• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Efusi Perikardium Dengan Mycobacterium Tuberculosis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Efusi Perikardium Dengan Mycobacterium Tuberculosis"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN EFUSI PERIKARDIUM DENGAN MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS

Zainal Safri, Refli Hasan, Rahmat Isnanta, Arina Vegas

Divisi Kardiologi-Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP. H Adam Malik Medan

Pendahuluan

Perikardium terdiri dari pericardium viseralis yang melekat ke miokardium dan bagian

luar yaitu pericardium parietalis yang tediri dari jaringan elastic dan kolagen serta vili-vili

penghasil cairan perikard dan membungkus rongga perikard. Rongga perikard normal berisi

15-50 ml cairan perikard yang mengandung elektrolit, protein dan cairan limfe dan berfungsi

sebagai lubrikan.1

Perikardium viseralis adalah suatu membrane serosa yang dipisahkan oleh sejumlah kecil

cairan, suatu plasma ultra filtrate dari sebuah kantung fibrosa yaitu pericardium parietalis.

Perikardium mencegah dilatasi yang tiba-tiba dari ruang-ruang jantung selama latihan dan

hipervolemia serta memberikan kesempatan pengisian atrium selama sistol ventrikel dan ini

terjadi akibat timbulnya suatu tekanan negative intraperikardial. Pericardium juga

mempertahankan letak anatomis jantung, mengurangi gesekan antara jantung dan

struktur-struktur disekitarnya, juga mencegah perubahan letak jantung dan terjadinya lekukan dari

pembuluh-pembuluh darah besar dan mungkin memperlambat penyebaran infeksi dari paru-paru

dan rongga pleura ke jantung. 2

Spektrum penyakit perikard mencakup defek congenital, perikarditis, neoplasma dan

kista. Etiologi terdiri dari perikarditis infeksi, perikarditis pada penyakit autoimun sistemik,

(2)

Anatomi dan Fisiologi Perikardium Normal

Perikardium terdiri atas dua lapisan yaitu pericardium viseralis dan perikardium

parietalis. Perikardium viseralis merupakan lapisan dalam yang berhubungan langsung dengan

epikardium. Sedangkan pericardium parietalis merupakan lapisan luar yang berhubungan

langsung dengan dinding dada. Diantara lapisan perikardium parietalis dan viseralis terdapat

suatu rongga perikardium, normalnya berisi cairan sebanyak 15 – 50 ml yang disekresi oleh sel

mesotelial. Bentuk lapisan fibrosa perikardium seperti botol dan berdekatan dengan diafragma,

sternum dan kartilago kosta. Lapisan viseral lebih tipis dan berdekatan dengan permukaan

jantung. Perikardium berfungsi sebagai barier proteksi dari infeksi atau inflamasi organ-organ

sekitarnya.3

Akumulasi cairan dalam rongga perikardium jika melebihi normal disebut efusi

perikardium, jumlahnya dapat lebih dari 1000 ml dan menyebabkan peningkatan tekanan

perikardium. Selanjutnya akumulasi tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan

perikardium (normal: -5 mmHg s/d +5 mmHg), penurunan curah jantung dan hipotensi

(tamponade jantung).4

Tiga faktor yang menyebabkan efusi perikardium memberikan gejala klinis penekanan

jantung adalah: jumlah cairan, kecepatan akumulasi cairan, dan kemampuan perikardium

menampung cairan perikardium. Tamponade jantung terjadi bila tekanan pericardium melebihi

tekanan dalam ruangan jantung, sehingga terjadi kegagalan pengisian jantung.3,5

Definisi

Efusi perikardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang perikardium. Cairan

dapat berupa transudat, eksudat, pioperikardium, atau hemoperikardium. Efusi perikardium

merupakan hasil perjalanan klinis dari suatu penyakit. Gejalanya tidak spesifik dan berkaitan

dengan penyakit yang mendasarinya.4,6

Etiologi

Penyebab efusi perikardium antara lain:4,7,8

(3)

• Penyebab spesifik:

1. Infeksi virus, bakteri, jamur dan parasit

2. Inflamasi idiopatik

3. Inflamasi akibat operasi jantung dan heart attack (sindrom Dressler) 4. Gangguan autoimune, seperti arthritis reumatoid atau lupus

5. Akibat gagal ginjal (uremia)

6. Hypothyroidism

7. HIV/AIDS

8. Metastasis, khususnya kanker paru, kanker payudara, leukemia, limfoma non-Hodgkin atau

penyakit Hodgkin

9. Terapi radiasi atau kemoterapi

10. Trauma atau luka tusuk di dekat jantung.

Penyebab lainnya: limfoma, kanker saluran cerna, dan melanoma. Perikarditis pasca

radiasi dapat menimbulkan efusi setelah beberapa minggu sampai 12 bulan.6,9

Tuberkulosis merupakan salah satu penyebab perikarditis, yang gejala awalnya hanya

demam. Tetapi dalam perjalanan penyakitnya, perlahan-lahan menjadi progresif karena

timbulnya efusi perikardium yang dapat mengakibatkan tamponade jantung.1-3 Karena proses ini

berlangsung perlahan, acap kali diagnosisnya terlambat. Terapi dengan anti tuberkulosis

memberikan prognosis yang baik.10,12 Insidensi efusi perikardium tuberkulosis sekitar 1% dari

jumlah kasus tuberkulosis, dengan angka kematian berkisar 3–40%.13,25 Efusi perikardium yang

berlanjut menjadi tamponade jantung dan perikarditis konstriktif merupakan 2 penyebab

kematian tersering. Oleh karenanya, semua pasien perikarditis tuberculosis dianjurkan dirawat di

rumah sakit, untuk observasi kemungkinan terjadi efusi perikardium atau tamponade jantung

yang mengancam kehidupan.13 Untuk menegakkan diagnosis efusi pericardium tuberkulosis

diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang tepat. Ekokardiografi

merupakan metode noninvasif yang akurat untuk membuktikan adanya efusi perikardium dan

tamponade jantung.14 Pemeriksaan mikrobiologi cairan dan jaringan perikardium diperlukan

(4)

I. Infeksi

B. Ekstensi langsung (kanker paru, kanker payudara)

C. Tumor jantung

B. Pasca prosedur kateterisasi (elektrofisologis, valvuloplasti, intervensi koroner)

C. Pecah ventrikel kiri pasca infark miokard

Patogenesis

Efusi perikardium tuberkulosis terjadi akibat penyebaran fokus tuberkulosis pada organ

lain dalam tubuh, walaupun fokus tersebut sering kali tanpa gejala. Fokus ekstra perikardium

terbanyak yang dapat menyebabkan penyebaran langsung ke rongga perikardium adalah trakea,

bronkus, kelenjar getah bening hilus dan mediastinum, sternum serta vertebra. Penyebaran secara

hematogen juga dapat terjadi, yaitu dari fokus tuberkulosis di paru, traktus genitourinarius, otot

atau fokus lain dalam tubuh.16,17,18.

Pada fase akut terjadi deposit fibrin di rongga perikardium yang seringkali disertai cairan

efusi serous atau serousanguineous, akibat reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein.

Cairan efusi banyak mengandung lekosit dan infiltrat seluler dengan konsentrasi protein tinggi.

(5)

namun dalam 1-2 minggu dominasi diambil alih oleh limfosit, monosit dan sel plasma. Pada

stadium ini Basil Tahan Asam (BTA) masih dapat ditemukan.5,17

Pada fase subakut terjadi inflamasi granulomatosa diikuti nekrosis perkijuan. Sel histiosit

epiteloid dan sel datia Langhan’s sering kali dapat ditemukan. Pada fase ini BTA masih dapat

ditemukan tetapi dalam jumlah yang lebih jauh sedikit dibandingkan stadium akut 5,17

Pada fase kronik atau fase adhesif pericardium viseral dan parietal menebal, serta terjadi

proliferasi fibroblastik. Gambaran klinik efusi pericardium persisten adalah perikarditis efusi

konstriktif yang selanjutnya menjadi perikarditis konsriktif. Pada fase ini BTA tidak lagi

ditemukan.13,16,17,18

Patofisiologi

Perikardium dapat terinfeksi mikobakterium TB secara hematogen, limfogen ataupun

penyebaran langsung. Perikarditis TB sering terjadi tanpa TB paru maupun TB di luar paru.

Penyebaran tersering karena infeksi di nodus mediastinum, langsung masuk ke perikardium,

terutama di sekitar percabangan trakeobronkial.

Terdapat 4 stadium evolusi perikarditis TB6,42:

1. Stadium Fibrinosa

Terjadi deposit fibrin luas bersamaan dengan reaksi granuloma. Stadium ini sering tidak

menimbulkan gejala klinis sehingga tidak terdiagnosis.

2. Stadium Efusi

Terbentuk efusi dalam kantong perikardium. Reaksi hipersensitif terhadap tuberkuloprotein,

gangguan resorbsi dan cedera vaskuler dipercaya dapat membentuk efusi perikardium.

Permukaan perikardium menjadi tebal dan berwarna abu-abu tampak seperti bulu-bulu kusut

yang menunjukkan eksudasi fibrin. Efusi dapat berkembang melalui beberapa fase, yaitu serosa,

serosanguinosa, keruh, atau darah. Reaksi seluler awal cairan tersebut mengandung sel

polimorfonuklear (PMN). Jumlah total sel berkisar 10.000/mm3. Terjadi perubahan kimiawi

yang ditandai dengan penurunan glukosa dan peningkatan protein. Pada stadium ini, dapat terjadi

efusi masif.

(6)

Pada stadium ini terbentuk fibrin dan kolagen yang menimbulkan fibrosis perikardium; terbentuk

granuloma perkejuan dan penebalan perikardium

4. Penebalan perikardium parietal, konstriksi miokardium akan membatasi ruang gerak jantung

dan ada deposit kalsium di perikardium. Pada kasus ini sudah terjadi penebalan perkardium

parietal dan konstriksi miokardium.

Efusi perikardium menyebabkan peningkatan tekanan rongga perikardium, sehingga

terjadi kompresi jantung; tekanan diastolik meningkat sama dengan tekanan rongga perikardium.

Kondisi tersebut mengakibatkan pengisian jantung terganggu, tekanan vena sistemik dan vena

pulmonal meningkat, serta aliran balik ke jantung terhambat. Peningkatan tekanan vena sistemik

menyebabkan tanda-tanda gagal jantung kanan (distensi vena jugularis, hepatomegali, edema

perifer), sedangkan peningkatan vena pulmonalis menyebabkan bendungan paru.3,19 Penurunan

pengisian ventrikel pada fase diastolik menyebabkan penurunan isi sekuncup dan curah jantung.

Perfusi ke organ vital dan perifer pun berkurang, dan terjadi syok yang dapat berakhir dengan

kematian.19

Manifestasi Klinis

Penderita efusi perikardial tanpa tamponade sering asimtomatik, kurang dari 30%

penderita menunjukkan gejala seperti nyeri dada, ortopnea atau disfagia. Biasanya gejala berupa

dada seperti ditekan dan terasa sakit, sesak napas, mual, sulit menelan, perut terasa penuh. Jika

menyebabkan tamponade jantung timbul kebiruan pada bibir, syok, perubahan status mental 7,20

Pada pemeriksaan fisik, tampak vena jugularis terbendung, suara jantung terdengar jauh, tekanan

nadi mengecil, dan takikardia.9,21

Manifestasi klinis efusi perikardium tuberculosis merupakan kombinasi keluhan efusi

perikardium dan penyakit tuberkulosis. Manifestasi klinis efusi perikardium timbul akibat dua

hal, yaitu penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan vena sistemik. Penurunan curah

jantung menyebabkan hipotensi, perasaan cepat lelah, penurunan berat badan dan refleks

takikardi.16,19 Sedangkan peningkatan tekanan atrium kanan dan vena sistemik menyebabkan

bendungan vena sistemik yang ditandai oleh edema, pembengkakan dan rasa tidak enak di perut

akibat asites, serta hepatomegali. Jika tekanan jantung kanan dan kiri meningkat lebih tinggi,

(7)

napas hebat timbul bila terdapat tamponade jantung. Jika tamponade jantung terjadi secara

tiba-tiba, maka gejala-gejala hipotensi dapat terjadi termasuk penurunan kesadaran.22

Pemeriksaan Fisis

Gejala efusi perikardium yang sering ditemukan adalah tanda-tanda gagal jantung kanan,

berupa distensi vena jugularis, hepatomegali, asites dan edema perifer. Hal ini terjadi akibat

peningkatan tekanan diastolik atrium kanan karena kenaikan tekanan intraperikardium, sehingga

menghambat aliran balik vena.19,23 Tamponade jantung dicurigai bila terdapat sesak napas berat,

hipotensi sistemik, takikardi, pulsus alternans dan bunyi jantung yang lemah pada auskultasi.

Pulsus paradoksus merupakan tanda penting tamponade jantung, yakni penurunan tekanan darah

sistolik lebih dari 10 mmHg saat inspirasi.19,23

Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi tidak spesifik. Jika terdapat perikarditis tanpa efusi masif

maka gambaran elektrokardiografi biasanya memperlihatkan elevasi segmen ST pada 2 atau 3

sadapan ekstremitas dan prekordial. Kompleks QRS tidak memperlihatkan perubahan bermakna

kecuali penurunan voltase. Gambaran elektrokardiografi efusi perikardium massif atau

tamponade jantung berupa takikardi, komplek QRS voltase rendah dan alternans.19,23

Foto Toraks

Pada paru tampak infiltrat atau kalsifikasi akibat tuberkulosis paru. Jantung membesar

dengan konfigurasi buli-buli air tetapi dapat juga normal.15 Strang dkk.24 mendapatkan 70%

pasien dengan rasio kardiotoraks >55%, tetapi hanya 6% yang mempunyai rasio kardiotoraks

>75%. Yang dkk.25 meneliti penggunaan kortikosteroid pada pasien perikarditis tuberkulosis,

dan dari 19 sampel yang diteliti selama 14 tahun didapatkan 42 % pasien terdapat efusi pleura

dan infiltrat pada foto toraks.

(8)

Ekokardiografi merupakan alat diagnostik pilihan dan sensitif untuk mendiagnosis efusi

perikardium dan tamponade jantung.26-27 Ekokardiografi dapat membedakan antara tamponade

jantung dan penyebab lain rendahnya curah jantung (disfungsi ventrikel kiri).27,28 Tamponade

jantung dengan gambaran efusi perikardium sedang (batas antara pericardium viseralis dan

parietalis 0,5-2 cm) sampai berat (>2 cm) dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada

pemeriksaan ekokardiografi dan Doppler

Computed Tomography Scanning

Computed Tomography Scanning (CT Scan) memperlihatkan penebalan perikardium dan bentuk ireguler dengan cairan perikardium. Efusi pericardium tuberkulosis dapat dideteksi

melalui pembesaran kelenjar limfe mediastinal.10,29 Cherian dkk. Memperlihatkan bahwa pasien

dengan tuberkulosis mengalami pembesaran kelenjar limfe mediastinal yang dapat dilihat dengan

CT Scan.

Laboratorium

Petanda inflamasi seperti C Reaktif Protein (CRP), laju endap darah dan lekosit biasanya meningkat. Efusi perikardium tuberkulosis umumnya eksudat, menurut Light dkk30 kriterianya

yaitu: perbandingan kadar protein cairan pleura dengan protein serum >0.5, perbandingan kadar

Lactate Dehydrogenase (LDH) cairan pleura dengan LDH serum >0.6, kadar LDH cairan pleura >2/3 kadar normal tertinggi serum (>200). Pemeriksaan bakteriologik merupakan prosedur

penting dalam mendiagnosis tuberkulosis, yaitu mendeteksi kuman tuberkulosis pada sputum,

bilas lambung, dan cairan perikardium dengan pewarnaan BTA dan kultur M.tb.16 Pemeriksaan

Polymerase Chain Reaction (PCR) digunakan untuk melihat amplifikasi asam nukleat pada tuberkulosis. Gegielsky dkk.20 membandingkan PCR, kultur dan histopatologi sebagai sarana

diagnosis efusi perikardium tuberkulosis. Pemeriksaan PCR untuk M.tb mempunyai akurasi

mendekati metode konvensional dan lebih cepat.29

Histopatologi 39

Biopsi perikardium merupakan cara diagnosis pasti tuberkulosis perikardium. Jaringan

(9)

Gambar 1. Pemeriksaan histopatologi perikardium Dikutip dari (40)

Komplikasi

Tamponade Jantung

Merupakan komplikasi perikarditis yang paling fatal dengan gambaran klinis tergantung

kecepatan akumulasi cairan perikardium; akumulasi cairan dapat menyebabkan kompensasi,

seperti takikardia, peningkatan resistensi vaskuler perifer dan peningkatan volume intravaskular

guna membantu system sirkulasi yang adekuat. Tamponade Jantung hampir selalu disertai:

gelisah, sesak napas hebat pada posisi tegak dan agak berkurang jika penderita membungkuk,

tekanan vena jugularis meningkat, takikardia, pulsus paradoksus (penurunan tekanan sistolik >10

mmHg pada saat inspirasi), tekanan sistolik <100 mmHg, pericardial friction rub, bunyi jantung melemah (suara jantung yang terdengar menjauh).31,9

(10)

perikardium. Akumulasi lambat memberi kesempatan kompensasi jantung yang lebih baik, yaitu

takikardi, peningkatan resistensi vaskuler perifer dalam beberapa hari atau beberapa minggu.

(11)
(12)

EVALUASI DIAGNOSTIK

1. Laboratorium: Darah lengkap, faal hati dan faal ginjal, fungsi tiroid, PCR (Protein

C Reactive), Enzim Jantung (Troponin T), Rheumatoid Factor, Adenosin deaminase pericardial test, IFN-gamma, sitologi dan analisis cairan pericardial. Pada analisis cairan pericardial, dapat ditentukan besaran Light Criteria: kadar LDH cairan perikardium >200 U/dL (sensitivitas 98%), kadar total protein cairan perikard >30 g/ dL (sensitivitas 97%),

rasio cairan perikardium/ serum LDH >0,6 (sensitivitas 94%,akurasi diagnostik 87%),

rasio cairan perikardium/ serum protein >0,5 (sensitivitas 96%). Jika salah satu kriteria

tersebut terpenuhi, tergolong eksudat.

2. Foto toraks: jantung membesar berbentuk globuler (water bottle heart) jika cairan lebih dari 250 mL. Sering juga dijumpai efusi pleura .12,13

3. Elektrokardiografi (EKG): takikardia, gelombang QRS rendah, elevasi segmen ST yang

cekung, dan electrical alternans. Jika kompleks QRS dipengaruhi, setiap kompleks QRS

lainnya tegangannya lebih kecil, sering dengan polaritas terbalik. Dikombinasikan P dan

QRS, hampir spesifik untuk tamponade (Gambar 3). Volume efusi yang dapat

menyebabkan tamponade adalah sedang sampai besar (300 sampai 600 mL).

4. Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang paling akurat. Akan tampak

akumulasi cairan di dalam kavum perikardium, kadang-kadang juga adanya metastasis

pada dinding perikardium.

5. Perikardiosentesis diagnostik sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi agar lebih

aman. Pada cairan dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel dan sitologi. Pemeriksaan

sitologi cukup sensitif dengan kemampuan diagnostik sekitar 80%, hasil negatif palsu

sering dijumpai pada limfoma malignan mesotelioma. Dalam keadaan demikian,

(13)

Tatalaksana

Semua pasien yang dipastikan atau tersangka menderita efusi perikadium tuberkulosis,

perlu segera dirawat di rumah sakit dan dilakukan observasi kemungkinan terjadi tamponade

jantung. Tatalaksana efusi perikardium tuberkulosis meliputi pemberian Obat Anti Tuberkulosis

(OAT), kortikosteroid, perikardiosintesis dan perikardiektomi.

Obat Anti Tuberkulosis .Obat Anti Tuberkulosis berperan besar dalam menurunkan

angka kematian pasien perikarditis tuberkulosis. Pemberian OAT pada efusi pericardium

tuberkulosis sama seperti tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstrapulmoner. 16 Pemberian OAT

pada awal pengobatan terdiri atas 3 macam OAT dengan paduan yang berbeda.16,13 Menurut

World Health Organization (WHO) pemberian OAT pada perikarditis tuberkulosis sama dengan pengobatan tuberkulosis lainnya, yaitu katagori 1. Katagori 1 terdiri atas fase intensif yaitu

Rifampisin, INH, Pirazinamid dan Etambutol yang diberikan setiap hari selama 8 minggu

kemudian dilanjutkan fase intermiten yaitu Rifampisin dan INH setiap hari atau 3 kali setiap

minggu selama 4 bulan.40 Fowler dkk13 merekomendasikan pemberian INH dosis 300 mg/hari,

Rifampisin 600 mg/hari, dan Streptomisin 1 gram/hari atau Etambutol 15 mg/kg/ hari minimal

selama 9 bulan dan paling sedikit 6 bulan setelah konversi kultur. Strang dkk.24 memberikan

INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Streptomisin selama 14 minggu pertama setiap hari.

Kombinasi tersebut memberikan respon perbaikan gejala yang baik. Dutt dkk.35 membuktikan

bahwa, pemberian INH dan Rifampisin setiap hari selama 1 bulan yang. dilanjutkan INH dan

Rifampisin dua kali seminggu selama 8 bulan pada tuberkulosis ekstrapulmoner memperlihatkan

angka keberhasilan 95%. Conn dkk.dikutip dari 13 memberikan Rifampisin 600 mg/hari, INH

300 mg/hari, Pirazinamid selama 8 minggu pertama, kemudian Rifampisin dan INH selama 6

bulan, dan ternyata hasilnya sama dengan pemberian Rifampisin 600 mg/hari dan INH 300

mg/hari selama 9 bulan.

Kortikosteroid

Manfaat pemakaian kortikosteroid dalam tatalaksana perikarditis tuberkulosis masih

diperdebatkan. Beberapa peneliti berpendapat bahwa kortikosteroid bermanfaat, karena dapat

(14)

diindikasikan pada kasus efusi persisten atau kambuh selama 3 bulan.13 Dosis prednison adalah

1-2 mg/kgbb/ hari selama 5-7 hari dan dikurangi bertahap selama 6- 8 minggu.37 Lorrel dkk 16.

menganjurkan pemberian kortikosteroid untuk pasien dengan efusi pericardium tuberkulosis

masif berulang karena pemberian OAT tidak memberikan respons. Strang dkk.24 meneliti 143

kasus perikarditis, 70 kasus mendapat prednisolon dosis tinggi dan 73 kasus mendapat placebo.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa angka kematian pada kelompok yang mendapat

kortikosteroid dosis tinggi lebih rendah (4% vs 11%), dan lebih sedikit memerlukan

perikardiektomi (21% vs 30%).24

Perikardiosintesis

Perikardiosintesis merupakan tindakan invasif untuk mengeluarkan cairan dari rongga

perikardium. Tindakan tersebut dilakukan jika terdapat efusi perikardium massif dan tamponade

jantung.16 Pengeluaran cairan pericardium dapat dilakukan dengan cara membuat jendela

perikardium (pericardial window), sehingga pengeluaran cairan lebih efektif. Tindakan ini diindikasikan pada kasus yang memerlukan perikardiosintesis berulang, tamponade berulang dan

perikarditis konstriktif-efusi.37. Pericardial window, tindakan ini memerlukan torakotomi dan dilakukan drainase dari kavum pericardium ke kavum pleura. Angka kekambuhan sekitar 5-20%.

Perikardiektomi

Perikardiektomi merupakan tindakan reseksi jaringan perikardium melalui pembedahan

dinding toraks. Merupakan prosedur pembedahan membuka perikardium untuk mengalirkan

cairan di dalamnya. Reseksi dapat meliputi hampir seluruh atau sebagian jaringan pericardium.16

Indikasi perikardiektomi yaitu efusi perikardium tuberkulosis yang mengalami tamponade

jantung yang tidak dapat diatasi dengan perikardiosintesis dan perikarditis konstriktif kronik.11

biopsi perikardium, pemasangan alat pacu jantung. Kontraindikasi: perikarditis infeksiosa,

infeksi, keganasan.38,34

Fowler dkk.13 menganjurkan perikardiektomi pada keadaan dini sebagai tindakan

penyelamatan atau tamponade jantung berulang. Pada keadaan lanjut perikardiektomi dilakukan

bila pada pemantauan terdapat peningkatan tekanan vena sistemik. Setelah pemberian OAT

(15)

jantung, tidak ada respons terhadap perikardiosintesis, atau mengalami perburukan setelah 6-8

minggu pemberian obat-obatan.

(16)

Kesimpulan

1. Efusi perikardium tuberkulosis merupakan manifestasi perikarditis tuberkulosis yang

disebabkan oleh penyebaran fokus tuberkulosis pada organ tubuh lainnya.

2. Tamponade jantung perlu diamati dan ditanggulangi dengan segera pada efusi perikardium

tuberkulosis.

3. Ekokardiografi merupakan alat diagnostik pilihan dan sensitif untuk mendiagnosis efusi

pericardium dan tamponade jantung.

4. Diagnosis efusi perikardium tuberkulosis meliputi pemeriksaan laboratorium, bakteriologi,

analisis cairan efusi perikardium, uji tuberkulin dan histopatologi.

5. Tatalaksana efusi perikardium tuberculosis meliputi pemberian OAT, kortikosteroid

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Panggabean Marulam. Pericarditis. Dalam : Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk, editor.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, edisi IV. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Pusat : Interna Publishing : 2014; 1238-1240

2. Affandi Dedi WK. Penyakit Perikardium. Dalam : Rilantono LI, Roebiono PS, dkk.

Editor. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI : 2004 ; 263-272

3. Ortbals DW, Avioli LV, Tuberculosis Pericarditis. Arch Intern Med 1979 ; 139: 231-34

4. Colombo A, Olson HG, Egan J, Gardin JM. Etiology and prognostic implications of a

large pericardial eff usion in men. Clin Cardiol. 1988;11:389-94.

5. Otto CM. Pericardial disease: two dimensional echocardiographi and doppler findings.

In: Otto CM, editor. Textbook of clinical echocardiography. 2nd ed. Philadelphia: WB

Saunders Company;1995. p. 213-28.

6. Hageman JH, D’Esopo ND, Glenn WW. Tuberculosis of the pericardium: A long term

analysis of 44 proved cases. N Engl J Med. 1964;270:327-31.

7. Darsee R. Diseases of the pericardium. In: Braunwald E, Ed. Heart disease. New York:

Saunders Publishing Co; 1987. p. 1415-8.

8. Brodie HR. Marchessault V. Acute benign pericarditis caused by Coxsackie virus group

B. N Engi J Med. 1960;262:1278-83.

9. Lksner MR, Cohen GI, Skarin AT. Pericardial disease in patients with cancer: The diff

erentiation of malignant from radiation-induced pericarditis. Am J Med. 1981;7:407

10.Cherian G, Habashy AG, Uthaman B, Hanna RM. Tuberculous pericardial

effusion-mediastinal lymph glands: the cause and clue to the etiology. Indian Heart J 2003;55:

228-33.

11.Sagrista-Sauleda J, Permanyer-Miralda G, Soler-soler J. Tuberculous pericarditis: ten

year experience with a prospective protocol for diagnosis and treatment. J Am Coll

Cardiol 1988;2:724-8.

12.Long R, Younes M, Patton N, Harshfield E. Tuberculous pericarditis: long term outcome

in patients who received medical therapy alone. Am Heart J 1989;117:1133-9.

(19)

14.Corey GR, Campbell PT, Van TP, Kenney RT, Connor C, Sheikh KH, et al. Etiology of

large pericardial effusions. Am J Med 1995;95:209-13.

15.Meyers DG, Meyers RE, Prendergast. The usefulness of diagnostic tests on pericardial

fluid. Chest 1997;111:1213-21.

16. Lorell BH. Pericardial diseases. In: Braunwald E, editor. Heart disease: a textbook of

cardiovascular medicine. 5th ed.Philadelphia: WB Saunders Company; 1997. p. 1478-85.

17. Iseman MD. Extrapulmonary tuberculous in adults. In: Iseman MD, editor. A clinician’s

guide to tuberculous. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2000. p. 183-6.

18.Cameron J, Baldwin JC, Hancock EW. The etiologic spectrum of constrictive

pericarditis. Am Heart J 1987;113:354-60.

19.Lilly LS. Disease of the pericardium. In: Lilly LS, editor. Pathophysiology of heart

disease. 2nd ed. Philadelpia: Lippincott Williams and Wilkins; 1993. p. 289-301.

20.Shabetai R. Disease of the pericardium. In: Hurst J, editor. The heart. New York:

McGraw-Hill; 1986. p. 1249-50.

21.Friedman MJ, Sahn DJ, Haber K. Two-dimensional echocardiography and B-mode

ultnasonography fur the diagnosis of loculated pericardial eff usion. Circulation.

1979;60:1644-51.

22.Kirklin JW, Boyes B. Pericardial disease. In: Barrat B, Kirklin JW, editors. Cardia

surgery. Philadelpia: Lippincott Williams and Wilkins; 1993. p. 1683-93.

23.Wijayakusuma DA. Penyakit perikardium. Dalam: Rilantono LI, Roebiono PS, editors.

Buku ajar kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1996. p. 286-71.

24.Strang JI, Kakaza HHS, Gibson DG. Controlled clinical trial of complete open surgical

drainage and of prednisolone in treatment of tubercolous pericardial effusion in Transkei.

Lancet 1988;2:759-64.

25.Yang CC, Lee MH, Liu JW, Leu HS. Diagnosis of tuberculous pericarditis and treatment

without corticosteroids at a tertiary teaching hospital in Taiwan: a 14-year experience. J

Microbiol Immunol Infect 2005;38:47-52.

26.Liu PY, Li YH, Tsai WC, Tsai LM, Chao TH, Yung YJ, et al. Usefulness of

(20)

27.Anderson B. Doppler assessment of left ventricular systolic and diastolic function. In:

Anderson B, editor. The normal echocardiography, the normal examination, and

echocardiographic measurements. Australia: MGA Graphics; 2002. p. 189-224.

28.Oh JK. Pericardial disease. In: Oh JK, Seward JB, Tajik, editors. The echo manual. 2nd

ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 1999. p. 181-94.

29.Cherian G, Habashy AG, Uthaman B. Detection and follow up of mediastinal lymph

node enlargement in tuberculous effusions using computed tomography. Am J Med

2003;114:319-22.

30.Light RW, Macgregor MI, Lushsinger PC. Pleural effusions: the diagnostic separation of

transudates and exudates. Ann Intern Med 1972;77:507-13.

31.Goldstein DH, Nagar C, Srivastava N, Schact R, Ferris FZ, Flowers NC. Clinically silent

pericardial eff usions in patients on long-term hemodialysis. Chest. 1977;72:744-54.

32.Shabetai R, Fowler NO, Guntheroth WG. The hemodynamics of cardiac tamponade and

constrictive pericarditis. Am J Cardiol. 1970;26:480-5.

33.The Task Force on the Diagnosis and Management of Pericardial Diseases of the

European Society of Cardiology. Guidelines on the diagnosis and management of

pericardial diseases. Eur Heart J. 2004. doi:10.1016/j.ehj.2004.02.001.

34.Fowler NO. Physiology of cardiac tamponade and pulsus pamdoxus: physiological,

circulatory, and pharmacologic response in cardiac tamponade. Mod Conc Cardiovasc

Dis.1978;47:115-9.

35.Dutt AK, Moers D, Stead WW. Short-course chemotherapy for extrapulmonary

tuberculous: nine years experience. Ann Int Med 1986;104:7-12.

36.Pankuweit S, Ristic AD, Seferovis PM, Maisch B. Bacterial pericarditis: diagnosis and

management. Am J Cardiovascular Drug 2005;5:103-12

37.Quale JM, Lipschik GY, Heurich AE. Management of tuberculous pericarditis. Ann

Thorac Surg 1987;43:653-5.

38.Horowitz MS, Schhultz CS, Stinson EB. Sensitivity and specifi city of echocardiographic

(21)

39.Pozniak AL, Weinberg J, Mahari M, Neill P, Houston S, Latif A. Tuberculosis

pericardial effusion associated with HIV infection: a sign of disseminated disease.

Tubercle and lung dis 1994;75:297-300

40.World Health Organization. Treatment of tuberculous: guidelines for national

programmes. Geneva 1993

41.Flannery EP, Gregoratos G, Corder ME. Pericardial effusion in patients with malignant

Gambar

Gambar 1. Pemeriksaan histopatologi perikardium Dikutip dari (40)
Gambar 5   Teknik Perikardiosintesis

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang didapat adalah protozoa merupakan hewan bersel tunggal, berinti sejati (eukariotik) dan tidak memiliki dinding sel, banyak  ditemukan di air tawar,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ruang pascakolonial yang digambarkan dalam Benang, menelusuri korelasi antara ruang dengan identitas, dan menjelaskan

 Untuk pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai, digunakan concrete pump yang menyalurkan beton dari beton molen ke lokasi pengecoran, dengan menggunakan

Tata cara pelaksanaan yang baru merupa- kan bentuk pelatihan yang diberikan kepada pegawai dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam bekerja sesuai dengan

Pada tahun 2016 capaian urusan bidang komunikasi dan informatika ditunjukkan: (1) Peningkatan indeks keterbukaan informasi publik sebesar 3,51 poin yang pada tahun 2016 sebesar 76,50

Dengan dibukanya kemungkinan-kemungkinan untuk usaha-usaha di bidang ekonomi seperti perdagangan, maritim, industri, perhubungan dan perbankan, dengan usaha-usaha penyediaan

Sumatra, yaitu Right strike- slip fault sytem, Sesar Se- mangko yang terletak pada busur Sumatra dianggap se- bagai batas terhadap lempeng Eurasia dengan lempeng

Kadar tanin di dalam ternak ruminansia yang dapat ditoleransi sehingga tidak memberikan dampak negatif bagi ternak tersebut adalah sebanyak 20 mg/g (BK) atau setara dengan 0,4%