• Tidak ada hasil yang ditemukan

S FIS 1001060 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S FIS 1001060 Chapter3"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yaitu menganalisis peningkatan domain

competencies literasi sains siswa setelah diterapkan levels of inquiry maka dalam

penelitian ini tidak perlu adanya kelas kontrol atau kelas pembanding. Sehingga

sampel penelitian yang digunakan hanya satu kelas yaitu siswa kelas X pada salah

satu SMA di kota Bandung.

Pemilihan sampel dipilih secara sampling Purposive yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007:85). Kriteria sampel dalam

penelitian ini adalah siswa SMA dengan usia minimal 15 tahun dan belum belajar

mengenai materi elastisitas. Selain itu agar interaksi guru dan siswa berlangsung

lancar dalam proses pembelajaran, sampel yang digunakan adalah siswa yang

aktif bertanya dan mengemukakan pendapat. Menurut guru yang bersangkutan,

kelas X yang dijadikan sampel dalam penelitian dengan jumlah siswa 21 orang ini

adalah kelas yang paling aktif dibandingkan dengan kelas yang lainnya.

B. Desain Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis bagaimana peningkatan domain

competencies literasi sains siswa, maka peneliti harus mengetahui terlebih dahulu

bagaimana domain competencies literasi sains siswa sebelum diberikan perlakuan

dengan cara memberikan pretest, setelah itu peneliti baru memberikan perlakuan,

dan setelah siswa diberi perlakuan kemudian siswa yang bersangkutan diberikan

posttest. Dari tujuan tersebut maka desain penelitian yang dipilih adalah one

group pretest-posttest design. Pada desain ini, peningkatan domain competencies

literasi sains siswa dapat dilihat melalui perbedaan hasil pretest dan posttest.

Tabel 3.1 one group pretest-posttest design

Pretest Treatment Posttest

(2)

Keterangan :

O1 = Tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan (treatment)

X = Penerapan metode Levels of Inquiry

O2 = Tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan (treatment)

C. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peningkatan domain

competencies literasi sains siswa setelah diterapkan levels of inquiry, maka dalam

penelitian ini tidak perlu adanya kelas kontrol atau kelas pembanding.

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai tersebut, maka penelitian ini menggunakan

metode Pre-Eksperimental Design. Sanjaya dan Heriyanto (2006) menyatakan

bahwa “Dengan rancangan penelitian ini (metode Pre-Eksperimental Design) peneliti hendak mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan hanya melibatkan

satu kelompok subjek saja atau tidak ada kelompok kontrolnya”.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang akan dijabarkan lebih

rinci agar memperoleh persamaan persepsi :

1. Literasi Sains

Literasi sains yang digunakan dalam penelitian ini hanya berfokus pada

materi elastisitas. Dari empat domain literasi sains yang diukur PISA, yaitu

contexts, competencies, knowledge, dan attitude (OECD, 2006), penelitian ini

hanya mengukur domain competencies saja. Peningkatan literasi sains yaitu

adanya kenaikan hasil tes literasi sains untuk materi elastisitas dari pretest ke

posttest pada domain tersebut. Peningkatan domain competencies literasi sains

diukur menggunakan effect size.

2. Levels of Inquiry

Penerapan levels of inquiry terdiri dari enam tahapan dalam satu kali

pembelajaran. Tahapan tersebut diantaranya Discovery Learning, Interactive

Demonstration, Inquiry Lesson, Inquiry Lab, Real-World Application dan

Hypothetical Inquiry (Wenning, 2005). Karena penelitian dilakukan di SMA

maka tingkatan (level) pembelajaran yang digunakan adalah dari Discovery

(3)

learning memiliki fokus kontrol lebih kepada guru. Fokus tersebut terus berubah

dari guru menuju siswa seiring dengan meningkatnya tahapan. Sehingga pada

tahapan terakhir fokus kontrol kelas lebih besar oleh siswa dan guru hanya

mengawasinya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen

yang diadaptasi dari PISA dalam materi elastisitas atau disebut sebagai PISA-like.

Hal ini dilakukan karena literasi sains yang menjadi permasalahan di Indonesia

adalah literasi sains yang diukur oleh PISA. Soal PISA-like dirancang mengikuti

karakteristik soal PISA yaitu menyediakan sejumlah informasi atau data dalam

berbagai bentuk penyajian untuk diolah oleh siswa yang akan menjawabnya,

meminta siswa mengolah (menghubung-hubungkan) informasi dalam soal,

pernyataan yang menyertai pertanyaan dalam soal perlu dianalisis dan diberi

alasan saat menjawabnya, dan soal-soal tersebut disajikan dalam bentuk bervariasi

yakni bentuk pilihan ganda, isian singkat atau essay. Soal PISA dibuat secara

bervariasi karena di dalam literasi sains siswa dituntut untuk bisa menjelaskan

fenomena secara ilmiah sehingga melalui soal essay aspek ini dapat terukur.

Selain itu pada literasi sains siswa dituntut dapat menggunakan informasi ilmiah

untuk melakukan pilihan yang dihadapinya setiap hari sehingga perlu ada pula

soal yang berbentuk pilihan ganda untuk mengukurnya.

Selain itu, bentuk instrumen PISA mencakup tiga domain dalam satu soal

yaitu domain contexts, competencies, dan knowledge. Bentuk butir soal ada yang

berupa pilihan ganda dan essay yang disatu padukan dalam suatu wacana. Matriks

butir soal PISA-like yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Matriks Hubungan Domain context, competencies, dan knowledge

pada instrumen PISA-like

Competencies

Mengidentifikasi isu yang bersifat ilmiah

Menjelaskan fenomena secara ilmiah

Menggunakan fakta ilmiah Knowledge Knowledge of

science

Sistem fisik

Runtuhnya bangunan garmen Bangladesh diduga

penyalahgunaan fungsi bangunan (Hazard)

(4)

Tabel 3.2 Matriks Hubungan Domain context, competencies, dan knowledge

pada instrumen PISA-like (Lanjutan)

Competencies

Uji nyali dengan Bungee trampolin (Frontiers of science and technology)

Pertanyaan no. 8

Tips memilih matras Spring bed yang baik

untuk kesehatan ( Frontiers of science and

technology) Spring bed yang baik

untuk kesehatan ( Frontiers of science and

(5)

Tabel 3.2 Matriks Hubungan Domain context, competencies, dan knowledge

pada instrumen PISA-like (Lanjutan)

Competencies ( Frontiers of science and

technology) Pertanyaan no. 1

Pegas pada sepeda motor ( Frontiers of science and

technology) Pertanyaan no. 16

Uji nyali dengan Bungee trampolin ( Frontiers of science and

technology)

F. Proses pengembangan Instrumen

Soal PISA-like digunakan untuk tes literasi sains dalam penelitian ini.

Menurut Scarvia B. Anderson dkk dalam Arikunto tahun 2009 menyatakan bahwa

persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas. Dalam hal ini validitas lebih

penting, dan reliabilitas diperlukan karena menyokong terbentuknya validitas.

Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid, sebaliknya sebuah tes yang valid

biasanya reliabel. Agar diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Selain uji validitas dan reliabilitas instrumen,

dilakukan pula analisis butir soal tes yakni analisis tingkat kesukaran butir soal

dan daya pembeda butir soal. Berikut pemaparan mengenai validitas, reliabilitas,

(6)

1. Validitas Instrumen

Validitas instrumen merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu

instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2009:

65). Validitas instrumen pada penelitian ini mencakup validitas logis dan validitas

empiris karena validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran (validitas

logis) dan dari hasil pengalaman (validitas empiris). Untuk mengetahui validitas

logis instrumen PISA-like, dilakukan judgement terhadap butir-butir soal yang

dilakukan oleh dua judgment ahli dan untuk mengetahui validitas empiris maka

dilakukan uji coba instrument tersebut. Setelah dilakukan uji coba maka hasil uji

coba tersebut diolah ke dalam uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson Product

Moment dinyatakan dalam persamaan 3.1 (Arikunto, 2009 : 73), yaitu :

xy =

√ ... 3.1

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan (x = dan y = Y - ) = Jumlah perkalian x dengan y

x2 = kuadrat dari x

y2 = kuadrat dari y

Berikut ini tabel 3.3 (Arikunto, 2009) yang menginterpretasikan validitas:

Tabel 3.3

Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,81 ≤ r  1,00 Sangat Tinggi

0,61 ≤ r  0,80 Tinggi

0,41 ≤ r  0,60 Cukup

0,21 ≤ r  0,40 Rendah

0,00 ≤ r  0,20 Sangat rendah

(7)

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas taraf ketetapan hasil yang diukur sebuah instrumen apabila

instrumen tersebut diteskan berkali-kali, sehingga instrumen tersebut dapat

dipercaya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien

reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes pilihan

ganda dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode belah dua (

split-half method) atas-bawah. Reliabilitas tes pilihan ganda dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.2 (Arikunto, 2009:93), sebagai berikut :

11=2 r

2 1 2 1 1+ r

2 1 2

1 ……… .

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

r 2 1 2

1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Reliabilitas tes bentuk uraian dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.3

(Arikunto, 2009), sebagai berikut :

... 3.3

... 3.4

Keterangan :

= Reliabilitas Instrumen

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total

= Varians N = Jumlah siswa

X = Skor tiap butir soal

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen

(8)

Tabel 3.4

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81  r  1,00 Sangat Tinggi

0,61  r  0,80 Tinggi

0,41  r  0,60 Cukup

0,21  r  0,40 Rendah

0,00  r  0,20 Sangat Rendah

3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya

suatu soal. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan persamaan 3.5

(Arikunto, 2009 : 208), sebagai berikut :

P =

... 3.5

Keterangan :

P = Tingkat Kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal

yang diperoleh digunakan tabel 3.5 (Arikunto, 2009 : 208) berikut :

Tabel 3.5

Interpretasi Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran

0,00 -0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.

Namun perlu diketahui bahwa soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar

(9)

4. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan untuk menentukan daya

pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda yaitu :

DP = ... 3.6

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

BA= Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

B B= Banyaknya kelompok bawah yang menjawab dengan benar

J A= Banyaknya peserta kelompok atas

J B= Banyaknya peserta kelompok bawah

Adapun tolak ukur yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks daya

pembeda yang telah diperoleh, digunakan tabel 3.6 (Arikunto, 2009: 218) berikut :

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

Negatif Sangat jelek, harus dibuang

0,00 - 0,20 jelek (poor)

0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (Good)

0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

5. Hasil Uji Coba Test

Berikut adalah analisis data hasil uji coba meliputi uji validitas, reliabilitas,

daya pembeda dan tinggi kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini

(Untuk lebih lengkapnya dapat di lihat pada Lampiran B.3)

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes Literasi Sains

No. Bentuk Soal

Validitas

Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda

Reliabilitas Ket Nilai

rxy Kategori

Nilai

TK Kategori Nilai

(10)

Syarat sebuah soal dibuang adalah jika soal tersebut tidak valid (kategori

validitas rendah), kategori tingkat kesukaran sangat sukar atau sangat mudah,

kategori daya pembeda negatif, dan indikator soal yang dibuang sudah terwakili

(11)

oleh indokator soal lain. Jika tidak ada indikator soal yang terwakili oleh soal lain

maka soal yang bersangkutan dapat direvisi dan di ujicoba lagi.

Berdasarkan tabel 3.7 terlihat bahwa soal nomor 9 dan nomor 14 memiliki

validitas yang rendah (tidak valid). Walaupun kedua soal tersebut valid dalam

validitas logis yang dilakukan oleh judgment ahlinamun kedua soal itu tidak valid

dalam validitas empiris. Validitas sebuah instrumen tidak hanya dihasilkan dari

hasil pemikiran/validitas logis saja namun harus dibuktikan juga melalui

pengalaman/validitas empiris (Arikunto, 2009). Instrumen yang tidak valid dapat

diperbaiki atau dibuang, namun jika diperbaiki instrumen tersebut harus di uji

validitas ulang yakni mencakup validitas logis dan validitas empiris. Dalam

penelitian ini, penulis memilih untuk membuang instrumen yang tidak valid

karena terdapat nomor soal lain yang dapat mewakili indikator yang akan diukur.

Soal nomor 9 dan nomor 14 dapat terwakili oleh soal nomor 16 karena indikator

soal tersebut sama.

G. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah melalui tes tulis,

angket, dan video pembelajaran.

1. Tes tulis

Tes ini digunakan untuk mengukur peningkatan domain competencies

literasi sains siswa setelah diterapkan levels of inquiry. Tes ini disusun

berdasarkan pada indikator yang hendak dicapai pada setiap pertemuan

pembelajaran. Soal-soal tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda dan essay

mengenai materi elastisitas. Instrumen ini mencakup tiga domain literasi sains

yaitu domain context, competencies, dan knowledge. Soal-soal yang digunakan

pada tes awal dan tes akhir merupakan soal yang sama, hal ini dimaksudkan agar

tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan

dan pemahaman yang terjadi.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen

(12)

a. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum 2013 mata pelajaran Fisika

SMA kelas X semester 2, yakni pada materi elastisitas kemudian

disesuaikan dengan kisi-kisi soal PISA 2006.

b. Menulis soal tes berdasarkan kisi-kisi dan membuat kunci jawaban dan

rubrik penilaian.

c. Mengkonsultasikan soal-soal instrumen dan melakukan revisi kepada dosen

pembimbing sebagai perbaikan awal.

d. Meminta pertimbangan (judgment) kepada dua dosen fisika, kemudian

melakukan revisi soal berdasarkan bahan pertimbangan tersebut.

e. Melakukan uji instrumen di salah satu kelas di sekolah yang menjadi

populasi dalam subjek penelitian berlangsung, menganalisis hasil uji

instrumen yang meliputi uji validitas butir soal, reliabilitas instrumen,

tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Kemudian melakukan revisi ulang

melalui konsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Video Pembelajaran

Setiap pertemuan dalam pembelajaran didokumentasikan menggunakan

video sehingga proses pembelajaran dapat dianalisis secara keseluruhan.

H. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pengolahan

data secara statistik. Tujuan pengolahan data ini adalah untuk mengetahui

peningkatan domain competencies literasi sains siswasetelah diberikan perlakuan.

Untuk melihat peningkatan domain competencies literasi sains siswa setelah

menerapkan levels of inquiry adalah dengan cara menganalisis nilai effect size dari

hasil pretest dan posttest siswa. Nilai effect size adalah pengukuran sederhana

untuk mengukur perbedaan antara dua kelompok atau kelompok yang sama dalam

waktu berbeda dengan menggunakan skala yang umum (Secretariat, Literacy.

2002).

Effect size merupakan cara yang digunakan untuk mengukur berapa besar

pengaruh treatment. Selain itu, effect size digunakan untuk :

1. Membandingkan kemajuan (peningkatan) dari waktu ke waktu pada tes

(13)

2. Membandingkan hasil pengukuran tes yang berbeda

3. Membandingkan kelompok yang berbeda dalam melakukan tes yang sama

Perbandingan yang mungkin menggunakan effect size diantaranya :

1. Perbedaan skor antara dua kelompok yang berbeda ( misalnya , anak laki-

laki dan perempuan )

2. Perubahan skor untuk kelompok sama yang diukur dua kali

3. Hubungan antara faktor-faktor dan nilai yang berbeda itu semua dapat

dianggap sama .

Cara menghitung effect size pada desain penelitian satu kelas tanpa kelas

kontrol yaitu dengan menggunakan persamaan berikut :

Effect Size (d) =

... 3.7

Standar deviasi yang dimaksud adalah standar deviasi pooled. Cara

menghitung standar deviasi pooled yaitu dengan persamaan sederhana dari cohen

(1988) :

√ ... 3.8

Keterangan :

SDpooled = Standar deviasi Pooled

SD1 = standar deviasi data ke-1

SD2 = standar deviasi data ke-2

M1 = Rata-rata skor Pretest

M2 = Rata-rata skor Posttest

Persamaan 3.7 dapat digunakan jika data memiliki koefisien korelasi

dengan kategori kecil. Jika data memiliki koefisien korelasi dengan kategori

sedang atau besar maka untuk menghitung effect size yaitu dengan menggunakan

persamaan berikut:

... 3.9

(14)

d = Nilai Effect Size

M1 = Rata-rata skor Pretest

M2 = Rata-rata skor Posttest

SDpooled = Pooled Standard Deviation

r = koefisien korelasi

Pada penelitian ini koefisien korelasi yang digunakan dapat dilihat dari tabel 3.8

(Sugiono, 2010) sebagai berikut :

Tabel 3.8

Interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0.199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Adapun tolak ukur yang digunakan untuk menginterpretasikan nilai effect

size yang telah diperoleh, Cohen mengatakan bahwa nilai effect size 0,20 berarti

berpengaruh kecil, 0,50 berpengaruh sedang, dan 0,80 berpengaruh besar. Secara

lebih terperinci, kategori nilai effect size dapat dilihat dari tabel 3.9 (Cohen, 1992)

berikut :

Tabel 3.9

Klasifikasi Effect Size

Nilai Effect Size Kategori

0,00 ≤ x ≤ 0,20 Tidak berarti (dapat diabaikan)

0,20 ≤ x ≤ 0,50 Kecil

0,50 ≤ x ≤ 0,80 Sedang

Gambar

Tabel 3.2 Matriks Hubungan Domain context, competencies, dan knowledge
Tabel 3.2 Matriks Hubungan Domain context, competencies, dan knowledge
Tabel 3.4
Tabel 3.8

Referensi

Dokumen terkait

(2008) keragaman genetik dan fenotipik yang luas dapat menunjukkan kon- disi lingkungan tumbuh yang optimal yang di- tunjukkan dari hasil penelitian mereka pada 39 galur murni

Sebelum membuat program dibutuhkan beberapa tahapan perancangan yang terdiri dari perancangan ERD, Perancangan Normalisasi, dan kemudian dibuatkan perancangan file file Databasenya

Hutan mangrove adalah salah satu ekosistem hutan tropika yang tumbuh di.. sepanjang pantai atau muara sungai, yang dipengaruhi oleh pasang surut

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis bahwa pencatatan rawat inap pasien Jakarta integritas data dan kekonsistensi data kurang baik. Karena masih manual dilakukan dalam

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal dari menyusun teks eksplanasi, model pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai alternatif dalam meningkatkan

Di dalam museum antara lain terdapat koleksi kecrekan/ yang tempo dulu digunakan untuk upacara ritual// Ada boneka dari Pakistan/ Cepot tokoh local Jawa Barat/ dan ada

IMPLEMENTASI MOD EL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN D IRI SISWA D ALAM AKTIVITAS SENAM AEROBIK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hal yang serupa disampaikan oleh Lee (2001) yang menyatakan bahwa faktor lingkungan utama yang menyebabkan panjangnya umur tanaman dan persentase gabah hampa