• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Buruh Tani (Aron) Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Buruh Tani (Aron) Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kontribusi

2.1.1. Pengertian Kontribusi

Menurut Kamus Ilmiah Populer, Dany H. (2006:264) ”Kontribusi diartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan.” Sementara menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesia, Yandianto (2000:282) diartikan: ”Sebagai uang iuran pada perkumpulan,

sumbangan.”(http://a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(12).pdf). Bertitik

tolak pada kedua kamus di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; kontribusi adalah merupakan sumbangan, sokongan atau dukungan terhadap sesuatu kegiatan.

Kontribusi berarti individu berusaha meningkatkan efisiensi dan efektifitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya (Astarhadi, 1995).

(2)

2.2. Buruh Aron

2.2.1. Pengertian Buruh Aron

Aron adalah sebuah konsep pola kerjasama dan tolong menolong pada masyarakat Suku Karo di Sumatera Utara, baik dalam menghadapi ancaman dari pihak lain atau dalam mengerjakan sesuatu. Istilah aron berasal dari Bahasa Karo, yaitu sisaro-saron (saling membantu) yang diwujudkan dalam bentuk kelompok kerja orang muda atau dewasa mulai 6 hingga 24 orang dalam satu kelompok. Dalam pembentukan aron, jumlah laki-laki lebih banyak dari pada jumlah perempuan. Hal ini dilakukan melihat kemampuan kaum perempuan dalam mengerjakan aktivitas aron tersebut. Adapun kegiatan aron diketahui tidak dibayar dengan uang atau pertimbangan yang bersifat ekonomi, namun dibayar berupa tenaga, di mana aron yang dibentuk adalah atas dasar kesepakatan bersama para anggotanya (https://id.wikipedia.org/wiki/Aron).

2.2.2. Pola Kerja Buruh Aron

Aktivitas aron dimulai pada pagi hari, yaitu pukul 08.00 WIB - 17.00 WIB. Dalam pola kerjanya terdapat keteraturan antara sesama anggota dengan tujuan agar tetap terjaga hubungan yang baik. Pola kerja dilakukan secara bergiliran, sesuai dengan kebutuhan dalam mengerjakan sawah maupun ladang para anggota.

(3)

peserta aron lainnya. Hal ini disebut dengan pinjam tenaga (petangkapken atau biasa juga disebut dengan istilah pinjam gegeh (https://id.wikipedia.org/wiki/Aron).

2.2.3. Perubahan Makna

Seiring dengan perkembangannya, mulai tahun 1980 hingga saat ini secara perlahan-lahan pengertian aron telah mulai berubah. Hal tersebut dapat terlihat pada saat musimpanen misalnya, seseorang pemilik sawah harus menyewa pekerja aron untuk mengerjakan sawahnya dan membayar upah mereka sesuai dengan waktu mereka berkerja.

Selain itu jumlah aron yang tersedia juga semakin sedikit dibandingkan jumlah aron sebelum tahun 1980. Dalam hal jam kerja juga terdapat perbedaan yang dulunya sebelum 1980, aron bekerja dalam satu hari selama delapan jam, tetapi pada saat ini aron bekerja hanya sekitar lima jam dalam satu hari yang dimulai pukul 10.00 WIB hingga 16.30 WIB dan dengan gaji sekitar Rp 40.000/hari.

Selain itu keberadaan aron juga telah banyak didatangkan dari luar Tanah Karo. Seperti aron-aron di Berastagi misalnya, kebanyakan dari mereka didatangkan dari Samosir danSidikalang, di mana kebanyakan di antara mereka adalah berasal dari suku Batak Toba (https://id.wikipedia.org/wiki/Aron).

2.3. Strategi Bertahan Hidup

(4)

menanggapi perubahan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya. Strategi adaptasi adalah cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh buruh harian lepas (aron) untuk mempertahankan hidupnya dengan tetap eksis sebagai buruh aron.

Edi Suhartono, seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan bahwa definisi dari strategi bertahan hidup (Coping Strategies) adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya. Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan. (Suhartono: 2007)

Berdasarkan konsep ini, Moser membuat kerangka analisis yang disebut “The

Aset Vurnerability”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan aset yang digunakan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan strategi tertentu dalam mempertahankan kelangsungan hidup, seperti:

a. Aset Tenaga Kerja ( Labor Asets)

Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga.

b. Aset Modal Manusia ( Human Capital Asets )

(5)

c. Aset Produktif ( Produuctive Asets )

Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya.

d. Aset Relasi Rumah Tangga atau Keluarga ( Household Relation Asets ) Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja daan mekanisme “uang kiriman”

(remittances).

e. Aset Modal Sosial ( Social Capital Asets )

Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga lokal, arisan dan pemberi kredit informasi dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.

Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup ( Coping Strategies ) dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dapat dikelompokkan menjadi 3 cara, yaitu:

a. Strategi Aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitarnya dan sebagainya).

b. Strategi Pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran sandang, pangan, papan, dan sebagainya).

(6)

Konsep mata pencaharian ( Livelihood ) sangat penting dalam memahami Coping Strategies karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang dianggap sama dengan strategi mata pencaharian ( Livelihood Strategies ). Suatu mata pencaharian meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai maupun barang), lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan. Suatu kehidupan ditunjang oleh interaksi antara orang, asset nyata dan asset tidak nyata. Orang menunjuk pada kemampuan mencari nafkah (Livelihood Capabilities), asset nyata menunjuk pada simpanan (makanan, emas, tabungan) dan sumber-sumber (tanah, air, sawah, tanaman, binatang ternak), sedangkan asset tidak nyata menunjuk pada klaim dan akses yang merupakan kesempatan-kesempatan untuk menggunakan sumber, simpanan, pelayanan, informasi, barang-barang, teknologi, pekerjaan, dan pendapatan.

2.4. Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Perempuan Pedesaan

Aron merupakan ikatan kerjasama untuk mengerjakan lahan pertanian atau biasanya disebut juga sebagai buruh tani. Aron juga dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu jangak, diberu, dan campuren. Jangak adalah ikatan kerjasama/ aron yang semua anggotanya adalah adalah pria, diberu adalah ikatan kerjasama/ aron yang semua anggotanya adalah perempuan, sedangkan campuren adalah ikatan kerjasama/ aron yang sebagian anggotanya adalah pria dan sebagian lagi adalah perempuan. Aron juga ikut dalam ikatan kerjasama untuk mengerjakan ladang pertanian yang

biasanya disebut raron

(7)

Aron sebagai lapangan kerja sektor informal merupakan salah satu lapangan kerja yang diminati oleh perempuan karena pekerjaan ini tidak banyak menuntut persyaratan. Adapun yag menjadi kriteria tenaga kerja aron adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai alat-alat pertanian yang diperlukan dalam melakukan pekerjaannya.

2. Paham dan mengerti akan tugas-tugasnya sebagai aron.

3. Aron mempunyai pekerjaan yang tidak tetap atau dengan kata lain aron bekerja secara berpindah-pindah dari ladang yang sati ke ladang yang lainnya. 4. Aron bisa wanita dan pria, baik yang sudah menikah maupun yang belum

menikah (http://www.budayakaroartikel.or.id).

Wanita yang bekerja sebagai tenaga buruh tani atau aron cenderung untuk memperbaiki taraf hidup keluarga mereka yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan. Perempuan pada umumnya bukan pencari nafkah yang utama, tetapi fungsinya lebih kepada penambah pendapatan suami.

(8)

Keinginan para perempuan untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan perbaikan keadaan ekonomi serta kesejahteraan sosial keluarga senantiasa tercermin dari upaya yang selalu mereka lakukan untuk menambah penghasilan keluarga. Wanita pada umumnya sangat peka dengan keadaan dan permasalahan yang terjadi dalam keluarga, mereka juga tidak akan segan-segan untuk memasuki dunia pekerjaan yang beresiko tinggi apabila keadaan keluarga mereka mengharuskan mereka untuk berbuat demikian (Kartini, 1992).

Pada dasarnya bagi wanita, khususnya yang tinggal di daerah pedesaan dan miskin, peran ganda bukanlah sesuatu hal yang baru. Bagi golongan ini, peran ganda telah ditanamkan oleh orang tua mereka sejak mereka masih berusia muda dengan dibebani kewajiban bekerja oleh orang tua mereka (Soetrisno, 1997).

Wanita sebagai mitra sejajar pria ditujukan untuk meningkatkan peranan aktif dalam kegiatan pembangunan manusia seutuhnya. Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat serta peranannya dalam pembangunan perlu dipelihara dan terus ditingkatkan hingga dapat memberikan sumbangan yang sebesar-besarnya bagi pembangunan bangsa dengan memperhatikan kodrat dan martabatnya (Depdikbud, 1993).

(9)

kesempatan yang sama dengan pria di berbagai bidang pekerjaan sehingga menyebabkan terbukanya juga kesempatan kerja bagi perempuan khususnya sektor informal yaitu bidang pertanian.

2.5 Kehidupan Sosial Ekonomi

Apabila dilihat dari arti kata kehidupan sebenarnya adalah cara atau keadaan tentang hidup, dan arti kata sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan arti kata ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian dan perdagangan (Astarhadi, 1995: 52).

Kata sosial berasal dari kata “socius” yang artinya kawan (teman). Dalam hal

ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja dan sebagainya. Yang dimaksud teman adalah mereka yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam suatu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi. Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos”

yang artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur, jadi secara harafiah

ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga.(Shadily, 1983).

Kehidupan sosial pada dasarnya ditandai dengan:

1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua orang atau lebih.

(10)

3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. 4. Suatu kehidupan sistem bersama.

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material. Kebutuhan pokok atau basic human needs dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia. Kehidupan sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang menyangkut interaksinya dan perilaku ekonomi dari masyarakat tersebut. Kehidupan sosial ekonomi juga berarti membahas tentang kebutuhan dan bagaimana seseorang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, dan pemanfaatan hasil ekonomi yang diperoleh. Jadi, kehidupan sosial ekonomi yang dimaksud adalah cara-cara atau strategi yang diterapkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang diperoleh, dan juga berbicara mengenai keadaan hidup sehari-hari.

Manusia dikatakan hidup layak jika mampu memenuhi kebutuhan hidup minimalnya. Kebutuhan hidup tersebut dimaksud meliputi sandang, pangan, dan papan serta, pendidikan, kesehatan. Abraham Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia terdiri atas lima tingkatan yaitu:

1. Kebutuhan fisik atau biologik dengan indikator lapar, haus, seks, rasa enak, tidur dan istirahat.

2. Kebutuhan rasa aman dengan indikator psikologik terhindar dari bahaya dan bebas dari rasa takut atau terancam.

3. Kebutuhan disertakan, rasa cinta, dan aktivitas sosial dengan indikator psikologok berupa rasa bahagia, berkumpul dan berserikat, perasaan diterima dalam kelompok, rasa bersahabat dan afeksi.

(11)

kompetensi, keyakinan, rasa diterima orang lain, apresiasi dan martabat.

5. Kebutuhan aktualisasi atau realisasi diri dengan indikator psikologik berupa keinginan mengembangkan diri secara optimal melalui usha sendiri, kreativitas dan ekspresi (Danim, 1995).

Dari indikator diatas yang menjadi asumsi adalah sejumlah penghasilan yang didapat dari hasil usaha dan tenaga, barang bergerak, barang tak bergerak, dan hak atas bayaran berkala. Dari uraian tersebut dapat kategorikan sebagai berikut:

1. Pendapatan berupa uang, yaitu:

a. Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang.

b. Dari usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha itu sendiri, komisi dan penjualan kerajinan rumah tangga.

c. Dari hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. d. Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial. 2. Pendapatan berupa barang, yaitu:

a. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.

b. Barang yang diproduksi dan konsumsi rumah tangga, antara lain pemakaian barang yang diproduksi di rumah, sewa yang harus dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati (Sumardi, 1997).

(12)

lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya.

2.6. Kemiskinan

2.6.1. Pengertian Kemiskinan

Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk menjamin kelangsungan hidup (Suryawati, 2005). Kemampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan pokok berdasarkan standar harga tertentu adalah rendah sehingga kurang menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup pada umumnya. Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup.

(13)

yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok/dasar (http://e-journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf).

Definisi kemiskinan kemudian dikaji kembali dan diperluas berdasarkan permasalahan-permasalahan kemiskinan dan faktor-faktor yang selanjutnya menyebabkan menjadi miskin. Definisi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers (1983) adalah definisi yang saat ini mendapatkan perhatian dalam setiap program pengentasan kemiskinan di berbagai negara-negara berkembang dan dunia ketiga. Pandangan yang dikemukakan dalam definisi kemiskinan dari Chambers menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan konsep (integrated concept) yang memiliki lima dimensi, yaitu:

1) Kemiskinan (Proper). Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan semula adalah kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhankebutuhan pokok. Konsep atau pandangan ini berlaku tidak hanya pada kelompok yang tidak memiliki pendapatan, akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok yang telah memiliki pendapatan.

2) Ketidakberdayaan (Powerless). Pada umumnya, rendahnya kemampuan pendapatan akan berdampak pada kekuatan sosial (social power) dari seseorang atau sekelompok orang terutama dalam memperoleh keadilan ataupun persamaan hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

(14)

situasi-situasi darurat lainnya yang membutuhkan kemampuan pendapatan yang dapat mencukupinya. Kondisi dalam kemiskinan dianggap tidak mampu untuk menghadapi situasi ini.

4) Ketergantungan (dependency). Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun kekuatan sosial dari seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tadi menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap pihak lain adalah sangat tinggi. Mereka tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan solusi atau penyelesaian masalah terutama yang berkaitan dengan penciptaan pendapatan baru. Bantuan pihak lain sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan-persoalan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan akan sumber pendapatan.

5) Keterasingan (Isolation). Dimensi keterasingan seperti yang dimaksudkan oleh Chambers adalah faktor lokasi yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin. Pada umumnya, masyarakat yang disebut miskin ini berada pada daerah yang jauh dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sebagian besar fasilitas kesejahteraan lebih banyak terkonsentrasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti di perkotaan atau kota-kota besar. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau sulit dijangkau oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan relatif memiliki taraf hidup yang rendah sehingga kondisi ini menjadi penyebab adanya kemiskinan (http://e-journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf).

2.6.2. Bentuk dan Jenis Kemiskinan

(15)

1) Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep untuk menentukan ataumendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin.

2) Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah tertinggal.

3) Kemiskinan Kultural

(16)

4) Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur diskriminatif.

Bentuk kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang paling banyak mendapatkan perhatian di bidang ilmu sosial terutama di kalangan negaranegara pemberi bantuan/pinjaman seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Asia. Bentuk kemiskinan struktural juga dianggap paling banyak menimbulkan adanya ketiga bentuk kemiskinan yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah dikenal bentuk kemiskinan, dikenal pula dengan jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya. Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah:

1) Kemiskinan Alamiah

Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra sarana umum (jalan raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang kurang subur. Daerah-daerah dengan karakteristik tersebut pada umumnya adalah daerah yang belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan sehingga menjadi daerah tertinggal.

2) Kemiskinan Buatan

(17)

fasilitas ekonomi secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah dampak negatif dari pelaksanaan konsep pembangunan (developmentalism) yang umumnya dijalankan di negara-negara sedang berkembang. Sasaran untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak meratanya pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri misalnya lebih menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang bekerja di sektor pertanian.

Kedua jenis kemiskinan di atas seringkali masih dikaitkan dengan konsep pembangunan yang sejak lama telah dijalankan di negara-negara sedang berkembang pada dekade 1970an dan 1980an ( http://e-journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf).

2.6.3. Garis Kemiskinan

Konsep dari kemiskinan terbagi atas tiga, yaitu:

1. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

(18)

3. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan (http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23).

2.6.4. Faktor Penyebab Kemiskinan

Pada umunya di negara Indonesia peneyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:

1. Laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat setiap 10 tahun menurut hasil sensusl penduduk.

2. Angkatan kerja, penduduk yang bekerja, dan pengangguran. Secara garis besar penduduk di suatu negara dibagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Mereka yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda di setiap negara. Batas usia kerja di Indonesia adalah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang ataupun semua penduduk mulai dari usia 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. Sisanya berupakan bukan tenaga kerja yang selanjutnya dapat dimasukkan dalam kategori beban ketergantungan.

(19)

adalah tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak sedang bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak sedang mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta orang yang menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya.

3. Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan. Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisa penduduk, yaitu 40% penduduk yang berpendapatan rendah (penduduk miskin); 40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20% penduduk berpendapatan tinggi (penduduk kaya). Ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12 persen pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap moderat apabila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 persen hingga 17 persen pendapatan nasional. Sedangkan jika 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional maka ketimpangan dan ketidakmerataan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup merata (Dumairy, 1996).

(20)

merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibandingkan faktor-faktor produksi lain.

5. Kurangnya perhatian dari pemerintah. Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya (Irawan, 1999).

2.7. Kerangka Pemikiran

Ada banyak faktor yang membuat perempuan bekerja dah bahkan sering juga menjadi tulang punggung perekonomian dalam keluarga. Kehidupan perekonomian itu sendiri lah yang menjadi faktor pendorong paling besar perempuan harus berperan aktif dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Hal ini lah yang dialami oleh buruh tani (aron) perempuan di desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Harga kebutuhan-kebutuhan yang kian lama kian melonjak, ketidakcukupan pendapatan suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga, ditambah lagi rendahnya pendidikan yang mereka miliki akhirnya membuat para perempuan atau ibu rumah tangga di desa ini bekerja sebagai buruh tani (aron). Aron sebagai lapangan kerja sektor informal merupakan salah satu lapangan kerja yang diminati karena pekerjaan ini tidak banyak menuntut persyaratan.

(21)

jam kerja, peningkatan aset finansial, pengelolaan keuangan keluarga, pemanfaatan pekarangan rumah, serta mencari alternatif sosial.

(22)

Untuk memperjelas alur pemikiran di atas dapat dilihat pada bagan berikut ini: Gambar: Bagan 2.1

BURUH ARON PEREMPUAN

KONTRIBUSI 1. Jam kerja

2. Peningkatan aset finansial 3. Pengelolaan Keuangan Keluarga 4. Pemanfaatan pekarangan rumah 5. Mencari alternatif sosial

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA

1. Kebutuhan sandang 2. Kebutuhan pangan 3. Rumah/ Tempat Tinggal 4. Kesehatan

(23)

2.8. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal-hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009).

Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan obyek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna-makna konsep yang diteliti. Secara sederhana definisi disini diartikan sebagai batasan arti. Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138).

Adapun yang menjadi definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Buruh aron perempuan adalah perempuan yang bekerja sebagai buruh tani yang mengelola lahan pertanian milik orang lain.

2. Kontribusi adalah sumbangan terhadap variabel tertentu. Dalam hal ini maksud dari kontribusi adalah sumbangan yang diberikan oleh perempuan yang bekerja sebagai buruh aron terhadap kehidupan sosial dan ekonomi keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.

(24)

- 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja.

- 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja.

Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut maka waktu kerja dapat dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas upah lembur.

b. Peningkatan aset finansial yaitu sumber-sumber keuangan yang digunakan oleh keluarga (pekerjaan sampingan (Side job), berbisnis/berjualan kecil-kecilan, bekerja serabutan, dll) untuk dapat memilih sumber penghidupan yang cocok bagi mereka.

c. Pengelolaan kauangan keluarga, yaitu seperti mengelompokkan kebutuhan-kebutuhan, baik kebutuhan sehari-hari, kebutuhan jangka pendek, kebutuhan jangka panjang, kebutuhan mendesak, maupun dana untuk disimpan.

d. Pemanfaatan pekarangan rumah yaitu menggunakan lahan di area sekeliling rumah untuk ditanami tanaman yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau dapat dijual untuk menambah penghasilan (seperti sayur-sayuran, umbi-umbian, dll.).

e. Mencari alternatif sosial:

(25)

- Meminjam uang pada koperasi agar lebih terpercaya, atau kepada pemilik lahan yang penggantiannya dapat diambil pada saat buruh aron mendapatkan upah.

- Bantuan pemerintah untuk membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

f. Kehidupan sosial ekonomi adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam lingkungan masyarakat sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan apa yang dimiliki dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan keberhasilan dalam mencukupi kebutuhan. Sosial ekonomi keluarga berkaitan dengan cara keluarga memenuhi kebutuhan yang ditentukan oleh tingkat pendapatan yang diterima.

- Kebutuhan sandang adalah kebutuhan manusia akan pakaian. - Kebutuhan pangan adalah kebutuhan yang paling utama bagi

manusia. Biaya pangan merupakan biaya yang harus tercukupi dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan bahan-bahan pokok lainnya.

- Tempat tinggal biasanya berwujud bangunan rumah , tempat berteduh, atau struktur lainnya yang digunakan sebagai tempat manusia tinggal. Sebenarnya rumah tidak harus mewah untuk sekedar memenuhi standar rumah sehat dan layak huni. Ada beberapa indikator atau syarat yang bisa dijadikan sebagai parameter menentukan kriteria rumah sehat dan layak huni, diantaranya adalah:-

(26)

- Kualitas air yang memadai

- Pencahayaan atau penerangan yang cukup

- Dapur bersih dengan pembuangan asap yang lancar - Konstruksi bangunan yang memenuhi standard - Sanitasi yang baik

- Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/ atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

- Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan pada umumnya dibagi menjadi beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan kemudian perguruan tinggi.

(27)

Referensi

Dokumen terkait

( Promotional Mix ) yang harus dilakukan oleh PT Rafika Mulia Indonesia untuk meningkatkan volume

“ Hubungan Perokok Pasif dengan tingkat Kejadian Kanker Serviks di RSUD dr Moewardi ” ini dapat kami selesaikan dengan baik, walaupun masih ada kekurangan

“#INSTAMOMENT” KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri siswi kelas X dan XI MAN 2 Madiun didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswi memiliki pengetahuan yang baik,

keselarasan telah tercapai antara data output dari simulasi dengan data sejarah produksi, maka model tersebut dinggap telah valid karena sudah dapat menggambarkan profil dari

Pemberdayaan Kelompok Seni Ukir si Desa Kelating Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabana Melalui Pelatihan Mengukir Bentuk-Bentuk Pewayangan. Seni Murni FSRD PENGABDIAN (IbM)

Penelitian ini bertujuan untuk mela- kukan analisis permintaan masyarakat terhadap upaya kesehatan Puskesmas, khususnya dalam rangka menentukan besarnya koefisien

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengarun infeksi Mycobacterium tuberculosis terhadap nilai Laju Endap Darah (LED) di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat