Laporan Akhir
II - 1
Bagian ini pada dasarnya menggambarkan potensi, masalah danprospek pengembangan sesuai dengan kondisi eksisting serta kebijakan terkait
yang akan digunakan untuk menyusun kebijakan, strategi pengembangan
wilayah Kabupaten Ngawi, kajian ini selain dilihat dari kecamatan dan
kabupaten. Selanjutnya pada kajian prospek pengembangan untuk setiap
bagian akan digunakan sebagai panduan rencana tata ruang wilayah.
2.1. POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK STRUKTUR RUANG WILAYAH
Struktur ruang wilayah terdiri atas sistem perdesaan dan perkotaan,
Laporan Akhir
II - 2
2.1.1. Sistem Pusat PelayananA. Potensi
1. Kawasan perdesaan memiliki pusat pelayanan sendiri-sendiri dan memiliki hubungan yang kuat dengan kawasan perkotaan, dan
dijelaskan sebagai berikut:
Kecamatan Ngawi sebagai pusat regional kabupaten yang
memberikan pelayanan kepada wilayah dengan fungsi kegiatan
dibawahnya, dengan orientasi kegiatan pelayanan yaitu di Kecamatan
Paron, Kecamatan Widodaren dan Kecamatan Kedunggalar, sebagai
pusat pelayanan dengan fungsi PKLp, kemudian Kecamatan
Karangjati, Kecamatan Widodaren dan Ngrambe sebagai pusat
pelayanan dengan fungsi PKK, dan Kecamatan dibawahnya sebagai
pusat pelayanan berupa PPL. Pada akhirnya, semua kebutuhan
pedesaan akan terpenuhi dengan adanya fungsi wilayah berjenjang
seperti ini.
2. Kawasan perdesaan umumnya memiliki aksesibilitas dengan kawasan perkotaan sebagai pusat pelayanan;
3. Perkotaan Ngawi dan sekitarnya mempunyai perkembangan wilayah
yang cukup pesat bahkan menunjukkan adanya interaksi dengan
sekitarnya yang mengindikasikan terbentuk Agropolitan dengan sistem
pertanian dan perkebunan sebagai faktor utama penunjang Kabupaten
Ngawi.
4. Beberapa kecamatan yang cenderung menjadi pusat pelayanan, yaitu : Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Paron yang akan melayani kecamatan
Pitu, Kedunggalar, Geneng, Kwadungan, Pangkur, Padas dan Kasreman. 5. Beberapa kecamatan menunjukkan perkembangan yang cukup besar,
sehingga potensial menjadi pusat pelayanan dalam cakupan Wilayah
Pengembangan.
B. Permasalahan
1. Beberapa kawasan perdesaan memiliki perkembangan yang lambat
sehingga sukar mengejar ketertinggalan dengan perdesaan dan
perkotaan lain antara lain Kecamatan Sine, Kecamatan Jogorogo,
Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Pitu dan Kecamatan Bringin.
2. Terdapat beberapa kawasan perdesaan yang membentuk wilayah pengembangan dalam skala kecil sehingga pelayanannya terbatas.
3. Konsentrasi kegiatan akan lebih terfokus pada beberapa perkotaan yang
dominan, dan pelayanan perkotaan ke seluruh wilayah berjalan kurang
optimum.
4. Infrastruktur permukiman belum sepenuhnya menjangkau kawasan
permukiman seperti di Kecamatan Sine dimana jaringan jalan yang ada
kurang memadai.
C. Prospek Pengembangan struktur wilayah
1. Pengembangan secara berhirarkis antara perdesaan dan perkotaan akan
mendorong keseimbangan pengembangan wilayah dalam skala
kabupaten, yaitu :
a. Pusat Kabupaten diarahkan berada di Wilayah Pengembangan Ngawi yang
meliputi : Kecamatan Geneng, Ngawi, Paron, Kwadungan, dan Gerih.
Sedangkan fungsi kegiatan yaitu pertanian, perindustrian, pariwisata,
peternakan, dan perhubungan.
b. Wilayah pengembangan Karangjati yang meliputi : Kecamatan Padas,
Bringin, Karangjati, Pangkur, dan Kasreman. Dengan fungsi kegiatan
sebagai perindustrian, pertanian, perkebunan, pariwisata, peternakan, dan
perhubungan.
c. Wilayah pengembangan Widodaren yang meliputi Kecamatan Kedunggalar, Pitu, Widodaren, Mantingan, dan Karangayar. Adapun fungsi kegiatan
sebagai pertanian, perindustrian, peternakan, pariwisata, dan
Laporan Akhir
II - 3
d. Wilayah pengembangan Ngrambe yang meliputi Kecamatan Ngrambe,Jogorogo, Kendal, dan Sine. Dengan fungsi kegiatan sebagai pertanian,
perkebunan, perindustrian, pariwisata, dan perhubungan.
e. Wilayah pedesaan yang memiliki fungsi agropolitan, yang tidak termasuk ke
dalam sistem perkotaan PKL, PKLp dan PKK akan diarahkan sebagai PPL
atau Pusat Pelayanan Lingkungan.
2. Indikasi berkembangnya Kawasan Agropolitan merupakan prospek bagi
fungsi dan kegiatan skala besar sehingga orde kota semakin meningkat;
3. Perkembangan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan (WP)
baik sebagai WP I maupun WP 2 akan mendorong keserasian
pengembangan wilayah dalam jangka panjang; serta
4. Berbagai infrastruktur wilayah akan mendorong pengembangan
kawasan potensial.
2.1.2. Sistem Perwilayahan Pembangunan
A. Potensi
1. Adanya pengembangan Kawasan Agropolitan, Perkotaan Ngawi sebagai
ibukota kabupaten, dan perkotaan disekitarnya khususnya Paron,
Geneng, Kedunggalar dan Ngrambe yang memiliki potensi perkebunan,
kelapa, tebu, padi, jagung, peternakan, industri kerajinan dan kayu jati.
Selain itu juga didukung arah pergerakan dari arah Kecamatan
Mantingan dan Kecamatan Karangjati.
2. Setiap Wilayah pengembangan memiliki potensi spesifik seperti Kecamatan Paron untuk pertanian, perkebunan, peternakan, industri,
pariwisata, perikanan, dan potensi lain yang akan mendorong
perkembangan wilayah.
3. Setiap ibukota kecamatan dan pusat wilayah pengembangan memiliki
potensi mendorong dan melayani wilayah masing-masing.
B. Masalah
1. Pada beberapa wilayah hinterland mempunyai keterbatasan aksesibilitas
secara geografis dan administrasi ke pusat pelayanan seperti di
Kecamatan Pitu, Kecamatan Karangannyar, Kecamatan Jogorogo,
Kecamatan Kendal, Kecamatan Sine dan Kecamatan Ngrambe.
2. Interaksi antar wilayah sebagian kurang terstruktur sehingga pusat pelayanan tidak terkonsentrasi pada kawasan perkotaan sebagai pusat
wilayah pengembangan.
3. Terbatasnya fasilitas yang ada pada setiap pusat Wilayah Pengembangan
(WP) sehingga kurang mampu melayani hinterland-nya.
C. Prospek Pengembangan
1. Beberapa kawasan sudah menunjukkan fungsi khusus yang akan
mendorong fungsi setiap Wilayah Pengembangan (WP).
2. Pengembangan Kawasan Agropolitan, pusat pemerintahan di Kecamatan
Ngawi dengan dukungan dari Kecamatan Paron sebagai Kota Tani Utama
dan desa – desa di Kecamatan Paron sampai dengan desa – desa yang
termasuk dalam wilayah Kecamatan Kedunggalar menjadi kawasan
sentra produksi.
3. Pengembangan pada masing-masing kecamatan lebih disesuaikan
dengan fungsi dan perannya sehingga dapat mendukung pertumbuhan
dan pengembangan wilayah di Kabupaten Ngawi.
2.1.3. Sistem Pusat Permukiman Perdesaan dan Perkotaan
A. Potensi
1. Permukiman perdesaan baik yang memiliki bentuk kompak ataupun
menyebar umumnya memiliki pusat pengembangan masing-masing yang
sangat potensial mendorong perkembangan kawasan perdesaan yang
ada, serta terdapat banyak perdesaan yang mampu mendorong
Laporan Akhir
II - 4
2. Perkembangan Kabupaten Ngawi dan sekitarnya menjadikan adanyapeluang pembentukan Kawasan Agropolitan.
3. Tumbuhnya kawasan permukiman baru dalam hal ini yaitu pengembangan kawasan siap bangun yang mempunyai indikasi
perkembangan pesat karena adanya potensi alami maupun potensi
ekternal (akses).
B. Masalah
1. Pusat pelayanan perdesaan banyak yang kurang berkembang;
2. Pusat permukiman perdesaan kurang mampu mendorong
perkembangan wilayahnya.
3. Permasalahan ikutan dari kawasan Agropolitan ini adalah masalah
transportasi baik dari aspek sarana maupun prasarana.
C. Prospek Pengembangan
1. Pusat perdesaan masih mampu dikembangkan untuk mendorong
kawasan perdesaan masing-masing.
2. Interaksi antara permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan dapat ditingkatkan untuk mendorong keseimbangan penataan ruang.
3. Pengembangan kawasan Agropolitan akan mampu mendorong
pengembangan wilayah dalam skala besar.
4. Pengembangan DPP (Desa Pusat Pertumbuhan) pada beberapa kawasan
perdesaan.
5. Pola pengembangan pusat permukiman desa pertanian dengan pusat
permukiman diupayakan sinergi dan berimbang dengan pola
pemanfaatan lahan.
2.1.4. Pengembangan Prasarana Wilayah
Prasarana wilayah di Kabupaten Ngawi khususnya transportasi di
Kabupaten Ngawi memiliki hubungan dengan sistem Nasional dan provinsi yang
didukung oleh sistem jalan arteri primer.
2.1.4.1. Jalan Raya
A. Potensi
1. Jalan raya di Kabupaten Ngawi memiliki hubungan dengan sistem provinsi dan Nasional melalui jalan arteri primer, dan secara internal
secara keseluruhan telah hampir mencapai kesemua kecamatan dan
perdesaan.
2. Peningkatan kegiatan dalam skala besar dan pengembangan perkotaan
menjadikan beberapa jalan berpotensi untuk dilakukan peningkatan
kelas jalan seperti jalan lngkar (ring road) di Perkotaan Ngawi.
3. Secara bertahap juga dikembangkan jalur tol Madiun-Caruban.
B. Masalah
1. Kabupaten Ngawi memiliki kondisi wilayah yang berbukit-bukit,
sehingga beberapa lokasi menjadikan pengembangan jalan berdampak
pada biaya dan teknologi yang lebih tepat.
2. Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Ngawi, maka pengembangan
jalan mengalami ketidakefektifan karena melayani kegiatan yang
intensitasnya rendah.
3. Sulitnya penyediaan dan pembebasan lahan untuk pengembangan jalan
tol.
4. Kemacetan yang terjadi di beberapa titik simpul transportasi karena merupakan jalan utama dan kepadatan pemusatan fasilitas. Pada
umumnya terjadi di sekitar pasar atau kawasan pertokoan dengan
penataan sirkulasi keluar dan masuknya kendaraan yang bersinggungan
langsung dengan kendaraan yang memiliki intensitas sangat tinggi
melintas di jalan raya, misalnya : Pasar Legi di JL. Raya Ngawi –
Caruban merupakan pasar hewan yang berada di jalur ateri primer
dengan instensitas kendaraan yang tinggi dan tidak jarang menimbulkan
Laporan Akhir
II - 5
C. Prospek Pengembangan
1. Perkembangan Kabupaten Ngawi yang tinggi ditunjang dengan
pengembangan kawasan agropolitan, pengembangan kawasan siap
bangun di Perkotaan Ngawi akan mendorong percepatan realisasi jalan
lingkar (ring road) dan jalan tol.
2. Pengembangan jalan tol dan jalan lingkar (ring road) mempunyai keterkaitan dengan kawasan regional sehingga dapat mendorong
pertumbuhan wilayah.
3. Kabupaten Ngawi berpotensi untuk dibuat arahan pengembangan jalan
tembus dengan rute Ngawi – Dungus – Madiun.
4. Berpotensi untuk dikembagkan jaringan jalan tol Surabaya – Mojokerto –
Jombang – Kertosono – Caruban – Ngawi – Mantingan.
2.1.4.2. Kereta Api
A. Potensi
1. Terdapat sistem angkutan regional Kereta Api dengan rute Surabaya – Ngawi (Paron) - Jakarta. Angkutan kereta api mempunyai potensi cukup
besar karena kapasitasnya besar, tidak menimbulkan kemacetan, waktu
tempuh yang relatif lebih cepat dan harga yang murah.
2. Perkembangan perkotaan yang besar khususnya dalam pengembangan kawasan Agropolitan akan mendorong penggunaan angkutan kereta api.
B. Masalah
1. Pelayanan angkutan kereta api jangkauannya terbatas.
2. Frekuensi penggunaan hanya jam tertentu dengan frekuensi yang masih
rendah.
C. Prospek Pengembangan
1. Peningkatan kegiatan di Kabupaten Ngawi akan mendorong pergerakan
kereta api regional akan semakin besar.
2. Pengembangan Kabupaten Ngawi sebagai kawasan Agropolitan akan mendorong penggunaan angkutan kereta api untuk angkutan barang.
3. Pengembangan Kabupaten Ngawi akan mendorong pengembangan
kereta api komuter dan pengembangan rel perkeretapian doble track.
2.1.4.3.Telekomunikasi
A. Potensi
1. Telekomunikasi memiliki perkembangan yang sangat tinggi karena pada dasarnya sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat Kabupaten Ngawi.
2. Beberapa prasarana telekomunikasi telah menjangkau ke berbagai
pelosok.
B. Masalah
1. Perkembangan prasarana telekomunikasi kurang terintegrasi sehingga
terkesan semrawut dengan perkembangan yang tinggi.
2. Penggunaan lebih terkonsentrasi di perkotaan sehingga masih terdapat area yang belum terlayani.
C. Prospek Pengembangan
1. Pengembangan prasarana telekomunikasi akan terus dikembangkan dengan persaingan pasar yang kuat sehingga akan mampu menjangkau
segenap pelosok seperti pengembangan tower bersama (BTS).
2. Penggunaan dan pengembangan telekomunikasi akan semakin mendorong pengetahuan masyarakat dan kegiatan bisnis.
3. Terdapat peluang yang besar untuk memanfaatkan prasarana secara
bersama, seperti penggunaan tower bersama.
2.1.4.4.Prasarana Lingkungan
A. Potensi
1. Pada kawasan perdesaan pengelolaan prasarana lingkungan khususnya sampah banyak dilakukan secara mandiri atau konvensional.
2. Limbah padat dan cair di Kabupaten Ngawi tidak terlalu besar karena
Laporan Akhir
II - 6
3. Pada kawasan ibukota kecamatan umumnya limbah dan sampah telahdikelola.
4. Adanya pengelolaan sampah secara mandiri (lokal) telah dilakukan oleh masyarakat, yang terlihat pada beberapa wilayah.
B. Masalah
1. Pada beberapa kawasan perkotaan terdapat kesulitan mencari dan mengelola TPA;
2. Prasarana sampah yang ada kurang memadai.
3. Keberadaan TPS dianggap kurang karena lokasi TPS belum menyebar di
setiap kecamatan.
4. Sampah Perkotaan Ngawi yang besar memerlukan penanganan secara
tersendiri.
C. Prospek Pengembangan
1. Penanganan sampah terutama di kawasan perdesaan dapat dilakukan
secara mandiri atau konvensional dan diolah menjadi bahan kompos. 2. Penanganan sampah terutama di kawasan perkotaan dapat dilakukan
dengan cara yang modern yaitu pengelolaan dengan incinerator dimana
sampah yang yang dibakar dengan incinerator akan menghasilkan energi
panas dan nantinya bisa diproses menjadi batu bata atau batako.
3. Melalui peningkatan kesadaran lingkungan dan pemanfaatan daur ulang sampah, maka volume sampah dapat direduksi sejak lebih awal.
4. Menambah prasarana sampah.
5. Mengembangkan keberadaan TPS yang agar lebih merata keberadaannya di setiap kecamatan di Kabupaten Ngawi.
2.1.4.5. Air Bersih
A. Potensi
1. Banyaknya sumber-sumber perairan yang terdapat di Kabupaten Ngawi
seperti Sungai Bengawan Solo, Kali Madiun, Waduk Pondok dan
beberapa sumber mata air di sekitar Gunung Lawu.
2. Kebutuhan masyarakat yang cukup besar terhadap pemenuhan air
bersih untuk air minun dan perairan sawah.
B. Masalah
1. Sumber-sumber air yang ada baik dari sungai maupun mata air belum
mendapat pengelolaan secara terpadu terutama untuk untuk memenuhi
kebutuhan air minum.
2. Kurangnya pengelolaan air bersih dan pendistribusiannya kepada
masyarakat; serta
3. Peraturan yang menyangkut kelestarian sumber daya air yang ada di
Kabuparen Ngawi masih kurang di berlakukan.
C. Prospek Pengembangan
1. Berdasarkan potensi yang ada di Kabupaten Ngawi bisa direncanakan
pengembangan sumber daya air Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo
berupa pembuatan Waduk dan Embung dengan sasaran layanan untuk
domestik industri.
2. Perlu adanya pengelolaan terhadap sumber-sumber air bersih yang menjadi prioritas bagi masyarakat setempat;
3. Pendistribusian air bersih baik untuk pengairan sawah atau pemenuhan
kebutuhan sehari-hari perlu adanya pengawasan agar dapar dirasakan
oleh seluruh kalangan masyarakat; serta
4. Penetapan peraturan yang lebih tegas dan pemberlakuan yang di mulai
dengan sosialisasi kepada masyarakat untuk pemberitahuan
sebelumnya.
2.1.4.6. Prasarana Irigasi
A. Potensi
Banyaknya sumber perairan yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan irigasi
meliputi Sungai Bengawan Solo, Waduk Pondok, Waduk Sangiran, Waduk
Laporan Akhir
II - 7
B. Masalah
Sering terjadi banjir pada wilayah yang dilalui oleh Sungai Bengawan Solo
dan Kali Madiun yaitu Kecamatan Ngawi, Kecamatan Geneng, Kecamatan
Widodaren, Kecamatan Karangannyar, Kecamatan Mantingan, Kecamatan
Pangkur dan Kecamatan Kwadungan.
C. Prospek Pengembangan
1. Pengelolaan DAS Bengawan Solo yang berkelanjutan dan dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Ngawi.
2. Pengembangan sumber daya air Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo
berupa pembuatan waduk, embung, dam dan penampungan lainnya
dengan sasaran layanan irigasi.
3. Pengelolaan Waduk Pondok sebagai kawasan wisata dan alternatif
kebutuhan irigasi di wilayah timur.
2.2. POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK PENGEMBANGAN POLA RUANG
WILAYAH
2.2.1. Kawasan Lindung
2.2.1.1.Kawasan Perlindungan Bawahannya.
A. Potensi
1. Kabupaten Ngawi masih mempunyai Kawasan Hutan Lindung yang
terdiri dari 3 KPH yaitu KPH Ngawi, KPH Sadaran dan KPH Lawu, seluas
3.086 Ha.
2. Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya saat ini berupa hutan lindung dan kawasan resapan air yang luasannya
mencapai 27.403,13 Ha dari luas hutan secara keseluruhan yaitu
45.428,60 Ha.
B. Masalah
1. Pada kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air pada beberapa
bagian terdapat alih fungsi, seperti di : Sebagian wilayah Kecamatan Kendal
2. Terdapat kecenderungan rawan terjadinya penggundulan hutan yang akan berpengaruh terhadap kawasan-kawasan dibawahnya seperti :
terjadinya kekeringan, banjir dan longsor seperti yang terjadi Kecamatan
Karanganyar dan daerah sekitar Gunung Lawu.
C. Prospek Pengembangan
1. Kawasan hutan lindung mempunyai potensi alam yang menarik dapat
dikembangkan untuk kegiatan wisata (eco tourism), seperti : wisata
perairan sungai (arung jeram) dengan tanpa mengubah fungsi lindung
yang ditetapkan pada kawasan, sehingga dapat memberikan manfaat
ekonomi.
2. Peningkatan nilai manfaat hutan lindung dengan mengambil hasil sampingan non kayu disertai partisipasi masyarakat, pemanfaatan
waduk/danau untuk budidaya ikan air tawar, pariwisata dan budidaya
lainnya. Dengan adanya kegiatan yang berpengaruh terhadap
perekonomian masyarakat, maka masyarakat akan berusaha
melestarikan keberadaan kawasan lindung yang ada di sekitarnya; serta
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam program hutan
kemasyarakatan melalui berbagai program kerjasama.
2.2.1.2.Kawasan Perlindungan Setempat.
A. Potensi
1. Kawasan perlindungan setempat yang terdapat di Kabupaten Ngawi
sebagian besar masih terpelihara. Kawasan ini meliputi kawasan
sempadan sungai yaitu Sungai Bengawan Solo dengan 15 aliran sungai,
Laporan Akhir
II - 8
Waduk Pondok, Air Terjun Srambang dan beberapa mata air yang ada diKabupaten Ngawi.
2. Kawasan perlindungan setempat seperti sungai dan waduk dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kepentingan akan air baku dan perlu
dilindungi agar bisa menampung air untuk cadangan air di wilayah
Kabupaten Ngawi.
3. Kawasan perlindungan setempat dapat dikembangkan sebagai kawasan
wisata alam.
B. Masalah
1. Terjadi peningkatan penambangan pasir pada kawasan perlindungan sekitar sungai.
2. Adanya penggunaan kawasan terbangun disepanjang kawasan
perlindungan setempat yaitu di sempadan Sungai Bengawan Solo dan
Kali Madiun.
C. Prospek Pengembangan
1. Peningkatan manfaat kawasan perlindungan setempat berupa sungai dan waduk untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan irigasi secara
berkelanjutan.
2. Pengolahan sumber pengairan dari kawasan perlindungan setempat berupa Waduk Pondok, Sungai Bengawan Solo dan Kali Madiun untuk
mengantisipasi kebutuhan air baku.
3. Pengadaan sumur resapan setiap wilayah kecamatan untuk
mengantisipasi intrusi air laut.
2.2.1.3.Kawasan Cagar Budaya.
A. Potensi
1. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang terdapat di
Kabupaten Ngawi yakni cagar budaya lingkungan non bangunan berupa
Monumen Suryo, Museum Trinil, dan Arca Banteng. Untuk cagar
budaya lingkungan bangunan gedung dan halamannya ada Benteng Van
Den Bosch.
2. Kawasan perlindungan cagar budaya dapat dikembangkan sebagai kawasan untuk kegiatan wisata budaya, wisata religi dan wisata
pendidikan/penelitian.
B. Masalah
1. Masih ada beberapa kawasan Cagar Budaya yang masih belum di
kembangkan dan dikelola secara maksimal.
2. Fasilitas penunjang kawasan Cagar Budaya seperti tempat parkir, kios
dan fasilitas penunjang lainnya masih sangat kurang.
3. Cagar Budaya yang populer saja yang di kenal oleh wisatawan regional
sedangkan cagar budaya yang kurang populer kurang diminati oleh
wisatawan regional.
C. Prospek Pengembangan
1. Pengembangan Cagar Budaya dengan membuat rute wisata yang
meliputi seluruh cagar budaya yang ada di Kabupaten Ngawi.
2. Pengembangan objek-objek yang termasuk cagar budaya dapat
dikelompokkan menjadi satu-kesatuan sistem pariwisata sehingga
mudah dijangkau oleh masyarakat.
3. Pengadaan fasilitas penunjang yang dapat menambah kenyamanan
pengunjung yang mengunjungi cagar budaya yang ada di Kabupaten
Ngawi.
2.2.1.4.Kawasan Rawan Bencana.
A. Potensi
Kawasan Rawan Bencana alam terdiri dari kawasan rawan tanah longsor
yaitu disekitar lereng Gunung Lawu khususnya Kecamatan Kendal selain itu
juga di sekitar hutan gundul seperti di Kecamatan Karangannyar. Untuk di
kawasan rawan banjir yaitu di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo, Kali
Laporan Akhir
II - 9
B. Masalah
1. Bencana banjir di sekitar sungai bengawan solo diakibatkan oleh
terdapatnya penggunaan lahan pada kawasan konservasi yaitu di tepi
sungai.
2. Tidak terdapatnya penghijauan di sepanjang tepi sungai.
3. Daerah lereng Gunung Lawu (terutama Kecamatan Kendal) merupakan daerah rawan longsor dan di Kecamatan Karangannyar karena
berdekatan dengan hutan gundul dan lahan kritis.
C. Prospek Pengembangan
1. Pada kawasan rawan banjir dapat ditingkatkan fungsinya menjadi kawasan lindung jika pada kawasan tersebut memiliki tingkat
kerawanan yang tinggi terhadap bencana banjir.
2. Pengelolaan kawasan yang terkena banjir dapat diantisipasi dengan melakukan reboisasi pada sepanjang aliran sungai Bengawan Solo.
3. Peningkatan peranserta masyarakat dalam program hutan
kemasyarakatan melalui berbagai program kerjasama.
2.2.2. Kawasan Budidaya
2.2.2.1.Pertanian
A. Potensi
1. Potensi sawah cukup besar yakni seluas 44,668 Ha. Sawah ini tersebar
di kawasan perkotaan maupun perdesaan.
2. Komoditi pertanian terbesar di Kabupaten Ngawi adalah padi, jagung dan kedelai yang terkonsentrasi di beberapa lokasi yakni di sebagian
wilayah Kecamatan Padas, sebagian wilayah Kecamatan Kasreman,
sebagian wilayah Kecamatan Kedunggalar, sebagian wilayah Kecamatan
Paron, sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe.
3. Potensi ini cukup besar karena pertanian di Kabupaten Ngawi selain
untuk memenuhi kebutuhan penduduk wilayah Kabupaten Ngawi
sendiri juga untuk kebutuhan daerah lainnya (seperti ke Madiun, Sragen
dan Solo) dan beberapa komoditas telah di eksport.
4. Kawasan perdesaan masih sangat luas dan memiliki berbagai produk pertanian.
B. Masalah
1. Banyak terjadi alih fungsi lahan khususnya sawah menjadi kawasan terbangun, yang berarti bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian.
2. Kualitas dan hasil pengolahan belum optimal.
3. Banyaknya lahan sawah yang dilanda banjir sehingga sering kali
mengakibatkan gagal panen dan hasil panen yang kurang maksimal
sehingga berpengaruh terhadap produksi pertanian.
C. Prospek Pengembangan
1. Pengembangan produksi pertanian dilakukan dengan mempertahankan luasan sawah yang ada, setidaknya melalui peningkatan sistem irigasi
bila terjadi alih fungsi sawah. Hal ini didukung oleh peningkatan
pelayanan irigasi di wilayah yang potensial.
2. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dan
lingkungan, melalui penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan.
3. Hasil produk pertanian mempunyai peluang pemasaran yang signifikan. Prospek pengembangan kawasan untuk pertanian di Kabupaten Ngawi
sangat diharapkan. Dalam pengembangan kawasan pertanian ini dapat
diprioritaskan pada kawasan agropolitan di Kecamatan Paron dan
wilayah-wilayah lainnya.
4. Peningkatan keterampilan masyarakat yang bertujuan untuk menjaga
areal persawahan dari ancaman banjir dan hama yang menyerang
Laporan Akhir
II - 10
2.2.2.2.PerkebunanA. Potensi
1. Luas Perkebunan di Kabupaten Ngawi adalah 5.837,66 ha yang tersebar dengan jenis produksinya antara lain : kelapa (di Kecamatan Sine,
Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Paron dan Kecamatan Widodaren),
tebu, tembakau virginia, tembakau rakyat, cengkeh dan melinjo yang
mempunyai nilai jual cukup tinggi. Komoditas unggulan ini sebagian
besar untuk diolah dan dieksport (seperti ke Madiun, Kediri dan Sragen).
2. Komoditi perkebunan sudah diolah dari daun menjadi rajangan, hal
merupakan peningkatan produksi dengan merubah bahan mentah
menjadi bahan setengah jadi.
B. Masalah
1. Terjadinya perubahan fungsi lahan perkebunan menjadi tegalan/ladang kering, dan adanya penebangan tanaman perkebunan sehingga
mengakibatkan penurunan tingkat produksi; serta
2. Kualitas dan pengolahan hasil perkebunan masih belum optimal.
C. Prospek Pengembangan
1. Prospek pengembangan kawasan perkebunan sangat baik terutama
untuk jenis-jenis komoditas yang mempunyai nilai jual yang cukup
tinggi seperti Kelapa, Tebu dan Tembakau. Untuk itu, pengembangan
kawasan perkebunan ini dilakukan dengan mengembalikan fungsi
perkebunan sesuai dengan jenis tanaman perkebunan.
2. Melakukan penelitian dan penyuluhan yang berguna untuk peningkatkan kualitas hasil perkebunan dan pengolahan yang lebih
lanjut.
2.2.2.3.Kehutanan
A. Potensi
1. Potensi kehutanan yang ada yakni 45.428,60 ha hutan wilayah KPH Ngawi yang hasilnya dapat diolah untuk meningkatkan nilai ekonomi.
2. Adanya pengolahan hasil hutan produksi misalnya pengolahan kayu jati
gelondongan menjadi kayu yang siap dipasarkan bahkan bisa diolah
menjadi kerajinan tangan berupa ukir - ukiran.
B. Masalah
1. Hutan produksi di Kabupaten Ngawi banyak yang mengalami kerusakan
dan tidak produktif.
2. Perkembangan kawasan budidaya banyak yang merambah kawasan
lindung atau kawasan hutan produksi.
3. Kurangnya penanganan yang lebih lanjut dari pemerintah setempat
tentang penebangan dan perambahan hutan secara liar.
4. Kurangnya proporsi kawasan dengan peruntukan sebagai hutan lindung
di Kabupaten Ngawi.
C. Prospek Pengembangan
1. Hutan produksi di Kabupaten Ngawi dapat dikembangkan dalam skala
luas dan memiliki peluang dikembangkan melalui pengembangan hutan
kemasyarakatan.
2. Pada daerah yang mengalami atau terdapat konflik penggunaan tanah
diperlukan adanya penanganan dengan teknik konservasi secara
vegetatif atau sipil.
3. Pengembangan dan pengolahan hasil hutan dapat lebih ditingkatkan
agar bisa bernilai jual lebih tinggi. Misalnya dengan membuat kerajinan
dari limbah jati yang diolah menjadi kerajinan yang unik dan antik.
2.2.2.4.Peternakan
A. Potensi
1. Potensi peternakan di Kabupaten Ngawi dibagi menjadi 3 yaitu peternakan besar dan kecil serta peternakan unggas. Peternakan besar
dan kecil adalah sapi, kerbau, kambing dan domba. Untuk peternakan
unggas terbanyak adalah ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras
Laporan Akhir
II - 11
2. Potensi peternakan sapi terbanyak di Kecamatan Pangkur, kerbau diKecamatan Mantingan, kambing di Kecamatan Kendal, domba di
Kecamatan Sine.
3. Untuk populasi ayam buras terbanyak ada di Kecamatan Kasreman,
ayam ras petelur di Kecamatan Kendal dan ayam ras pedaging di
Kecamatan Widodaren.
B. Masalah
1. Kurangnya sarana pendukung pengolahan komoditi ternak.
2. Belum tersedia pengelolaan yang layak terhadap limbah ternak. 3. Pengembalaan kesulitan lahan pengembalaan bersama.
4. Belum adanya pengolahan hasil peternakan.
C. Prospek Pengembangan
1. Menyediakan lahan yang cukup luas untuk areal peternakan dan pengembalaan bersama untuk mengatasi permasalahan kekurangan
lahan.
2. Memberikan penyuluhan terhadap pengolahan limbah ternak kepada masyarakat.
3. Pengembangan lembaga penelitian kesehatan hewan ternak dan
inseminasi buatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk
unggulan.
4. Pengolahan hasil peternakan yang mampu untuk segera di pasarkan
dan berdaya saing tinggi.
2.2.2.5. Perikanan
A. Potensi
1. Potensi perikanan darat di Kabupaten Ngawi terdiri dari 26.68 ha kolam, 0,86 ha karamba dengan dan 1.351 ha perairan umum.
2. Pemeliharaan perikanan di Kolam terbesar berada di Kecamatan Ngawi
dengan produksi 189.756 kg, untuk pemeliharaan perikanan karamba
terbesar di Bringin dengan produksi 68.823 kg karena adanya Waduk
Pondok dan pemeliharaan perairan umum terbesar juga berada di
Kecamatan Bringin dengan produksi 43.536 kg
B. Masalah
1. Kurangnya alternatif pengolahan (diversifikasi) untuk potensi perikanan
yang dimiliki Kabupaten Ngawi.
2. Pengembangan kawasan perikanan darat berupa perikanan air tawar di danau/waduk adalah berkurangnya debit air di saat musim kemarau,
sehingga menghambat produktivitas.
3. Untuk pengembangan kawasan perikanan tambak permasalahan yang
dihadapi adalah menurunnya kualitas lahan untuk tambak akibat
adanya pencemaran dari wilayah darat berupa sisa obat hama (pestisida)
yang larut bersama air sungai atau air permukaan lainnya. Kondisi ini
akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas perikanan tambak.
C. Prospek Pengembangan
1. Prospek pengembangan kegiatan perikanan budidaya sangat besar di
Kecamatan Bringin, karena didukung dengan potensi yang ada yaitu
Waduk Pondok.
2. Peningkatan kualitas, mutu serta nilai tambah hasil perikanan budidaya
melalui industri pengalengan ikan, industri pengasapan ikan, serta
pengolahan ikan menjadi tepung ikan.
2.2.2.6. Industri
A. Potensi
1. Kegiatan industri di Kabupaten Ngawi memiliki potensi yang cukup
besar, seperti home industri kerajinan khas Kota Ngawi yaitu kerajinan
kayu jati di Kecamatan Mantingan, batik tulis di Kecamatan Widodaren,
kerajinan tas anyaman plastik di Kecamatan Karangjati, industri
makanan dan minuman Ledre Pisang di Kecamatan Ngawi, Kripik Tempe
Laporan Akhir
II - 12
2. Adanya home industri yang tersebar di seluruh wilayah KabupatenNgawi.
B. Masalah
1. Industri yang ada tersebar ke beberapa lokasi sehingga kawasan industri
kurang berkembang dan penggunaan lahan menjadi kurang efisien. 2. Keterbatasan modal dan keahlian mengakibatkan industri-industri kecil
(home industry) tidak mampu bersaing dan akhirnya gulung tikar.
C. Prospek Pengembangan
1. Perkembangan kawasan indutri dapat memacu pertumbuhan ekonomi
tinggi.
2. Pengembangan agro industri yaitu pengolahan hasil perkebunan
meliputi industri pengolahan jagung, kedelai dan industri pengolahan
tembakau.
3. Pengembangan industri dengan kegiatan ekspor-impor hasil industri.
4. Pengembangan keahlian masyarakat yang mampu mendorong majunya
industri-industri kecil (home industry) dengan pemberian pelatihan dan
peminjaman modal bagi industri yang membutuhkan.
5. Pengembangan industri kreatif dari warisan budaya seperti Kerajinan,
Kesenian dan Kuliner.
2.2.2.7. Pariwisata
A. Potensi
Potensi pariwisata di Kabupaten Ngawi cukup besar baik wisata alam, wana
wisata, maupun wisata sejarah. Wisata-wisata alam tersebut meliputi
Waduk Pondok, Taman Rekreasi dan Pemandian Tawun, Monumen Suryo,
Perkebunan Teh dan Bumi Perkemahan Jamus, Air Terjun Srambang, Bumi
Perkemahan Selondo, Museum Trinil, Benteng Van Den Bosch, Arca
Banteng, Pesangrahan Srigati, Gunung Liliran.
B. Masalah
1. Potensi pariwisata yang besar dan sangat banyak belum mampu
bersaing dalam skala regional dan banyaknya obyek wisata menjadikan
sukar untuk mengembangkan dalam skala besar secara bersamaan.
2. Kurangnya pengembangan keterkaitan obyek wisata sebagai satu
kesatuan sistem.
3. Lokasi objek-objek wisata yang berjauhan sehingga sulit untuk
dijangkau oleh wisatawan.
4. Banyak objek-objek yang memiliki prospek pengembangan tetapi karena
jauh dari pusat pengembangan sehingga sulit mendapat pengelolaan.
C. Prospek Pengembangan
Pengembangan jalur pariwisata internal dan eksternal dengan membuat
suatu rute wisata yang mampu mendongkrak popularitas tempat wisata
yang masih kurang dikenal.
2.3. POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN
STRATEGIS
Kawasan strategis di Kabupaten Ngawi dibedakan menjadi beberapa
sudut kepentingan, yaitu kawasan strategis pertahanan dan keamanan,
kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan tertinggal, kawasan strategis
sosial dan budaya, kawasan dengan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
A. Potensi
1. Terdapat kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai Kawasan Agropolitan dan kawasan
Perikanan.
2. Kawasan strategis sosial dan budaya adalah kawasan sekitar candi : Candi Pendem dan Arca Banteng yang merupakan peninggalan sejarah
yang bernilai tinggi, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan.
Laporan Akhir
II - 13
Kawasan hutan di kaki Gunung Lawu di Kecamatan Jogorogo yangdapat dimaksimalkan fungsi lindungnya.
B. Masalah
1. Pada kawasan yang mempunyai faktor strategis untuk pengembangan
kegiatan ekonomi seperti : di Kecamatan Karangannyar dan Kecamatan
Bringin.
2. Terdapat dualisme fungsi pada kawasan hutan lindung yang juga
memiliki fungsi sebagai hutan produksi, sehingga kegiatan produksi
yang bermotif ekonomi tersebut dikhawatirkan dapat mengganggu fungsi
lindung kawasan.
3. Kawasan di sekitar bangunan peninggalan sejarah berupa candi,
kebanyakan merupakan permukiman padat, sehingga dapat merusak
kelestarian bangunan candi tersebut serta pengelolaan kawasan candi
dan sekitarnya belum optimal.
C. Prospek Pengembangan
1. Agropolitan dan Perikanan menjadi pendorong pertumbuhan wilayah bagi Kabupaten Ngawi.
2. Kawasan sekitar cagar budaya dan ilmu pengetahuan dapat
dikembangkan secara terintegrasi sehingga saling menguntungkan dan
kawasan sekitar candi lebih terkendali.
3. Bangunan peninggalan sejarah dapat dikembangkan untuk kegiatan
wisata dan pendidikan, dengan didukung oleh adanya penataan
kawasan dan pengendalian kegiatan di sekitarnya.
4. Kawasan strategis dengan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
meliputi semua kawasan kehutanan yang potensial di Kabupaten Ngawi:
Kawasan hutan di kaki Gunung Lawu di Kecamatan Jogorogo dapat
dimaksimalkan fungsi lindungnya.
5. Pada kawasan Rawan Bencana hendaknya dihindari pengembangan
yang akan membahayakan penduduk.
6. Pada wilayah yang sebagian besar merupakan fungsi perlindungan
kawasan akan tetapi mempunyai potensi pengembangan untuk kegiatan
lain, dapat tetap dikembangkan untuk kegiatan yang memberikan nilai
ekonomi lebih asalkan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yakni
dengan cara keterkaitan antar kegiatan, misalnya : pengembangan
agrowisata berbasis ekologi, agroindustri, pengembangan wisata alam
(eco tourism), pengembangan perkebunan dengan fungsi lindung.
7. Melalui pengembangan sistem perdesaan dan perkotaan serta
infrastruktur yang memadai akan dapat mengurangi kawasan tertinggal.
2.4. ISSUE-ISSUE STRATEGIS PENGEMBANGAN KABUPATEN NGAWI
Berdasarkan potensi, masalah dan prospek pengembangan setiap aspek
yang ada di kabupaten Ngawi,maka dapat dirumuskan issue-issue strategis
yang nantinya akan menjadi dasar bagi pengembangan Kabupaten Ngawi pada
masa yang akan datang, yaitu :
1. Prasyarat menjadi daerah yang memiliki daya tarik investasi perlu dipertegas dengan gencarnya promosi investasi, penggalian potensi
unggulan daerah, fokus kegiatan sektoral yang menjadi pemicu dan
memiliki multiplier besar, seperti kegiatan perdagangan dan industri
yang bertumpu pada potensi pertanian.
2. Semakin menguatnya kegiatan investasi daerah seiring dengan semakin
membaiknya sarana dan prasarana daerah,
3. Ada indikasi terjadinya wilayah-wilayah kecamatan baru yang berkembang yang menjadi tumpuan kegiatan bagi penduduk di wilayah
tersebut dan sekitarnya,
4. Ada wilayah-wilayah kecamatan yang berkembang pesat dan ada yang tepat kurang mengalami perubahan, hal ini jika dibiarkan akan
Laporan Akhir
II - 14
5. Wilayah kecamatan dengan pertumbuhan dan kepadatan pendudukrelatif tinggi akan menghadapi permasalahan kota seperti urbanisasi,
Pedagang Kaki Lima, kebersihan dan persampahan serta sanitasi kota.
6. Struktur perekonomian Kabupaten Ngawi merupakan struktur ekonomi
pertanian (primer), yang didukung oleh potensi pertanian tanaman
pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan,
7. Kegiatan investasi di Kabupaten Ngawi ke depan sangat diperlukan
untuk mengembangkan dunia usaha masyarakat dan menguatkan
struktur ekonomi Kabupaten Ngawi.
8. Sektor pertanian menjadi sektor unggulan daerah karena sektor ini memiliki kontribusi sektoral tertinggi (melebihi 40 persen) dan
menyerap kurang lebih 63 persen dari total penduduk yang bekerja. 9. Sebagai wilayah pertemuan jalur perhubungan utara – selatan dan
barat – timur, Kabupaten Ngawi memiliki kebutuhan sarana prasarana
dan fasilitas bagi kegiatan umum dalam berbagai bidang kehidupan:
sosial, ekonomi, politik dan keamanan.
10. Dengan semakin berkembangnya wilayah perkotaan Kabupaten Ngawi
di satu sisi dan tuntutan sarana prasarana dan fasilitas yang
dibutuhkan masyarakat diperlukan perencanaan dan pengelolaan
pembangunan daerah yang terpadu dan komprehensif.
11. Sarana prasarana transportasi umum yang dapat menjangkau seluruh
wilayah daerah dan yang menghubungkan kota dengan daerah di
sekitarnya melalui wilayah-wilayah perbatasan dapat mendorong
mempercepat perkembangan wilayah secara merata.
12. Kerjasama antar wilayah dalam rangka mengelola pembangunan
daerah ke depan perlu terus ditingkatkan dengan intensitas output
yang dapat dirasakan oleh masyarakat dari semua daerah yang terlibat
dalam kerjasama.
13. Jalinan kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan antara Kabupaten Ngawi dan dunia swasta dalam pembangunan dan
pengelolaan sarana prasarana daerah perlu dikembangkan dalam
rangka memberikan pelayanan yang lebih baik, efisien dan efektif
kepada masyarakat.
14. Perlu mengembangkan secara antisipatif pengelolaan ancaman
bencana alam, sehingga mendorong kesiagaan masyarakat maupun
aparat secara bersama-sama dalam mengatasi bencana alam yang
mungkin terjadi beserta dampak yang ditimbulkannya.
15. Optimalisasi pemanfaatan lahan di Kabupaten Ngawi di masa yang
akan datang harus benar-benar diarahkan sesuai kemampuan dan
daya dukung lahan.
16. Adanya rencana jalan tol yang akan melintasi Kabupaten Ngawi
diharapkan dapat member kontribusi terhadap penguatan ekonomi
kabupaten yang bertumpu pada sector pertanian yang didukung oleh
agroindustri dan agrobisnis dengan tetap menjaga keberlanjutan
Laporan Akhir
II - 15
POTENSI DAN MASALAH PARIWISATA KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2010 - 2030
Potensi :
Potensi pariwisata di Kabupaten Ngawi cukup besar baik wisata alam, wana wisata, maupun wisata sejarah. Wisata-wisata alam tersebut meliputi Waduk Pondok, Taman Rekreasi dan Pemandian Tawun, Monumen Suryo, Perkebunan Teh dan Bumi Perkemahan Jamus, Air Terjun Srambang, Bumi Perkemahan Selondo, Museum Trinil, Benteng Van Den Bosch, Arca Banteng, Pesangrahan Srigati, Gunung Liliran.
Masalah :
Banyak objek-objek yang memiliki prospek pengembangan tetapi karena jauh dari pusat pengembangan sehingga sulit mendapat pengelolaan.