• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Konsep Diri

Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah “konsep” memiliki arti gambaran, proses atau hal-hal yang digunakan oleh akal budi untuk memahami sesuatu. Istilah “diri” berarti bagian-bagian dari individu yang terpisah dari yang lain. Konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri atau penilaian terhadap dirinya sendiri (KBBI, 2008).

Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen,1998: 121). Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri sehingga terdapat beberapa pengertian.

(2)

pada diri individu. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian, atau evaluasi dari orang lain yang mengenal dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya, individu akan tidak tahu bagaimana ia dihadapan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung, individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak (Mulyana, 2000).

Desmita (2008: 53), mengemukakan konsep diri didefenisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya meliputi kemampuan, karakter maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berfikir akan berhasil maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya, jika individu berfikir akan gagal, maka hal ini sama saja sudah mempersiapkan pintu kegagalan bagi dirinya.

(3)

tentang dirinya yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan melainkan berkembang dari pengalaman yang terus-menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat dini kehidupan anak yang menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari (Agustiani, 2009: 138).

Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri. Konsep diri terdiri dari bagaimana individu melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana individu merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana individu menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana individu harapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapai kesehatan mental.

2.1.2 Jenis-Jenis Konsep Diri

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

1. Konsep Diri Positif

(4)

sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.

Coopersmith (2007: 98) mengemukakan karakteristik dengan konsep diri positif, yaitu bebas mengemukakan pendapat, cenderung memiliki motivasi tinggi untuk mencapai prestasi, mampu mengaktualisasikan potensinya dan mampu menyelaraskan diri dengan lingkungannya. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan Brooks dan Emmert yang menyatakan bahwa individu yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu (Rakhmat, 2007: 105): 1. Individu yakin akan kemampuannya mengatasi masalah

2. Merasa setara dengan orang lain 3. Menerima pujian tanpa rasa malu

4. Menyadari bahwa setiap individu mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat

(5)

Individu yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri sendiri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dipandang sebagai akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan. Individu yang memiliki konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya sendiri dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang. 2.Konsep Diri Negatif

Coopersmith mengemukakan beberapa karakteristik, yaitu mempunyai perasaan tidak aman kurang menerima dirinya sendiri dan biasanya memiliki harga diri yang rendah. Fitts (dalam Yanti, 2008), menyebutkan ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri rendah adalah:

a. Tidak menyukai dan menghormati diri sendiri

b. Memiliki gambaran yang tidak pasti terhadap dirinya,

c. Sulit mendefinisikan diri sendiri dan mudah terpengaruh oleh bujukan dari luar

d. Tidak memiliki pertahanan psikologis yang dapat membantu menjaga tingkat harga dirinya

e. Mempunyai banyak persepsi yang saling berkonflik

f. Merasa aneh dan asing terhadap diri sendiri sehingga sulit bergaul g. Mengalami kecemasan yang tinggi, serta sering mengalami

(6)

Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert (1976:42-43) ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif (Rakhmat, 2007: 105):

a. Peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan terhadap kritik yang diterimanya, dan mudah marah atau naik pitam. Bagi orang ini,koreksi seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.

b. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian, segala macam embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya. c. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak

diperhatikan. Ia tidak akan pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres.

d. Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan oran lain dalam membuat prestasi.

2.1.3 Dimensi Konsep Diri

(7)

1. Dimensi Internal

Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal frame reference) adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk:

1.1Diri identitas (identity self)

Bagian diri ini meruakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, “Siapakah saya?” Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan kepada diri oleh individu yang bersangkutan. Kemudian dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan lingkungannya, pengetahuan individu tentangdirinya juga bertambah, sehingga individu dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan hal-hal yang lebih kompleks.

1.2Diri Pelaku (behavioral self)

(8)

1.3Diri Penerima/Penilai (judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri identitas dan diri pelaku. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri yang rendah pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada dirinya. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan individu bersikap lebih konstruktif.

2. Dimensi Eksternal

Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Dimensi yang dikemukakan oleh Fitts adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu :

2.1Diri Fisik (physical self)

(9)

2.2Diri Etika-moral (moral-ethical self)

Persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasaan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

2.3Diri Pribadi (personal self)

Perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana individi merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

2.4Diri Keluarga (family self)

Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Seberapa jauh seseorang merasa memadai terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.

2.5Diri Sosial (social self)

(10)

2.1.4 Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri yang dimiliki seseorang terbentuk dalam suatu proses yang cukup lama, membutuhkan pengalaman untuk mengatasi berbagai kemungkinan, mengalami proses pematangan sikap, penemuan falsafah dan rencana hidup yang mantap. Hal ini sesuatu yang dikemukakan Sobur (2003 :63) yang menyebutkan : “Konsep diri terbentuk dalam waktu yang relatif lama dan pembentukan ini tidak dapat diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari seseorang dapat mengubah konsep diri”

Menurut Sobur (2003:78)konsep diri terbentuk apabila individu memiliki: 1. Persepsi diri dan citra diri yang positif konstruktif

2. Pandangan yang menyeluruh tentang dirinya, baik kemampuan dalam berwirausaha dan kelemahan fisik nya dalam berwirausaha

3. Ketahanan menghadapi berbagai kemungkinan, baik ancaman, hambatan, dan kegagalan

4. Falsafah dan rencana hidup yang mantap

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Stuart dan Sudeen (1998: 257) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri terdiri dari :

1. Teori perkembangan

(11)

eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

2. Orang yang terpenting atau yang terdekat

Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.

3. Persepsi diri sendiri

(12)

2.2 Teori Pembelajaran Kewirausahaan 2.2.1 Pengertian Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, dan aspek lain yang ada pada individu. Menurut Gagne, Barliner, dan Hilgrad (Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, 2012: 6), “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman”.

Pendapat tersebut sejalan dengan Sugihartono, dkk (2007: 74) menyatakan bahwa “belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dengan indikator pada perubahan tingkah laku karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.

2.2.2 Pengertian Kewirausahaan

(13)

Wirausaha mampu mengidentifikasikan berbagai kesepakatan, dan mencurahkan seluruh sumber daya yang ia miliki untuk mengubah kesempatan itu suatu yang menguntungkan. kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar (Suryana, 2001:2). Seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang. Pengertian wirausaha disini menekankan pada setiap orang yang memulai sesuatu bisnis yang baru (Alma, 2011:24)

Secara sederhana arti kewirausahaan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti ( Kasmir, 2010:16)

2.2.3 Pengertian Pembelajaran Kewirausahaan

(14)

Pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan peserta didik dengan kegiatan belajar mengajar. Menurut Hamzah B. Uno (2008: 2), “pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik yang secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan”. Pada pembelajaran, peserta didik tidak hanya belajar berinteraksi dengan pendidik sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah upaya yang sengaja dilakukan olehpendidik untuk membelajarkan dan mengatur lingkungan belajar peserta didik sehingga terjadi proses belajar. Sedangkan kata kewirausahaan seperti yang sudah dibahas pada kajian teori mengenai kewirausahaan oleh beberapa ahli, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.

(15)

meningkatkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk menciptakan suatu peluang usaha.

2.2.4 Tujuan Pembelajaran Kewirausahaan

Pemberian pembelajaran kewirausahaan memiliki tujuan agar dapat:

1. Menumbuhkan motivasi berusaha di kalangan mahasiswa

2. Membangun sikap mental wirausaha yakni percaya diri, sadar akan jati dirinya bermotivasi untuk meraih suatu cita-cita, pantang menyerah, mampu bekerja keras, kreatif, inovatif, berani mengambil resiko dengan perhitungan, berperilaku pemimpin dan memiliki visi ke depan, tanggap terhadap saran dan kritik, memiliki kemampuan empati dan keterampilan sosial

3. Meningkatkan kecakapan dan keterampilan para mahasiswa khususnya sense of business

4. Menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru yang berpendidikan tinggi

5. Menciptakan unit bisnis baru yang berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

(16)

2.2.5 Komponen Pembelajaran Kewirausahaan

Pelaksanaan pembelajaran merupakan hasil integrasi dari beberapa komponen yang memiliki fungsi tersendiri dengan maksud agar pembelajaran dapat berjalan. Komponen pembelajaran adalah penentu dari keberhasilan proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran.

Berikut penjelasan Rusman (2012: 119) tentang komponen- komponen pembelajaran, yaitu:

1. Tujuan. Tujuan pembelajaran meliputi tujuan umum yang meliputi: standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sedangkan tujuan pembelajaran khusus, yaitu berupa indikator pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan, kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(17)

3. Strategi Pembelajaran, suatu cara yang digunakan pendidik untuk menyampaikan informasi atau materi pembelajaran, dan kegiatan yang mendukung penyelesaian tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip-pirnsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan mahasiswa.

4. Media Pembelajaran, yaitu berupa software dan hardware untuk membantu proses interaksi pendidik dengan mahasiswa dan interaksi mahasiswa dengan lingkungan belajar dan sebagai alat bantu bagi pendidik untuk menunjang penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik.

5. Evaluasi Pembelajaran, merupakan alat indikator untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan. Evaluasi bukan hanya sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.

(18)

dengan baik, maka diperlukan strategi yang mendukung penyelesaian dari tujuan pembelajaran.

Tujuan dari pembelajaran kewirausahaan tertuang dalam kompetensi kewirausahaan pada mata pelajaran kewirausahaan. Sedangkan sumber belajar kewirausahaan bisa didapatkan dari buku-buku yang berkaitan dengan kewirausahaan serta sumber-sumber lainnya yang relevan dengan pembelajaran kewirausahaan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran kewirausahaan adalah tujuan pembelajaran, sumber belajar, strategi, media, dan evaluasi pembelajaran.

2.3 Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur 2.3.1 Pengertian Minat

Menurut Hilgard yang dikutip oleh Slameto (2003:57) minat adalah “Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Sedangkan menurut Holland yang dikutip oleh Djaali (2007:122) mengatakan bahwa “Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.

(19)

mempenuhi kebutuhan hidup memajuhkan usaha atau menciptakan usaha baru dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.

Sedangkan santoso (1993) mendefinisikan minat wirausaha adalah gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesautu terhadap minat berwirausaha dengan perasaan senang karena membawa manfaat bagi dirinya. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan kepada suatu hal dan beraktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan adanya suatu hubungan antara diri sendiri dengan yang ada diluar diri.semakin kuat dan dekat hubungan tersebut maka semakin besar minat (Slameto 2003:180)

Menurut Fuadi, dalam Putra (2012:3) minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan.

Dari pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan dan kesediaan bekerja keras atau berkemuan keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan menciptakan usaha baru tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi serta senantiasa belajar dari kegagalan dalam hal berwirausaha. 2.3.2 Pengertian Young Entrepreneur

Young entrepreneur yaitu orang-orang muda yang mulai

(20)

Hurlock (Hutagalung, 2010 : 9) menyatakan bahwa usia 18 tahun sampai 40 tahun adalah usia dewasa awal, dimana masa itu merupakan masa yang terkait dengan tugas perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Ketika seseorang masuk dalam usia dewasa awal yang memiliki tugas pokok yaitu memilih bidang pekerjaan yang cocok dengan bakat, minat serta faktor psikologis yang dimilikinya. Masih banyak orang dewasa muda yang bingung dengan pilihan karirnya, situasi seperti ini sering terjadi pada entrepreneur. Hurlock menyebutkan masa dewasa awal adalah masa coba-coba untuk berkarir.

Penelitian yang dilakukan oleh College (Zimmerer, 2008 : 26) menemukan bahwa Generasi X (mereka yang lahir antara tahun 1965-1981) tiga kali lebih mungkin meluncurkan bisnis dibandingkan mereka yang berada dalam kelompok umur lainnya. Anggota generasi ini menangani sekitar 80% dari seluruh bisnis awal, sehingga mereka menjadi generasi yang paling memiliki jiwa kewirausahaan tinggi dalam sejarah. Tidak ada kemunduran yang terjadi ketika generasi ini menegangkan otot-otot kewirausahaannya. Generasi X ini mungkin lebih tepat disebut sebagai Generasi Entrepreneur.

2.3.3 Komponen Minat Berwirausaha

(21)

1. Komponen Kognitif

Komponen kognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu obyek, sikap dan informasi dari berbagai sumber (Schiffman dan Kanuk,1994). Pengetahuan dan persepsi biasanya berbentuk kepercayaan dan kepercayaan yang maksudnya adalah adanya rasa percaya bahwa suatu obyek sikap mempunyai berbagai atribut dan perilaku yang spesifik.

2. Komponen Afektif

Komponen afektif memnggambarkan perasaan dan emosi seseorang terhadap obyek. Perasaan dan sikap seseorang merupakan evaluasi menyeluruh terhadap obyek sikap. Komponen afektif disinimenunjukkan penilaian langsung dan umum terhadap suatu obyek (Sciffman dan Kanuk,1994). Perasaan dan emosi seseorang terutama ditujukan kepada obyek secara keseluruhan, bukan perasaan dan emosi kepada atribut-atribut yang dimiliki oleh suatu obyek. Perasaan dan emosi digambarkan dengan ungkapan dua sifat yang berbeda guna mengevaluasi obyek

3. Komponen Konatif

(22)

2.3.4 Faktor-Faktor MinatDalam Berwirausaha

Minat berkaitan erat dengan perhatian. Oleh karena itu, minat merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha, maka minat perlu ditumbuh kembangkan pada diri setiap mahasiswa. Minat tidak dibawa sejak lahir, namun minat tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya. Secara garis besar ada tiga faktor yang mempengaruhi minat yaitu :

1. Faktor fisik

Kondisi fisik individu sangat berperan dalam menentukan minat, misalnya saja individu memilih berwirausaha, maka kondisi fisiknya harus benar-benar kuat karena berwirausaha adalah pekerjaan yang penuh dengan tantangan. Faktor fisik merupakan pendukung utama setiap aktivitas yang dilakukan individu.

2. Faktor psikis

Faktor psikis yang mempengaruhi minat yaitu : a. Motif

(23)

b. Perhatian

Bimo Walgito (2003:56) mendefinisikan perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau kelompok obyek. Perhatian akan menimbulkan minat seseorang jika subyek mengalami keterlibatan dalam obyek.

c. Perasaan

Perasaan senang akan menimbulkan minat yang akandiperkuat adanya sikap positif sebab perasaan senang merupakan suatu keadaan jiwa akibat adanya peristiwa yang datang pada subyek bersangkutan. W.S.Winkel (2011:30) mendefinisikan perasaan adalah aktivitas psikis yang didalamnya subyek menghayati nilai-nilai suatu obyek.

3. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi minat yaitu: a.Lingkungan keluarga

(24)

b. Lingkungan Universitas

Universitas merupakan lingkungan yang sangat potensial untuk mendorong mahasiswa dalam perkembangan minat, misalnya di lingkungan Universitas memberi motivasi kepada mahasiswanya untuk mandiri

c. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan ketiga yang turut mempengaruhi perkembangan minat. Misalnya lingkungan yang mayoritas berwirausaha, maka kemungkinan besar individu yang ada dilingkungan tersebut juga akan berminat terhadap wirausaha.

Sementara itu faktor-faktor yang memengaruhi minat berwirausaha menurut Stewart et al., dalam Kortanti (2013:2) adalah:

1. Faktor Internal

Artinya minat berasal dari dalam diri wirausahawan, yaitu dapat berupa sifat-sifat personal, sikap, kemauan dan kemampuan individu tersebut untuk berwirausaha.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku wirausaha yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan lain-lain.

(25)

1. Personal

Berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian seseorang. Seorang wirausaha adalah seseorang yang yang memilki keinginan berprestasi yang sangat tinggi dibandingkan orang yang tidak berwirausaha.

2. Sociological

Berkaitan dengan hubungan dengan keluarga dan hubungan sosial lainya. Hubungan keluarga dapat dilihat dari orang tua, pekerjaan, dan status sosial. Faktor sosial yang berpengaruh terhadap minat berwirausaha ialah masalah tanggung jawab terhadap keluarga. Selain itu orang tua yang memiliki usaha sendiri anaknya akan cenderung menjadi wirausaha juga. 3. Environmental

Berkaitan dengan hubungan antar lingkungan. Faktor yang berasal dari lingkungan diantaranya adalah model peran, peluang, aktivitas, selain itu dipengaruhi juga oleh pesaing, sumber daya, dan kebijakan pemerintah.

Minat berwirausaha seseorang dapat dilihat dari tiga indikator utama (Hattab, 2014:5) yaitu:

1. Personal Attitude (Sikap pribadi)

(26)

2. Subjective Norms (Norma-norma subjektif)

Keyakinan atau persepsi seseorang mengenai pengaruh sosial atau harapan orang-orang di sekitarnya mengenai apa yang harus dan tidak harus dilakukan. Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma kelompok sosialnya, maka ia akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai dengan kelompoknya.

3. Perceived behavioural control (Kontrol perilaku yang dirasakan)

Kontrol perilaku merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor faktor yang menghalangi perilaku individu. Dengan kata lain, kontrol perilaku merupakan keyakinan mengenai keberadaan hal-hal yang mampu mendukung ataupun menghambat perilakunya tersebut. Kontrol perilaku ini sangat penting ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi lemah.

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti Judul Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian Defani

Terdapat pengaruh yang signifikan secara

(27)

Lanjutan Tabel 2.1 Sumatera Utara

Minat Berpengaruh Positif terhadap Minat

Terdapat hasil yang secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan antara Pemahaman,

Terdapat hasil yang positif dan signifikan antara Konsep Diri, Prestasi Belajar Matakuliah

(28)

Berwirausaha pada Mahasiswa Politeknik Negeri Medan Jurusan Akuntansi Program Studi Perbankan dan Keuangan.

Variabel dependen: Minat

Berwirausaha.

Berwirausaha.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang diteliti. Hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan akan dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2005:49).

(29)

Dalam perkembangannya konsep diri terbagi menjadi dua yaitu konsep diri positif merupakan lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggan yang besar tentang diri, dan konsep diri negatif sendiri merupakan pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri atau pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Konsep diri yang dimiliki seseorang terbentuk dalam suatu proses yang cukup lama, membutuhkan pengalaman untuk mengatasi berbagai kemungkinan, mengalami proses pematangan sikap, penemuan falsafah dan rencana hidup yang mantap. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri yaitu teori perkembangan , orang yang terpenting atau terdekat dan presepsi diri sendiri.

(30)

Minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaanuntuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnyatanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan. Ada dua faktor yang mempengaruhi minat dalam berwirausaha yaitu faktor inernal yaitu dan eksternal serta terdapat tiga indikator utama menentukan minat berwirausaha yaituPersonal Attitude (Sikap pribadi) , Subjective Norms (Norma-norma subjektif) , Perceived behavioural control (Kontrol perilaku yang dirasakan).

Berdasarkan penelitian Sembiring menyatakan bahwa variabel Konsep diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha. Sehingga apabila konsep diri dinaikkan maka minat usaha akan meningkat (Sembiring , 2015:70)

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lestari menyatakan bahwa pembelajaran kewirausahaan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, mengembangan keterampilan, membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku, serta memotivasi seseorang untuk berwirausaha (Lestari, 2012:113). Melalui pembelajaran kewirausahaan, seorang siswa akan mendapatkan pengetahuan mengenai manfaat berwirausaha bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya, membangun sikap dan mental wirausaha, meningkatkan keterampilan dan membangun relasi dengan orang-orang baru. Hal ini berarti pembelajaran kewirausahaan berpengaruh secara positif terhadap minat berwirausaha sehingga mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir.

(31)

entrepreneur. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka kerangka konseptual untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Supranto (2003 : 327) adalah “pernyataan tentang sesuatu yang untuk sementara waktu dianggap benar, bisa juga diartikan yang akan diteliti sebagai jawaban sementara dari suatu masalah”.

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dipaparkan, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

“Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan BerpengaruhTerhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur”.

Minat Untuk Menjadi Young

Enterpreneur

(Y) Konsep Diri

(X1)

Pembelajaran

Kewirausahaan

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan ini. merupakan salah satu wujud Pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Provinsi

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/9/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman

In addition, it has been demonstrated that multiple disconnections of the provisional restoration would undermine the peri-implant soft tissue attachment; this might lead to

Optimalisa si Pemanfaat an dan Pengemba ngan Jaringan Internet Lingkup Kantor Gubernur Prov.. Kegiatan Penataan pertelekom unikasian

dibidang administrasi pembangunan, pengendalian dan Eavaluasi Pembangunan yang dilaksanakan serta pembinaan usaha jasa pembangunan dalam wilayah Provinsi

S. Data were analyzed statistically using paired-sample t-tests. Results: Statistical evaluation indicated that there was a significant reduction in the presence of S. lactis was

M eningkatkan sikap responsif Aparat pengawasan terhadap lingkungan yang berpengaruh termasuk peran serta masyarakat terhadap pengaw asan pelayanan publik dan

 Pengambilan/pengupasan pola mata entres dari atas ke bawah, karena yang dilekatkan/yang menjadi faktor penentu tingkat keberhasilan adalah lekatan pola entres bagian