ASPEK HUKUM TENTANG WANPRESTASI DALAM KONTRAK KONSTRUKSI KERJA ANTARA PENYEDIA JASA DENGAN PENGGUNA
JASA DI KABUPATEN MAMUJU UTARA FAUSIA
D 101 13 359
DOSEN PEMBIMBING I : Suarlan Datupalinge, S.H.,M.H DOSEN PEMBIMBING II : Abd. Rahman Hafid, S.H.,M.H
ABSTRAK
Ketentuan umum dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Kontra Kerja Konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan kontruksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkap akibat hukum yang akan di timpahka kepada pihak yang melakukan wanprestasi, dan untuk mengetahui penyelesaian wanprestasi dalam pelaksanaan kontrak kerja kontruksi dalam penyedia jasa dan pengguna jasa di Kabupaten Mamuju Utara.Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dan lapangan dan wawancara kepada pihak-pihak yang terlibat yaitu pengguna jasa pihak pemerintah sebagai pemilik pekerjaan, dan pihak penyedia jasa yaitu kontraktor atau rekanan.Hasil penelitian bahwa bentuk wanprestasi adalah penyedia jasa kontruksi tidak menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya, melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan bestek dan spesifikasi yang ada dalam kontrak dalam hal ini menjadi factor penyebab wanprestasi adalah kelalaian dari pihak penyedia jasa.
I. PEN DAHULUAN A.Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, Negara
Indonesia merupakan suatu negara
yang sedang membangun (deveeloping
country), di mana pada saat ini sedang
giat melaksanakan pembangunan
digelah bidang, baik pembangunan di
bidang fisik maupun di bidang non
fisik. Salah satu bentuk realisasi dari
pembangunan yang dilaksanakan
berupa pembagunan proyek-proyek
sarana, prasarana, yang berwujud
pembangunan dan rehabilitasi
jalan-jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi,
saluran-saluran air, perumahan rakyat
maupun perkantoran-perkantoran dan
sebagainya.
Dalam pelaksanaannya,
pembangunan proyek-proyek ini
melibatkan berbagai pihak seperti
pemberi tugas (bouwheer),
pemborongan, arsitek, Pemda dan
sebagainya. Disamping itu dalam
pelaksanaan pembagunan kita
dihadapkan pada peralatan-peralatan
yang mutakhir dan canggih yang
perluh diperhatikan. Demikian pula
dengan adanya hubungan internasional
dimana pihak asing mengajukan
persyaratan-persyaratan yang tidak
dikenal di Indonesia dalam perjanjian
pemborongan, maka perlu juga
mendapat perhatian yang serius.1
Saat ini Kabupaten Mamuju
Utara sedang giat-giatnya membangun
karena daerah, ini relatif masih
terhitung baru yang merupakan
kabupaten hasil pemekaran dari
Kabupatem Mamuju. Niat Pemerintah
Daerah untuk menciptakan pemerintah
yang bersih ternyata hanya slogan dan
sebatas wacana.
Peraturan mengenaihukum
perjanjian tercantum dalam Buku III
KUHPerdata yang berjudul Perikatan.
Memang antara perjanjian dengan
perikatan mempunyai hubungan yang
sangat erat, hal ini dapat diketahui dari
sisi Pasal 1233 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata yang menunjukan
bahwa perjanjian merupakan sumber
perjanjian pemborongan pekerjaan
yang merupakan bagian penting dari
hukum perjanjian. Dalam hukum
perjanjian dikenal istilah perjanjian
umum dan perjanjian khusus.
Perjanjian khusus biasanya disebut
juga perjanjian bernama.
Dengan istilah perjanjian
khusus atau disebut juga dengan
perjanjian bernama maksudnya adalah
perjanjian yang telah mempunyai
nama-nama sendiri. Jadi jenis
perjanjian ini telah mempunyai nama
tersendiri yang diberikan oleh pembuat
undang-undang berdasarkan tipe-tipe
atau bentuk-bentuk yang banyak
terjadi sehari-harinya.
Perjanjian pemborongan
pekerjaan adalah termasuk salah satu
dari jenis perjanjia khusus tersebut.
Oleh sebab itu dalam menguraikan
pengertian perjanjian pemborongan
pekerjaan secara bersama ada baiknya
terlebih dahulu diuraikan pula
perjanjian. Mengenai definisi
perjanjian, Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan diri
dengan satu orang atau lebih”. Selain itu, juga perluh ditelaah beberapa
pendapat para sarjana.
Menurut Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, pengertian
perjanjian itu adalah suatu perubahan
hukum dimana seseorang atau lebih
megikatkan dirinya terhadap seseorang
ataupun lebih2. Wirjono Prodjodikoro,
juga mengartikan perjanjian sebagai
suatu perbuatan hukum mengenai harta
kekayaan antara dua pihak dalam
mana pihak yang satu berjanji atau
dianggap berjanji untuk melakukan
suatu hal dan pihak yang lain berhak
menuntut.3 Sedangkan menurut
Subekti perjanjian adalah peristiwa
dimana seorang berjanji kepada
seseorang lain atau dimana orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal.4
Dengan demikian jelaslah bagi
kita tentang pengertian perjanjian
2
Sofwan, Sari Soedewi
Masjchun,Kumpulan Kuliah Hukum P erdata, Yayasan Gajah Madah, Yogyakarta, 1972 Hlm 18.
3 R. Wirjono Prodjodikoro, Asas asas
Hukum Perdata, Bale, Bandung, 1986 Hlm 9.
4 R. Subekti, Hukum Perjanjian,Inter
tersebut yaitu suatu perbuatan hukum
dimana seorang atau lebih
mengikatkan dirinya atau berjanji
terhadap seseorang atau lebih untuk
melaksanakan sesuatu hak tertentu
yang meletakkan hak pada satu pihak
dan kewajiban pada pihak lain.
Berkenaan dengan perjanjian
pemborongan pekerjaan sebagaimana
yang telah disebutkan terlebih dahulu
adalah termasuk jenis perjanjian
khusus atau perjanjian bernama, diatur
dalam Buku III Bab VII a, Pasal 1601
b dan dari Pasal 1604-1616 KUH
Perdata. Pengertian perjanjian
pemborongan pekerjaan tersebut oleh
Pasal 1601 b disebutkan; “Pemborongan pekerjaan adalah suatu persetujuan yang dengan mana pihak
yang satu, si pemborong, mengikatkan
diri untuk menyelenggarakan suatu
pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak
yang memborongkan, dengan
menerima suatu harga yang telah ditentukan”.
Dari bunyi Pasal 1601 b
KUHPerdata tersebut dapat ditafsirkan
bahwa pengertian perjanjian
pemborongan pekerjaan adalah suatu
perjanjian antara seseorang atau badan
usaha (pihak memborongkan
pekerjaan) dengan seseorang atau
badan usaha lain (si pemborong)
dimana pihak pertama menghendaki
atau mengharapkan hasil pekerjaan
tertentu yang telah diberikanya dan
telah disanggupi untuk diadakan oleh
pihak lain atas pembayaran sejumlah
uang tertentu sebagai harganya.5
Oleh karena itu hal terpenting
yang perlu diperhatikan bagi tiap-tiap
orang yang membuat atau mengadakan
suatu perjanjian adalah apapun yang
telah diperjanjikannya secara sah
berdasarkan hukum harus dilakukan
dengan itikad baik sebagai hukum bagi
mereka (Pasal 1338 ayat (1) dan (3)
Kitab Undang-undang Hukum
Perdata).
Menurut A, Meliala Qirom Samsudin,
bahwa:
Itikad baik adalah pengertian
yang Subektif dapat diartikan
sebagai kejujuran seseorang
dalam melakukan sesuatu
perbuatan hukum yaitu apa
5R. Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit,
yang terletak pada sikap batin
seseorang pada waktu diadakan
perbuatan hukum, sedangkan
pengertian itikad baik dalam
pengertian yang objektif
maksudnya bahwa pelaksanaan
dirasakan sesuai dengan yang
patut dalam masyarakat.6
Dalam pelaksanaan kontrak
kerja kontruksi dibuat dalam bentuk
dokumen yang dikenal dengan
dokumen kontrak kerja kontruksi.
Dokumen tersebut yang merupakan
surat-surat yang berkaitan dengan
kegiatan kontruksi termasuk mengenai
susunan (model, letak) dari suatu
bangunan yang dijadikan objek
kontrak.
H.S Salim mengatakan bahwa di
dalam suatu dokumen kontrak jasa
kontruksi memuat atau meliputi
hal-hal sebagai berikut
1. Surat perjanjian yang
ditandatangani oleh pengguna
jasa dan penyedia jasa;
6Qirom Samsuddin Meliala.A, Pokok
Pokok Hukum Perjanjian Beserta
Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1995 Hlm 9.
2. Dokumen lelang, yaitu
dokemen yang disusun oleh
pengguna jasa yang merupakan
dasar bagi penyedia jasa untuk
menyusun usulan atau
penawaran untuk
melaksanakan tugas yang berisi
lingkup tugas dan
persyaratannya (umum dan
khusus, teknis administrasi,
kondisi kontrak);
3. Usulan atau penawaran, yaitu
dokemen yang disusun oleh
penyedia jasa berdasarkan
dokumen lelang yang berisi
metode, harga penawaran,
jadwal waktu, dan sumber
daya;
4. Berita acara yang berisi
kesepakatan antara pengguna
jasa dengan penyedia jasa
selama proses evaluasi usulan
atau penawaran oleh pengguna
jasa antara lain klasifikasi atas
hal-hal yang menimbulkan
keraguan;
5. Surat pernyataan dari pengguna
kesanggupan untuk
melaksanakan pekerjaaan.
Hubungan hukum merupakan
hubungan antara pengguna jasa dan
penyedia jasa yang menimbulka akibat
hukum dalam bidang kontruksi. Akibat
hukum, yaitu timbulnya hak dan
kewajiban di antara para pihak.
Momentum timbulnya akibat itu
adalah sejak ditandatangani kontrak
kontruksi oleh pengguna jasa dan
penyedia jasa7
Berdasarkan pengertia di atas,
maka bila dilihat dari segi objek yang
diperjanjikan, perjanjian atau kontrak
jasa kontruksi terdapat persamaan dan
perbedaan dengan perjanjian kerja dan
perjanjian melakukan jasa.
Persamaannya dimana sama-sama
menyebutkan pihak yang satu setuju
melaksanakan pekerjaan bagi pihak
lainnya dengan pembayaran tertentu.
Sedangkan perbedaan pada perjanjian
kerja terdapat hubungan kedinasan
antara bawahan dan atasan antara
buruh dengan majikan. Pada kontrak
7Salim, HS, Perkembangan Hukum
Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta , 2003 Hlm 90.
kerja kontruksi tidak terdapat
hubungan yang demikian, melaikan
penyedia jasa melaksanakan pekerjaan
secara mandiri.
Selanjutnya dalam
melaksanakan kontrak kerja kontruksi
juga tidak terlepas dari ketentuan
syarat sahnya perjanjian yang diatur
dalam Pasal 1320 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata sebagai
patokan yang berlaku umum untuk
semua jenis dan bentuk perjanjian baik
yang telah ada maupun yang akan ada.
Dengan lain perkataan merupakan
ketentuan yang mengatur syarat-syarat
agar kedua bela pihak yang
mengadakan janji dapat dinyatakan
telah mengadakan perjanjian.
B. Rumusan Masalah
1. Sanksi apakah yang akan di
timpahkan kepada pihak
yang melakukan wanprestasi
di Kabupaten Mamuju
Utara?
2. Bagaimana penyelesaian
apabila terjadi wanprestasi
dalam perjanjian kontrak
pengguna jasa di Kabupaten
Mumuju Utara?
I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi
Penelitian
Kabupaten Mamuju Utara
adalah salah satu Daerah Tingkat II di
ProvinsiSulawesi Barat dengan Ibu
kotakabupaten terletak di Pasangkayu.
Kabupaten Mamuju Utara merupakan
hasil pemekaran dari Kabupaten
Mamuju yang terletak 719 km ke
sebelah utara dari Makassar, ibukota
provinsi Sulawesi Selatan.
Kabupaten Mamuju Utara
merupakan gabungan dari kecamatan
Pasangkayu, Sarudu, Baras dan
Bambalamotu yang sebelumnya
pernah menjadi bagian dari Kabupaten
Mamuju sebelum dimekarkan pada
tahun 2001, Sekarang jumlah
Kecamatan bertambah menjadi 12,
yaitu dengan memekarkan kecamatan
induk masing-masing 2 kecamatan,
Kecamatan Pasangkayu dimekarkan
menjadi Kecamatan Pedongga dan
Kecamatan Tikke Raya, Kecamatan
Sarudu ditambah Kecamatan
Dapurang dan Duripoku, Kecamatan
Baras bertambah dengan Kecamatan
Bulu Taba dan Kecamatan Lariang,
Kecamatan Bambalamotu ditambah
dengan Kecamatan Bambaira dan
Kecamatan Sarjo. Jarak Pasangkayu
yang juga ibu kota kabupaten dengan
ibukota provinsi Sulawesi Barat, yaitu
Mamuju sekitar 276 km. Jarak yang
relatif dekat itu menghabiskan waktu
tempuh 5-6 jam.
Kabupaten Mamuju Utara
dengan ibukota Pasangkayu termasuk
kabupaten termuda dan terletak di
bagian Utara Sulawesi Selatan,
Kabupaten Mamuju Utara merupakan
hasil pemekaran dari Kabupaten
Mamuju terletak 719 kilometer dari
ibukota Propinsi Sulawesi Selatan.
Sedangkan dari Palu ibukota Sulawesi
Tengah dengan jarak 130 Km, waktu
tempuh sekitar 3 jam. Dengan waktu
tempuh yang lebih dekat itu membuat
sebagian masyarakat apabila ingin ke
ibukota propinsi memilih ke Palu
terlebih dahulu kemudian naik pesawat
ke Makassar,di lanjutkan dengan
wilayah Kabupaten Mamuju Utara
3.043,75 Km2.
Secara geografis Kabupaten
Mamuju Utara terletak pada koordinat
antara 3o 39 sampai 4 o 16 Lintang
Selatan dan 119 o 53? sampai 120 o27
Bujur Timur dengan Batas wilayah
yaitu Sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Donggala, Propinsi
Sulawesi Tengah, sebelah Selatan
berbatas dengan Kabupaten Mamuju,
sebelah Timur dengan Kabupaten
Luwu Utara dan Sebelah Barat
berbatasan dengan Selat Makassar.
Kabupaten Mamuju Utara
merupakan gabungan dari kecamatan
Pasangkayu bersama kecamatan
Sarudu, Baras, dan Bambalamotu yang
sebelumnya pernah menjadi bagian
dari Kabupaten Mamuju sebelum
dimekarkan pada tahun 2001. Jarak
Pasangkayu, yang juga ibukota
kabupaten dengan mantan induk
sekitar 276 kilometer. Jarak yang
relatif dekat itu menghabiskan waktu
tempuh 8-9 jam. Kondisi jalan dengan
sekitar 30 persen berlubang ini
mengakibatkan banyak waktu
terbuang. Sebagian besar permukaan
jalan terdiri dari kerikil bercampur
tanah. Permukaan yang beraspal yang
beraspal kasar, terkelupas disana-sini.
Kabupaten Mamuju Utara
merupakan gabungan dari kecamatan
Pasangkayu bersama kecamatan
Sarudu, Baras, dan Bambalamotu yang
sebelumnya pernah menjadi bagian
dari Kabupaten Mamuju sebelum
dimekarkan pada tahun 2001. Jarak
Pasangkayu, yang juga ibukota
kabupaten dengan mantan induk
sekitar 276 kilometer. Jarak yang
relatif dekat itu menghabiskan waktu
tempuh 8-9 jam. Kondisi jalan dengan
sekitar 30 persen berlubang ini
mengakibatkan banyak waktu
terbuang. Sebagian besar permukaan
jalan terdiri dari kerikil bercampur
tanah. Permukaan yang beraspal yang
beraspal kasar, terkelupas disana-sini.
Kondisi ini berbeda 180 derajat
dengan jalan beraspal mulus yang
menghubungkan Makassar, ibukota
provinsi dengan Mamuju. Meski
jaraknya lebih jauh,443 kilometer,
waktu tempuh nyaris sama 8 jam.
Tidak mengherankan bila perjalanan
dengan perjalanan dari Mamuju ke
Pasangkayu.8
B. Sanksi yang akan di timpahkan kepada pihak yang melakukan wanprestasi Menurut Bapak Anca selaku
Kepala Bidang Cipta Karya di Dinas
PU Mamuju Utara Kontrak akan
keluar apabila pihak pengguna jasa
melelang pekerjaan tersebut, akan
tetapi pelelangan akan dilaksanakan di
ULP apabila pihak ULP sudah
mengeluarkan pemenang maka mereka
akan kembali ke pihak pengguna jasa,
maka pihak pengguna jasa membuat
atau mengeluarkan kontrak tersebut.
Setelah Pengguna Jasa atau pemerintah
Kabupaten Mamuju Utara Kepala
Dinas PU mengeluarka bentuk kontrak
atau perjanjian maka Pengguna Jasa
memberika Surat Perintak Kerja
(SPK).Walaupun kontrak telah dibuat
dalam bentuk tertulis dan memuat
berbagai ketentuan hak dan kewajiban
para pihak, namun tetap saja tidak
8
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupate n_Mamuju_Utara. Di akses pada tanggal 2 November 2017 Pukul 11.00 WITA
berjalan sebagaimana mestinya seperti
tidak tepat waktu dalam pelaksanaan
pembangunan dan penyelesaian serta
tidak memenuhi spesifikasi
sebagaimana yang di tentukan dalam
kontrak.
Di dalam kontrak penyedia jasa
telah mencantumkan berita acara dan
penyedia jasa sebelumnya ada
penjamin sehingga ia bisa ditetapkan
sebagai pemenang dalam penawaran
proyek pembangunan, didalam isi
berita acara yang dibuat oleh penyedia
jasa dikarenakan adanya
penawaran-penawaran yang sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh
penyedia jasa sehingga pengguna jasa
berani atau memberikan kontrk kepada
pihak penyedia jasa.
Walaupun kontrak telah dibuat
dalam bentuk tertulis dan memuat
berbagai ketentuan hak dan kewajiban
para pihak, namun tetap saja tidak
berjalan sebagaimana mestinya seperti
tidak tepat waktu dalam pelaksanaan
pembangunan dan penyelesaian serta
tidak memenuhi spesifikasi
sebagaimana yang ditentukan dalam
Apabila terbukti bahwa
pelaksanaa pekerjaan pembangunan
tidak sesuai dengan ketentuan
dokumen kontrak yang antara lain
meliputi semua ketentuan dasar
pelaksanaan teknis pekerjaan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal
4 Perjanjian tentang Dasar
Pelaksanaan Pekerjaan yaitu :
Pekerjaan tersebut dalam Pasal 1
diatas harus dilaksanakan oleh pihak
kedua atas dasar refrensi-refrensi yang
bagian tidak terpisahkan dari
perjanjian ini, yaitu:
a) Gambaran-gambaran (termasuk
gambaran-gambaran detail).
Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Pekerjaan (RKS) dengan
semua perubahan sesuai
dengan Berita Acara
Penjelasanya.
b) Semua ketentuan-ketentuan
dari peraturan administrasi
Apabila penyediasa jasa
melakukan kesalahan-kesalahan yang
tidak sesuai dengan kontrak tidak
semata-mata Pengguna jasa atau
Kepala Dinas PU Kabupaten Mamuju
Utara menekankan bahwa Penyedia
jasa bersalah akan tetapi diberi
teguran Pertama (SP1) tidak diindhkan
maka beralik teguran kedua (SP2)
tidak diindahkan juga maka masuk
teguran ketiga (SP3) akan berakhir
dengan sanksi, dari teguran pertama
kedua dan ketiga dari antaranya akan
ada pembinaan. Pembinaan tersebut
akan dilakukan melalui
intruksi-intruksi Rapat yang akan membahas
tentang apa penyebeb sehingga terjadi
keterlambtan.
Berdasarkan
ketentuan-ketentuan diatas pihak pengguna jasa
di Kabupaten Mamuju Utara akan
membleclis perusahaan tersebut. Di
karenakan penyedia jasa lalai dalam
menjalankan kontraknya, tidak mampu
menyelesaikan pekerjaanan Nya,
waktu yang di terapkan telah habis,
dana yang tidak mencukupi sehingga
perusahaan tersebut lari dari tanggung
jawabnya9
Menurt Pejabat Pembuat
Komitmen Andi Nasriadi, hal ini
tertuang dalam ketentuan sanksi yang
9Anca (Selak Bidang Karya Cipta)
dimuat dalam kontrak yaitu ketentuan
Pasal 18 tentang Sanksi dan denda
yang menentukan :
1. Bilamana progres pekerjaan
terlambat lebih dari 30% dari
target pekerjaan, maka Pihak
Kedua dikenakan sanksi berupa
denda keterlambatan sebesar
100 (satu per mil) dari nilai
kontrak perhari kelender.
2. Pada saat nilai denda
keterlambatan sama atau
melebihi nilai jaminan
pelaksanaan, maka kontrak
dihentikan dan penyedia jasa
dimasukan delam daftar hitam
rekanan
3. Denda dihentikan bila mana
Pihak Kedua telah mencapai
target prestasi pekerjaan.
4. Denda yang telah dibebankan
harus disetorkan Ke Kas
Negara oleh Pihak Kedua atau
jaminan pelaksanaanya
dicairkan atau diperhitungkan
dengan kewajiban Pembayaran
Pihak Pertama Kepada Pihak
Kedua.
Oleh karena itu, apabila
terbukti bahwa pelaksanaan pekerjaan
pembangunan tidak sesuai dengan
ketentuan dokumen kontrak, maka
pihak pengguna jasa dalam hal ini
dapat melakukan :
1. Pemberian teguran-teguran
dalam peringatan-peringatan
secara tertulis;
2. Penangguhan pembayaran;
3. Pemasukan Pihak Kedua ke
dalam Daftar Hitam Rekanan
dan pengalihan pekerjaan;
4. Pengenaan denda sebesar
Rp.1/1000 (satu perseribu)
untuk setiap hari keterlambatan
sampai setinggi-tingginya 5%
(lima perseratus) dari Nilai
Kontrak.
5. Pemerintah Kabupaten Mamuju
Utara menyelesaikan secara
khusus, peresusahanaan
tersebut akan di Bleclis atau
tidak dapat digunakan lagi dan
itu akan dilaporkan ke
(LSPE/Infokan)
Selain sanksi dan denda
tersebut diatas juga terdapat
baik secara perdata maupun secara
pidana. Perikatan yang berbentuk
kontrak kerja kontruksi tersebut terkait
dengan Undang-undang Hukum
Perdata Pasal 1233, yaitu bahwa
tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena
persetujuan, atau karena
undang-undang. Sedangkan tanggung jawab
secara pidana menurut Udang-undang
Nomor 18 Tahun 1999 membuka
peluang sanksi pidana bagi pelaku jasa
kontruksi, Khususnya Pasal 41 dan
Pasal 43 ayat (1), (2), dan (3).
Namun demikian walaupun
telah memiliki dasar yang kuat
mengenai pengenaan sanksi bagi
penyedia jasa yang tidak melaksakan
kewajiban sessuai kontrak, pihak
pengguna jasa tidak sepenuhnya dapat
menerapkan ketentuan sanksi tersebut
tetapi hanya berbentuk teguran secara
lisan. Padahal apabila dari bentuk
pelanggarannya terhadap penyedia jasa
telah dapat dikenakan denda atau
pemutusan perjanji. Akan tetapi,
mengikat penyedia jasa telah banyak
mengalami kerugian dalam
pelaksanaan pembagungan rumah
dimaksud penyelesaian tetap
diserahkan kepada penyedia jasa
disamping mengupayakan untuk
membuat adendum kontrak. Akibat
langsung dirasakan oleh penyedia jasa
adalah tidak tidak lagi dipercaya untuk
melaksanakan proyek lain atau dengan
kata lain penyedia jasa dimasukkan
dalam daftar hitam rekanan.
C. Upaya Penyelesaian Apabila Terjadi Wanprestasi
Apabila terjadi wanprestasi
dalam kontrak kerja antara pengguna
jasa dan penyedia jasa dalam hal ini
kepala dinas PU bapak Basri Yunus
dengan kontraktor dalam bentuk kerja
kontruksi aspek hukumnya tidak akan
dibawah ke ranah hukum atau
penyelesain hukum hanya sebatas
dalam perjanjian kontrak yang dibuat.
Penyelesaian hukum antara
pengguna jasa dan penyedia jasa
dalam hal perjanjian kerja kontruksi
yang ada di kabupaten Mamuju Utara
upaya penyelesaiannya hanya
dilakukan sebatas dalam klausa
perjanjian, tidak menempu jalur
Hukum. Artinya kedua belah pihak
yang melakukan perjanjian tersebut
satu pihak melakukan wanprestasi
dalm perjanjian terbut maka
penyelesaiannya diselesaikan menurut
pasal-pasal yang ada dalam isi kontrak
tersbut.
Dalam hal ini penyelesaian
yang dimaksud dalam isi kontrak kerja
kontruksi tersebut yaitu apabila salah
satu pihak melakukan wanprestasi
maka diberih teguran, teguran ke satu,
ke dua dan ketiga didalam teguran
pertama akan ada diberi pebinaan
apabila ada lagi kelalian maka tetap
diberi teguran kedua dengan
pembinaan kembali diantaranya
apabila masih lali dalam pelaksaan
kontrak kerja maka dikeluarkan
teguran ketiga dalam penyelesainnya
adalah pemutusan kontrak dan akan di
bleclis selama 2 tahun10
Pengguna jasa dalam isi
perjanjian kontrak kerja kontruksi
antara pengguna jasa dan penyedia
jasa di Kabupaten Mamuju Utara
penyelesainnya dapat juga dilakukan
dengan cara Adendum kontrak,
10
Andi Nasriadi (Pejabat Pembuat Komitmen) Hasil Wawancara, di lakukan pada tanggal 15 Oktober 2017, pukul 09.00 WITA
dimana kontrak tersebut dapat dirubah
volumenya atau memberikan
perpanjangan waktu dan pemberian
kesempatan apaabila penyedia jasa
dalam pekerjaanya sudah mencapai
95% akan ditambahkan waktu selama
50 hari diluar kontrak kepada
pengguna jasa, atau dengan catatan
bahwa ada justifikasi teknis yang
sesuai dengan aturan yang disepakati
oleh pengguna jasa dengan penyedia
jasa.
Pemberian atau perpanjangan
waktu akan dilakukan apabila
pekerjaanya sudah mencapai 95%
yang besarnya 97% jika pekerjaanya
baru mencapai 50% penyedia meminta
justifikasi maka pihak pengguna jasa
belum memberikan justifikasi tersebut,
dikarenakan penyediah jasa masih
dikategorikan mampu menyelesaikan
pekerjaanya yang ada didalam kontra
perjanjian.
Sebagaimana diketahui bahwa
pelaksanaan pembagunan fisik
dibidang jasa kontruksi cukup banyak
melibatkan sumber-sumber daya, baik
sumber daya manusia, sumber daya
tenaga dan energi peralatan, mekanika
dan elektrik, serta sumber daya
keuangan. Dalam setiap tahap
pekerjaan tersebut dilakukan dengan
pendekatan manajemen proyek, yang
prosedurnya telah diatur dan
ditetapkan sedemikian rupa, sehingga
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan waktu
pelaksanaan. Namun demikian, pada
setiap tahapan-tahapan pekerjaan
tersebut, adakalanyamengalami
hambatan, baik dari faktor manusia
maupun sumber-sumber daya alam
lain. Hambatan-hambatan sekecil
apapun harus diselesaikan dengan baik
untuk mencegah kerugian yang lebih
besar, baik dari pelaksanaan waktu
pekerjaan maupun operasional
bangunan kelak.
II. PENUTUP A. Kesimpulan
Di bagian ini penulisan
memberikan kesimpulan dari semua
hal-hal yang telah diuraikan pada
bagian terdahulu yaitu :
1. Sanksi yang akan di
timpahkan kepada pihak yang
melakukan wanprestasi dalam
hal ini pengguna jasa tidak
mampu lagi melaksanakannya
perjanjian yang telah
disepakati kedua belah pihak
maka terjadilah pemutusan
kontrak, dan dimasukkan
kedalam daftar hitam rekanat,
penyedia jasa tidak dapat
dipakai lagi selama 2 (dua)
tahun.
2. Bagaimana penyelesaian
apabila terjadi wanprestasi
dalam perjanjian kontrak
kerja konstruksi anatara
Penyediaan jasa dengan
pengguna jasa Apabila terjadi
wanprestasi dalam
pelaksanaan kotrak kerja
kontruksi antara penyedia jasa
dengan pengguna jasa, kedua
belah pihak tidak membawah
perkara tersebut kerana
hukum atau penyelesain
hukum hanya sebatas dalam
perjanjian kontrak yang
dibuat. Atau secara
musyawarah. Dalam praktek
sering dilakukan untuk
perelisihan dalam Kontrak
Kerja Kontruksi pada satuan
paket pekerjaan adalah mulai
musyawarah diantara para
pihak itu sendiri. Jalur
pengadilan tidak dipakai
karena setelah menerima surat
teguran dari pengguna jasa,
maka penyedia jasa biasanya
bertemu untuk mengadakan
rapat atau musyawara
mengenai penyelesaian yang
ditempuh terhadap
permasalahan yang dihadapi.
B. Saran
1. Diharapkan agar para pihak
yang terkait dalam proses
pekerjaan ini, mampu
mematuhi dan memahami
aturan-aturan hukum yang
telah ditetapkan bersama tanpa
perlu melakukan
tindakan-tindakan yang dapat merusak
derajat kepatuhan dan
kepastian hukum diantara para
pihak. Sehingga pada akhirnya
hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang telah diatur
bersama mampu terpenuhi
dengan baik agar tidak
terjadinya kembali.
2. Dalam hal ini penyedia jasa
atau Kontraktor/konsultan
maupun penyedia pengguna
jasa agar kiranya lebih
memerhatikan lebih dalam hal
tentang bagaimana
penyelesaian apabila terjadinya
suatu wanprestasi dalam
perjanjian kontrak kerja
konstruksi pembanguan agar
tidak ada lagi pemutusan
DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku :
FX. Djumialdji, Hukum Bangunan , Dasar-dasar Hukum Dalam Proyek dan sumber
Daya Manusia, PT. Rineke Cipta, Jakarta, 1996
R. Wirjono Prodjodikoro, Asas asas Hukum Perdata, Bale, Bandung, 1986
R. Subekti, Hukum Perjanjian,Inter Masa, Jakarta, 1979
Sofwan, Sari Soedewi Masjchun,Kumpulan Kuliah Hukum Perdata, Yayasan Gajah
Madah, Yogyakarta, 1972
Salim, HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta , 2003
R. Wirjono Prodjodikoro, Asas asas Hukum Perdata, Bale, Bandung, 1986
Qirom Samsuddin Meliala.A, Pokok Pokok Hukum Perjanjian Beserta
Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1995
B. Internet :
http///semua tentang Teknik Sipil SYARAT-SYARAT KONTRAK. Htm. Pada
tanggal 9 November 2017 pukul 09.00 WITA.
C. Sumber Lain :
Anca (Selaku Bidang Karya Cipta) Hasil Wawancara, di lakukan pada tanggal 15
Oktober 2017, pukul 09.00 WITA
Andi Nasriadi (Pejabat Pembuat Komitmen) Hasil Wawancara, di lakukan pada
BIODATA
NAMA : FAUSIA
STAMBUK : D10113359