda nyata, relatif sama).

(6)

599

3.

Viability

Data viabilitas spermatozoa pada ayam sentul yang ditampung (disadap) setiap tiga, enam

dan sembilan sembilan hari hampir sama berkisar 83,3 - 91,70% (lampiran 5). Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa frekuensi penyadapan semen berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap viabilitas

spermatozoa. Data viabilitas semen ayam sentul seperti tertera pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

frekuensi setiap tiga hari menghasilkan viabilitas yang paling rendah 87,7% bila dibandingkan dengan

kedua frekuensi penyadapan semen enam dan sembilan hari (87,5; 88,13 dan 88,34%, P>0,05).

Frekuensi enam dan sembilan hari menghasilkan angka viabilitas yang hampir sama. Hasil tersebut

mendukung penelitian Donoghue et al (1995) pada ternak kalkun yang menghasilkan angka viabilitas

berkisar dari 85 – 89 persen. Pada penelitian tersebut nampak semakin sering dikoleksi maka angka

viabilitas semakin tinggi. Hal tersebut diduga karena dipengaruhi lamanya penyimpanan di dalam vas

deferens. Secara hipotesis, penuaan spermatozoa menyebabkan spermatozoa yang progresif

kehilangan integritas membrannya akibat peroxidasi yang terjadi di dalam saluran reproduksi.

Viabilitas spermatozoa semakin tinggi sesuai dengan bertambahnya interval waktu

pengoleksian, bubungan antara interval penyadapan dengan konsentrasi spermatozoa Y = 0,719x +

82,675 dengan R2 = 0,9385. Hubungan antara interval penyadapan dengan konsentrasi spermatozoa

tersaji pada gambar 2.

(7)

600

4. Motilitas.

Data Motilitas spermatozoa pada ayam sentul yang ditampung (disadap) setiap tiga, enam

dan sembilan sembilan hari hampir sama berkisar 82,80 - 90,20%. Hasil analisis ragam menunjukkan

bahwa frekuensi penyadapan semen berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap motilitas spermatozoa.

Motilitas spermatozoa ayam sentul pada setiap koleksi umumnya digunakan untuk mengukur

kemampuan membuahi. Pada penelitian ini frekuensi penampungan setiap tiga, enam dan sembilan

hari juga hampir sama. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya, Mugiyono et al

(2015) yang menyatakan rataan motilitas spermatozoa ayam sentul sekitar 76 persen. Dari hasil ini

memperlihatkan bahwa qualitas khususnya motilitas spermatozoa berbagai ayam sentul yang

dipelihara di kelompok ternak di Kabupaten Ciamis baik, memenuhi syarat untuk Inseminasi Buatan.

Ada beberapa faktor mempengaruhi motilitas spermatozoa al : dari dalam dan dari luar yang

mempengaruhi motilitas spermatozoa (Hafez and Hafez, 2000). Selenium berperan dalam

mempertahankan integritas struktur dan fungsi penggerak spermatozoa (Segerson et al., 1981).

Berbagai macam kontaminan mikroba seperti ureaplasma dapat menurunkan motilitas dan juga

menurunkan morphologi spermatozoa. Temperatur lingkungan, cold shock, tekanan aspirasi tinggi,

penyimpanan, semuanya ini cenderung menurunkan motilitas spermatozoa (Hafez and Hafez, 2000).

5. Abnormalitas spermatozoa.

Abnormalitas spermatozoa pada ayam sentul yang ditampung (disadap) setiap tiga, enam dan

sembilan sembilan hari hampir sama berkisar 7,80 - 12,00%%. Hasil analisis ragam menunjukkan

bahwa frekuensi penyadapan semen berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap abnormalitas

spermatozoa. Frekuensi tidak mempengaruhi Abnormalitas spermatozoa ini sependapat dengan hasil

penelitian Mugiyono et al (2015) yang menyatakan bahwa rataan spermatozoa ayam sentul 6,51

persen. Menurut Ezike (2010) abnormalitas spermatozoa ada dua, yaitu primer dan sekunder. Primer

abnormalitas terjadi di dalam testis, selama proses spermatogenesis, seperti misalnya ukuran kepala

kecil, besar, jumlahnya dua dll, sedangkan abnormalitas sekunder ditandai dengan putusnya kepala,

badan dan atau ekor.Penyebab kerusakan initerjadi diluar spermatogenesis, biasanya sewaktu

pemrosesan semen (Hafez and Hafez, 2000). Kriteria yang biasa dipakai untuk menilai kualitas semen

yang baik, yang layak untuk digunakan perkawinan/ IB yaitu abnormalitas spermatozoa tidak lebih dari

20 persen (Bearden et al., 2004).

Spermatozoon normal terdiri dari satu kepala dan satu bagian ekor yang dibagi menjadi

bagian pangkal,tengah dan ujung. Setiap ejakulat semen akan mengandung spermatoza abnormal

secara morfologi. Kisaran perkiraan 8-10 % tidak mempengaruhi daya tunas (Bearden and Fuquay,

(8)

601

tunas sangat menurun. Abnormalitas morfologi spermatozoa dpat diklasifikasikan kepala abnormal

(abnormalitas primer), Cytoplasmic droplet (abnormalitas sekunder) dan ekor abnormal (abnormalitas

tersier). (Bearden et al. 2004). Lingkungan penyebab stres dan tingginya frekuensi ejakulasi telah

berdampak meningkatkan spermatozoa abnormaol dalam suatu ejakulat (Hafez and Hafez, 2000;

Bearden et al., 2004). Dari semua tipi abnormal morfologi, pertama nampak dan terakhir menghilang

yaitu cytoplasmic droplet. Cytoplasmic droplet pada ekor sperma ejakulat menunjukkan bahwa proses

pendewasaan tidak sempurna. Bagaimanapun, alasan penuaan spermatozoa mengakibatkan integritas

membran hilang akibat perixidasi di dalam vas deferens (Noirault dan Brillard, 1995).

6. Gerak massa Spermatozoa.

Gerak massa biasa dipakai dalam penilaian kualitas semen. Hal ini sangat tergantung dari

konsentrasi spermatozoa hidup di dalamnya. Gerak massa biasanya diberi nilai + sampai +++ untuk

yang paling baik. Hasil dari ketiga perlakuan frekuensi penampungan semen tiga, enam dan sembilan

hari menunjukkan nilai gerak massa yang sama. Tidak adanya pengaruh dari frekuensi penampungan

semen terhadap gerak massa ini menunjukkan bahwa spermatozoa yang dihasilkan / diproduksi di

tubulus seminiferous di dalam testis ini dengan waktu koleksi semen minimal tiga hari sangat cukup

untuk untuk diproduksi.

Hasil pengukuran kualitas semen tersebut, konsentrasi, motilitas, viabilitas semuanya baik.

Jadi penilaian gerak massa ini dapat dipakai acuan untuk mengukur kualitas semen secara cepat,

khusus nya untuk keperluan IB dilapangan (Hafez and Hafez, 2004; Bearden et al., 2004).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang telah dicapai dapat disimpulkan bahwa Frekuensi penyadapan semen

yang dilakukan setiap enam hari sekali menghasilkan kualitas spermatozoa yang terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

Bearden, H. J., and J. W. Fuquay. 2004. Applied Animals Reproduction.Second Edition. Resto Publishing Company Inc. Prentice Hall Company Reston.

Bearden, J.J, J.W. Fuquay, and S.T. Willard 2004. Applied Animal Reproduction 6th ed. Mississippi State University. 183-196.

Donoghue, A.M. dan G.J. Wishart. 2000. Storage of Poultry Semen. Animal Reproduction Science.62:213-32.

(9)

602

Kurnia, Y. 2011. Morfometrik Ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada Fase Pertumbuhan dari Umur 1-12 Minggu. Skripsi. Program Alih Jenis Departemen Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Parker, H. M,. And C.D. McDaniel. 2006. The Immediate Impact of Semen Diluent and Rate of Dilution on The Sperm Quality Index, ATP Utilization, Gas Exchange and Ionic Balance of Broiler Breeder Sperm. International Journal of Poultry Science (85):106-116.

Hafez, B and ESE. Hafez., 2000. Reproduction in Farm Animals. 7th ed.. Lippincott McDaniel G. R., and T. J. Sexton. 1977. Frequency of Semen Collection in Relation to Semen Volume, Sperm Concentration and Fertility in the Chicken. Poultry Science 56:1989-1993, 1977.

Mugiyono S., D.M. Saleh, and Sukardi. 20015. Reproductive Performance of Various Breeds of Sentul Chicken. Jurnal Animal Production. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.

Mugiyono, S., D. M. Saleh, dan Sukardi. 2013. Kinerja Produksi dan Reproduksi Berbagai Ayam Sentul di Kabupaten Ciamis. Laporan Penelitian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Mugiyono, S., D. M. Saleh, dan Sukardi. 2014. Kinerja Produksi Berbagai Ayam Sentul. Laporan Penelitian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Nataamijaya. 2000. The native of chicken of Indonesia Buletin Plasma Nutfah No. vol 6. No. 1. Badan Litbang Pertanian.

Noirault J., and J.P. Brillard. 1999. Effect of Frequency of Semen Collection on Quantitative and Qualitative Characteristics of Semen in Turkey Breeder Males. Poultry Science 78:1034-1039.

Purnama, A. H. I. 2005. Resistensi Ayam Lokal Jawa Barat: Ayam Sentul. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Puslitbang Peternakan.

Riaz A., M. Aleem, A. Ijaz, M.A. Saeed, and A. Latif. 2004. Effect of Collection on Semen Quality of Broiler Breeder. British Poultry Science, V 45 (6):823-827.

Gambar

Tabel 1.  Kualitas Spermatozoa Ayam Kedu
Gambar 1. Hubungan Frekuensi Penyadapan Semen dengan                    Konsentrasi Spermatozoa Ayam Sentul
Gambar 2. Hubungan Frekuensi (interval) Penyadapan Semen dengan                    Viabilitas Spermatozoa Ayam Sentul

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah mencurahkan kasih sayang serta rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Dari Pasal tersebut maka timbulah kegelisahan akademik tentang kekuatan imperaif mediasi itu sendiri yang menyebutkan putusan batal demi hukum jika tidak

Salah satu alasan untuk mempertahankan suatu penguluran dalam jangka waktu yang lama adalah pada saat otot dipertahankan pada posisi terulur maka spindel otot

Tujuan dilakukanya promosi adalah agar barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan mendapatkan perhatian dari calon konsumen, mengingatkan kepada calon konsumen

Dugaan Amerika Serikat bahwa Irak mensponsori terorisme tidak terbukti dan tidak ada bukti bahwa Saddam Hussein terlibat dengan peristiwa 9/11 sehingga pemerintah AS

Ditambah dengan rentannya terjadi salah perhitungan, kesemua asumsi di atas menghasilkan tendensi bagi negara-negara untuk bersikap agresif terhadap satu sama lain

Untuk mengetahui pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga BI terhadap profitabilitas bank syariah jika dibandingkan dengan bank konvensional 1.4 Manfaat Penelitian.. Hal

Melihat dari sifat dan tujuan dari Program Wirausaha Baru, maka sudah tepat apabila program ini dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta seperti Disnakertrans Kota