BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap kesehatan. Seiring
dengan peningkatan umur harapan hidup maka penyakit degeneratif semakin meningkat (Bustan, 2007).
Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari negara agraris yang sedang
berkembang menuju negara masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Hal ini sering terjadi seiring dengan
berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus,
hipertensi, stroke dan lain sebagainya (Bustan, 2007).
Pola makanan yang tidak sehat, merokok, kurang olahraga, juga stres emosional. Faktor risiko utama di antaranya adalah tekanan darah tinggi,
kecanduan narkoba, kolestrol darah yang tinggi, diabetes mellitus, dan obesitas. Faktor-faktor tersebut akan menghasilkan berbagai proses penyakit seperti stroke,
serangan jantung, berbagai kanker. Salah satu masalah kesehatan yang serius adalah stroke, karena ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya (Bustan, 2007). Stroke atau serangan otak (brain attact) di negara-negara industri
Disamping itu stroke merupakan penyebab cacat badan terbesar dari seluruh penyakit, dengan akibat penurunan produktivitas kerja/sumber daya manusia yang
pada akhirnya dapat menjadi beban sosial bagi keluarganya maupun masyarakat dan negara pada umumnya (Prodjodisastro, 2003).
Insiden stroke perdarahan antara 15%-30% dan stroke iskemik antara 70%-85%. Stroke iskemik disebabkan antara lain oleh trombosis otak (penebalan
dinding arteri) 60%, emboli 5% (sumbatan mendadak), dan lain-lain 35%. Sedangkan penyebab stroke perdarahan antara lain tekanan darah tinggi, stres psikis berat dan lain-lain. Meski kasusnya masih sedikit dibandingkan stroke
iskemik, namun stroke hemoragik sering mengakibatkan kematian. Umumnya sekitar 50 persen kasus stroke hemoragik akan berujung kematian, sedangkan
pada stroke iskemik hanya 20 persen yang berakibat kematian (Junaidi, 2011). Stroke menempati kedudukan ketiga dalam urutan penyebab kematian, setelah penyakit jantung dan keganasan di negara maju. Di negara sedang
berkembang, selain jumlahnya yang banyak, angka kematiannya masih cukup tinggi. Stroke merupakan penyakit neurologis yang terbanyak dijumpai (Bustan,
2007). Data dari Wold Health Organization (WHO) tahun 2008 jumlah kematian didunia sebanyak 57 juta jiwa dan 6,17 juta jiwa meninggal dunia akibat stroke dengan Proportional Mortality Rate (PMR) sebesar 10,8%. Berdasarkan data dari
National Heart, Lung, and Blood Institute (2012) pada tahun 2008 penyakit stroke menjadi penyebab kematian terbesar ke empat di Amerika Serikat dengan jumlah
kematian yang berhubungan dengan stroke di seluruh dunia terjadi di negara-negara berkembang. Asia Selatan menjadi kontributor tertinggi untuk angka
kematian stroke pada dunia, mungkin terhitung lebih dari 40% kematian stroke yang global. Proporsi penderita stroke hemoragik tahun 2014 di India (20-30%),
Pakistan (22-31%), Sri Lanka (19%) dan Bangladesh (20-46%) (Wasay & Kaul, 2014).
Masalah stroke di Indonesia menjadi semakin penting dan mendesak, karena jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak di Asia. Jumlah penderita stroke dengan rata-rata berusia 60 tahun ke atas berada di urutan kedua terbanyak
di Asia, sedangkan usia 15-59 tahun berada di urutan kelima terbanyak di Asia (Yayasan Stroke Indonesia, 2010). Jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 100
populasi di Indonesia dengan populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke di Indonesia (Depkes, 2007).
Berdasarkan Profil Kesehatan Nasional (2008) jumlah penderita stroke
rawat inap yang dikategorikan menjadi stroke tanpa perdarahan/infark ada sebanyak 4.884 orang, penyakit serebrovaskuler lainnya 1.224 orang, infark
serebral 1.070, dan perdarahan intrakranial 3.716. Case Fatality Rate penyakit stroke tertinggi yang dirawat inap dirumah sakit adalah perdarahan intrakranial sebesar 34,46% diikuti stroke tanpa perdarahan/infark sebesar 16,09%, penyakit
serebrovaskuler lainnya 15,38%, dan infark serebral 11,2% (Depkes RI, 2008). Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes di Sumatera Utara (6‰) dan
Penelitian Dinata (2013) di RSUD Kabupaten Solok Selatan penderita stroke yang dirawat di bagian penyakit dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan
pada periode 1 Januari-31 Juni 2012 yang terbanyak adalah stroke iskemik 59 orang(61,46%) dan stroke hemoragik sebanyak 37 orang(38,54%). Pada stroke
iskemik proporsi penderita pada perempuan (54,17%) dan yang berusia >50tahun (81,25%). Faktor risiko tertinggi pada stroke iskemik adalah gula darah meningkat
(47,89%) dan pada stroke hemoragik adalah hipertensi (100%). Dari penelitian Burhanuddindan Wahiduddin tahun 2010-2012 di kota Makassar pada usia 18-40 tahun pasien stroke yang lebih banyak adalah penderita stroke iskemik yaitu
76,1% dan 23,9% pasien yang menderita stroke hemoragik.
Berdasarkan survey pendahuluan di RSUP Haji Adam Malik Medan
didapatkan jumlah kasus Stroke Hemoragik sebanyak 101 kasus tahun 2014-2015. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40 tahun yang
dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2015.
1.2 Rumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40
tahun yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2015.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40 tahun
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui distibusi proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan
sosiodemografi antara lain umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan daerah asal.
b. Mengetahui distibusi proporsi penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40 tahun berdasarkan keluhan utama saat pertama datang berobat.
c. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40 tahun berdasarkan letak kelumpuhan.
d. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40
tahun berdasarkan faktor risiko.
e. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40
tahun berdasarkan hasil CT-Scan.
f. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40 tahun berdasarkan lokasi perdarahan.
g. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40 tahun berdasarkan penatalaksanaan medis.
h. Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita stroke hemoragik pada usia ≤40 tahun.
i. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40
tahun berdasarkan sumber biaya.
j. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40
k. Mengetahui gambaran penderita stroke pada usia ≤ 40 tahun berdasarkan keadaan pasien yang meninggal.
l. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan hasil CT-Scan.
m. Mengetahui distribusi proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan hasil
CT-Scan.
n. Mengetahui distribusi proporsi hasil CT-scan berdasarkan keadaan sewaktu
pulang.
o. Mengetahui distribusi proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
p. Mengetahui distribusi perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan umur 1.4Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan informasi kepada pihak RSUP Haji Adam Malik tentang karakteristik penderita stroke hemoragik pada usia ≤40 tahun yang dirawat
inap di RSUP Haji Adam Malik Medan.
b. Sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan penulis tentang penyakit stroke khususnya stroke hemoragik pada usia ≤ 40
tahun dan sebaga salah satunya syarat dalam menyelesaikan studi di fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.