Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kenyamanan; Nyeri
di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Aan Maydah M. Nasution 102500005
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Lembar Pengesahan
KARYA TULIS ILMIAH
Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang atas berkat dan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kenyamanan; Nyeri di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan pada jurusan Keperawatan Program Diploma III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua penulis, (H. Marwan Nasution dan Hj. Siti Syahrani, S.Pd) yang telah memberikan segalanya sampai detik ini. Walaupun penulis banyak mempunyai salah tetapi do’a kedua orangtua penulis selalu menyertai penulis, serta semoga kedua orangtua penulis selalu mendapat rahmat dari Allah SWT di dunia dan akhirat.
Dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menemui kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya karya tulis ilmiah ini akhirnya dapat terselesaikan. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp,MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp,MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp,MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
karya tulis ilmiah yang telah meluangkan waktu serta penuh kesabaran dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis.
6. Bapak Mula Tarigan, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi penulis selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh dosen dan staf administrasi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
8. Saudara-saudaraku tesayang Gusli Nasution, Suhartini, S.Pd, Fitri Hayati Musliha, MPd, Kurnia Ramadhani Putra Nasution, Amd, Nurul Fajariyah M. Nasution, Rizwan Fazlul R M. Nasution, Siti Fatimah Siregar, Amk beserta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan moril dan spiritual kepada penulis.
9. Sahabat Rosmaito, Rafikah, Noni, Masitha, Mega, Nini, Yulia, Elvi, Hariati, Mona, Nisa, Sahat, Wanti, yang menjadi tempat diskusi dalam keadaan apapun.
10.Seluruh teman-teman mahasiswa Diploma III Keperawatan Fakultas
Keperawatan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih buat masukan dan ilmu yang telah diberikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat terbatasnya kemampuan dan kurangnya pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi seluruh mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan umumnya bagi pembaca sekalian.
Wassalam.
Medan, 09 Juli 2013 Penulis
Daftar Isi
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
BAB I –PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 3
C. Manfaat ... 4
BAB II – PENGELOLAAN KASUS ... 5
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman ... 5
1. Pengkajian ... 6
2. Diagnosa Keperawatan ... 11
3. Perencanaan ... 11
B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 19
1. Pengkajian ... 19
2. Analisa data ... 31
3. Rumusan masalah ... 32
4. Perencanaan ... 33
5. Implementasi dan Evaluasi ... 38
BAB III – Kesimpulan dan Saran ... 40
A. Kesimpulan ... 40
B. Saran ... 40
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa hidup
terasa nyaman bila mempunyai banyak uang. Ada juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks asuhan keperawatan ini, maka perawat harus memerhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan; (Asmadi, 2008).
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien di Rumah sakit; (Sigit, 2010).
Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri atau mengembalikan kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan respons atau perasaan yang identik pada seorang individu. Nyeri merupakan sumber penyebab frustasi, baik klien maupun tenaga kesehatan. Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International Association for the Study of Pain, IASP) mendefenisikan nyeri sebagai “suatu
merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit; (Potter & Perry, 2005).
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh (Winkjosastro,1999); (www.library.upnvj.ac.id) . Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil kira-kira 6-8 minggu; (aif27.blogdetik.com). Selama masa nifas, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh ibu nifas, antara lain intensitas kontraksi uterus meningkat 1-2 jam post partum, aktifitas uteri menurun secara halus dan cepat kemudian stabil. Kontraksi uterus ini akan menjadi pembuluh darah uterus sehingga perlahan dapat berhenti. Rasa sakit (after pain) mulas-mulas yang disebabkan karena kontraksi rahim berlangsung 2-4 hari post partum. After pains lebih terasa bila wanita tersebut menyusui. Perasaan sakit timbul bila masih terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa-sisa plasenta, gumpalan darah. Sehingga perlu diberikan pengertian pada ibu tentang hal ini, bila terlalu menggangu dapat diberikan analgetik anti spasmolitik;
Sejak dua dekade terakhir ini telah terjadi kecenderungan operasi sectio caesarea (SC) semakin diminati orang. Angka kejadian operasi SC di Amerika
Serikat meningkat dari 5,5% pada tahun 1970 menjadi 15% pada tahun 1978, Benua Asia contohnya wilayah Kartanakan Utara India pada tahun 1999 angka persalinan SC meningkat sebesar 30% dari seluruh persalinan. Angka SC di rumah sakit Pemerintah Indonesia sekitar 20-25% sedangkan di rumah sakit swasta sekitar 30-80% dari total persalinan (Mutiara, 2004). RS Cipto Mangunkusumo Jakarta dimana sejak 1981 telah dilakukan sebesar 15,35% dan meningkat menjadi 23,23% pada tahun 1986. RSU Langsa Aceh Timur terdapat 629 persalinan dimana sebanyak 123 (21,8%) diantaranya persalinan dengan SC (Hutapea, H, 1976);
membutuhkan obat analgesic. Nyeri pasca operasi SC sering tidak diperdulikan diantara para perawat (Mander, 2004). Hal ini perlu penanganan yang optimal agar perasaan nyaman pasien pasca operasi SC terpenuhi, misalnya dengan cara managemen yang benar;
Dari beberapa pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang pasien yang sedang dirawat di rumah sakit khususnya pada penderita post SC tidak dapat dipisahkan dari masalah kebutuhan kenyamanan yaitu nyeri. Post SC tidak dapat dipisahkan dari masalah kebutuhan kenyamanan nyeri disebabkan karena pada saat dilakukan operasi, bagian dari tubuh yaitu abdomen dilakukan sayatan pada beberapa lapisan abdomen, sehingga setelah selesai persalinan SC tiap lapisan abdomen akan dilakukan penutupan luka yaitu dengan menjahit pada tiap lapisan abdomen satu per satu dengan menggunakan berbagai macam benang. Penulis memberi pernyataan demikian berdasarkan hasil survey bahwa semakin lama, wanita cenderung lebih memilih persalinan secara SC dibandingkan dengan persalinan yang lainnya, sehingga berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hillan dimana telah diutarakan sebelumnya bahwa hampir seluruh wanita yang
melakukan SC akan mengalami nyeri pada luka hingga minggu ke-12, sehingga dibutuhkan penanganan yang benar agar perasaan nyaman pasien pasca operasi SC terpenuhi.
B. TUJUAN
Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan untuk memenuhi kebutuhan dasar kenyamanan; nyeri pada Ny. S.
C. MANFAAT
1. Bagi Institusi Pendidikan
2. Bagi Praktik Keperawatan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada perawat untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar kenyamanan;nyeri.
3. Bagi Kebutuhan Klien
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman;Nyeri
Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Setiap
individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri. Kolcaba (1992) mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman subjektif klien. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri); (Potter & Perry, 2005).
Suatu cara pandang yang holistik tentang kenyamanan membantu dalam upaya mengidentifikasi empat konteks :
a. Fisik – Berhubungan dengan sensasi tubuh.
b. Sosial – Berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan sosial.
c. Psikorpiritual – Berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri, meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
d. Lingkungan – Berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia: cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur-unsur alamiah; (Potter & Perry, 2006).
Banyak ibu setelah SC mengeluh sakit di bagian tulang belakang. Keluhan ini umumnya terasa saat membungkukkan badan, mengambil sesuatu dilantai, atau mengangkat beban yang lumayan berat. Sumber rasa nyeri berada tepat pada
merasa letih atau pegal-pegal. Resa letih ini lekas hilang jika ibu banyak bergerak;
Steer menyatakan bahwa relaksasi adalah metode pengalihan nyeri bukan farmakologi yang sering digunakan di Inggris. Steer dalam studinya melaporkan bahwa sebanyak 34 wanita menggunakan relaksasi, dengan melakukan induksi relaksasi selama 20 menit secara signifikan dapat mengurangi komponen sensori yeri. Pillips menambahkan bahwa komponen emosional nyeri berkurang sehingga efek kecemasan yang memperburuk juga berkurang akibat dampak relaksasi (Mander, 2004);
Keluhan lain saat operasi SC adalah nyeri pada bekas jahitan. Hal ini disebabkan karena tubuh mengalami luka dan penyembuhannya tidak bisa 100%. Apalagi jika luka tersebut tergolong panjang dan dalam. Perlu diketahui, dalam operasi SC ada tujuh lapisan perut yang harus disayat. Sementara saat proses penutupan luka, tujuh lapisan tersebut dijahit satu per satu menggunakan beberapa macam benang jahit. Dalam proses penyembuhan, tidak bisa dihindari terjadinya pembentukan paringan perut. Jaringan perut inilah yang dapat menyebabkan nyeri
saat melakukan aktivitas tertentu, terlebih aktivitas berlebihan atau aktivitas yang memberi penekanan di bagian tersebut
1. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang faktual, lengkap dan akurat akan memudahkan perawat di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan; (Sigit, 2010).
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan waspada, sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri; (Sigit, 2010).
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Donovan & Girton (1984) mengidentifikasi komponen-komponen tersebut, diantaranya:
1.1 Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan; (Sigit, 2010).
1.2 Karakteristik Nyeri (Metode P,Q,R,S,T) 1.2.1 Faktor Pencetus (P: Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus- stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dpat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya
nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan peerasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri; (Sigit, 2010).
1.2.2 Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan; (Sigit, 2010).
1.2.3 Lokasi (R: Region)
kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar); (Sigit, 2010).
Dalam mendokumentasikan hasil pengkajian tentang lokasi nyeri, perawat hendaknya menggunakan bahasa anatomi atau istilah yang deskriptif. Sebagai contoh pernyataan “Nyeri terdapat dikuadran abdomen kanan atas” adalah pernyataan yang lebih spesifik dibandingkan “klien menyatakan bahwa nyeri terasa pada abdomen”; (Sigit, 2010).
1.2.4 Keparahan (S: Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Namun kesulitannya adalah makna dari istilah-istilah berbeda bagi perawat dan klien serta tidak adanya batasan-batasan khusus yang membedakan antara nyeri ringan, sedang, dan berat; (Sigit, 2010).
Skala numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri
dengan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi nyeri klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intentitas contoh: pada hari pertama post operasi yang ia rasakan pada angka 8, kemudian hari kedua post operasi saat dilakukan pengkajian klien melaporkan adanya penurunan nyeri yang ia rasakan pada angka 4; (Sigit, 2010).
1.2.5 Durasi (T: Time)
yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama, setiap hari?”, “Seberapa sering nyeri kambuh?” atau dengan kata-kata lain yang semakna; (Sigit, 2010).
1.2.6 Faktor yang memperberat/ memperingan nyeri
Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri pasien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stress dan yang lainnya, sehingga dengan demikian perawat dapat memberikan tindakan yang tepat untuk menghindari peningkatan respon nyeri pada klien. Demikian halnya perawat perlu untuk mengetahui apakah klien mempunyai cara-cara sendiri yang efektif untuk menghilangkan atau menurunkan nyerinya, seperti megubah posisi, melakukan tindakan ritual, menggosok/massage bagian tubuh yang sakit, meditasi, atau mengompres bagian tubuh yang nyeri dengan kompres dingin atau hangat; (Sigit, 2010).
1.3 Respon fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang
otak dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stres. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respon fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus-menerus, berat, dalam, dan melibatkan organ-organ visceral maka sistem saraf yang simpatis menghasilkan suatu aksi; (Sigit, 2010).
1.4 Respon perilaku
Respon perilaku yang ditunjukkan klien yang mengalami nyeri bermacam-macam. Perawat perlu belajar dan mengenal berbagai respon perilaku tersebut untuk memudahkan dan membantu dalam mengidentifikasi masalah nyeri yang dirasakan pasien; (Sigit, 2010).
1.5 Respon afektif
Respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri. Ansietas (kecemasan) perlu digali dengan menanyakan pada pasien seperti: “Apakah anda saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga ada depresi, ketidak tertarikan pada aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari lingkungan perlu diperhatikan; (Sigit, 2010).
1.6 Pengaruh nyeri terhadap kehidupan kita
Klien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-harinya. Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat membantu dalam program aktivitas pasien; (Sigit, 2010).
1.7 Persepsi klien tentang nyeri
Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri, bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan disekitarnya; (Sigit, 2010).
1.8 Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut North American Nursing Diagnosis Assocation (NANDA, 2001), nyeri akut didefenisikan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial, dengan onset tiba-tiba ataupun lambat, dari intensitas yang ringan sampai berat, dapat diprediksi untuk berakhir dan durasinya kurang dari 6 bulan (NANDA, 2001 p. 129); (Sigit, 2010).
Diagnosa-diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan nyeri:
1) Nyeri berhubungan dengan: a) Cedera fisik/trauma
b) Penurunan suplai darah ke jaringan c) Proses melahirkan
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri kronis, tirah baring/imobilitas.
3) Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis
3. Perencanaan Hari/
Tanggal
No. Dx
Perencanaan Keperawatan
1. Tujuan dan Kriteria Hasil:
a. Pasien akan menunjukkan tekhnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
b. Pasien akan mempertahankan nyeri pada 4 atau kurang. c. Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan
tindakan untuk mencegah nyeri.
d. Pasien akan melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan.
Rencana Tindakan Rasional
Pengkajian:
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri atau faktor presipitasinya.
Observasi/monitoring:
2. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
3. Pantau tanda-tanda vital.
Mandiri:
4. Gunakan tindakan
pengendalian nyeri sebelum menjadi berat.
5. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas terapeutik.
kebutuhan untuk/ keefektifan analgesic. Jumlah jaringan, otot dan sistem limfatik diangkat
dapat dapat memperngaruhi jumlah
nyeri yang dialami.
Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar dan meningkatkan istirahat atau relaksasi.
Nyeri yang berlanjut akan
berdampak pada peningkatan tanda-tanda
vital.
Jika kondisi nyeri keluhan nyeri masih menunjukkan tahap awal, baiknya
berikan langsung therapy awal pengendalian nyeri (Mis. Napas dalam).
Dapat menurunkan ketidaknyamanan terhadap teterhadap luka o[erasi
6. Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan memenuhi kebutuhan rasa nyaman yang telah berhasil dilakukannya seperti distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/ dingin.
7. Bantu pasien dalam
menemukan posisi yang nyaman.
Kolaborasi:
8. Laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu.
Pendidikan Kesehatan:
9. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
terhadap luka operasi.
Akan mempermudah untuk mendukung proses pengurangan nyeri.
Pasien yang mendapat penjelasan tentang nyeri, akan lebih sedikit
mengalami stress dibandingkan dengan pasien yang tidak
10.Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi (mis. Umpan balik biologis, hypnosis,
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik,
distraksi, kompres hangat/ dingin, dan masase) sebelum,
setelah dan jika memungkinkan, selama aktivitas yang menyakitkan; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan selama penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain.
Penggunaan metode pereda nyeri
nonfarmakologi dapat meningkatkn efek
terapeutik pada obat-obat pereda nyeri.
2. Tujuan dan Kriteria Hasil:
a. Klien akan mengidentifikasi aktivitas dan/atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi aktivitas.
b. Klien akan berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan yang memadai pada denyut jantung, frekuensi respirasi, dan tekanan darah dan pola yang dipantau dalam batas normal.
c. Klien akan mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan, dan /atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas. d. Klien akan menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari
dengan beberapa bantuan.
e. Klien akan menampilkan pengelolaan pemeliharaan di
rumah dengan beberapa bantuan.
Rencana Tindakan Rasional
Pengkajian:
spiritual terhadap aktivitas.
2. Evaluasi dan motivasi keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.
Monitoring/ observasi:
3. Tentukan penyebab keletihan.
4. Pantau asupan nutrisi.
5. Pantau/dokumentasikan pola istirahat pasien dan lamanya waktu tidur.
Mandiri:
6. Bantu dengan aktivitas fisik teratur sesuai kebutuhan (misalnya ambulasi, berubah posisi).
7. Batasi rangsangan lingkungan (Seperti cahaya dan
kebisingan).
mengidentifikasi derajat kemampuan klien terhadap aktivitas.
Mampu memberi
semangat pada klien agar bisa melakukan aktivitas seperti dahulu.
Mampu mempermudah proses perawatan selanjutnya.
untuk memastikan keadekuatan sumber-sumber energi.
Mengidentifikasi penyebab terjadinya intoleransi aktivitas.
Akan mempermudah klien dalam beraktivitas.
Kolaborasi:
8. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas.
9. Rujuk pada pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan tentang bantuan perawatan rumah, sesuai dengan kebutuhan.
Pendidikan Kesehatan: 10.Intruksikan kepada
klien/keluarga dalam
penggunaan tekhnik relaksasi selama aktivitas.
11.Ajarkan tentang pengaturan pengaturan aktivitas dan tekhnik manajemen waktu.
Pemberian anti nyeri akan memudahkan aktivitas klien.
Dengan dilakukannya perawatan di rumah akan mempercepat terjadinya waktu dan pengaturan
aktivitas. 3. Tujuan dan Kriteria Hasil
a. Klien akan mempertahankan kenyamanan psikologis. b. Klien akan mengungkapkan perasaan dan pikiran
dengan staf perawat dan/atau orang penting bagi klien. c. Klien akan mengidentifikasi area kontrol pribadi.
d. Klien akan mengekspresikan perasaan yang positif tentang hubungan dengan orang yang penting bagi klien.
sesuai kebutuhan.
Rencana Tindakan Rasional
Pengkajian:
1. Kaji dukungan yang disediakan oleh orang yang penting bagi klien.
2. Tentukan sumber ansietas.
Monitoring/ observasi:
3. Pantau tanda dan gejala ansietas.
4. Pantau ekspresi tidak ada harapan atau tidak berdaya (Misalnya, “Aku tidak dapat”).
Mandiri :
5. Dukung kebutuhan
spiritual tanpa menekankan kepercayaan diri dari perawat pada klien.
Dengan mendapat
dukungan dari orang yang penting bagi klien akan mampu mengurangi tingkat kecemasan.
Membantu dalam mengidantifikasi tingkat ansietas klien.
Membantu dalam mengidentifikasi derajat kecemasan klien.
Ekspresi yang dilakukan klien akan
menggambarkan sejauh mana tingkat kecemasan klien terhadap nyeri.
6. Identifikasi dan dukung strategi koping yang biasa digunakan oleh klien.
7. Berikan kenyamanan fisik dan keamanan.
Kolaborasi:
8. Rujuk ke perawatan rumah atau perawatan hospice, sesuai dengan kebutuhan.
9. Hubungkan klien dan keluarga dengan kelompok pendukung yang sesuai.
Pendidikan Kesehatan:
10.Berikan informasi tentang
penyakit prognosis klien.
Dengan mengetahui strategi koping yang digunakan oleh klien akan membantu mempermudah proses perawatan
selanjutnya.
Akan mampu mengurangi tingkat kecemasan klien.
Perawatan rumah mampu mempengaruhi tingkat kecemasan klien.
Dengan berada di antara kelompok pendukung, akan mengurangi tingkat ansietas klien.
Klien yang mendapat
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian
PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Wanita
Umur : 33 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestant
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Langgar Gg. Rukun No. 51 Medan Tanggal Masuk RS : 17 Juni 2013
No. Register : 88. 71. 17
Ruangan/Kamar : Ruang V Obgyn/Tanjung 2 Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013 Tanggal Operasi : 17 Juni 2013 Diagnosa Medis : Post SC
II. KELUHAN UTAMA :
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya : Nyeri disebabkan karena Adanya luka bekas operasi SC.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Pasien mengatakan nyeri akan hilang jika pasien beristirahat dan tidak beraktivitas.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan : Pasien mengatakan bahwa pasien merasa kesakitan pada daerah luka operasi. 2. Bagaimana dilihat : Pasien terlihat meringis kesakitan.
C. Region
12.Dimana lokasinya : Pada saat pengkajian, pasien mengatakan nyeri pada area luka operasi yaitu pada area abdomen.
13.Apakah menyebar : Pasien merasa kesakitaan hanya pada area luka operasi.
D. Severity
Pasien mengatakan bahwa keadaan ini mengganggu aktivitasnya. E. Time
Pasien mengatakan gejalanya terjadi setelah efek anastesi akibat operasi mulai menghilang dan saat pasien melakukan pergerakan.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang serius. B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
C. Pernah dirawat/dioperasi
Pasien mengatakan belum pernah dirawat maupun dioperasi sebelumnya.
D. Lama dirawat
Pasien tidak mendapatkan lama perawatan sebelumnya, sebab pasien belum pernah dirawat di rumah sakit.
E. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.
V. RIWAYAT OBSTETRIK
G1 P0 A0 HPHT : 27 September 2012 TTP : 04 Juni 2013
No. Umur Riwayat Kondisi
Anak
Penolong
kehamilan Persalinan Nifas
1. 1 hari 37
minggu 3 hari
SC 1 hari Sehat, Normal
Dokter
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan saat ini mengganggu aktivitasnya.
B. Konsep Diri
a) Gambaran diri :Pasien merasa tidak akan bisa kembali seperti semula lagi, dikarenakan adanya luka operasai.
b) Ideal Diri :Pasien mengatakan aktivitasnya menjadi terbatas
d) Peran Diri :Pasien berjanji ketika telah sehat nanti akan merawat bayinya dengan sebaik-baiknya. e) Identitias :Pasien menyukai tubuh yang dimilikinya
C. Keadaan Emosi
Pasien tampak gelisah dan sering meringis kesakitan.
D. Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti :Saat pengkajian, orang yang berarti adalah suaminya
b) Hubungan dengan keluarga :Kakak pasien mengatakan
hubungan pasien dengan keluarga lain baik-baik saja.
c) Hubungan dengan orang lain :Pasien berhubungan baik dengan orang lain, hal ini dibuktikan dengan pasien berinteraksi dengan
pasien yang lain. d) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien mengatakan tidak memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan : Pasien beragama Kristen Protestan, dan dalam kehidupan sehari-hari pasien melakukan aktivitas sesuai dengan ajaran dari keyakinannya.
b) Kegiatan ibadah : Selama hamil, pasien rutin melakukan kegiatan ibadah. Sejak mendapat perawatan
di rumah sakit, pasien tidak melakukan kegiatan ibadah, kecuali berdoa.
VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
Pasien tampak gelisah dan meringis kesakitan.
B. Tanda-tanda vital Suhu tubuh : 36,5 0
Tekanan darah : 120/80mmHg C
Nadi : 78x/
Pernafasan : 20 i x
/ Skala nyeri : 6
i
TB : 160cm
BB : 55kg
C. Pemeriksaan Head to toe 1). Kepala dan rambut
a) Bentuk : Bentuk kepala pasien dalam batas normal
b) Kulit kepala : Kulit kepala bersih, dan sedikit berbau
2). Rambut
a) Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut pasien merata, berwarna hitam kemerahan dengan panjang 20 cm.
b) Bau : Rambut sedikit berbau,
seperti bau keringat. c) Warna kulit : Warna kulit kepala dalam
keadaan normal 3). Wajah
a) Warna kulit : Warna kulit sedikit pucat disebabkan karena sering menahan nyeri luka operasi.
4). Mata
a) Kelengkapan dan kesimetrisan :Pada saat dilakukan
pengkajian mata lengkap dan simetris
b) Palpebra :Tidak tampak kelainan pada
palpebra
c) Konjungtiva dan sclera :Konjungtiva berwarna merah muda, dan sclera berwarna
putih terdapat gambaran tipis pembuluh darah.
d) Pupil :Isokor
e) Kornea dan iris :Tidak tampak kelainan pada saat dilakukan pengkajian f) Tekanan bola mata :Tidak ada kelainan
5). Hidung
a) Tulang hidung dan posisi septum nasi :Tulang dan hidung dalam keadaan
normal dan septum nasi berada di tengah
b) Lubang hidung :Terdapat lubang
hidung, pernafasan spontan.
c) Cuping hidung :Tidak ada kelainan
6). Telinga
a) Bentuk telinga : Dalam batas normal b) Ukuran telinga : Dalam keadaan normal
c) Lubang telinga : Tidak terdapat kelainan, telinga dalam keadaan bersih
7). Mulut dan Faring
a) Keadaan bibir : Keadaan bibir tampak lembab
b) Keadaan gusi dan gigi : Gigi dan gusi tampak terawat baik c) Keadaan lidah : Tidak terdapat kelainan
d) Orofaring : Tidak terdapat kelainan
8). Leher
a) Posisi trachea : Dalam keadaan normal b) Thyroid : Tidak terdapat kelainan
c) Suara :Tidak terdapat kelainan pada suara
d) Kelenjar limfe : Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe. e) Vena jugularis : Tidak terdapat bendungan vena jugularis. f) Denyut nadi karotis : Teraba dan kuat
9). Pemeriksaan integument
b) Kebersihan :Kebersihan kulit pasien terpelihara
c) Kehangatan : Teraba hangat d) Warna : Kuning langsat e) Turgor : Turgor kembali cepat f) Kelembaban : Kulit pasien lembab
g) Kelainan pada kulit : Tidak terdapat kelainan pada kulit
10). Pemeriksaan payudara dan ketiak
a) Ukuran dan bentuk : Bentuk simetris, bersih tidak ada kotoran
b) Warna payudara dan areola : Areola berwarna kecoklatan. c) Kondisi payudara dan putting : Payudara kenyal, putting susu,
11). Pemeriksaan thoraks/dada
a) Inspeksi thoraks : Normal b) Pernafasan (frekuensi, irama) : 20x/i
c) Tanda kesulitan bernafas : Tidak terdapat kesulitan bernafas , reguler
12). Pemeriksaan paru
a) Palpasi getaran suara : Getaran terasa dan ada
b) Perkusi : Resonan
c) Auskultasi : Dalam keadaan normal
13). Pemeriksaan jantung
b) Inspeksi : Tidak terdapat kelainan c) Palpasi : Dalam keadaan normal d) Perkusi : Tidak terdapat benjolan e) Auskultasi : Dalam keadaan normal
14). Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi (bentuk, benjolan) :Terdapat strie livida, terdapat luka post operasi SC dengan diameter ±
17-18cm life trans peritonialis profunda (melintang), kondisi luka belum diketahui sebab luka jahitan masih terbungkus verband.
b) Auskultasi :Terdapat peristaltik usus ± 5 kali c) Palpasi :Terdapat nyeri tekan pada bagian
luka
d) Perkusi (suara abdomen ) :Tidak terdapat kelainan
15). Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya a) Genitalia (rambut pubis, lubang uretra):
Tidak terdapat rambut pubis, simetris, dan lubang uretra normal, terpasang kateter.
b) Anus dan Perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) : Tidak terdapat kelainan pada anus, terdapat lubang anus, perineum bersih tidak terdapat robekan.
d) Pada ibu Nifas (kondisi lochea; jumlah, konsistensi warna, bau. Kondsi perineum; episiotomy ada/tidak, REEDA):
Terdapat perdarahan sehingga memakai pembalut dengan
pengeluaran pervaginam 50cc/3jam, lochea rubra (berwarna merah segar) dan bau anyir.
16). Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema):
Ekstremitas tampak simetrik, terpasang infuse Ringer Laktat 20tpm
pada ekstremitas atas. Klien mengeluh terasa nyeri bila bergerak dan dimasukkan obat. Tidak terdapat edema pada ektremitas atas dan bawah serta tidak terdapat varises pada ekstremitas bawah.
17). Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran ):
Tidak terdapat kelainan pada fungsi sensorik.
18). Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium
a. Hb : 11,4 g/dL b. Leukosit : 14.700/mm c. Trombosit : 343.000/mm
3
d. Hematokrit : 34%
3
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum
a) Frekuensi makan/hari : Selama hamil pasien makan sebanyak ± 3 kali sehari, ditambahkan dengan makanan selingan.
b) Nafsu/selera makan : Sejak masuk rumah sakit, nafsu makan mulai berkurang . c) Nyeri ulu hati : Tidak terdapat masalah
d) Alergi : Pasien tidak memiliki riwayat alergi e) Mual dan muntah : Pada saat hamil, pasien sering mual
dikarenakan kandungannnya, pada saat mendapat perawatan rumah sakit pasien tidak mengalami mual dan muntah.
f) Waktu pemberian makan :Pemberian makan sewaktu-waktu
jika pasien lapar.
g) Jumlah dan jenis makan :Selama masa perawatan, pasien menyisakan makanan, dan pasien mengkonsumsi makanan biasa. h)Waktu pemberian cairan :Sewaktu-waktu ketika pasien
merasa haus, dan dibantu dengan pemberian infuse.
i) Masalah makan dan minum :Pasien merasa tidak ada masalah dalam makan dan minum.
II. Perawatan diri/personal hygiene
III. Pola kegiatan./aktivitas
a). Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total:
Selama masa perawatan, pasien mampu makan secara mandiri, sedangkan eliminasi urine pasien membutuhkan bantuan baik dari keluarga maupun petugas kesehatan, sebab pasien masih merasakan kesakitan pada luka post operasi sc sehingga pasien membutuhkan bantuan. Pasien tidak bisa secara mandiri, sebab pasien hanya terbaring di atas tempat tidur, sehingga pasien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, begitu juga dalam hal berpakaian.
b). Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Selama masa perawatan, pasien tampak tidak melaksanakan kegiatan ibadah kecuali berdoa, sebab kondisi pasien masih dalam keadaan belum sehat sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan ibadah.
IV. Pola eliminasi 1. BAB
a). Pola BAB : Selama perawatan, pasien belum pernah BAB
b). Karakter feses : belum pernah BAB selama dirawat c). Riwayat perdarahan : Pasien mengatakan tidak pernah
mengalami perdarahan saat BAB d). BAB terakhir : Pasien Terakhir BAB 3 hari yang
lalu
e). Diare : Pasien tidak pernah mengalami diare hebat
2. BAK
a). Pola BAK :Saat pengkajian pasien menggunakan kateter b). Karakter urine :Kuning sedikit keruh c). Nyeri/rasa terbakar/kesulitan :Pasien tidak mengalami
nyeri dalam berkemih d). Riwayat penyakit ginjal :Pasien tidak menderita
penyakit perkemihan e). Penggunaan diuretik :Pasien tidak menggunakan
diuretik
2. ANALISA DATA
NO DATA Etiologi MASALAH
KEPERAWATAN 1. DS:
Ny. S merasa sakitnya akan bertambah jika melakukan gerakan
DO:
1.Ny. S terlihat meringis kesakitan
2. Ny. S tampak lemas
3.Terdapat luka post SC pada area abdomen tertutup verband dengan diameter ± 17-18 cm
4.Pasien mengalami kesulitan dalam bergerak
5.Ny. S membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasar
6.Tanda-tanda vital :
TD : 120/80mmHg melakukan aktivitas mandiri
2.Ny. S tidak mampu beraktivitas disebabkan oleh luka post SC
DO:
1.Ny. S terbaring di atas tempat tidur
2.Terpasang kateter
Post SC
3.Tingkat mobilitas Ny. S berada pada indikator 3 yaitu membutuhkan bantuan orang lain
4.Ny. S mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan
5.Tanda-tanda vital : TD : 120/80mmHg HR : 78x/
RR : 20 i x
/ Temp. : 36,5
i 0
C
Membutuhkan bantuuan orang
lain dalam pemenuhan kebutuhan dasar
Intoleransi Aktivitas
6. Rumusan Masalah
3.1 MASALAH KEPERAWATAN 1. Nyeri
2. Intoleransi aktivitas
3.2DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
a) Nyeri berhubungan dengan kelahiran SC ditandai dengan terdapat luka post SC pada daerah abdomen, skala nyeri: 6
7. PERENCANAAN
PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/
tanggal
No. Dx Perencanaan Keperawatan
1. Tujuan dan Kriteria Hasil:
a. Pasien akan menunjukkan tekhnik relaksasi secara
individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan. b. Pasien akan mempertahankan nyeri pada 4 atau kurang. c. Pasien akan mengenali faktor penyebab dan
menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri.
d. Pasien akan melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan.
Rencana Tindakan Rasional
Pengkajian:
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri atau faktor presipitasinya.
Observasi/monitoring:
2. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
kebutuhan untuk/keefektifan Analgesik. Jumlah jaringan, otot dan system limfatik diangkat dapat
mempengaruhi jumlah nyeri yang dialami.
3. Pantau tanda-tanda vital.
Mandiri:
4. Gunakan tindakan
pengendalian nyeri sebelum menjadi berat.
5. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas terapeutik.
6. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi tindakan memenuhi kebtuhan rasa nyaman yang telah berhasil
dilakukannya seperti distraksi, relaksasi, atau
kompres hangat/ dingin.
7. Bantu pasien dalam
menemukan posisi yang nyaman.
Kolaborasi:
8. Laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
Nyeri yang berlanjut akan
berdampak pada peningkatan tanda-tanda
vital.
Jika kondisi nyeri keluhan nyeri masih menunjukkan tahap awal, baiknya berikan langsung therapy awal pengendalian nyeri (Mis. Napas dalam).
Dapat menurunkan
ketidaknyamanan terhadap luka operasi.
Akan mempermudah proses perawatan selanjutnya.
Membantu menurunkan ketidaknyamanan lebih lanjut.
Mungkin diperlukan pemberian analgesic untuk
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu. Pendidikan Kesehatan:
9. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
10.Ajarkan penggunaan
tekhnik nonfarmakologi (mis. Umpan balik biologis, hypnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik,
distraksi, kompres hangat/ dingin, dan masase) sebelum, setelah dan jika memungkinkan, selama
aktivitas yang menyakitkan; sebelum
nyeri terjadi atau meningkat; dan selama penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain.
pengurangan nyeri.
Pasien yang mendapat penjelasan tentang nyeri, akan lebih sedikit
mengalami stress
dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan penjelasan.
Penggunaan metode pereda nyeri nonfarmakologi dapat meningkatkan efek
2. Tujuan dan Kriteria Hasil:
a. Klien akan mengidentifikasi aktivitas dan/atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi aktivitas.
b. Klien akan berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan yang memadai pada denyut jantung, frekuensi respirasi, dan tekanan darah dan pola yang dipantau dalam batas normal.
c. Klien akan mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan, dan /atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
d. Klien akan menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan.
e. Klien akan menampilkan pengelolaan pemeliharaan di rumah dengan beberapa bantuan.
Rencana Tindakan Rasional
Pengkajian:
1. Kaji respons emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.
2. Evaluasi dan motivasi keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.
Monitoring/ observasi: 3. Tentukan penyebab
keletihan.
Membantu dalam mengidentifikasi derajat kemampuan kklien terhadap aktivitas.
Mampu memberi semangat pada klien agar bisa
melakukan aktivitas seperti dahulu.
4. Pantau asupan nutrisi.
5. Pantau/dokumentasikan pola istirahat pasien dan lamanya waktu tidur.
Mandiri:
6. Bantu dengan aktivitas fisik teratur sesuai kebutuhan (misalnya ambulasi, berubah posisi).
7. Batasi rangsangan
lingkungan (Seperti cahaya dan kebisingan).
Kolaborasi:
8. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas.
9. Rujuk pada pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan tentang bantuan perawatan rumah, sesuai dengan kebutuhan.
Pendidikan Kesehatan: 10.Intruksikan kepada
klien/keluarga dalam
Akan mempermudah klien dalam beraktivitas.
Untuk memfasilitasi relaksasi.
Pemberian anti nyeri akan memudahkan aktivitas klien.
Dengan dilakukannya perawatan di rumah akan mempercepat terjadinya proses penyembuhan.
penggunaan tekhnik relaksasi selama aktivitas.
11.Ajarkan tentang pengaturan pengaturan aktivitas dan tekhnik manajemen waktu.
terlebih dahulu.
Untuk mencegah terjadinya kelelahan, diperlukan manajemen waktu dan pengaturan aktivitas.
8. Implementasi dan Evaluasi
PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/
Tanggal
No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Rabu/
19 Juni 2013
1 1. Melakukan pengkajian
nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri.
2. Memberikan informasi tentang penyebab nyeri.
3. Menghimbau keluarga agar
terus berada di samping klien.
4. Memberikan lingkungan yang tenang untuk mengurangi peningkatan
Nyeri dirasakan pada daerah abdomen terasa seperti ditusuk dan tidak menyebar dengan skala nyeri : 6
Posisi nyaman: Supinasi Pasien mendapatkan informasi tentang nyeri TD: 120/80mmHg
5. Membantu pasien dalam menemukan posisi yang nyaman.
6. Melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda vital.
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
A. KESIMPULAN
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan
yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien di Rumah sakit; (Sigit, 2010).
Pengkajian dilakukan terhadap Ny. S pada tanggal 18 Juni 2013 dan ditemukan prioritas masalah dengan kebutuhan dasar aman dan nyaman nyeri berhubungan dengan kelahiran SC ditandai dengan terdapat luka SC pada daerah abdomen dengan skala nyeri: 6. Kemudian dilakukan implementasi berdasarkan intervensi yang direncanakan selama dua hari dan hasil evaluasi diperoleh masalah pada pasien teratasi sebagian disebabkan pasien sudah pulang.
B. SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pada intitusi pendidikan agar lebih meningkatkan penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan pasien dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman; nyeri.
2. Bagi Praktek Keperawatan
Agar petugas kesehatan selalu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada pasien.
3. Bagi Kebutuhan Klien
Agar klien mampu memenuhi kebutuhannya khususnya kebutuhan dasar
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Eddydddz, (2013). Efek Samping Operasi Caesar,
diakses 10 Juli 2013.
Laifa, (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ny. O Dengan Post SC Atas Indikasi APB + Anenis Hari Ke-0 di Ruang Melati RSUD Jombang,
Mubarak dan Chayatin, (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC.
NANDA, (2010). Diagnosis Keperawatan. Defenisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC.
Perry And Potter, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4 Volume 2, Jakarta : EGC.
Prasetyo S. N, (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wilkinson J. M, (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7, Jakarta : EGC.
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.
DX
Hari / Tanggal
Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
pengkajian terhadap nyeri.
2. Memberikan
informasi tentang nyeri.
3. Mengajarkan
penggunaan tekhnik nonfarmakologi
untuk mengurangi ketidaknyamanan
(tekhnik napas dalam)
4. Membantu pasien untuk menemukan posisi yang nyaman.
5. Menciptakan suasana lingkungan yang
Nyeri dirasakan pada daerah abdomen
terasa seperti ditusuk dan tidak menyebar dengan skala nyeri: 6 Lokasi nyeri : luka post SC
Posisi nyaman : supinasi
Pasien mengerti tekhnik nafas dalam TD : 120/80mmHg
Masalah teratasi sebagian
P:
14.00 6. Melakukan
pengkajian terhadap nyeri.
2. Menciptakan suasana lingkungan yang tenang untuk mengurangi
peningkatan ketidaknyamanan.
3. Mengajarkan
penggunaan tekhnik
5. Membantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan memenuhi kebtuhan rasa nyaman yang telah berhasil dilakukannya
S:
Pasien merasakan sakitnya mulai
berkurang O:
Nyeri dirasakan pada daerah abdomen terasa seperti ditusuk dan tidak menyebar dengan skala nyeri: 5 Posisi nyaman : semi fowler Pasien melakukan tekhnik nafas dalam Pasien menjelaskan