• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Era modernisasi sekarang ini, perusahaan dalam bidang jasa dituntut untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada setiap konsumen. Ketatnya persaingan antara perusahaan mendorong setiap perusahaan untuk memiliki perencanaan dan strategi dalam menjalankan kegiatan usahanya. Jika perusahaan tidak memiliki keistimewaan dalam pasar, maka perusahaan tersebut tidak akan berumur panjang. Oleh karena itu, perlu dirancang strategi atau pelayanan dengan keistimewaan tersendiri sebagai ciri khas suatu perusahaan yang dapat memberikan kepuasan pada konsumen (Kotler, 2000).

Perusahaan jasa merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan berbagai pelayanan dengan mencari laba atau keuntungan, seperti transportasi, telekomunikasi, reparasi, dan pengiriman barang. Perusahaan jasa pengiriman barang yang pertama kali berdiri di dunia yaitu DHL Worldwide Express. Tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat dalam mengirim atau mengantar barang bagi mereka yang memiliki keterbatasan jarak dan waktu. Di Indonesia, perusahaan jasa pengiriman pertama kali berdiri yaitu PT. Pos Indonesia yang didirikan sejak tahun 1746. Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai perusahaan pengiriman barang juga bermunculan seperti Pandu Logistic, First Logistic, TiKi, NCS, Dacota Cargo, Cahaya Logistik dan JNE.

(2)

kebutuhan masyarakat dalam melakukan pengiriman barang dan berbelanja secara online berbanding terbalik dengan sumber daya manusia pada bidang jasa pengiriman barang yang tidak signifikan. Hal ini menyebabkan tenaga kerja mengeluarkan energi yang besar dalam melakukan pekerjaannya yang dapat menyebabkan kelelahan dalam bekerja.

Menurut Wignjosoebroto (2000), kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.

Jika tenaga kerja telah mulai merasa lelah dan tetap dipaksa untuk bekerja maka kelelahan akan semakin bertambah dan kondisi lelah demikian sangat mengganggu kelancaran pekerjaan dan juga berefek buruk kepada tenaga kerja yang bersangkutan (Suma’mur, 2013).

Gejala fisik dari tahap awal kelelahan umum tampak sebagai perasaan lelah yang berlebihan, lemah, dan tidak memiliki daya kerja. Tanda-tanda non spesifik lain biasanya dalam bentuk penglihatan yang kabur, rasa pusing, vertigo, tangan tremor, nyeri otot, nafas terasa berat, nyeri dada, sesak napas, dan gangguan tidur seperti sulit bangun tidur, bangun tidur terlalu dini yang disertasi dengan mimpi buruk, hilangnya daya konsentrasi dan koordinasi (Harrianto, 2008).

(3)

dapat mengalami peristiwa lelah karena beban fisik namun asupan makanan yang pada akhirnya menghasilkan energi untuk bekerja juga berperan menimbulkan kelelahan.

Menurut Trisnawati (2012) yang mengutip pendapat Grandjean (1993), kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi oleh pekerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik berkurang, berat badan menurun, kurang bersemangat dan kurang motivasi , bereaksi lamban dan apatis. Dalam keadaan demikian maka tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal.

Asupan kalori bagi tenaga kerja ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan daya kerja yang optimal, untuk itu kebutuhan harus sesuai dengan beban kerjanya. Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi pekerja, namun gizi pekerja sering tidak diperhatikan, baik oleh pengusaha maupun pekerja itu sendiri. Hal ini terjadi karena pada umumnya pekerja belum mengetahui hubungan gizi dengan pekerjaan dan faktor lain seperti kemiskinan, ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang cukup untuk bekerja dan bisa juga disebabkan oleh sistem penggajian yang belum memadai untuk membeli bahan makanan yang cukup dan bergizi. Pekerja selain untuk memenuhi kebutuhan gizinya sendiri juga akan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya (Ginting, 2011).

Menurut Suma’mur (2013) penyebab kekurangan gizi sangat majemuk

(4)

sosio-kultural seperti tahayul, ketidaktahuan dan kurangnya pendidikan, kebiasaan makan yang tidak semestinya, dan lain-lain. Keadaan gizi pada pekerja sangat berpengaruh dengan pekerjaannya karena bekerja memerlukan energi yang meghasilkan panas untuk melakukan pekerjaan dan semakin berat beban pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja maka semakin banyak jumlah energi yang digunakan. Jika asupan gizi pekerja tidak cukup maka tubuh akan mengambil cadangan lemak tubuh untuk diubahkan menjadi tenaga, dan bila berlangsung lama akan terjadi penurunan berat badan tenaga kerja tersebut. Maka dari itu, salah satu cara untuk menghindari pekerja dari kelelahan sebelum melakukan pekerjaannya adalah dengan mengkonsumsi sarapan pada pagi hari.

Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik. Sarapan sehat selayaknya mengandung unsur empat sehat lima sempurna. Hidangan saat sarapan pagi sebaiknya terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang seimbang, (Khomsan,2003).

Manusia membutuhkan energi sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama proses kerja yang dilakukan pada pagi hingga siang hari (Moehji, 2009).

(5)

konstansi, dan ketelitian). Dalam hal ini, penting untuk mengkonsumsi sarapan pagi hari dalam menunjang aktivitas yang akan dilakukan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh West (2009), efek dari tidak sarapan adalah status gizi berkurang, peningkatan kelaparan, peningkatan kelelahan dan cepat marah, serta produktivitas kerja menurun. Seseorang akan lebih produktif dengan melakukan sarapan pagi sebelum melakukan aktivitas dan bekerja seperti di kantor, sekolah dan di rumah. Penelitian ini mempunyai hubungan antara sarapan sehat dengan kinerja yang lebih baik, kewaspadaan mental, dan status gizi yang baik. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Barker (2007), membuktikan efek dari tidak sarapan akan menimbulkan hilangnya produktivitas kerja sebesar 15%.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan energi, manusia harus menyerap energi dari luar yaitu dari makanan. Jika jumlah energi yang diperoleh tidak cukup, maka tubuh akan melakukan penghematan terhadap pemakaian energi, untuk menjamin berbagai reaksi biokomia dalam tubuh tetap berlangsung secara normal. Untuk menghemat energi, tubuh melakukan berbagai penyesuaian antara lain : memperlambat kecepatan kerja, membatasi kegiatan otot sampai seminimal mungkin dan tidak melakukan hal-hal yang akan menambah pengeluaran energi. Dengan demikian apabila energi yang diperoleh dari makanan tidak cukup, maka orang akan bekerja dibawah kapasitas seharusnya (Moehji, 2009).

(6)

jika orang dewasa hidup dengan kandungan energi dan makanan sebanyak 1800 kal setiap hari, ia akan kehilangan ototnya sebesar 30% dan efisiensi kerjanya turun 11%. Secara keseluruhan kandungan energi yang rendah dalam makanan dapat membawa dampak berupa : menurunnya kegiatan otot (muscular activities), berkurangnya kekuatan otot (muscular strength), efisiensi kerja otot rendah (muscular efficiency) lama waktu mampu bekerja berkurang (duration of work) (Lubis, 2010).

Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi hari yang memenuhi satu per empat kebutuhan energi dalam satu hari. Waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 08.00 pagi (Lubis, 2010).

Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja pencernaan sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun kadar lemak yang rendah. Selain itu, konsumsi protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap merasa kenyang hingga waktu makan siang (Khomsan, 2003).

Salah satu pekerja yang berpotensi mengalami kelelahan kerja adalah kurir pengiriman barang. Kurir bertugas mengatarkan barang-barang konsumen ke alamat tujuan yang dipercayakan kepada perusahaan jasa pengiriman barang. Setiap orang ataupun perusahaan dapat mengirimkan barang dalam jumlah kecil maupun besar dengan mudah, baik ke dalam negeri maupun luar negeri dengan menggunakan jasa tersebut (Satrio, 2011).

(7)

(kurir ekspres dan logistik) yang berpusat di Jakarta. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan kurir terbesar di Indonesia yang pada saat ini memiliki lebih dari 5.575 karyawan dan lebih dari 835 outlet di seluruh Indonesia.

Di Kota Medan, PT JNE memiliki kantor cabang, sub agen dan agen yang tersebar luas dan berada di lokasi-lokasi strategis sehingga memudahkan konsumen untuk menggunakan jasa pengiriman barang. Pemanfaatan sumber daya manusia yang ada pada perusahaan jasa merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan dalam mencapai tujuan pada perusahaan. Dalam 1 hari , PT JNE Kota Medan dapat menerima barang masuk dari setiap daerah di Indonesia dengan rata-rata 10.000 barang . Setiap barang akan di distribusikan oleh kurir sesuai dengan lokasi kerja yang telah ditentukan oleh menejemen PT JNE Kota Medan.

Dalam pelaksanaan proses kerjanya, seorang pekerja dalam hal ini kurir pengiriman barang memerlukan tidur yang cukup dan asupan gizi yang seimbang untuk dapat mempertahankan kapasitas kerjanya. Apabila kapasitas kerja seorang pekerja terjaga dengan baik karena cukup tidur dan asupan gizi yang seimbang maka kelelahan kerja dapat diminimalkan (Grandjean dalam Trisnawati, 2012).

(8)

Sebelum berangkat mengantar paket atau barang, kurir harus menyortir lagi barang tersebut sesuai dengan rute terdekat yang akan dijalankannya. Barang yang disortir harus di check terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan dalam mengantarkan kepada konsumen. Kemudian barang tersebut dimasukkan kedalam keranjang tas dan diangkat ke transportasi berupa sepeda motor yang digunakan oleh masing-masing kurir dari pukul 10.00-16.00 WIB. Setelah semua paket siap, para kurir berangkat untuk mengantarkannya sesuai dengan lokasi tiap kurir yang dibagi berdasarkan wilayah kerjanya.

Hasil wawancara awal dengan 11 orang kurir, peneliti mendapatkan 9 orang diantaranya tidak mengkonsumsi sarapan pagi dan 2 orang lagi hanya sarapan pagi berupa roti dan teh manis. Peneliti melihat banyaknya kurir yang mengantuk, kurang bersemangat dan kurang fokus karena tidak mengkonsumsi sarapan pagi. Beberapa orang kurir juga mengalami keluhan seperti badan pegal karena banyak mengangkat barang, sakit kepala, tidak konsentrasi dalam pekerjaan, sering mengantuk dan mata merah karena terkena debu di jalan pada saat mengantarkan barang kepada konsumen.

(9)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang diteliti adalah bagaimana perbedaan tingkat kelelahan kerja berdasarkan kebiasaan sarapan pada pekerja kurir pengiriman barang JNE di Kota Medan.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat perbedaan kelelahan kerja pada pekerja berdasarkan kebiasaan sarapan pada kurir pengiriman barang JNE di Kota Medan tahun 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan kelelahan kerja dengan sarapan pagi pada kurir JNE Kota Medan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan kelelahan kerja tanpa sarapan pagi pada kurir JNE Kota Medan.

1.4Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan tingkat kelelahan pada pekerja dengan sarapan pagi dan tidak sarapan pagi pada kurir JNE di Kota Medan.

1.5Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pihak perusahaan dalam mencegah terjadinya kelelahan pada kurir JNE di Kota Medan.

2. Sebagai masukan untuk setiap pekerja tentang pentingnya sarapan pagi dan pengaruhnya terhadap kelelahan pada kurir JNE di Kota Medan.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

maupun yang masih tergolong sebagai Less Developed Countries (LDC) , hubungan antara HAM dengan wibawa hukum seringkali dilupakan. Demikian yang

dalam pengaruh mengubah sumberdaya menjadi cadangan kaitannya dalam rerangka konservasi, ada 1'ang bisa "dikelola" dan ada yang tidak bisa/ tidak

Bahkan, pendekatan ini juga dijalankan oleh pusat untuk menangani sejumlah gerakan masyarakat sipil yang kritis terhadap pemerintah maupun perlawanan dari kelompok di Papua yang

Pada penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah persepsi body image remaja sedangkan variabel bebas terdiri dari faktor keluarga (wilayah tempat

Resiko infeksi pada luka dapat dikurangi pada penanganan tanpa insisi karena tidak adanya luka terbuka yang merusak jaringan kulit dan mukosa sebagai mekanisme

ini lazim kita temukan media sosial Instagram yang dijadikan sebagai media dakwah oleh lembaga dakwah maupun para da’i. Melalui akun Instagramnya, para da’i

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Yuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hikmat dan pengetahuan, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Pengendalian

Dari data diatas dapat diketahui bahwa kandungan O2 yang dihasilkan dari campuran premium dan biofuel 5% dan 20% lebih tinggi dibandingkan kandungan O2 pada premium