PENGARUH PENAMBAHAN GLISIN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN WANITA HAMIL TRIMESTER KEDUA YANG MENDAPAT SUPLEMEN ZAT BESI
ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Oleh :
YURICA BAHARUDIN G2A002184
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2006
Artikel Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang pada tanggal 29 Juli 2006 dan telah dilakukan perbaikan sesuai dengan saran-saran yang diberikan.
Tim Penguji,
Penguji Dosen Pembimbing
dr. Anindita Soetaji, sp.A dr. Kusmiyati DK, M.Kes NIP. 132.296.948 NIP. 131.252.961
Ketua Penguji
dr. Niken Puruhita NIP.132.205.005
The effect of glycine supplementation on hemoglobin level of 2nd semester pregnant women that receive iron supplement
Yurica Baharudin*, Kusmiyati**
ABSTRACT
Method: this research was a true experimental with double blind randomized control trial design. Samples significant differences increase between before and after the treatment. While the mean difference hemoglobin level of samples with glycine had no significant effect than they with placebo.
Keyword :Glycine, pregnancy, iron supplementation, hemoglobin
* Student of Medical Faculty Diponegoro University
**Lecturer staff Biochemical Departement of Medical Faculty Diponegoro University
Pengaruh Penambahan Glisin terhadap Kadar Hemoglobin Wanita Hamil Trimester Kedua yang Mendapat Suplemen Zat Besi
Yurica Baharudin*, Kusmiyati**
ABSTRACK
Latar belakang :anemia defisiensi besi pada wanita hamil menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun janin. Program suplementasi besi belum mampu menurunkan angka kejadian anemia. Glisin, sebagai salah satu bahan baku pembentuk hemoglobin, layak dipertimbangkan sebagai alternatif penyelesaian. Kadar hemoglobin dibawah normal merupakan tanda anemia. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh penambahan suplemen glisin pada wanita hamil trimester kedua yang mendapat suplemen besi.
Metode : penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan desain penelitian double blind randomized control trial. Sampel terdiri dari 30 wanita hamil trimester kedua yang menderita anemia ringan-sedang, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (mendapat plasebo) dan kelompok perlakuan (mendapat glisin 500 mg). Data diolah dengan menggunakan program SPSS 13.0 for windows. Analisis dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnof, paired t-test dan independent t- test
Hasil : didapatkan rerata kadar hemoglobin kelompok kontrol sebelum perlakuan adalah 9,916±0,89 mg/dl dan sesudah perlakuan adalah 10,819±0,81 mg/dl (p=0,16). Kadar hemoglobin kelompok perlakuan sebelum perlakuan adalah 10,173±0,79 mg/dl dan sesudah perlakuan adalah 10,627±0,86 mg/dl (p=0,09). Sedangkan rerata selisih kelompok kontrol adalah 0,856±1,06 mg/dl dan kelompok perlakuan adalah 0,433±0,76 mg/dl (p
=0,272).
Kesimpulan : kadar hemoglobin sampel yang diberi plasebo maupun yang mendapat suplemen glisin tidak menunjukkan peningkatan yang bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan rerata selisih kadar hemoglobin sampel yang mendapat suplemen glisin tidak ada perbedaan yang bermakna dengan rerata selisih sampel yang hanya mendapat plasebo.
Kata kunci : Glisin, Kehamilan, Suplementasi Besi,Hemoglobin
** Staf Pengajar Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
PENDAHULUAN
Anemia pada wanita hamil masih menjadi masalah kesehatan dunia, di Indonesia prevalensi anemia pada
wanita hamil antara 38% - 71,5%.1 Anemia pada wanita hamil disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan akan
besi yaitu sekitar tiga kali lipat disertai terjadinya peningkatan volume plasma yang tidak seimbang dengan
peningkatan eritropoesis.2,3
Anemia berat dapat menyebabkan badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kematian intrauterin,
kematian perinatal, kematian janin waktu lahir, cacat bawaan dan cadangan besi yang kurang.Pada ibu, anemia
dapat menyebabkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri, infeksi baik intrapartum maupun postpartum, afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia, syok dan
bahkan kematian.4
Kadar Hemoglobin merupakan salah satu indikator terjadinya anemia. Dimana bila kadar Hb kurang dari
batas normal menunjukkan salah satu tanda anemia. 5
Program pemberian suplementasi tablet besi selama kehamilan belum menunjukan keberhasilan.
Pemberian glisin, sebagai tambahan pada suplementasi besi, tampaknya layak dipertimbangkan untuk
menurunkan prevalensi anemia. Glisin
diperlukan untuk sintesis molekul hemoglobin, kolagen dan gluthathion.6 Pada beberapa penelitian, senyawa
iron bis-glycine diabsorpsi tubuh 4 kali lebih tinggi daripada ferrous sulfat sendiri.7 Pada penelitian dengan
parameter kadar hemoglobin didapatkan bahwa 30mg / hari iron bis-glycine diabsopsi 4 kali lebih efisien
daripada 120 mg ferous sulfat dan didapatkan kesembuhan dari anemia setelah 4 minggu.8 Namun karena
masalah biaya, pemberian komponen penyusunnya yaitu glisin dan ferrous sulfat secara terpisah, layak dipertimbangkan dimana harganya akan lebih terjangkau.
manfaat dalam upaya menurunkan prevalensi anemia pada wanita hamil dengan pemberian suplemen glisin.
METODE
Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni dengan menggunakan rancangan Double Blind Randomized Control Trial. Subyek penelitian adalah wanita hamil trimester kedua, berusia antara 20-40 tahun dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani informed consent. Subyek penelitian tidak diikutsertakan apabila mempunyai riwayat penyakit sistemik/ metabolik atau sedang dalam pengobatan jangka panjang suatu penyakit. Subyek penelitian didapatkan dari Puskesmas Halmahera, Puskesmas Pandanaran, dan
praktek bidan swasta Bandarharjo. Penelitian ini dimulai dengan
melakukan screening pemeriksaan kadar hemoglobin pada subyek penelitian yang memenuhi kriteria. Screening
dilakukan untuk mendapatkan 30 subyek penelitian yang menderita anemia ringan-sedang. Subyek penelitian kemudian dibagi dalam kelompok perlakuan dan kontrol dengan cara randomisasi sederhana dengan menggunakan tabel angka random.
Kemudian, pemeriksaan sampel darah awal dilakukan untuk mengetahui nilai hemoglobin sebelum perlakuan. Kelompok perlakuan mengonsumsi glisin 500 mg dan tablet ferrous sulfat 300 mg setiap hari selama 4 minggu.sedangkan kelompok kontrol mengonsumsi amylum 500 mg dan tablet ferrous sulfat 300 mg setiap hari selama 4 minggu. Setelah perlakuan tersebut dilakukan pemeriksaan sampel darah akhir untuk mengetahui nilai hemoglobin. Setiap pemeriksaan sampel darah dilakukan dengan pengambilan 2 cc darah vena dengan
disposable syringe. Sampel darah lalu dimasukkan dalam vial berisi EDTA, ditutup, diberi label kemudian diperiksa di Laboratorium Ideal Semarang. Kadar hemoglobin diperiksa dengan spektrofotometri.
Data yang terkumpul diolah dengan program SPSS 13.00 for windows. Nilai hemoglobin sebelum dan sesudah perlakuan masing-masing kelompok serta selisih kadar hemoglobin antara kedua kelompok akan
disajikan dalam rerata simpang baku. Kemudian dilakukan uji normalitas data (uji Kolmogorov Smirnof) dan
didapatkan bahwa semua data terdistribusi normal. Sehingga data yang diperoleh pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diuji dengan paired t test dan independent sampleT-test.
HASIL
memenuhi kriteria. Dari 30 pasien yang diikutsertakan dalam penelitian, 5 pasien mengundurkan diri saat dilakukan kunjungan rumah. Sehingga penelitian dilakukan pada 25 sampel yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan (12 sampel) dan kelompok kontrol (13 sampel) dengan karakteristik :
Tabel 1. Data Demografik pasien
Perlakuan Kontrol
Jumlah sampel 12 13
Umur (tahun)* 25,08 26,92
Umur Kehamilan (minggu)* 18,67 16,69
Hb awal(gr%)* 10,17 9,99
Tekanan sistole (Hg)* 103,33 105,38
Tekanan diastole (Hg)* 67,50 68,46
Gravida * 1,50 2,00
Para * 0,42 0,92
Aborta * 0,17 0,08
Kepatuhan minum obat(kali)* 20,75 26,23
*Nilai rerata
Data demografik kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna, kecuali pada kepatuhan minum obat didapatkan perbedaan yang bermakna dari hasil uji independent t-test (p=0.000).
Kadar hemoglobin kedua kelompok baik sebelum maupun sesudah perlakuan disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2. kadar hemoglobin sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dan perlakuan Kadar hemoglobin
Kelompok sebelum perlakuan sesudah perlakuan paired t-test
Mean ±SD Mean ±SD
Kontrol 9,916±0,89 10,819±0,81 p=0,16* Perlakuan 10,173±0,79 10,627±0,86 p=0,09* *p>0,05, non significant
sedangkan pada sesudah perlakuan rata-ratanya sebesar 10,819±0,81. Sebaran data kedua kelompok diuji dengan
kolmogorov-smirnov dan didapatkan data terdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji paired t-test. Hasil uji
paired t-test antara keduanya menunjukkan peningkatan yang tidak bermakna. Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan rata-rata sebesar 10,173±0,79 untuk sebelum perlakuan dan 10,627±0,86 untuk sesudah perlakuan. Kemudian dilanjutkan dengan uji normalitas data kolmogorov-smirnov, didapatkan data terdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji paired t-test. Hasil uji paired t-test antara keduanya menunjukkan peningkatan yang tidak bermakna.
adekuat dari makanan.Anemia dapat ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin. 2
Program suplementasi besi belum menunjukkan hasil yang memuaskan, oleh karena itu glisin sebagai salah satu pembentuk hemoglobin layak dipertimbangkan sebagai suplementasi tambahan. Pernyataan ini didukung oleh Benjamin yang menyarankan iron bis-glycine sebagai fortifikasi diet besi dalam penanganan
anemia dikarenakan ketersediaan hayati yang lebih baik daripada ferrous sulfat. 7
sampel yang mendapat suplemen besi + plasebo mengalami peningkatan kadar hemoglobin setelah suplementasi. Namun berdasarkan uji paired t-test peningkatan yang didapat tidak bermakna. Begitu pula dengan selisih kadar hemoglobin ( perbedaan kadar hemoglobin sampel sebelum dan sesudah suplementasi ) pada sampel yang mendapat suplemen besi + glisin tidak berbeda bermakna dengan sampel yang mendapat suplemen besi + plasebo. Jadi, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan suplemen glisin tidak meningkatkan kadar hemoglobin wanita hamil yang mendapat suplemen besi.
Kemungkinan hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dikarenakan penelitian ini tidak menggunakan pemeriksaan serum feritin untuk mendeteksi anemia defisiensi besi. Menurut disertasi Hertyanto, anemia pada wanita hamil di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh karena defisiensi seng, sehingga kemungkinan penelitian ini tidak berhasil dikarenakan penyebab anemia pada sampel penelitian bukanlah
defisiensi besi. 9
Kemungkinan lain dikarenakan penggunaan preparat yang berbeda dengan penelitian terdahulu yakni ferrous sulfat dan glisin dalam bentuk murni dimana penelitian terdahulu menggunakan iron bis-glycine, suatu senyawa kelat hasil pengikatan 2 molekul glisin ke kation ferous untuk membentuk komponen cincin heterosiklik ganda. Konfigurasi ini dipercaya melindungi besi dari penghambat-penghambat makanan dan juga
interaksi di usus halus sehingga memiliki bioavaibilitas yang lebih tinggi dibandingkan ferous sulfat. 10 Pada
penelitian ini, pemberian ferous sulfat dan glisin secara murni dikarenakan pertimbangan biaya yang lebih terjangkau daripada pemberian iron bis-glycine. Namun efek perlindungan glisin terhadap proses penyerapan besi kemungkinan tidak didapatkan pada pemberian preparat ini sendiri-sendiri walaupun diberikan secara bersamaan. Hal ini diperkuat dengan penelitian Hallberg yang menyatakan bahwa protein kedelai non-phytate tidak
berpengaruh dalam penyerapan besi, dimana glisin banyak terdapat dalam kedelai.11 Dari pernyataan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa mungkin preparat glisin murni tidak berpengaruh pada penyerapan besi walaupun pemberiannya secara bersama-sama.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah perbedaan kepatuhan, asupan makanan, variasi genetik dan psikis dimana setiap sampel mempunyai kecenrderungan yang berbeda untuk tersugesti.
KESIMPULAN
perlakuan (yang mendapat besi dan glisin)
SARAN
Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menekankan hal-hal berikut yaitu penyaringan sampel anemia dengan pemeriksaan serum ferritin untuk menyingkirkan anemia yang tidak disebabkan defisiensi besi, jumlah sampel yang lebih besar, pengawasan kepatuhan yang lebih ketat, keseragaman asupan makanan dan waktu penelitian yang lebih lama.
UCAPAN TERIMA KASIH