BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata, sebagaimana yang dikatakan John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox, dapat dikategorikan sebagai industri terbesar dunia (the world's largest industry). Sekitar 8 persen dari ekspor barang dan jasa, pada umumnya, berasal dari pariwisata. Di Asia Tenggara, berdasarkan catatan WTO, pariwisata menyumbang devisa Negara sebesar 10-12 persen dari DGP dan 7-8 persen dari total employment (etyanto P,2005:11).
. Setelah diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, pengelolaan pariwisata yang sebelumnya tersentralisasi di pusat diambil alih oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki tugas dan tanggung jawab yang cukup berat untuk mengembangkan pariwisata. Sehingga, kecenderungan pengembangan pariwisata daerah berjalan sendiri, tidak tahu apa yang harus diperbuat (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI, 2001: 2), tidak efektifnya perencanaan pariwisata diberbagai tingkat, dan belum tersosialisasinya misi pengembangan pariwisata ke berbagai sektor, instansi dan lembaga terkait lainnya (Timothy, 1998: 64-65). Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka di tahun 2004 program pengembangan pariwisata memprioritaskan peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu antar pengembangan produk pariwisata dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengembangan community bassed tourism (CBT), memperluas dan mengembangkan pasar pariwisata serta mempertahankan, mengoptimalkan peranan pariwisata yang berdasarkan pada konsep kehidupan berkesinambungan (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI, 2001: 2).
khusus pada lingkungan alam dan pengalaman asli. Dalam usaha pengembangannya Indonesia wajib memperhatikan dampak-dampak yang ditimbulkannya, sehingga yang paling tepat dikembangkan adalah sektor ekowisata dan pariwisata alternatif yang oleh (Ariyanto, 2003) diartikan sebagai konsisten dengan nilai-nilai alam, sosial dan masyarakat yang memungkinkan adanya interaksi positif di antara para pelakunya.
Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk mengisi devisa. Alasan utama pengembangan pariwisata sangat terkait dengan kemajuan perekonomian, sosial, budaya, suatu kawasan atau negara. Dengan perkataan lain, pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.
Pembangunan kepariwisataan sebagai bagian dari pembangunan nasional mempunyai tujuan antara lain memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja. Sejalan dengan tahap-tahap pembangunan nasional, pelaksanaan pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan secara menyeluruh, berimbang, bertahap, dan berkesinambungan. Nampak jelas bahwa pembangunan di bidang kepariwisataan mempunyai tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Suatu kawasan obyek wisata dapat menjadi daerah tujuan wisata harus memiliki potensi non fisik maupun fisik dimana kedua potensi ini dikembangkan akan menjadi kawasan daerah tujuan wisata yang menguntungkan baik itu di daerah sendiri maupun pemerintah. Dalam rangka memajukan kepariwisataan itu perlu ditingkatkan langkah-langkah terarah dan terpadu dalam mengembangkan obyek-obyek wisata dengan maksud untuk mempengaruhi pikiran dan minat agar datang ke daerah obyek wisata.
Pemerintah telah menetapkan daerah-daerah utama sebagai tujuan wisata di Indonesia, satu diantaranya adalah Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara memiliki banyak lokasi yang potensial yang dijadikan ataupun dikembangkan sebagai obyek wisata. Untuk itu diharapkan keterampilan khusus dan kreativitas agar perencanaan dan kajian mengenai daerah tujuan wisata benar-benar mencapai sasaran. Namun yang juga penting adalah inventarisasi sebaran dan profil berbagai obyek tersebut pada masing-masing wilayah.
Sumatera Utara merupakan daerah tujuan wisata yang menawarkan banyak pilihan obyek wisata dengan berbagai karakteristiknya. Salah satu diantaranya adalah Kawasan Wisata Batu Katak yang terletak di Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. .Kawasan hutan yang memiliki fungsi sebagai daerah resapan air, sumber kayu, dan juga merupakan salah satu sumber daya alam yang berperan dalam menjaga, mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air dan kesuburan tanah, memiliki potensi wisata yang cukup besar dan patut dikembangkan. Kawasan wisata Batu Katak merupakan salah satu kawasan wisata di Kabupaten Langkat yang mulai dikembangkan sebagai kawasan ekowisata, yang menyajikan pemandangan yang masih alami. Daya tarik yang dimiliki oleh Kawasan Wisata Batu Katak ini adalah wisata alam, menikmati udara segar sambil mendengar suara kicauan burung dan jangkrik saling bersahutan di bawah kaki Gunung Leuser dan menyusuri gua berstalagmit dan stalagtit aktif yang mengagumkan dan salah satu gua yang ada di lokasi ini cukup unik karena ada sungai yang mengalir di dalamnya, menatap kunang-kunang di malam hari sambil mendengar aliran sungai.
Wisata di Sungai Berkail berupa rafting, tubing, memancing, berenang. Wisata pengamatan flora dan fauna, terdapat berbagai flora langka dan unik yang hidup di lokasi ini dan berada di luar kawasan TNGL antara lain bunga bangkai (Amorphophallus titanium), berbagai jenis anggrek, tanaman berkhasiat obat, fauna yang ada antara lain, Owa (Hylobates lar), Siamang (Hylobates syndactylus), Orang utan Sumatera (Pongo abelii), Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis), Rusa (Cervus unicolon), dan lain-lain.
hutan rakyat yang terdiri dari berbagai jenis pohon-pohon yang ditanam secara campuran yang status pengelolaan lahannya oleh masyarakat dan dibudidayakan untuk peningkatan kesejahteraan. Beraneka ragam jenis pohon juga sebagai kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
Jarak antara kawasan TNGL dengan pemukiman warga dibatasi oleh hutan dan kebun masyarakat yang masih luas. Hutan masyarakat ini adalah kawasan penyangga TNGL sehingga hutan TNGL sendiri cukup aman dari aktifitas illegal baik perambahan maupun penebangan pohon mengingat di hutan masyarakat masih mencukupi akan kebutuhan kayu bagi masyarakat sekitar. Lokasi Objek Wisata Batu Katak ini tidak jauh dari Objek Wisata Bukit Lawang yang sudah terkenal sampai ke manca negara. Objek Wisata Batu Katak ini jaraknya hanya ± 8 km dari Pekan Bohorok atau ± 80 km dari kota Medan.
Karakter kawasan wisata Batu Katak sesuai dengan karakter kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan ekowisata, yaitu kondisinya yang masih alami dan masih bercirikan pedesaan, serta memiliki banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan. Akan tetapi, kawasan tersebut masih memiliki banyak permasalahan, baik dari aspek lingkungan, aspek pengelolaan, hingga aspek sumberdaya manusia, sehingga aktivitas wisata di kawasan tersebut belum berkembang dengan baik, dan masyarakat sekitar belum mendapatkan keuntungan dari adanya wisata tersebut.
Keinginan masyarakat untuk mengembangkan wilayahnya yang masih sangat kurang serta kurangnya rasa memiliki (sense of belonging) di kawasan Wisata Batu Katak menjadi hambatan dalam mengembangkan konsep ekowisata berbasis masyarakat di kawasan tersebut, karena sebagian besar masyarakat masih belum mengetahui potensi apa saja yang terdapat di kawasan mereka, masyarakat masih acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya.
Ekowisata dikembangkan sebagai reaksi atas berbagai dampak negatif pengembangan pariwisata konvensional, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan pedesaan dan kualitas hidup masyarakat lokal (Roberts dan Hall, 2001). Sejalan dengan kecendrungan tersebut, pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di kawasan wisata Batu katak Desa Batu Jonjong Bahorok Langkat, bertujuan untuk menjaga kelestarian morflogi desa, kehidupan pedesaan dan sebagai alat prioritas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan pelayanan publik, peluang pekerjaan dan kesempatan berusaha. Namun kenyataannya masyarakat Batu Katak mempunyai tingkat sosial ekonomi yang relatif masih rendah. Hal ini menunjukkan minimnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata Batu Katak, akibat dari ketidakberdayaan masyarakat dalam mengidentifikasi peluang ekonomi pariwisata (Campbell, 1999).
Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian tentang pengembangan potensi Ekowisata sebagai Pemberdayaan masyarakat kawasan Wisata Batu Katak menjadi penting untuk dikaji. supaya pengembangan wisata di Objek Wisata Batu Katak Langkat dapat berjalan secara maksimal, efektif, dan efisien.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka perlu dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah potensi dan kendala pengembangan ekowisata di kawasan wisata Batu Katak?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan potensi dan kendala pengembangan ekowisata Batu Katak di Desa Batu Gonggong, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. 2. Mendeskripsikan partisipasi dan kesiapan masyarakat dalam pengembangan potensi ekowisata di kawasan wisata Batu Katak Desa Batu Gonggong, Kecamatan Bahorok Kabupten Langkat.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dapat menimbulkan partisipasi yang aktif dari masyarakat dalam pengembangan Ekowisata Batu Katak di Desa Batu Gonggong, Kecamatan Bahorok, Kabupaten langkat, Sumatera Utara.
2. Sebagai dasar kajian penerapan kebijakan dan peran institusi dalam pengembangan potensi Ekowisata Batu Katak di Desa Batu Gonggong, Kecamatan Bahorok yang diharapkan mendapat kebijakan dan peran aktif dari pemerintah.
3. Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penelitian lebih lanjut pengembangan potensi Ekowisata Batu Katak serta pengembangannya di masa yang akan datang sehingga dirasa perlu menentukan target capaian luaran sebagai berikut :
Tabel 1.1 Rencana Target Capaian
No. Jenis Luaran Indikator Capaian
1. Publikasi Ilmiah di Jurnal NasionalNasional Terakreditasi draf 2. Pemakalah dalam temu
Ilmiah
Nasional draf
Internasional
3. Bahan Ajar Tidak ada
4 Luaran lainnya Tidak ada
5 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 6
.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Pariwisata
Pengembangan adalah proses, cara pembuatan mengembangkan kesasaran yang dikehendaki (KBBI 1986, Balai Pustaka, Jakarta). Pengembangan adalah suatu usaha menuju kearah yang lebih baik yang menyebabkan adanya perubahan dan pertumbuhan. Perubahan itu bisa dalam arti kualitas dan kuantitas. Secara kualitas berarti meningkatkan daya tarik obyek wisata melalui peningkatan mutu pelayanan. Sedangkan secara kuantitas berarti perluasan keanekaragaman obyek wisata serta akomodasi lainnya.
Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa dalam pengembangan pariwisata, pemerintah memainkan peranan bahkan memiliki tanggung jawab dalam hal berikut:
1. Peraturan tata guna lahan pengembangan kawasan pariwisata 2. Perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya
3. Penyediaan infrastruktur pariwisata
4. Kebijakan fasilitas fiscal, pajak, kredit, dan ijin usaha 5. Keamanan dan kenyamanan berwisata
6. Jaminan kesehatan
7. Penguatan kelembagaan pariwisata 8. Pendampingan dan promosi pariwisata 9. Regulasi persaingan usaha
10. Pengembangan sumberdaya manusia
Masyarakat lokal sebagai pihak yang menerima kedatangan wisatawan, perlu dilibatkan dalam proses pengembangan pariwisata, supaya keberhasilanya lebih terjamin. Berbagai peran dapat dilaksanakan oleh masyarakat setempat dalam pengembangan pariwisata di daerahnya. Peran yang dimaksud adalah:
1. Menjadi pemandu wisata
Menurut Mahdy (1998), peranan masyarakat dalam pengembangan adalah melalui perilakunya tentang kesadaran setiap warga masyarakat untuk merasa bertanggung jawab dan berpartisipasi di bidang pariwisata yang dikenal dengan istilah ‘sadar wisata’
2.2 Ekowisata
Pengertian ekowisata berakar dari pengertian ecotourism. Menurut wikipedia (2009), ekowisata adalah salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya, ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Berdasarkan analisis The International Ecotourism Society (2000) pertumbuhan pasar ekowisata berkisar antara 10-30 persen pertahun sedangkan pertumbuhan wisatawan secara keseluruhan hanya 4 persen. Tahun 1998 WTO memperkirakan pertumbuhan ekowisata sekitar 20 persen. Di kawasan Asia Pasifik sendiri angka pertumbuhan tadi berkisar antara 10 – 25 persen pada pertengahan tahun 1990-an. Di Indonesia diperkirakan sekitar 25 persen wisman pada tahun 1996 merupakan ekowisatawan (ecotourist). Statistik ini menunjukkan bahwa pergeseran perilaku pasar wisata sedang berlangsung saat ini dan ekowisata diperkirakan akan menjadi pasar wisata yang sangat prospektif di masa depan.
Di samping itu ada beberapa kriteria lagi yang menjadi pertimbangan mereka untuk memilih produk – produk ekowisata (The International Ecotourism Socienty, 2000), yakni :
1. Aspek pendidikan dan informasi. Wisatawan biasanya mempelajari lebih dahulu latar belakang sosial dan budaya masyarakat di daerah tujuan sebelum mereka memilih daerah tujuan wisata itu. Lebih dari 50 persen wisatawan Amerika dan Inggris mengaku menikmati pengalaman yang lebih baik dalam perjalanan ketika mereka sebelumnya mempelajari kebiasaan-kebiasaan, budaya, lingkungan, dan geografi masyarakat di negara tujuan.
3. Aspek lingkungan. Seperti disebutkan di atas, aspek lingkungan yang alamiah pada produk wisata menjadi incaran sebagian besar wisatawan global, mulai dari Amerika Utara sampai Eropa.
4. Aspek estetika. Keindahan dan otensititas objek wisata merupakan kebutuhan yang elementer dalam berwisata. Konservasi DTW menjadi penting dalam ekowisata.
5. Aspek etika dan reputasi. Meskipun iklim, biaya dan daya tarik menjadi kriteria pilihan berwisata, namun wisatawan sangat peduli pada etika kebijakan dan pengelolaan lingkungan.
Dowling (1996, dalam Hill & Gale, 2009) menyatakan bahwa ekowisata dapat dilihat berdasarkan keterkaitannya dengan 5 elemen inti, yaitu bersifat alami, berkelanjutan secara ekologis, lingkungannya bersifat edukatif, menguntungkan masyarakat lokal, dan men-ciptakan kepuasan wisatawan. Berdasarkan definisi-definisi dari berbagai tokoh, Fennell (2003) kemudian merangkum pengertian ekowisata sebagai sebuah bentuk berkelanjutan dari wisata berbasis sumberdaya alam yang fokus utamanya adalah pada pengalaman dan pembelajaran mengenai alam, yang dikelola dengan meminimalisir dampak, non-konsum-tif, dan berorientasi lokal (kontrol, keun-tungan dan skala). Goeldner (1999, dalam Butcher, 2007), menyatakan bahwa ekowisata merupakan bentuk perjalanan menuju kawasan yang masih alami yang bertujuan untuk memahami budaya dan sejarah alami dari ling-kungannya, menjaga integritas ekosistem, sambil menciptakan kesempatan ekonomi un-tuk membuat sumber daya konservasi dan alam tersebut menguntungkan bagi masyara-kat lokal. Terlihat jelas bahwa perlu adanya keuntungan yang didapatkan oleh masyarakat lokal, sehingga ekowisata harus dapat menjadi alat yang potensial untuk memperbaiki peri-laku sosial masyarakat untuk tujuan konser-vasi lingkungan (Buckley, 2003).
masyarakat memegang porsi besar dari keuntungannya (Jones, 2005). Pe-ngembangan masyarakat yang diperlukan adalah dengan memberdayakan masyarakat lokal untuk lebih mengenal dan memahami permasalahan di wilayahnya, dan menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut (Phillips, 2009). Dengan memberda-yakan masyarakat lokal, akan terwujud partisi-pasi yang baik antara masyarakat setempat dengan industri wisata di kawasan tersebut, dan dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan diharapkan akan terwujud bentuk kerjasama yang lebih baik antara masyarakat setempat dengan industri pariwisata.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kawasan Wisata Batu Katak, Desa Batu Gonggong, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menerapkan metode penelitian kualitatif. Penggunaan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian akan menghasilkan konsepsual penafsiran dari objek amatan secara keseluruhan (Altinay dan Paraskevas, 2008). Penelitian kualitatif ini memiliki beberapa keunggulan. Pertama, penelitian dilatarbelakangi permasalahan ilmiah untuk objek secara keseluruhan sehingga menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Kedua, mampu menyesuaikan diri dengan realitas dinamis dalam penelitian, karena tidak bersifat parsial atau membuat objek secara spesifik. Ketiga, desain penelitian bersifat fleksibel, sehingga dapat diperbaiki dan disempurnakan selama proses penelitian sedang berlangsung. Keempat, karena mengikuti logika induksi maka metodologi kualitatif dapat menyumbang teori baru setelah penelitian.
Kelemahan penulisan deskriptif adalah tidak sampai menjelaskan hubungan kausalitas, latar belakang situasional, serta tidak menjawab pertanyaan "mengapa sesuatu itu terjadi". Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan metode historis. Penggunaan metode historis dalam penelitian ini didasari atas keyakinan bahwa setiap fenomena sosial pasti memiliki akar-akar sejarah yang luas, yang sangat berkaitan dengan kondisi sekarang dan di masa yang akan datang.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.4 Bagan Alir Penelitian
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan secara rinci dalam gambar 2.1 Alur Pikir penelitian berikut :
Potensi Ekowisata
Produk Ekowisata
Berbasis
Masyarakat
Berkesinambunga
n
Pemberdayaan Masyarakat dalam pengembang an Pariwisata Partisipasi
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan
(Rp)
1 Honorarium
6.000.000,-2 Bahan Habis Pakai
10.000.000,-Altinay, Levent and Paraskevas, Alexandros, 2008, Planning Research in Hospitality and Tourism, Elsevier, UK.
Buckley, Ralf. 2003. Case Studies in Ecotourism. Cambridge: CABI.
Butcher, Jim. 2007. Ecotourism, NGO’s, and Development: A Critical Analysis. New York: Routledge.
Campbell, 1999, Ecotourism in Rural Developing Communities, Annals of Tourism Research, 26: 534-553.
Chuang, Shu-Tzu. 2010. “Rural Tourism: Perspective from Social Exchange Theory”. Social Behavior and Personality Journal. Volume 38, Nomor 10, Halaman 1313. Taiwan: Society for Personality Research (Inc.).
Fennell, David A. 2003. Ecotourism: An Introduction. Edisi Kedua. New York: Routledge.
Fernando, Nimal A. 2008. Rural Development Outcomes and Drivers: An Overview and Some Lessons. Phillipines: Asian Development Bank.
Hamid, Chalik. 1992. Pengetahuan Pariwisata. Jakarta: Yayasan Bhakti Membangun Hill, Jennifer dan Gale, Tim (Eds.). 2009. Ecotourism and Environmental
Sustainability: Principles and Practice. Burlington: Ashgate. Ibrahim, Mahdy.1998. Buku Pintar dan Sadar Wisata. Jakarta
James. J., Spillane. 1989. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta: Kanisius Manurung James. J., Spillane. 1990. Pariwisata Indonesia dengan Prospeknya. Yogyakarta:
Kanisius
Jones, Samantha. 2005. “Community-Based Ecotourism: The Significance of Social Capital”. Annals of Tourism Research. Volume 32, Nomor 2, Halaman 303 – 324. Great Britain: Pergamon, Elsevier.
Kodyat, H. 1995. Sejarah Pariwisata dan Perkembangan di Indonesia. Jakarta: Gramedia Sarana Indonesia
Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta
Marpaung, Happy. dan Bakar, Herman. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta.
Murphy, Peter E., 1987, Tourism A Community Approach, Methuen, New York Pendit, Nyoman S. 1996. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Jakarta: Pradnya
Phillips, Rhonda dan Pittman, Robert H. (Eds.). 2009. An Introduction to Community Development. New York: Routledge.
R.G., Soekadijo. 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT.Gramedia
Roberts, Lesley and Hall, Derek, 2001, Rural Tourism and Recreation, CABI Publishing, UK.
Rumaini. 1992.Geografi Pariwisata. Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia Veal, A. J., 2006, Research Methods for Leisure and Tourism: A Practical Guide,
Prentice Hall, England.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Honorarium
Honor Honor/Jam (Rp) (jam/minggu)Waktu Minggu Honor (Rp)Besaran
Pelaksana 1 6000 10 40 2.400.000
Pelaksana 2 5000 10 40 2.000.000
Pengolah data 4000 10 20 800.000
Operator 4000 10 20 800.000
Sub Total (Rp) 6.000.000 2. Pembelian Bahan Habis Pakai
Material Justifikasi pembelian Kuantitas Harga Satuan (Rp)
20 Buah Rp. 100.000,-
2.000.000,-Bolpoint
Snowman Untuk mencatat, danmenulis kuesioner 20 kotak Rp. 50.000,-/ kotak
1.000.000,-Pinsil 2B Faber Castel
Analisis data 5 kotak Rp. 30.000,-/ kotak
150.000,-Notebooks Membuat catatan 3 lusin Rp.
50.000,-/lusin
150.000,-Cd-RW Sony Menyimpan data 1 pack Rp.
350.000,-/
Menyimpan data 2 buah Rp.
200.000,-/
1 Berkomunikasidengan teknisi dan informan dan antara anggota
7 kali Rp. 100.000,-
700.000,-Pulsa Angota2
Sda 7 kali Rp. 100.000,-
700.000,-Pulsa Angota3
Sda 7 kali Rp. 100.000,-
700.000,-Pulsa
Modem Untukinformasi terbaru, danmencari 12 bulan Rp. 100.000,-/
1.200.000,-Flash Ultima mencari data-data
Baterai Besar Sda 10 buah Rp. 20.000,-
200.000,-DVD-Rw Menyimpan data 1pack Rp.
350.000,-/ Pack
350.000,-Fotokopi Untuk bahan-bahan
pustaka dan informasi 25.350lembar Rp. 200,-/lembar
.
5.070.000,-Subtotal (Rp) 14.000.000,-3. Perjalanan
material Justifikasi perjalanan kuantitas harga satuan Besaran biaya Perjalanan
30 pax 30.000,-
900.000,-Perjalanan
40 pax 30.000
1200.000,-FGD Penguatan hasil
lapangan Konsumsi30 pax 30 .000 900.000
Subtotal
10.000.000,-4. Sewa
Material Justifikasi sewa kuantitas Harga satuan Besaran biaya sewa
4.000.000,-Handycam alat dokumentasi saat survei dll
200.000,-/Ha ri
Sewa Camera Berguna sebagai alat dokumentasi saat survei dll
20 hari Rp.
200.000,-/Ha ri
.
4.000.000,-Subtotal 10.000.000 Total anggaran yang diperlukan 40.000.000
Lampiran 2: Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas No Nama / NIDN Instansi Asal Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu(jam/minggu)
1 Koko
Pariwisata 10 jam/minggu - mengkoordinasi proses pengambilan data, - bertanggung jawab terhadap hasil pelaporan
Pariwisata 10 jam/minggu - Turut membantu proses pengambilan data,
- Membantu persiapan instrument penelitian, - Ikut Bertanggung jawab terhadap hasil pelaporan
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar)
Koko Sujatmoko,SE, MSi
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP 19751017 200501 1 001
5 NIDN 0017107502
6 Tempat dan Tanggal Lahir Aeknabara,17101975
7 E-mail ricovaslah.moko@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 085358598959
9 Alamat Kantor Jl. Universitas No. 19 Kampus USU
10 Nomor Telepon/Faks 061-8215956
11 Lulusan yg telah dihasilkan D3 = 100 Orang 1=... orang; S-2=....orang; S-3=...orang
12 Mata Kuliah yg diampu
1. MICE I & II
2. Pengetahuan Minuman dan Bar
B. Riwayat Pendidikan
Program: S-1 S-2
Nama PT Universitas Sahid Jakarta USU
Bidang Ilmu Manajemen Perhotelan Ilmu Manajemen
Tahun Masuk-Lulus 2000-2004 2008-2012
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Pengaruh Insentif Strategi Bauran Pemasaran Nama
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp)
*Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber lainnya
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada
*Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI maupun dari sumber lainnya
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Judul Artikel Ilmiah NamaJurnal Nomor/Tahun Volume/
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir No. Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Jurnal Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat 1
2 3
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku Tahun HalamanJumlah Penerbit
1 2 3 Dst
H. Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema/Jenis RekayasaSosial Lainnya yang Telah Diterapkan
Tahun Tempat
Penerapan
Respon Masyarakat 1
2 3
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi PemberiPenghargaan Tahun
1 2 3 Dst
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan proposal penelitian Dosen Muda USU 2017.
Medan, 31 Maret 2017 Pengusul,
2. Anggota Peneliti A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Gustanto, M.Hum
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala / IV/a
4 NIP 19630805 198903 1 004
5 NIDN 0005086302
6 Tempat dan Tanggal Lahir P Brandan,05-08-1963
7 E-mail totogustanto@gmail.com
8 Nomor Telepon/HP 08126565120
9 Alamat Kantor Jl. Universitas No. 19 Kampus USU
10 Nomor Telepon/Faks 061-8215956
12 Mata Kuliah yg diampu
1. Ekowisata
2. Metode penelitian
B. Riwayat Pendidikan
Program: S-1 S-2
Nama PT Universitas Sumatera Utara UGM
Bidang Ilmu
Tahun Masuk-Lulus
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Nama Pembimbingan/Promotor
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian
Pendanaan Sumber* Jml (JutaRp)
1 2016
Sejarah Pembangunan Kepariwisataan Sumatera Utara :
Kajian Kebijakan Kepariwisataan Dan Implementasinya Dalam Perda
(Peraturan Daerah) Dalam Perspektif Pengelolaan Pulau, Laut, Danau, Sungai, Gunung, Satwa Dan Tanaman Langka
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir No. Tahun Judul Pengabdian KepadaMasyarakat Sumber*PendanaanJml (Juta Rp)
1 2016
Pembangunan shelter wisatawan dan pelatihan sadar
wisata serta kewirausahaan di kawasan wisata tangkahan
langkat
BOPTN
USU
20.000.000,-*Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI maupun dari sumber lainnya
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan proposal penelitian Dosen Muda USU 2017.
Medan, 31 Maret 2017 Pengusul,