BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Wanita dan pria pada umumnya memiliki minat yang beragam ketika
memasuki masa dewasa awal, seperti minat mengenai fisik, pakaian, perhiasan,
harta dan belief tentang penampilan dan gaya hidup. Berbagai hal dilakukan oleh
pria dan wanita untuk memiliki kepuasan terhadap penampilan fisik mereka,
terlebih bagi wanita. Penampilan fisik yang dimaksud meliputi tinggi badan, berat
badan dan raut wajah. Bagi para wanita, minat terhadap penampilan fisik akan
semakin kuat ketika tanda-tanda penuaan mulai muncul (Mappiare, 1983). Jadi,
semakin tua wanita maka akan semakin besar pula ia menaruh minat pada
penampilan.
Masa dewasa awal adalah masa peralihan setelah masa remaja, yaitu
dimulai dari usia 20 tahun sampai usia 40 tahun. Pada masa ini akan terjadi
perubahan dalam diri individu, yakni dari aspek fisik, kognitif dan peran sosial di
masyarakat (Papalia, Old & Feldman, 2008). Masa dewasa awal merupakan suatu
masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, harapan-harapan
sosial baru, dan masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru, awalnya siswa
menjadi mahasiswa, dari sekolah menjadi perguruan tinggi. Interaksi yang terjadi
di perguruan tinggi lebih luas dan orang-orang yang ditemui juga lebih beragam.
Selain melanjutkan pendidikan, individu juga mulai berkarir, sebagian ada yang
berkarir sambil kuliah, sebagian lagi tidak melanjutkan kuliah dan hanya fokus
berkarir. Disamping berkarir, pada masa ini individu mulai menjalin hubungan
serius dengan lawan jenis yang memiliki tujuan untuk hidup bersama. Berkarir
dan mulai menemukan pasangan hidup membuat wanita memerhatikan
penampilan mereka (Santrock, 2002).
Penampilan merupakan hal yang penting, terlebih bagi wanita. Pakaian
yang dipakai dan aksesoris yang digunakan oleh wanita semata-mata untuk
menunjang penampilan. Wanita selalu disibukkan dengan bagaimana cara
membuat citra yang menarik mengenai diri mereka dalam lingkungan sosialnya,
yang ramping merupakan suatu gambaran tubuh yang dianggap baik/menarik bagi
para wanita.
Keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal erat kaitannya dengan
istilah body image (citra tubuh). Body image merupakan evaluasi terhadap ukuran
tubuh, berat badan ataupun aspek-aspek lain dari tubuh yang berhubungan dengan
penampilan fisik yang dipengaruhi oleh standar penilaian mengenai penampilan
menarik yang berlaku di mana orang tersebut berada (Altabe dan Thompson,
dalam Fristy, 2012).
Kondisi fisik yang dimiliki oleh individu berkaitan dengan bagaimana
mereka melakukan evaluasi terhadap diri mereka. Individu yang memilki body
image yang positif akan memiliki penerimaan diri yang baik, yang ditandai
dengan adanya penilaian positif dan sikap positif terhadap diri sendiri, serta
menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri (Ridha, 2012).
Setiap individu memiliki body image yang berbeda-beda, ada yang positif
dan ada yang negatif, tergantung penilaian yang mereka berikan terhadap dirinya
(Cash, 2002). Ada beberapa hal yang memengaruhi terbentuknya body image,
salah satunya adalah media (Smolak & Cash, 2011). Banyak sekali terdapat iklan
di media yang menggunakan model bertubuh ramping dan berwajah cantik untuk
menawarkan produk-produk dagang. Disadari atau tidak, ini membentuk standar
kecantikan wanita. Para wanita menjadikan orang dalam iklan tersebut sebagai
tolak ukur wanita cantik. Menurut Henggaryadi dan Fakhrurozi (2008), memiliki
bentuk fisik yang baik akan menimbulkan kepuasan dalam diri terhadap tubuhnya.
Semakin tinggi kepercayaan diri yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya maka
semakin positif harga diri yang dimiliki, karena body image yang positif
meningkatkan nilai diri, kepercayaan diri serta mempertegas jati diri terhadap
dirinya sendiri maupun orang lain yang akan memengaruhi harga diri. Inilah
mengapa wanita yang memiliki body image negatif cenderung melakukan
upaya-upaya untuk memperbaiki tampilan diri mereka.
Body image yang berkembang negatif mampu membahayakan diri karena
individu akan berfokus pada kekurangan dirinya, hal ini disebut dengan gangguan
body dysmorphic. Penelitian tentang hal tersebut pernah dilakukan pada subjek
negatif karena pada masa sekolah subjek mendapat perlakuan yang tidak baik dari
teman-teman sekolahnya, kejadian ini membuat subjek menarik diri dan berpikir
bahwa dirinya jelek dan memiliki banyak kekurangan. Hal ini menyebabkan
subjek menutupi kekurangan fisiknya dengan berbagai cara seperti memakai
sepatu tinggi, memakai baju bagus, bahkan sempat berpikir untuk melakukan
operasi plastik. Selain itu, subjek menjadikan kakaknya sebagai perbandingan
karena subjek merasa kakaknya lebih cantik. Beberapa hal tersebut menyebabkan
subjek menderita gangguan yang membuat subjek berfokus pada kekurangannya
dan tidak mendapat titik akhir/kepuasan diri (Fristy, 2012).
Hasil survey yang dilakukan dr Kearney-Cooke bersama majalah Glamour
ialah 97% perempuan berpikir negatif tentang bentuk tubuh mereka. Studi tersebut
dilakukan pada 300 perempuan dengan bentuk tubuh yang berbeda-beda.
Kemudian, 300 perempuan tersebut diminta untuk menuliskan hal-hal buruk
tentang bentuk tubuhnya dan selanjutnya mengatakan perkataan tersebut setiap
hari kepada dirinya sendiri. Rata-rata, masing-masing perempuan memiliki 13
pikiran negatif terhadap tubuhnya. Artinya, satu pikiran negatif muncul setiap jam
ketika mereka tidak sedang tidur (Mardiani, 2013).
Berdasarkan survey dan penelitian tersebut, diketahui banyak wanita yang
berpikir negatif tentang tubuhnya karena penampilan fisik mereka yang kurang
ideal, penampilan fisik merupakan bagian yang paling mudah terlihat
perbedaannya. Wanita mengubah diri agar pikiran negatif tentang tubuhnya dapat
diminimalisasi. Keinginan untuk mengubah fisik demi mencapai tujuan tidak
tanggung-tanggung dilakukan wanita walaupun harus dengan melakukan operasi
plastik. Gencarnya orang-orang untuk mendapatkan tubuh yang menarik juga
terlihat dari produk kecantikan dan obat diet yang laris terjual di pasaran
(Corbuzier, 2013). Banyak obat yang beredar di pasaran menjanjikan perubahan
dalam proses yang cepat sehingga menyebabkan banyak orang tergiur dan kurang
selektif dalam memilih produk tersebut. Badan pengawas obat dan makanan
(BPOM) masih menemukan produk-produk kecantikan yang tidak memiliki izin
edar karena tidak memiliki syarat-syarat tertentu. Beberapa produk kecantikan
tersebut mengandung bahan berbahaya tidak layak pakai yang dapat
Upaya yang paling sering dilakukan oleh wanita yang memiliki kelebihan
berat badan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal adalah diet. Diet
merupakan cara mengatur pola makan/minum yang dikonsumsi. Pola makan
tersebut diatur sedemikian rupa, sehingga makanan yang masuk ke dalam tubuh
hanyalah makanan tertentu dengan jumlah tertentu yang bertujuan untuk
mengurangi lemak tubuh, menurunkan berat badan, mengurangi penyakit yang
diderita dan alasan kesehatan (Huteri, 2012). Diet sangat akrab di kalangan kaum
wanita, karena memang sebagian besar wanita menginginkan tubuh ideal.
Keinginan untuk mengubah penampilan dan bentuk tubuh bermula dari rasa tidak
puas diri, misalnya seperti masalah berat badan yang berlebihan sehingga tidak
indah dilihat dalam hal berpakaian. Masalah fisik tersebut untuk sebagian wanita
dianggap sebagai masalah besar, mereka bahkan ada yang sampai minder atau
tidak percaya diri. Dampaknya mereka mengonsumsi obat diet demi mendapatkan
tubuh yang ideal. Ini dialami lebih banyak oleh wanita karena wanita memiliki
banyak cara untuk menarik perhatian dalam hal penampilan. Berat badan adalah
masalah pria dan wanita. Namun jika dibandingkan dengan pria, wanita lebih
sering memandang dirinya memiliki berat badan yang berlebihan, ini karena
keinginan wanita untuk tampil menarik lebih tinggi daripada pria (Fallon, dalam
Santrock, 2002).
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan body image memperoleh
hasil bahwa terdapat perbedaan gambaran tubuh yang signifikan antara remaja
yang berjenis kelamin laki-laki dan berjenis perempuan, namun tidak terdapat
perbedaan perilaku diet yang signifikan antara remaja yang memilki jenis kelamin
berbeda tersebut (Andea, 2010).
Di Indonesia sedang hangat diperbincangkan mengenai rencana Dedi
Corbuzier (seorang publik figur di indonesia) untuk menciptakan Indonesia bebas
obesitas dengan penemuan terbarunya yaitu OCD (Obsessive Corbuzier Diet).
Dedi Corbuzier menjelaskan dalam bukunya mengenai bagaimana memiliki
bentuk tubuh yang ideal dengan cara sehat yaitu berpuasa tanpa menggunakan
obat diet. Hal ini membuat wanita Indonesia yang memiliki bentuk tubuh yang
Corbuzier sudah terunduh sebanyak 2 juta kopi dan dalam minggu itu juga jutaan
orang mengalami perbaikan bentuk tubuh (Corbuzier, 2013).
Menurut Kim dan Lennon (dalam Andea 2010) diet OCD merupakan diet
yang tidak sehat. Diet tidak sehat adalah upaya yang dilakukan untuk
mendapatkan tubuh yang ideal dengan cara yang tidak sehat dan akan
membahayakan kesehatan. Diet jenis ini dilakukan dengan berpuasa tanpa niat
ibadah untuk penurunan berat badan, mengonsumsi obat diet yang akan menahan
nafsu makan dan muntah dengan sengaja.
Penelitian lain yang dilakukan di salah satu fakultas di Universitas
Indonesia mendapatkan hasil 30% responden melakukan diet penurunan berat
badan adalah untuk memiliki penampilan yang lebih menarik dan lebih cantik,
42% responden memiliki tujuan berdiet adalah untuk mencegah kenaikan berat
badan dan hanya 17% memiliki tujuan untuk lebih sehat (Yosephin, 2012).
Individu melakukan diet bertujuan untuk mengurangi perasaan negatif
terhadap diri mereka karena menurut Cash dan Pruzinsky (2002), individu
dengan perasaan negatif tersebut akan menganggap dirinya tidak menarik,
melakukan usaha negatif untuk meningkatkan penampilan diri, merasa tidak puas
terhadap tubuh yang dimiliki dan merasa cemas terhadap kegemukan. Semakin
negatif penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya maka perilaku diet
yang dilakukan individu tersebut akan semakin tinggi.
Lain halnya dengan individu yang memiliki body image positif, individu
yang memiliki body image positif akan menganggap diri mereka menarik,
melakukan usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan diri tanpa
melakukan diet, merasa puas terhadap tubuh yang dimiliki, tidak merasa cemas
terhadap kegemukan dan memiliki persepsi yang positif terhadap tubuh (Cash dan
Pruzinsky, 2002), sehingga wanita dewasa awal dengan karakteristik tersebut akan
memiliki perilaku diet yang rendah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara body image dengan
perilaku diet pada wanita dewasa awal.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dan praktis dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu psikologi dalam bidang perkembangan, khususnya mengenai body image
dan perilaku diet pada dewasa awal.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai referensi bagi wanita dewasa awal agar mengetahui informasi
tentang body image sehingga diharapkan dapat menghargai kekurangan
dan kelebihan fisik maupun nonfisik dan tetap berpikir positif terhadap
kondisi tubuhnya.
b. Bagi para peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi
referensi, khususnya yang berhubungan dengan body image dan perilaku
diet pada dewasa awal.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur penulisan dalam skripsi adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab I akan menguraikan mengenai latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur
organisasi skripsi.
BAB II BODY IMAGE DAN PERILAKU DIET PADA DEWASA
AWAL
Bab ini akan membahas teori body image yaitu definisi body
image, faktor-faktor yang memengaruhi body image dan dimensi
perilaku diet yang terdiri dari definisi perilaku diet, faktor-faktor
yang memengaruhi perilaku diet, jenis-jenis perilaku diet, dampak
perilaku diet, dimensi perilaku diet. Kemudian akan membahas
tentang dewasa awal yang meliputi definisi dewasa awal,
karakteristik dewasa awal. Selanjutnya akan dibahas mengenai
Indeks masa tubuh, kerangka berpikir, asumsi dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian yang akan digunakan,
yang meliputi desain penelitian, populasi penelitian, sampel
penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian yang terdiri dari kuesioner body image dan kuesioner
perilaku diet. Selanjutnya akan dibahas mengenai uji reliabilitas,
uji validitas dan teknik analisis.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas mengenai penelitian dan pembahasan
hasil analisis mengenai gambaran body image dan perilaku diet
serta hubungan keduanya pada dewasa awal.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dan saran yang