LAPORAN PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM
TAKSONOMI HEWAN
TAKSONOMI HEWAN
PROTOZOA PROTOZOA OLEH : OLEH : NAMANAMA : : DARWIN DARWIN AZISAZIS NIM
NIM : : 0810100406081010040600 KELOMPOK
KELOMPOK : : VI VI (ENAM)(ENAM) ASISTEN
ASISTEN : : MUHAMMAD MUHAMMAD AGUSAGUS
LABORATORIUM ZOOLOGI LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA INDRALAYA 2012 2012
ABSTRAK
Praktikum yang berjudul “Protozoa” bertujuan untuk mengamati dan mengenal morfologi beberapa spesies anggota filum Protozoa yang terdapat di air tawar. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Februari 2012, pukul 08.00-10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Alat yang digunakan adalah alat kaca objek, mikroskop, pipet tetes. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu air kolam, air ledeng, air got, air sumur, dan air sungai. Adapun hasil yang didapat yaitu ditemukan spesies Amoeba proteus, Chlamydomonas sp, Euglena viridis, Paramecium caudatum, dan Volvox globator . Kesimpulan yang didapat adalah protozoa merupakan hewan bersel tunggal, berinti sejati (eukariotik) dan tidak memiliki dinding sel, banyak ditemukan di air tawar, bergerak dengan menggunakan 4 tipe organela yaitu flagella, cilia, pseudopodia, dan gerigi undulate.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehidupan hewan dimulai di laut pada zaman prakambrium seiring dengan terjadinya evolusi bentuk multiseluler yang hidup dengan memakan organisme lain. Gaya hidup baru tersebut memungkinkan terjadinya eksploitasi sumberdaya yang sebelumnya belum termanfaatkan, dan mengakibatkan radiasi evolusioner dari bentuk-bentuk yang beranekaragam. Hewan awal menempati laut, air tawar, dan akhirnya daratan. Keanekaragaman kehidupan hewan yang memesona di bumi saat ini, beberapa di antaranya diilustrasikan pada terumbu karang di laut berasal dari evolusi nenek moyang prakambrium yang telah berjalan lebih dari setengah miliar tahun yang lalu (Campbell 2003: 202).
Kingdom Protista ini terdiri dari organisme eukariotik bersel tunggal. Protista dapat dijumpai di mana saja, di air (air tawar dan air laut), daerah lembap, ataupun hidup bersimbioisis dengan organism lain. Protista umumnya bersifat aerobik dan menggunakan mitokondria untuk respirasi. Nutrisi yang diperoleh dapat bersifat fotoautotropik, heterotropik, atau keduanya. Protista mempunyai flagella atau silia dalam hidupnya. Perkembangbiakannya dapat secara seksual maupun aseksual. Pada kondisi buruk, protista akan membentuk kistae. Secara taksonomis, protista dikelompokkan menjadi tiga genera, yaitu protozoa (protista seperti hewan), protista algae (protista seperti tumbuhan), dan protista seperti jamur (Nugroho 2004: 124).
Bentuk tubuh protozoa biasanya berkisar 10- 50 μm, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm, dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh di bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan. Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat tropik. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (uniseluler). Namun demikian, protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuran tubuhnya antaran 3-1000 mikron. Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat
memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia (Anonima 2012: 1).
Semua protista adalah eukariota, akan tetapi protista sangat beraneka ragam, sehingga hanya sedikit karakteristik umum lain yang dapat disebutkan tanpa perkecualian. Sesungguhnya, variasi protista dalam hal struktur dan fungi, melebihi kelompok organisme lainnya. Sebagian besar dari sekitar 60.000 spesies protista yang diketahui hidup saat ini bersifat uniseluler, tetapi ada beberapa spesies berkoloni dan bersifat multiseluler. Karena sebagian besar protista bersifat uniseluler, maka protista dapat dianggap sebagai organisme eukariotik yang paling sederhana. Tetapi pada tingkat seluler, kebanyakan protista luar biasa kompleksnya paling rumit diantara semua sel (Campbell 2003: 125).
Kingdom Protista mencakup semua spesies uniseluler eukariotik. Sebagian di antara organisme itu serupa dengan hewan (protozoa), yang lainnya mirip dengan tumbuhan (protista alga), dan yang lainnya lagi menunjukkan ciri-ciri fungi. Sejumlah ahli taksonomi menyertakan organisme-organisme yang membentuk koloni dan yang multiseluler sederhana ke dalam kingdom ini, karena berkerabat lebih dekat dengan protista daripada dengan ketiga kingdom multiseluler lainnya (Fried 2006: 318).
Sebagian besar ahli sistematika sekarang setuju bahwa kingdom hewan adalah monofiletik, yaitu, jika kita dapat melacak semua garis keturunan hewan kembali ke asal mulanya, hewan akan menyatu pada suatu nenek moyang bersama. Nenek moyang ini kemungkinan adalah suatu protista berflagela pembentuk koloni yang hidup lebih 700 juta silam dalam masa prakambrium. Protista itu kemungkinan berkerabat dengan koanoflagelata, suatu kelompok yang muncul sekitar semiliar tahun silam. Nenek moyang seperti itu telah berkembang menjadi hewan sederhana dengan sel-sel khusus yang tersusun dalam dua atau lebih lapisan (Campbell 2003: 205).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati dan mengenal morfologi beberapa spesies anggota filum protozoa yang terdapat di air tawar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protista bersifat eukariotik, dan bahkan protista yang paling sederhana sekalipun jauh lebih kompleks dibandingkan dengan prokariota. Eukariota pertama yang berevolusi dari nenek moyang prokariotik kemungkinan bersifat uniseluler dan oleh sebab itu disebut protista. Kata itu mengandung arti sesuatu yang sangat tua (bahasa Yunani, protos = “pertama”). Eukariota pertama itu bukan saja merupakan pendahulu protista modern yang sangar beranekaragam, tetapi juga nenek moyang bagi semua eukariota tumbuhan, fungi da hewan. Dua di antara bagian-bagian yang paling bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula sel eukariotik dan kemunculan eukariota multiseluler berikutnya t erjadi selama evolusi protista (Campbell 2003: 125).
Protista yang menelan makanannya secara informal dikelompokkan sebagai protozoa. Protozoa dibagi menjadi enam filum sebagai berkut yaitu (a) Rhizopoda yaitu merupakan protozoa sederhana yang bergerak dengan pseudopodia. Contohnya yaitu Amoeba sp (b) Actinopoda, contohnya yaitu Heliozoa dan Radiolaria (c) Foraminifera, merupakan protozoa yang hidup di laut (d) Apicomplexa, merupakan parasit pada hewan, contohnya yaitu Plasmodium (e) Zoonastigina dcirikan adanya flagel, bersifat heterotrof, dan hidup bersimbiosis, contohnya yaitu Tripanosoma (f) Ciliapora, dicirikan adanya silia dan mempunyai dua nuklei, yaitu makronuklei yang mengontrol metabolisme dan mikronuklei yang berfungsi dalam konjugasi (Nugroho 2004: 127).
Protista merupakan organisme yang paling beraneka ragam dalam hal nutrisi di antara seluruh eukariota. Sebagian besar protista memiliki metabolisme yang bersifat aerobik, yang menggunakan mitokondria untuk respirasi selulernya. Beberapa protista adalah fotoautotrof dengan kloroplas, beberapa lagi adalah heterotrof yang menyerap molekul organik atau menelan partikel makanan yang lebih besar, dan yang lainnya adalh miksotrof, dapat melakukan fotosintesis dan nutrisi heterotrofik. Sangat bermanfaat dalam konteks ekologis untuk mengelompokkan keanekaragaman nutrisi tersebut ke dalam tiga kelompok : protista yang menelan makanannya (seperti hewan), atau protozoa (tunggal,
protozoan); protista yang melakukan absorpsi (seperti fungi) dan protista fotosintetik (seperti tumbuhan) yaitu algae (Campbell 2003: 126).
Divisi-divisi di dalam kingdom protista tidak selalu didasari oleh garis keturunan evolusioner, melainkan lebih berakar secara praktis pada ciri-ciri fungsional. Seperti Monera, taksonomi Protozoa masih terus berubah, dan ada berbagai skema klasifikasi berbeda. Protista mulai berevolusi 1,6 miliar tahun lalu. Protista sangat kompleks ; sel-selnya menunjukkan keberagaman yang lebih daripada sel-sel milik kingdom-kingdom multiseluler. Filogeni protista juga sama kompleksnya, dan belum dipahami sepenuhnya. Dipercaya kalau dari protista telah muncul fungi, tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi, dan hewan-hewan multiseluler, walaupun dari bentuk-bentuk yang sangat berbeda dari protista yang ada sekarang (Fried 2006: 318).
Protista ditemukan hampir di setiap tempat di mana terdapat air. Protista pada umumnya menempati tanah yang basah, sampah, dedaunan, dan habitat darat lainnya yang cukup lembab. Di lautan, kolam, dan danau, banyak protista menempati bagian dasar, menempelkan ditinya pada batu dan tempat bersaih lainnya, atau merayap melalui pasir dan endapan lumpur. Protista juga merupakan bahan penyusun penting plankton yaitu komunitas organisme yang sebagian besar bersifat mikroskropis, yang mengapung secara masif atau berenang secara lemah sekitar permukaan air. Sebagai suatu kelompok besar autotrof, alga eukariotik secara ekologis sangat penting (Campbell 2003: 126).
Protozoa (bahasa Yunani: protos = pertama; zoa = hidup) adalah hewan mikroskopik yang terdapat di semua lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi. Mereka tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk sista (cyst ), atau semacam cangkang yang menutupi sekujur badannya sehingga mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas utama ialah bahwa mereka terdiri dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua, yakni mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik (Rohmimohtarto 2007: 107).
Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga menjalani gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme. Protozoa parasitik menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi terjadi juga pola-pola seksual yang kompleks. Protozoa sebagai divisi telah dibagi-bagi
menjadi lima filum utama. Beberapa ahli protozoologi membaginya menjadi enam filum (Fried 2006: 318).
Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa merupakan organisme sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam zoology menamakan protozoa itu eselular tetapi keseluruhan organisme itu dibungkus dengan satu plasma membrane. Protozoa itu kecil, berukuran kurang dari sepuluh micron dan, walaupun jarang ada yang mencapai 6 milimeter (Anonima2012: 2).
Kelompok pertama protozoa tidak tersebar begitu saja dalam lingkungan air, tetapi setiap jenis kurang lebih mendiami tipe habitat tertentu seperti halnya hewan tingkat tinggi. Beberapa jenis protozoa hidup di air tawar, di air laut dan lainnya lagi pada dasar perairan. Kelompok protozoa ini terdapat di mana-mana di dunia di mana terdapat air atau tempat berair atau tempat lembab. Kelompok kedua mudah dipisahkan, karena semua parisitik dan tidak mempunyai cara untuk bergerak sendiri. Mereka mempunyai habitat yang terbatas. (Rohmimohtarto 2007: 107).
Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia (Anonimb 2012 : 2).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 22 Februari 2012, jam 08.00-10.00 WIB bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, mikroskop, kaca objek, kaca penutup, dan pipet tetes. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel air kolam, air sungai, air sumur dan air got.
3.3 Cara Kerja
Diambil air sampel dengan pipet tetes. Diteteskan pada kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup. Diamati di bawah mikroskop dengan teliti. Digambar dan diberi keterangan spesies protozoa yang ditemukan. Ditulis klasifikasinya. Dicatat perbesaran mikroskop dan dilakukan pencarian spesies lain.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut : a. Volvox globator Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Protozoa Kelas : Mastighophora Ordo : Volvocales Famili : Volvocaceae Genus : Volvox
Spesies : Volvox globator Keterangan Gambar : 1. Sel telur 2. Sperma 3. Zigot 4. Koloni baru 5. Flagel 6. Lapisan gelatin Deskripsi :
Volvox merupakan salah satu flagelata hijau air tawar yang membentuk koloni terapung-apung, sebagai contoh yaitu Volvox globator . Volvox globator berbentuk bola yang berogga (garis tengah 0,5-2,0 mm) dan rongga itu berisi bubur cair. Menurut Brotowidjoyo (1995 : 67), pada dinding bagian luar tertanam 8-17 ribu sel secara individual. Tiap sel yang besarnya 4-8 mikron itu mempunyai nukleus vakuola kontraktil, stigma merah, kloroplas merah, dan 2 flagella. Sel-sel itu berdiferensiasi sebagai sel-sel vegetatif atau sebagai sel-sel reproduktif.
b. Euglena viridis Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Protozoa Kelas : Flagellata Ordo : Euglenida Famili : Euglenaidae Genus : Euglena
Spesies : Euglena viridis Keterangan Gambar : 1. Flagel 2. Rongga resovoir 3. Stigma 4. Kloroplas 5. Vakuola kontraktil 6. Badan paranitun 7. Endosom 8. Nukleus 9. Privenar Deskripsi :
Euglena adalah hewan bersel satu berwarna hijau, karena berklorofil, merupakan suatu marga dari hewan-hewan mastigophora. Hidup dalam kolam dan sering membuat lapisan permukaan air yang berwarna hijau. Euglena berbentuk seperti kumparan yang panjangnya bervariasi dari 25-100 mikron. Mempunyai sebuah flagellum pada ujung anterior yang dimulai dari kerongkongan (Brotowidjoyo 1995: 66).
Kelompok biota Euglena ini dapat didefinisikan sebagai organisme yang khas. Menurut Rohmimohtarto (2006: 112) kelompok ini mempunyai satu atau lebih flagella. Kemudian cara hidup mereka soliter atau berkoloni. Bereproduksi dengan perkembangbiakan aseksual, khususnya dengan pembelahan biner.
c. Paramecium caudatum Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Protozoa Kelas : Cilliata Ordo : Hymenaos Famili : Hymeno Genus : Paramecium
Spesies : Paramecium caudatum Keterangan Gambar :
1. Makronukleus 2. Mulut sel (sitosom) 3. Vakuola
4. Vakuola kontraktil 5. Lubang anak sel 6. Mikronukleus 7. Kerongkongan sel 8. Silia
Deskripsi :
Paramecium caudatum mempunyai bentuk seperti selop. Menurut Radiopoetro (1996: 168), panjang tubuh kurang lebih ¼ mm, agak silindris tetapi permukaan dorsal dan ventral agak memipih dan mempunyai ujung anterior. Pada permukaan ventral terdapat lekukan serong yang disebut peristoma yang melanjutkan diri sebagai cytopharynx. Proses pembelahan Paramecium caudatum diselingi oleh proses konjugasi hingga akhirnya masing-masing individu mempunyai mikronukleus yang tunggal.
Sifat khas dari kelas ini adanya bulu getar seperti rambut di sekujur badannya yang digunakan untuk bergerak, menangkap makanan, atau kadang-kadang hanya untuk menimbulkan arus air untuk pernapasan. Menurut Rohmimohtarto (2006 : 108) pada kelompok tertentu, bulu getar tersebut dimiliki sepanjang hidupnya dan pada kelompok yang lain bulu getar tersebut hanya dimiliki di sebagian daur hidupnya.
d. Amoeba proteus Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Protozoa Kelas : Rhizopoda Ordo : Euamoebida Famili : Amoebidae Genus : Amoeba
Spesies : Amoeba proteus Keterangan Gambar : 1. Ektoplasma 2. Endoplasma 3. Vakuola makanan 4. Vakuola kontraktil 5. Plasmodemana 6. Nukleus 7. Pseudopodium 8. Membran sel 9. Sitoplasma Deskripsi :
Amoeba bergerak dengan cara mengalirkan penjuluran protoplasma, yaitu pseudopodia. Menurut Rohmimohtarto (2006: 64) proses penjuluran itu nampaknya adalah pencairan sementara bagian luar endoplasma yang kental (plasmagel). Karena pencairan itu terjadi plasmosol. Jika plasmosol itu dikentalkan kembali, maka penjuluran protoplasma itu tertarik kembali, dan begitu seterusnya.
Sifat khas hewan ini ialah bahwa gerakannya dilakukan dengan menjulurkan badannya dan mengkerutkannya kembali atau bergerak dengan kaki semu atau pseudopodium (pseudopodia). Menurut Rohmimohtarto (2006 : 108) kelompok pada kelas rhizopoda ini selain Amoeba proteus adalah ordo Foraminifera dab Radiolaria, meskipun masih ada satu ordo lagi, yakni Helizoa, tetapi ordo ini mencakup hewan air tawar.
BAB V KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pada praktikum yang telah di laksanakan ini adalah sebagai berikut :
1. Volvox merupakan salah satu flagelata hijau air tawar yang membentuk koloni terapung-apung.
2. Euglena adalah hewan bersel satu berwarna hijau, karena berklorofil, merupakan suatu marga dari hewan-hewan mastigophora.
3. Paramecium caudatum berbentuk seperti selop. Panjang tubuh kurang lebih ¼ mm, agak silindris tetapi permukaan dorsal dan ventral agak memipih dan mempunyai ujung anterior.
4. Amoeba adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan protista yang bergerak dengan pseudopodia, atau merujuk pada genus yang meliputi spesies yang bergerak dengan mekanisme tersebut.
5. kelompok pada kelas rhizopoda ini selain Amoeba proteus adalah ordo Foraminifera dab Radiolaria,
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2012. Protozoa. http://id.wikipedia.org/wiki/Protozoa. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 19.00 WIB
Anonimb. 2012. Chlamydomonas. http://id.wikipedia.org/wiki/Chlamydomonas. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 19.00 WIB
Brotowidjoyo. 1995. Zoologi Dasar . Erlangga : Jakarta. xii + 349 hlm.
Campbell, N.A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta. Erlangga : xxii + 403 hlm Fried, George. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga: x + 386 hlm.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta. Erlangga: ii + 265 hlm.
Rohmimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut . Jakarta. Djambatan : xii + 540 hlm
LAMPIRAN
Euglena Paramecium