BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa depan sebuah bangsa terletak di tangan generasi mudanya, termasuk yang masih berusia balita. Anak Balita sebagai masa emas atau "golden age" yaitu
apabila pada masa tersebut anak balita tidak dibina secara baik, maka anak tersebut akan mengalami gangguan perkembangan emosi, sosial, mental,
intelektual dan moral yang nantinya dapat mempengaruhi sikap dan prilakunya di masa yang akan datang (DinkesBekasi, 2011).
Pertumbuhan anak sangat berguna bagi perkembangan kecerdasan dimulai
sejak usia 0 sampai 5 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya tergantung pada keadaan perekonomian keluarga tetapi sangat tergantung pada
pola pikir dan pola asuh yang diberikan orang tua pada buah kasihnya. (Jatimprov, 2010).
Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas dan
Desentralisasi, dr Krisnajaya memperkirakan jumlah anak balita (bawah lima tahun) Indonesia mencapai 10 persen dari populasi penduduk. Jika jumlah penduduknya 220-240 juta jiwa, maka setidaknya ada 22 juta balita di Indonesia
(DinkesBekasi, 2011).
Hasil survey DinkesKalbar, 2011 balita di Indonesia selain mengalami gizi
rusak juga menjadi permasalahan apik saat ini. Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan. Alasannya, selain berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan anak, kekurangan gizi juga termasuk salah satu penyebab utama kematian balita.
Di samping gizi buruk, masalah balita kecanduan rokok di Indonesia juga
perkembangannya semakin meningkat. Hal ini terbukti dari pantauan komnas perlindungan anak yang mencatat sampai pertengahan tahun 2010, terdapat 6
kasus balita yang kecanduan rokok, dari 5 batang per hari sampai 2 bungkus per hari. Prevalensinya pun semakin menyebar, contohnya di Sukabumi, Malang, Sumatera Selatan, NTT, dan lainnya (Dimyati, 2011).
Setiap anak yang dilahirkan membawa sejumlah potensi. Potensi tersebut akan dapat berkembang secara optimal apabila dikembangkan sejak dini melalui
pemenuhan kebutuhan kesehatan, gizi yang memadai, layanan pengasuhan yang tepat (Zaviera, 2008).
Anak sebagai individu tidak mungkin bisa berkembang tanpa bantuan
orang lain. Dan kehidupan anak bisa berlangsung, jika dia ada bersama dengan orang lain. Hal ini di buktikan bahwa anak bisa memasuki dunia luar jika anak
dibawa atau dimasukkan oleh dan bersama-sama dengan manusia lain. Itulah sebabnya diperlukan pengetahuan akan tumbuh kembang balita dari keluarga anak (Kartono, 2007 ).
Lingkungan sosial yang pertama dikenal anak adalah keluarga. Dalam hal ini orangtua adalah orang terpenting bagi anak disamping saudara, kakek, nenek,
Keluarga merupakan tempat perkembangan anak yang pertama dan utama sebagai pelaku aktif dalam perkembangan motorik halus. Salah satu aspek yang
penting dalam keluarga adalah tumbuh kembang anak. Melalui sikap dan tingkah laku orang tua yang konsisten anak memperoleh perasaan aman, cinta, dan kasih sayang sehingga sangat berpengaruh terhadap perkembangan motorik halus anak,
karena ayah dan ibu merupakan pembimbing dalam perkembangan anak di kehidupan yang nyata. Peran orang tua tidak hanya sebatas melindungi serta
mencari nafkah bagi keluarga, namun orang tua juga mempunyai kewajiban untuk memberikan stimulasi agar anak dapat mencapai perkembangan motorik halus (Kaltimprov, 2012).
Secara universal anak memiliki pola (urutan) perkembangan yang sama. Meskipun memiliki pola sama, anak bisa memiliki irama(kecepatan)
perkembangan berbeda dari anak lain. Semakin baik dan akurat pengetahuan keluarga mengenai gejala dan ciri-ciri berbagai gangguan perkembangan, umumnya keluarga akan semakin peka jika ciri-ciri serupa muncul pada anak
(Diah, 2011).
Berbekal pemahaman tentang perkembangan anak balita maka orang tua
atau orang dewasa lainnya dapat mengetahui titik terpenting untuk pengembangannya, dengan menitik beratkan pada masa belajar anak. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan anak balita tersebut perlu diarahkan
pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosio-emosional, bahasa, komunikasi yang seimbang
Akan tetapi sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah.
Mereka menganggap bahwa selama tidak sakit, anak tersebut tidak mengalami masalah kesehatan termasuk dalam hal pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai pengertian yang sama (Hidayat, 2009).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Desa
Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun diperoleh data balita sebanyak 156 orang. Dari 10 keluarga yang telah diwawancari terdapat 5 ibu yang tidak mengerti mengenai tumbuh kembang anak bahkan tidak pernah membawa
anaknya untuk melakukan pemeriksaan atau mengikuti posyandu ke puskesmas, dan 1 di antaranya mengeluh anaknya sudah berumur 18 bulan tetapi belum bisa
berjalan, sebagian keluarga juga menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak akan berlangsung dengan sendirinya tanpa harus diperhatikan. Keluarga juga mengatakan bahwa hanya dengan mendapat asupan
nutrisi yang seimbang maka, anak akan mengalami tumbuh kembang yang baik tanpa mendapat masalah dalam prosesnya. Hal ini juga tentunya yang harus
dicermati oleh setiap petugas kesehatan di Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.
Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang ”
1.2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah
“bagaimana pengetahuan keluarga tentang tumbuh kembang balita di Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.”
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang tumbuh kembang balita di Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Bagi praktek keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat keluarga ataupun perawat komunitas untuk lebih
memperhatikan masalah tumbuh kembang balita dan dapat lebih sering melakukan penyuluhan kesehatan mengenai tumbuh kembang balita.
1.4.2. Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pembelajaran keperawatan komunitas untuk mendukung tentang
pentingnya dukungan pelayanan kesehatan yang digunakan dalam meminimalkan masalah tumbuh kembang balita di kehidupan keluarga
atau lingkungan masyarakat. 1.4.3. Bagi peneliti
Dapat dijadikan sebagai data tambahan bagi penelitian selanjutnya
1.4.4. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi