• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Plagiarisme pada Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Lulusan Tahun 2015 berdasarkan Plagiarism Checker X Scanner

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Plagiarisme pada Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Lulusan Tahun 2015 berdasarkan Plagiarism Checker X Scanner"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1. Plagiarisme

Kata plagiarisme berasal dari kata latin yaitu plagiarius yang berarti merampok, membajak. Plagiarisme merupakan tindakan pencurian atau kebohongan intelektual. Menurut Brotowidjoyo (1993,86), plagiarisme merupakan pembajakan berupa fakta, penjelasan ungkapan dan kalimat orang lain secara tidak sah. Selain itu ada juga yang mengatakan plagiarisme adalah tindakan penyalahgunaan, pencurian atau perampasan, penerbitan, pernyataan atau menyatakan sebagai milik sendiri sebuah pikiran, ide, tulisan, atau ciptaan yang sebenarnya milik orang lain (Ridhatillah, 2003). Plagiarisme dianggap tindakan kriminal karena merupakan tindakan mencuri hak cipta orang lain. Di Indonesia perlindungan hak cipta diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Oleh karena itu kegiatan plagiarisme atau yang lebih dikenal dengan kata plagiat harus dihindari.

(2)

Tanpa mereka sadari bahwa tindakan yang mahasiswa anggap sepele itu adalah sebuah tindakan pelanggaran hukum.

Pengertian plagiarisme menurut Reitz (2004), dalam Online Dictionary for Library and Information Science (ODLIS):

From the Latin plagiarius, meaning "kidnapper." Copying or closely imitating the work of another writer, composer, etc., without permission and with the intention of passing the results off as original work. In publishing, copyright law makes literary theft a criminal offense. At most colleges and universities, plagiarism is considered a moral and ethical issue, and instructors impose penalties on students who engage in it. Plagiarism can be avoided by expressing a thought, idea, or concept in one's own words. When it is necessary to paraphrase closely, the source should be documented in a footnote or endnote, in the same manner as a direct quotation.

(3)

2.1.1. Jenis-Jenis Plagiarisme

Ada terdapat beberapa jenis plagiarisme, menurut Sudigdo (2007), jenis-jenis plagiarisme dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:

1. Jenis plagiarisme berdasarkan aspek yang dicuri: plagiarisme ide, plagiarisme isi (data penelitian), plagiarisme kata, kalimat, paragraf, plagiarisme total. 2. Klasifikasi berdasarkan sengaja atau tidaknya plagiarisme: plagiarisme yang

disengaja dan plagiarisme yang tidak disengaja.

3. Klasifikasi berdasarkan proporsi atau presentasi kata, kalimat, paragraf yang dibajak: plagiarisme ringan <30%, plagiarisme sedang 30-70%, dan plagiarisme berat atau total >70%.

4. Berdasarkan pada pola plagiarisme ada tiga jenis plagiarisme menurut Novin, dkk (2012), yaitu:

a. Word-of-word plagiarism: menyalin setiap kata secara langsung tanpa diubah sedikitpun.

b. Plagiarism of the form of a source: menyalin dan atau menulis ulang kode-kode program tanpa mengubah struktur dan jalannya program.

c. Plagiarism of authorship: mengakui hasil karya orang lain sebagai hasil karya sendiri dengan mencantumkan nama sendiri menggantikan nama pengarang sebenarnya.

Sastroasmoro (2007), menjabarkan kategori plagiarisme berdasarkan, yaitu:

1. Aspek yang dijiplak.

Ada empat jenis plagiarisme berdasarkan kategori ini, yaitu plagiarisme ide, plagiarisme isi, plagiarisme tulisan, dan plagiarisme total. Plagiarisme total adalah jenis yang dianggap paling berat sanksinya karena plagiarisme total artinya menjiplak keseluruhan bahan dari sumber secara mentah tanpa mengubahnya menggunakan standing point individu.

2. Berdasarkan proporsi bahan yang dijiplak.

Ada tiga jenis plagiarisme di dalam kategori ini yaitu plagiarisme ringan yang mencakup ±30 persen bahan dari sumber; plagiarisme sedang yang mencakup 30 sampai 70 persen, dan plagiarisme berat yang mencakup 70 persen bahan dari sumber atau lebih. Idealnya, proporsi ide atau gagasan penulis harus lebih dominan dari jumlah kutipan yang diambil dari bahan sumber. Karena jika tidak, dikhawatirkan justru bahan sumberlah yang mendominasi dan menghasilkan komposisi tulisan yang tidak orisinil

3. Berdasarkan pola plagiarisme.

(4)

sehingga tulisannya tersebut justru dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan plagiarisme.

4. Berdasarkan kesengajaan.

Ada dua jenis plagiarisme didalam kategori ini yaitu plagiarisme yang disengaja dan yang tidak disengaja. Yang paling sering terjadi adalah jenis plagiarisme yang tidak disengaja. Penulis dianggap plagiator meskipun ia sendiri tidak menyadarinya. Hal ini bisa saja terjadi ketika penulis lupa menuliskan sumber pada daftar pustaka hasil tulisannya. Walaupun kelalaian ini terkesan remeh, namun akibatnya sangat fatal. Dari jenis-jenis plagiarisme yang telah dijabarkan di atas, dapat diketahui bahwa plagiarisme memiliki kategori berdasarkan aspek yang dicuri, sengaja atau tidaknya tindakan plagiarisme dilakukan, plagiarisme berdasarkan pola dan plagiarisme berdasarkan proporsi bahan yang dijiplak.

Menurut Lako (2012), terdapat beberapa jenis plagiarisme, yaitu:

1. Plagiarisme total, yaitu tindakan plagiasi yang dilakukan seorang penulis dengan cara menjiplak atau mencuri hasil karya orang lain seluruhnya dan mengklaim sebagai karyanya. Biasanya, dalam plagiasi ini seorang penulis hanya mengganti nama penulis dan instansi penulis aslinya dengan nama dan instansinya sendiri. Lalu, penulis mengubah sedikit judul artikel hasil jiplak, kemudian juga mengubah abstrak, kata-kata kunci tertentu (key words), sub judul artikel, kata dan kalimat tertentu dalam bagian tulisan dan kesimpulan dengan kata-kata atau kalimat tertentu agar terlihat berbeda dengan artikel aslinya.

2. Plagiarisme parsial, yaitu tindakan plagiasi yang dilakukan sesorang penulis dengan cara cara menjiplak sebagian hasil karya orang lain untuk menjadi hasil karyanya sendiri. sendiri. Biasanya, dalam plagiasi jenis ini seorang penulis mengambil pernyataan, landasan teori, sampel, metode analisis, pembahasan dan atau kesimpulan tertentu dari hasil karya orang lain menjadi karyanya tanpa menyebutkan sumber aslinya.

3. Auto-plagiasi (self-plagiarisme), yaitu plagiasi yang dilakukan seorang penulis terhadap karyanya sendiri, baik sebagian maupun seluruhnya. Misalnya, ketika menulis suatu artikel ilmiah seorang penulis meng-copy paste bagian-bagian tertentu dari hasil karyanya dalam suatu buku yang sudah diterbitkan tanpa menyebut sumbernya.

(5)

Sedangkan menurut Elisabeth H. Oakes dan Mehrdad Kia (2004), berdasarkan pola penyajiannya jenis plagiarisme ada 5 macam, yaitu:

1. Plagiarisme Verbatim.

Plagiarisme Verbatim merupakan tindakan plagiasi dengan menjiplak karya orang lain apa adanya dan memberi kesan bahwa karya tersebut merupakan hasil karya ciptanya sendiri.

2. Plagiarisme Kain Perca.

Plagiarisme Kain Perca atau lebih dikenal dengan patchwork merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil karya milik orang lain dari berbagai sumber tanpa menyebutkan rujukan dan menyusunnya menjadi satu kesatuan yang utuh, sehingga terkesan sebagai karyanya sendiri.

3. Plagiarisme Parafrasa.

Plagiarisme parafrasa merupakan tindakan plagiasi dengan mengubah kalimat dari penulis asli dengan kalimatnya sendiri dan tidak mencantumkan referensi ataupun kutipan.

4. Plagiarisme Kata Kunci atau Frasa Kunci.

Plagiarisme kata kunci atau frasa kunci merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil sejumlah kata kunci dari penulis asli dan memparafrasekannya lagi dengan kata-katanya sendiri.

5. Plagiarisme Struktur Gagasan.

Plagiarisme struktur gagasan merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil struktur gagasan orang lain, kemudian dituangkan lagi agar terlihat berbeda.

Telah dijelaskan oleh Elisabeth H. Oakes dan Mehrdad Kia jenis plagiarisme terbagi atas plagiarisme verbatim, kain perca, parafrasa, kata kunci atau frasa kunci dan struktur gagasan.

2.1.2. Bentuk Plagiarisme

(6)

plagiat bertujuan agar tidak terjadi plagiat di lingkungan perguruan tinggi. Penanggulang plagiat merupakan tindakan represif yang dilakukan oleh pimpinan perguruan tinggi dan menjatuhkan sanksi kepada plagiator di lingkungan perguruan tingginya yang bertujuan mengembalikan kredibilitas akademik perguruan tinggi yang bersangkutan.

Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 bahwa bentuk plagiat meliputi:

1. Mengacu dan mengutip istilah, kata/kalimat, data/info dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan tanpa menyatakan sumber secara memadai.

2. Mengacu dan mengutip secara acak istilah kata/kalimat, data/info dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan tanpa menyatakan sumber secara memadai.

3. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan/teori tanpa menyatakan sumber secara memadai.

4. Merumuskan dengan kata-kata dan kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan kalimat, gagasan, pendapat/teori tanpa menyatakan sumber secara memadai.

5. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilakan dan telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.

Menurut Clough (2005), bentuk-bentuk plagiarisme yang sering terjadi di dunia akademis dapat dibagi atas:

1. Word-for-word plagiarism: direct copying of phrases or passages from a published text without quotation or acknowledgement.

2. Paraphrasing plagiarism: when words or syntax are changed (rewritten), but the source text can still be recognised.

3. Plagiarism of secondary sources: when original sources are referenced or quoted, but obtained from a secondary source text without looking up the original.

4. Plagiarism of the form of a source: the structure of an argument in a source is copied (verbatim or rewritten).

5. Plagiarism of ideas: the reuse of an original thought from a source text without dependence on the words or form of the source.

(7)

Dengan kata lain bentuk-bentuk plagiarisme adalah sebagai berikut:

1. Plagiarisme kata per kata, merupakan penyalinan kalimat secara langsung dari sebuah dokumen teks tanpa adanya pengutipan atau perizinan.

2. Plagiarisme paraphrase, merupakan penulisan ulang dengan mengubah kata atau sintaksis, tetapi teks aslinya masih dapat dikenali.

3. Plagiarisme sumber sekunder, merupakan perbuatan mengutip kepada sumber asli yang didapat dari sumber sekunder dengan menghiraukan teks asli dari sumber yang sebenarnya.

4. Plagiarisme struktur sumber, merupakan penyalinan/penjiplakan struktur suatu argument dari sebuah sumber.

5. Plagiarisme ide, merupakan penggunaan ulang suatu gagasan/pemikiran asli dari sebuah sumber teks tanpa bergantung bentuk teks sumber.

6. Plagiarisme authorship, merupakan pembubuhan nama sendiri secara langsung pada hasil karya orang lain.

Telah dijelaskan oleh Clough, bahwa bentuk-bentuk plagiarisme terbagi atas plagiarisme kata per kata, plagiarisme paraphrase, plagiarisme sumber sekunder, plagiarisme struktur sumber, plagiarisme ide dan plagiarisme authorship.

2.1.3. Faktor-Faktor Penyebab Plagiarisme

Berikut merupakan alasan-alasan atau motivasi yang menjadi penyebab seseorang melakukan tindakan plagiat (Hartosujono, 2004):

1. Individu merasa tertekan karena ingin mewujudkan suatu prestasi yang tinggi

2. Individu mengalami kecemasan yang tinggi terhadap situasi sekolah

3. Individu mengganggap bahwa prestasi yang tinggi merupakan tiket untuk meraih penghargaan dalam kelas

4. Individu enggan dianggap sebagai siswa dengan peringkat terbawah, dan 5. Individu merasa takut gagal.

Studi empiris oleh Hulton & Donald P. French (2006), mengenai faktor penyebab terjadinya tindakan plagiat yaitu:

1. Adanya kemalasan pada diri sendiri 2. Karena merasa stres

(8)

4. Memiliki keyakinan bahwa perilakunya tidak akan diketahui

Hasil penelitian lain yang mendukung adanya faktor-faktor penyebab adanya perilaku plagiat dalam Dody Hartanto (2011), antara lain:

1. Adanya tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi 2. Keinginan untuk menghindari kegagalan

3. Adanya persepsi bahwa sekolah melakukan hal yang tidak adil 4. Kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas sekolah

5. Tidak adanya sikap yang menentang perilaku plagiat di sekolah.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya plagiarisme di sebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri: a. Kecemasan

b. Tekanan/stres

c. Ketakutan akan kegagalan d. Penghargaan diri yang rendah

e. Sikap pesimis terhadap kemampuan diri

2. Faktor Eksternal, yiutu faktor yang berasal dari luar: a. Sikap permisif lingkungan terhadap perilaku plagiat

b. Kurang peka terhadap gejala-gejala yang menjadi penyebab timbulnya perilaku plagiat

c. Sikap tidak tegas institusi terhadap sanksi-sanksi yang diberikan bagi pelaku plagiat

d. Kecenderungan menutupi kasus-kasus plagiat karena rasa takut akan pencitraan negatif pada institusi

e. Pengaruh negatif dan tuntutan yang terlalu tinggi dari teman, sekolah, orang tua, dan masyarakat.

Selain itu, ada beberapa alasan pemicu atau faktor penyebab terjadinya tindakan plagiat, yaitu:

1. Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang menjadi beban tanggungjawabnya. Sehingga terdorong untuk copy-paste atas karya orang lain.

(9)

3. Kurangnya pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus melakukan kutipan.

4. Kurangnya perhatian dari guru ataupun dosen terhadap persoalan plagiarisme.

5. Penyalahgunaan teknologi di dalam era yang serba modern, banyak sekali kita mendapatkan sebuah informasi. Baik melalui media cetak maupun media elektronik. Akan tetapi banyak mahasiswa yang menggunakan teknologi sebagai bahan referensinya, internet adalah salah satu contoh yang sering digunakan oleh mahasiswa untuk bahan referensi. Akan tetapi mahasiswa sering tidak mencantumkan sumber yang mereka peroleh ke dalam tugasnya.

6. Sanksi belum ditegakkan secara tegas. Di Indonesia sudah terdapat perlindungan terhadap hasil karya seseorang. Akan tetapi hukum yang sudah ada belum secara maksimal di tegakkan. Sehingga tindak plagiat masih terjadi di kalangan mahasiswa. Bahkan tidak dapat di bedakan antara kaya yang asli dengan karya jiplakkan.

Beberapa alasan mengapa seorang mahasiswa melakukan plagiarisme menurut Insley (2011), adalah:

1. Tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan kutipan dan parafrase dan bagaimana mengutip secara benar.

2. Menunda tugas hingga detik-detik terakhir,

3. Percaya bahwa melakukan plagiarisme merupakan cara tercepat untuk menyelesaikan tugas-tugasnya

4. Merasa yakin bahwa dosen tak akan mendeteksi apa yang mereka lakukan. 5. Tidak punya cukup waktu untuk mengerjakan tugas karena lemahnya

pengelolaan waktu, suka menunda-nunda pekerjaan, ingin sempurna (perfectionist) dan karena kondisi di luar kontrol.

6. Merasa tertekan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam sebuah mata kuliah atau karir. Tekanan itu dapat muncul karena begitu pentingnya tugas yang diberikan, tuntutan keluarga, keinginan untuk memperoleh yang terbaik atau persaingan masuk universitas atau untuk mendapatkan beasiswa.

7. Tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk mengerjakan tugas yang diberikan, terutama dalam mencari artikel yang relevan, mengevaluasi sumber-sumber internet, memahami istilah-istilah teknis, mengetahui dan menggunakan format dan model pengutipan tertentu, melakukan pencatatan secara baik, atau tugas yang diberikan dosen kurang jelas.

(10)

antara pengetahuan umum, ranah publik dan hak akan kekayaan intelektual, atau tidak mengetahui bahwa sumber-sumber yang dapat diakses secara online bukan merupakan ranah publik atau pengetahuan umum.

2.1.4. Identifikasi Plagiarisme

Menurut Clough (2005,5) ada beberapa faktor yang sering digunakan untuk mengidentifikasi plagiarisme, yaitu:

1. Penggunaan kosa kata.

Menganalisis kosa kata yang digunakan dalam suatu tugas terhadap penggunaan kosa kata sebelumnya dapat membantu menentukan apakah mahasiswa benar-benar telah menulis teks tersebut. Dengan menemukan suatu kosa kata baru dalam jumlah yang besar (terutama kosa kata lanjut) dapat menentukan apakah mahasiswa menulis teks tanpa melakukan plagiarisme.

2. Perubahan kosa kata

Apabila penggunaan kosa kata berubah secara significant dalam suatu teks, hal ini dapat mengindikasikan plagiarisme dengan cara copy and paste.

3. Teks yang membingungkan.

Apabila alur dari suatu teks tidak halus dan tidak konsisten, hal ini mengindikasikan penulis tidak menulis menggunakan pemikirannya sendiri atau beberapa bagian dari tulisannya bukanlah hasil karyanya. 4. Penggunaan tanda baca.

Tidak wajar apabila dua orang penulis menggunakan tanda baca yang persis sama dalam membuat suatu karya tulis.

5. Jumlah kemiripan teks.

Pasti ada beberapa kemiripan antara beberapa teks yang menulis dengan topik yang sama seperti nama-nama, istilah-istilah dan sebagainya. Bagaimanapun, tidak wajar bila beberapa teks yang berbeda memiliki kesamaan atau kemiripan teks dalam jumlah yang besar.

6. Kesalahan ejaan yang sama.

Merupakan hal yang biasa terjadi bagi seseorang penulis dalam membuat suatu karya tulis. Menjadi tidak wajar bila beberapa teks yang berbeda memiliki kesalahan-kesalahan yang sama dalam pengejaan atau jumlah ejaan salah yang sama.

7. Distribusi kata-kata.

(11)

8. Struktur sintaksis teks.

Hal ini menunjukkan plagiarisme mungkin saja telah terjadi jika dua teks secara jelas memiliki kesamaan struktur sintaksis. Hal yang wajar bila penggunaan struktur sintaksis yang digunakan oleh beberapa penulis akan berbeda.

9. Rangkaian-rangkaian panjang kata yang sama.

Tidak wajar apabila suatu teks yang berbeda (bahkan yang menggunakan judul yang sama) memiliki rangkaian/urutan karakter yang sama.

10. Orde kemiripan antar teks.

Hal ini bisa mengindikasikan plagiarisme apabila orde kecocokan kata atau frase antar dua teks sama. Meskipun diajarkan untuk menyajikan fakta-fakta dalam suatu aturan (contohnya pendahuluan, isi, kemudian kesimpulan), kurang wajar jika fakta-fakta yang sama dilaporkan dalam orde yang sama.

11. Ketergantungan pada kata atau frase tertentu.

Seorang penulis mungkin memilih penggunaan suatu kata atau frase tertentu. Kekonsistenan penggunaan kata-kata tersebut dalam suatu teks yang ditulis oleh orang lain dengan menggunakan kata yang berbeda dapat mengindikasikan plagiarisme.

12. Frekuensi kata.

Tidak wajar apabila kata-kata dari dua teks yang berbeda digunakan dengan frekuensi yang sama.

13. Keputusan untuk menggunakan kalimat panjang atau kalimat pendek. Tanpa sepengetahuan kita, para penulis tentu memiliki keputusan penggunaan panjang kalimat yang tidak biasa dikombinasikan dengan fitur-fitur lain.

14. Teks yang dapat dibaca.

Penggunaan metrik/ukuran seperti index Gunning FOG, Flesch Reading Ease Formula atau SMOG dapat membantu menentukan suatu skor kemampuan. Tidak wajar apabila penulis yang berbeda akan memiliki skor yang sama.

15. Referensi yang tidak jelas.

(12)

2.2. Perangkat Lunak Pendeteksi Plagiarisme

Ada beberapa alat atau perangkat lunak untuk mendeteksi plagiat, dengan cara online maupun instalasi perangkat lunak, secara gratis maupun berbayar. Contoh alat atau perangkat lunak pendeteksi plagiarisme yaitu: Turnitin, Viper, dan Plagiarisma.net.

2.2.1. Perangkat Lunak Turnitin

Turnitin adalah sebuah situs web tools pendeteksi plagiat buatan Amerika banyak digunakan oleh berbagai kampus terkemuka di dunia yang dapat di akses di Biasanya perguruan tinggi dan sekolah tinggi membeli lisensi untuk mengirimkan esai ke situs web Turnitin untuk memeriksa keorisinilannya.

(13)

Kelebihan dan Kekurangan Turnitin a. Kelebihan Perangkat Lunak Turnitin

Cara kerja perangkat lunak ini adalah dengan menggunakan database online yang dimilikinya, jumlahnya ratusan ribu hingga jutaan data karya

ilmiah dari berbagai penjuru dunia, dalam beberapa jam kemudian file karya ilmiah yang di submit akan mendapatkan hasil seberapa tingkat kemiripannya dengan karya ilmiah yang lain. Perangkat lunak ini mempunyai keberhasilan yang tinggi jika artikel yang dimasukkan menggunakan bahasa Inggris.

b. Kelemahan Perangkat Lunak Turnitin

Harga perangkat lunak ini memang sangat mahal, sehingga tidak banyak kampus yang mampu membelinya, kira-kira harga lisensinya kurang lebih mencapai 400 juta rupiah untuk multi-account. Selain itu, kelemahan dari perangkat lunak ini memiliki tingkat keberhasilan yang kurang, jika artikel yang akan di cek menggunakan bahasa non-english.

2.2.2. Perangkat Lunak Viper

Perangkat lunak ini dapat diakses melalui situs resmi

Viper membutuhkan dukungan perangkat lunak

NET Framework 4.0 agar bisa diinstal. Cara kerjanya membutuhkan hubungan

internet. Program ini mampu mendeteksi dari hardisk dan internet, sehingga bisa

membandingkan data-data di dalam hardisk dan mengklasifikasi mana-mana yang bersifat plagiat.

(14)

plagiarisme) pada data yang di scan akan diberi tanda merah. Namun program ini membutuhkan waktu berpikir yang cukup lama dibandingkan layanan online.

Gambar 2.2 Printscreen Perangkat Lunak Viper

Kelebihan dan Kekurangan Perangkat Lunak Viper a. Kelebihan Perangkat Lunak Viper

(15)

b. Kelemahan Perangkat Lunak Viper

Viper memiliki kelemahan yaitu, program ini tidak gratis dan memerlukan waktu yang lama dibandingkan layanan online pendeteksi plagiat lainnya. Viper juga memiliki limitasi dalam pemeriksaan paper.

2.2.3. Website Plagiarisma.net

Website Plagiarisma.net juga menyediakan layanan pendeteksian plagiat

(pencurian tulisan) yang bisa dipakai untuk mendeteksi keaslian sebuah artikel. Plagiarisma.net merupakan alternatif yang bisa digunakan secara gratis namun juga dibatasi jumlah pendeteksian perharinya. Untuk menggunakan fitur premium, disediakan layanan free trial dengan cara mendaftar lebih dahulu.

(16)

Kelebihan dan Kekurangan Plagiarisma.net a. Kelebihan Plagiarisma.net

Mudah digunakan karena hanya tinggal mengcopy isi teks pada artikel lalu ditaruh pada text area yang disediakan oleh Plagiarisma.net. Untuk proses pendeteksiannya tinggal klik saja tombol Check Duplicate Content.

b. Kelemahan Plagiarisme.net

Kekurangan dari Plagiarisma.net adalah kita harus menaruh teks (bukan URL) dan lagi waktu mendeteksinya relatif lama. Untuk teks dengan panjang

sekitar 400 karakter dibutuhkan waktu pendeteksian lebih dari 1 menit.

2.2.4. Perangkat Lunak Plagiarism Checker X

Plagiarism Checker X adalah perangkat lunak pendeteksi plagiarisme yang bisa diunduh secara gratis. Perangkat lunak ini, berguna bagi siswa, guru, pencipta konten, ahli SEO dan pemilik situs web untuk mencari dan menemukan konten yang sama atau identik dengan teks dokumen atau konten web yang diinginkan.

Plagiarism Checker X dapat memeriksa konten yang dipublikasi secara online. Jika seseorang telah menyalin sebuah hasil karya apakah itu berupa konten website, dokumen, makalah, skripsi dan sebagainya, maka Plagiarism Checker X

(17)

Gambar 2.4 Printscreen Perangkat Lunak Plagiarism Checker X

Kelebihan dan Kekurangan Perangkat Lunak Plagiarism Checker X a. Kelebihan Perangkat Lunak Plagiarism Checker X

(18)

b. Kelemahan Perangkat Lunak Plagiarism Checker X

Perangkat lunak ini memiliki kelemahan yaitu, program ini memerlukan waktu yang lebih lama dalam melakukan pendeteksian dokumen ketika diupload ke dalam perangkat lunak Plagiarism Checker X.

Penulis memilih Plagiarism Checker X sebagai perangkat lunak pendeteksi plagiarisme karena perangkat lunak Plagiarism Checker X bersifat free dan sangat mudah digunakan. Proses penggunaan Plagiarism Checker X tergolong sangat sederhana, kita hanya perlu memasukkan artikel, kemudian Plagiarism Checker X akan mengkoneksikan diri dengan database server, beberapa menit kemudian Plagiarism Checker X akan memberikan hasil (dalam persentase) seberapa miripkah artikel kita dengan artikel yang lain berikut dengan link artikel tersebut lengkap dengan menunjukkan kalimat-kalimat yang mempunyai kemiripan dengan artikel milik kita.

(19)

2.3. Sanksi bagi Pelaku Tindakan Plagiarisme

Ada beberapa peraturan yang mengatur sanksi bagi pelaku tindakan plagiarisme diantaranya sebaga berikut:

1. Peraturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas) Nomor 17 Tahun 2010

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 12 telah mengatur sanksi bagi plagiator yang melakukan tindakan plagiat di perguruan tinggi. Jika terbukti melakukan plagiasi maka plagiator akan memperoleh sanksi sebagai berikut:

1. Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 10 ayat (4), secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri atas:

a. teguran;

b. peringatan tertulis;

c. penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa;

d. pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa;

e. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa;

f. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa; atau

g. pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program.

2. Sanksi bagi dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang terbukti melakukan plagiatsebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 11 ayat (6), secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri atas:

a. teguran

b. peringatan tertulis;

c. penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan; d. penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional;

e. pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesor/ahli peneliti/tenaga kependidikan

f. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga kependidikan;

(20)

h. Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan.

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

Undang-Undang tentang hak cipta sebagaimana undang-undang yang mengatur tersebut plagiat merupakan tindakan pidana . Di bawah ini jelas sekali undang-undang yang mengaturnya

Pasal 72 ayat (1) :

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengatur sanksi bagi orang yang melakukan plagiat, khususnya yang terjadi dilingkungan akademik. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut (Pasal 70):

Gambar

Gambar 2.1 Printscreen Perangkat Lunak Turnitin
Gambar 2.2 Printscreen Perangkat Lunak Viper
Gambar 2.3 Printscreen Website Plagiarisma.net
Gambar 2.4 Printscreen Perangkat Lunak Plagiarism Checker X

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembaharuan-pembaharuan, perluasan atau prubahan-perubahan sebagian banguna-bangunan yang telah ada seperti dimaksud ayat (2) Pasal ini yang harus dikerjakan dengan

[r]

- Button tema 1 link ke tampilan submenu yang terdapat. lesson dan game dengan tema

Kedua jenis Humas sama-sama lebih sering menerapkan peran teknisi komunikasi daripada peran manajerial komunikasi, namun Humas pemerintah lebih sering melakukan peran manajerial

Office dapat memanfaatkan kondisi ini untuk memperbaiki kompetensi karyawannya karena indikator lainnya juga memiliki korelasi yang cukup tinggi sehingga dapat disimpulkan

Hasil analisis secara manual dengan metode Fellenius didapatkan angka keamanan (SF) lereng terhadap kelongsoran yaitu sebesar 0,95085, sedangkan dengan menggunakan program

• Codec: a software module that can also be used to translate between analogue and digital form • Modems are used for twisted pair, coaxial cable,. fibre optics, radio and

Suatu sarkoma dapat digolongkan ke dalam MPNST bila memenuhi salah satu dari kriteria berikut: tumor berasal dari saraf tepi; atau berasal dari tumor jinak selubung saraf